Anda di halaman 1dari 10

DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................................2
Daftar Isi...........................................................................................................................3
BAB I

Pendahuluan..............................................................................................4

BAB II

Tinjauan Pustaka.......................................................................................5
A. Definisi penurunan kesadaran...5
B. Etiologi penurunan kesadaran...................................................................5
C. Klasifikasi penurunan kesadaran...............................................................6
D. Patofisiologi penurunan kesadaran............................................................7
E. Menentukan Penurunan kesadaran7
F. Diagnosis penurunan kesadaran....9
G. Diagnosis banding penurunan kesadaran ....12
H. Tatalaksana penurunan kesadaran15

BAB III

Daftar Pustaka..17

BAB I
PENDAHULUAN

Penurunan kesadaran merupakan kasus kegawatdaruratan yang sering dijumpai dalam


praktik sehari-hari. Penurunan kesadaran dapat disebabkan oleh berbagai macam kelainan
organ, seperti otak, jantung, ginjal, dan hepar. Oleh karena itu diperlukan pendekatan
diagnostik yang baik untuk menentukan kelainan organ yang mendasari penurunan
kesadaran. Hal ini sangat penting bagi dokter pelayanan primer agar dapat menegakkan
diagnosis dengan tepat dan memberikan tatalaksana yang sesuai bagi pasien.
Makalah diskusi kasus ini dibuat dalam rangka menyajikan suatu kondisi yang
berhubungan dengan topik penurunan kesadaran. Diharapkan melalui sajian kasus ini,
mahasiswa dapat memiliki gambaran pendekatan diagnosis dan terapi pada pasien dengan
penurunan kesadaran. Pendekatan diagnosis diarahkan pada anamnesis, pemeriksaan fisis,
dan pemeriksaan penunjang yang tepat dan terarah.

I.

Diagnosis Penurunan Kesadaran


Diagnosis kesadaran menurun didasarkan atas:
Anamnesis
Dalam melakukan anamnesis perlu dicantumkan dari siapa anamnesis tersebut
didapat, biasanya anamnesis yang terbaik didapat dari orang yang selalu berada
bersama penderita. Untuk itu diperlukan riwayat perjalanan penyakit, riwayat
trauma, riwayat penyakit, riwayat penggunaan obat-obatan, riwayat kelainan
kejiwaan. Dari anamnesis ini, seringkali menjadi kunci utama dalam
mendiagnosis penderita dengan kesadaran menurun.
Pemeriksaan fisik umum
Dalam melakukan pemeriksaan fisik umum harus diamati:
Tanda vital
Pemeriksaan tanda vital: perhatikan jalan nafas, tipe pernafasannya dan perhatikan
tentang sirkulasi yang meliputi: tekanan darah, denyut nadi dan ada tidaknya
aritmia.
Bau nafas
Pemeriksa harus dapat mengidentifikasi foetor breath hepatic yang disebabkan
penyakit hati, urino smell yang disebabkan karena penyakit ginjal atau fruity smell
yang disebabkan karena ketoasidosis.
Pemeriksaan kulit
Pada pemeriksaan kulit, perlu diamati tanda-tanda trauma, stigmata kelainan hati
dan stigmata lainnya termasuk krepitasi dan jejas suntikan. Pada penderita dengan
trauma, kepala pemeriksaan leher itu, harus dilakukan dengan sangat berhati-hati
atau tidak boleh dilakukan jikalau diduga adanya fraktur servikal. Jika
kemungkinan itu tidak ada, maka lakukan pemeriksaan kaku kuduk dan lakukan
auskultasi karotis untuk mencari ada tidaknya bruit.
Kepala
Perhatikan ada tidaknya hematom, laserasi dan fraktur.
Leher
Perhatikan kaku kuduk dan jangan manipulasi bila dicurigai fraktur servikal (jejas,
kelumpuhan 4 ekstremitas, trauma di daerah muka).
Toraks / abdomen dan ekstremitas
Perhatikan ada tidaknya fraktur.
3

