Anda di halaman 1dari 3

NutrendUnited.com : Media promosi online stokis / stock center bisnis nutrend international.

MENGAPA MASIH BEKERJA ?


Kontributor: Admin
Friday, 28 March 2008
Terakhir Diperbaharui Saturday, 29 March 2008

Ambillah pekerjaan yang Anda cintai, dan Anda tidak akan (merasa) bekerja seumur hidup."
~ Harvey Mackay

"Sejumlah orang berhasrat besar untuk menjadi kaya raya agar bisa mengalami kebebasan finansial, tidak lagi harus
bekerja untuk menafkahi hidup keluarganya. Mereka ingin berhenti bekerja, kalau mungkin pensiun dalam usia muda.
Lalu, mengapa sejumlah orang yang sudah sangat kaya justru masih rajin bekerja keras?" tanya saya kepada sejumlah
kawan.

""Mungkin karena mereka belum merasa cukup kaya," kata Iin.

"Atau mereka menjadi semakin serakah," jawab Toni.

"Yah sekadar mengisi waktu saja," kata Herlina.

"Yang saya tahu kebanyakan orang kaya memang tetap bekerja keras," ujar Didi.

"Boleh jadi mereka sudah kecanduan kerja, workhaholic," jelas Diah.

"Karena hanya dunia kerja yang mereka kenal," kata Rudy.

"Kerja itu kan bisa diniatkan untuk ibadah juga," gagas Yuyun.

"Mungkin itu justru ciri khas orang kaya yang sesungguhnya," ujar Lilik.

"Saya kira, kalau sudah kaya raya tapi tetap rajin bekerja keras, itu terkait dengan etos kerja mereka. Mereka merasa
pekerjaannya sebagai rahmat, cocok dengan panggilan hidupnya, dan bekerja itu nikmat bagi mereka," papar Dewi.

"Lagi pula kalau tidak bekerja, lalu ngapain?" kata Indra.

***

Charles Schwab, tokoh legendaris dalam industri baja di Amerika Serikat, pernah mengatakan, "Barangsiapa yang tidak
bekerja demi cintanya pada pekerjaan itu, melainkan hanya untuk mendapatkan uang semata, maka pekerjaan itu tidak
akan menghasilkan uang ataupun kebahagiaan dalam hidupnya." Ia mungkin benar. Berbagai studi mengenai orang
kaya menunjukkan bahwa kebanyakan orang kaya memilih pekerjaan yang disukai dan dicintainya. Walau awal
keterlibatan mereka dalam pekerjaan atau bisnis tersebut bisa juga karena "terpaksa" atau "kebetulan", tetapi kemudian
mereka mampu menumbuhkan rasa cinta terhadap bisnis dan pekerjaannya itu. Hal ini membuat mereka bertahan
mengerjakan bisnis atau pekerjaan yang sama selama bertahun-tahun, mempelajarinya dengan saksama, sehingga
menjadi ahli dalam soal tersebut.

Seperti pengalaman Martin J. Grunder, Jr seorang pebisnis di Dayton, Ohio, Amerika. Sejak remaja ia sangat tertarik
pada soal memotong rumput dan menata pekarangan belakang rumah orangtua dan kerabatnya di Ohio Selatan. Lalu,
ketika mulai kuliah, ia memutuskan untuk mendirikan perusahaan pertamanya Grunder Landscaping Company.
http://www.nutrendunited.com

_PDF_POWERED

_PDF_GENERATED 16 December, 2008, 21:31

NutrendUnited.com : Media promosi online stokis / stock center bisnis nutrend international.

Modalnya waktu itu adalah sebuah mesin pemotong rumput seharga 25 dolar AS yang dibeli dari toko loak (barang
bekas). Selama lima tahun pertama, usahanya tidak mengalami perkembangan yang berarti, bahkan akuntannya
menyarankan agar ia menutup saja usaha tersebut. Tetapi, Grunder maju terus. Pada tahun terakhir kuliahnya,
perusahaan Grunder telah bernilai 300.000 dolar dan kisahnya dimuat di The New York Times. Dan, pada tahun 2003
Grunder Landscaping memiliki lebih dari 40 pegawai profesional dengan omzet tahunan 3 juta dolar. Ia menerima tak
kurang dari 30 penghargaan lokal maupun nasional atas usaha yang dilakukannya. Dan yang paling menarik adalah ia
dengan tegas mengatakan, "... saya sangat mencintai pekerjaan saya, dan saya tak keberatan untuk bangun setiap pagi
dan berangkat bekerja. ..., saya selalu mencintai pekerjaan saya. Yang saya lakukan adalah hal-hal yang memang saya
cintai, jadi mudah bagi saya untuk maju."
Memilih untuk melakukan apa yang memang disukainya, itulah benang merah yang juga akan kita temukan ketika
membaca riwayat hidup orang-orang super kaya dari industri dotcom, seperti Bill Gates, Larry Allison, Jeff Bezos, Steve
Jobs, dan Michael Dell. Mereka mencintai apa yang mereka kerjakan, dan karena itu mereka mengerjakan dengan
gegap gempita. Halangan dan hambatan justru menjadi pemicu gairah, menjadi tantangan yang mengundang untuk
ditaklukkan. Antara "bekerja" dengan "bermain" menjadi sulit dibedakan. Namun, yang juga sangat penting adalah
mereka bisa membuat pekerjaan yang disukainya itu mendatangkan keuntungan dan penghasilan yang luar biasa bagi
dirinya.