Pemeriksaan fisik neurologis


Pemeriksaan fisik neurologis bertujuan menentukan kedalaman koma secara kualitatif
dan kuantitatif serta mengetahui lokasi proses koma. Pemeriksaan neurologis meliputi
derajat kesadaran dan pemeriksaan motorik.
Umum
1. Buka kelopak mata menentukan dalamnya koma
2. Deviasi kepala dan lirikan menunjukkan lesi hemisfer ipsilateral
3. Perhatikan mioklonus (proses metabolik), twitching otot berirama
(aktivitas seizure) atau tetani (spontan, spasmus otot lama).
Level kesadaran
Ditentukan secara kualitatif dan kuantitatif.
1. Kualitatif (apatis, somnolen, delirium, spoor dan koma)
2. Kuantitatif (menggunakan GCS)
Pupil
Diperiksa: ukuran, reaktivitas cahaya
1. Simetris/ reaktivitas cahaya normal, petunjuk bahwa integritas
mesensefalon baik. Pupil reaksi normal, reflek kornea dan okulosefalik
(-), dicurigai suatu koma metabolik
2. Mid posisi (2-5 mm), fixed dan irregular, lesi mesenfalon fokal.
3. Pupil reaktif pint-point, pada kerusakan pons, intoksikasi opiat
kolinergik.
4. Dilatasi unilateral dan fixed, terjadi herniasi.
5. Pupil bilateral fixed dan dilatasi, herniasi sentral, hipoksik-iskemi

global, keracunan barbiturat.


Funduskopi
Refleks okulosefalik (dolls eye manuevre)
Refleks okulo vestibuler
Refleks kornea
Refleks muntah
Respons motorik
Refleks fisiologik dan patologik

Menilai reflek-reflek patologis :


a) Reflek Babinsky
Apabila kita menggores bagian lateral telapak kaki dengan suatu benda
yang runcing maka timbullah pergerakan reflektoris yang terdiri atas fleksi
kaki dan jari-jarinya ke daerah plantar
b) Reflek Kremaster :
Dilakukan dengan cara menggoreskan kulit dengan benda halus pada
bagian dalam (medial) paha. Reaksi positif normal adalah terjadinya kontrkasi
M.kremaster homolateral yang berakibat tertariknya atau mengerutnya testis.
4

Menurunnya atau menghilangnya reflek tersebut berarti adanya ganguan


traktus corticulspinal
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan gas darah, berguna untuk melihat oksigenasi di dalam darah,
juga untuk melihat gangguan keseimbangan asam basa.
Pemeriksaan darah, meliputi darah perifer lengkap (DPL), keton, faal hati,
faal ginjal dan elektrolit.
Pemeriksaan toksikologi, dari bahan urine darah dan bilasan lambung.
Pemeriksaan khusus meliputi pungsi lumbal, CT scan kepala, EEG, EKG,
foto toraks dan foto kepala.

II.

Diagnosis Banding Penurunan Kesadaran


A. Intracranial ( plegi/kelumpuhan, muntah)
Vaskularisasi
Infark :

penurunan Kesadaran terjadi cepat (onset pendek)

Plegi-plegi

Pupil edema

Perdarahan :

Iritabel

Nyeri kepala

Kejang

Infeksi (demam, nyeri kepala, leukositosis)


Meningitis :

Penurunan glukosa

Encephalitis :

Ataksia

Tremor
5

Glukosa normal

Abses/epiema subdural :

Peningkatan TIK

Kelainan fokal

Tumor (peningkatan TIK)


B. Extrakranial
Gangguan vaskuler
Syok :

Hipotensi

Multiple organ failure

Hipertensi Enchelopati :

Muntah

Hemiparase

Nyeri kepala

Peningkatan tekanan darah

Infeksi/sepsis
Irritable
Kejang
Hiper/hipotermi
Metabolic
Hipoglikemi :

Pucat

Tremor / kejang

Keringat

Takikardi

Ketoasidosis diabetic :

Pernafasan kusmaul / octostatik

Polifagi

polidipsi

Hiper/hiponatremia :

Riwayat diare dengan dehidrasi

Edema

Kejang

Uremia / gagal ginjal :

Udema

Hipertensi

Disaritmia

Dekompensasi kordis

Sindroma Reye :

Muntah
7

Dilatasi pupil

Riwayat ISPA

Apnea breathing

Obat obatan
Sesak nafas
Trauma

III.