Di Indonesia, kalau kita mau berbincang soal industri jamu, temuilah Irwan Hidayat yang mempopulerkan jargon "Orang
pintar minum tolak angin". Dengan segera kita akan merasakan bahwa ia sangat mencintai dunia yang digelutinya itu.
Dengan fasih ia akan menuturkan sejarah dunia perjamuan, tantangannya di masa lalu dan saat ini, serta sejumlah
rencana yang ingin segera ia laksanakan. Atau, dengarkanlah apa yang sering kali dibicarakan oleh pebisnis sukses
macam Jakob Oetama, pendiri dan pemimpin Kelompok Kompas Gramedia. Kita akan segera maklum mengapa ia gigih
mempertahankan bisnis di seputar soal media cetak, toko buku, percetakan, penerbitan, televisi, perhotelan, dan
sejumlah usaha lain yang menopang proses pelestarian dan pengembangan kebudayaan Indonesia. Dan, bila kita
sempat mempelajari kiprah pebisnis bernama Djoenaidi Joesoef, pendiri dan pemilik kelompok bisnis Konimex, kita juga
akan tahu bahwa ia mencintai bidang kefarmasian sejak masih sangat muda. Ia terlibat dalam sejumlah proses
peracikan obat-obat yang kemudian menjadi sangat terkenal di negeri ini.

Demikianlah orang-orang kaya, terutama yang merupakan generasi pertama—pendiri dan sekaligus
pemilik—meraih kemapanan secara keuangan karena menekuni bidang pekerjaan yang mereka cintai sungguhsungguh. Awalnya ada yang merasa "terpaksa", atau sekadar "kebetulan", tetapi ada juga yang memilih dengan sadar
dan sengaja. Apa pun awalnya tidaklah penting. Yang penting mereka berhasil menumbuhkan kecintaan terhadap
pekerjaan dan bisnis yang ditekuninya. Dan rasa cinta yang besar membuat mereka tidak keberatan untuk selalu
bangun pagi. Dengan senang hati mereka bekerja keras sepanjang hari selama bertahun-tahun (sebenarnya mereka
tidak pernah merasa "bekerja keras", sebab yang dilakukan adalah apa yang memang "disukai"). Dan dengan gembira
pula mereka menuai buah-buah kerja kerasnya dalam bentuk pundi-pundi kekayaan yang luar biasa.

Jadi, mengapa orang-orang yang sudah sangat kaya raya masih saja suka bekerja keras? Karena, mereka mencintai
pekerjaan mereka. Karena pekerjaan itu memberikan gairah hidup bagi dirinya. Karena, pekerjaan itu telah menjadi
habitus, menjadi bagian dari nafas hidupnya. Karena, pekerjaan itu mereka anggap mulia. Karena, mereka tidak lagi
bekerja untuk memperoleh uang, tetapi untuk memperoleh hal-hal yang tidak bisa dibeli dengan uang (cinta, kemuliaan,
kehormatan, dsb).

Oprah Winfrey, perempuan kulit hitam paling kaya dan paling berpengaruh itu, pernah berkata, "Jika Anda telah
menemukan pekerjaan yang bersedia Anda kerjakan sekalipun imbalannya tidak besar, maka Anda sudah berada di
jalan menuju keberhasilan." Demikiankah?[aha]

* Andrias Harefa adalah penulis 30 buku laris. sumber : pembelajar.com

http://www.nutrendunited.com

_PDF_POWERED

_PDF_GENERATED 16 December, 2008, 21:31

NutrendUnited.com : Media promosi online stokis / stock center bisnis nutrend international.

http://www.nutrendunited.com

_PDF_POWERED

_PDF_GENERATED 16 December, 2008, 21:31

Anda mungkin juga menyukai