Penatalaksanaan Penurunan Kesadaran


Prinsip pengobatan kesadaran dilakukan dengan cepat, tepat dan akurat,
pengobatan dilakukan bersamaan dalam saat pemeriksaan. Pengobatan meliputi dua
komponen utama yaitu umum dan khusus.
Umum
Tidurkan pasien dengan posisi lateral dekubitus dengan leher sedikit ekstensi
bila tidak ada kontraindikasi seperti fraktur servikal dan tekanan intrakranial

yang meningkat.
Posisi trendelenburg baik sekali untuk mengeluarkan cairan trakeobronkhial,
pastikan jalan nafas lapang, keluarkan gigi palsu jika ada, lakukan suction di

daerah nasofaring jika diduga ada cairan.


Lakukan imobilisasi jika diduga ada trauma servikal, pasang infus sesuai

dengan kebutuhan bersamaan dengan sampel darah.


Pasang monitoring jantung jika tersedia bersamaan dengan melakukan

elektrokardiogram (EKG).
Pasang nasogastric tube, keluarkan isi cairan lambung untuk mencegah
aspirasi, lakukan bilas lambung jika diduga ada intoksikasi. Berikan tiamin
100 mg iv, berikan destrosan 100 mg/kgbb. Jika dicurigai adanya overdosis
opium/ morfin, berikan nalokson 0,01 mg/kgbb setiap 5-10 menit sampai
kesadaran pulih (maksimal 2 mg).

Khusus
Pada pasien dengan herniasi
8

Pasang ventilator lakukan hiperventilasi dengan target PCO2: 25- 30


mmHg.
Berikan manitol 20% dengan dosis 1-2 gr/ kgbb atau 100 gr iv. Selama 1020 menit kemudian dilanjutkan 0,25-0,5 gr/kgbb atau 25 gr setiap 6 jam.
Edema serebri karena tumor atau abses dapat diberikan deksametason 10
mg iv lanjutkan 4-6 mg setiap 6 jam.
Jika pada CT scan kepala ditemukan adanya CT yang operabel seperti
epidural hematom, konsul bedah saraf untuk operasi dekompresi.
Pengobatan khusus tanpa herniasi
Ulang pemeriksaan neurologi yang lebih teliti.
Jika pada CT scan tak ditemukan kelainan, lanjutkan dengan pemeriksaan
pungsi lumbal (LP). Jika LP positif adanya infeksi berikan antibiotik yang
sesuai. Jika LP positif adanya perdarahan terapi sesuai dengan pengobatan
perdarahan subarakhnoid.

BAB III
DAFTAR PUSTAKA

1. Harsono.1996.Kapita Selekta Neurologi.Yogyakarta:Gadjah Mada University Press


2. Doengoes, Marilynn, dkk.2000.Rencana Asuhan Keperawatan ; Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa : I Made
Kariasa dan Ni Made S.EGC:Jakarta
3. Batubara, AS. 1992. Koma dalam Majalah Cermin Dunia Kedokteran. Ed 80. FK USU.
Hal 85-87.
4. Harris, S. 2004. Penatalaksanaan Pada Kesadaran Menurun dalam Updates in
Neuroemergencies. FKUI. Jakarta. Hal.1-7
5. Lindsay, KW dan Bone I. 1997. Coma and Impaired Conscious Level dalam Neurology
and Neurosurgery Illustrated. Churchill Livingstone. UK. Hal.81
6. Greenberg, MS. 2001. Coma dalam Handbook of Neurosurgey. 5th ed. Thieme. NY. Hal
119-123

10

Anda mungkin juga menyukai