Anda di halaman 1dari 10

Vol. 13, No.

1, Maret 2013 ISSN 1829 - 9598

LENTERA
JURNAL ILMIAH SAINS DAN TEKNOLOGI

Metoda Analisis Kebutuhan Air Dalam Mengembangkan Sumberdaya Air


Cut Azizah ........................................................................................................................ .....1
Permodelan Dalam Perencanaan Konservasi Tanah dan Air
Halus Satriawan............................................................................................................... ....10
Perbandingan Prestasi Siswa Antara Pembelajaran Problem Solving Dengan
Metode Konvensonal Pada Dalil Phytagoras Terhadap Siswa Kelas VIII SMP
Negeri 1 Peusangan Selatan Kabupaten Bireuen
Marzuki ............................................................................................................................. ....19
Analisis Faktor Profesionalisme Aparatur Sekretariat Daerah Kabupaten Aceh
Besar (Studi Pada Faktor Kemampuan Dan Performansi)
Rahmad ............................................................................................................................ ....27
Sistem Kupon Pelayanan Kesehatan Ibu Peserta Jamkesmas dan Kepuasan Kerja
Bidan Desa di Kabupaten Bireuen-Aceh
Nurhidayati....................................................................................................................... ....37
Keberadaan Lembaga Dewan Perwakilan Daerah Berdasarkan Undang-Undang
Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Taufik Jahidin .................................................................................................................. ....45
Penelitian Variasi Genetik Pada Genotip Padi Modern Malaysia (MR)
Menggunakan Teknik Amplified Fragment Length Polymorphism (AFLP)
Jaswar, Mohamad bin Osman ........................................................................................ ....55
Penerapan Teknologi Web Service Untuk Integrasi Layanan Puskesmas dan
Rumah Sakit
Rokhmat Hidayat ............................................................................................................. ....62
Intensitas Infeksi Soil Transmitted Helminths Pada Murid SDN Pertiwi Lamgarot
Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar
Khairun Nisa, Rahmayanti, Farah Fajarna..................................................................... ....69
Etika Moral dan Ahlak
Al Mawardi ....................................................................................................................... ....78
Sistem Pengingat Ujian Mahasiswa Berbasis SMS Dengan Menggunakan Java
J2SE
Mutammimul Ula.............................................................................................................. ....84
Pemanfaatan Bluetooth Sebagai Media Komunikasi
Riyadhul Fajri................................................................................................................... ....94
Sistem Pendukungkeputusan Penentuan Penerima Beasiswa PPA Menggunakan
Metode Simple Addictive Weighting (SAW) dan Entropy Pada Fakultas Ilmu
Komputer Universitas Almuslim
Zara Yunizar..................................................................................................................... ....102
Sejarah Pendidikan Islam pada Awal Kemerdekaan Indonesia
Zahriyanti Zubir, Khairunnisak....................................................................................... ....111
Kontribusi Dayah Darul Iman Dalam Pemberantasan Buta Huruf Al-Quran Di
Blang Cot Tunong
Muhammad Iqbal, Muhammad Rizal ............................................................................ ....116
PERMODELAN DALAM PERENCANAAN KONSERVASI TANAH
DAN AIR

Halus Satriawan
Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Almuslim

ABSTRAK
Salah satu alat bantu yang dapat digunakan dalam perencanaan penggunaan lahan adalah
model prediksi erosi. Penggunaan model-model erosi telah banyak digunakan di berbagai negara
termasuk Indonesia, namun demikian pengembangan model-model erosi dan input paramaternya
yang sesuai untuk kondisi negara tropis seperti Indonesia belum banyak dilakukan. Ada dua macam
model penduga erosi yang sekarang ini banyak dipakai yakni model berbasis empirik (empirically
based model) dan model berbasis proses (process based model).
Kata Kunci: Erosi, Permodelan, Konservasi Tanah dan Air

I. PENDAHULUAN di Indonesia, kerugian yang diakibatkan


Erosi yang dipercepat (accelerated oleh erosi akan jauh lebih besar dari angka
erosion) timbul sejak manusia mengenal tersebut di atas.
budidaya pertanian. Erosi menjadi masalah Dengan besarnya resiko yang bakal
sejak pengelolaan lahan dilakukan secara terjadi, maka pencegahan erosi merupakan
lebih intensif, sehubungan dengan aspek yang tidak boleh dilupakan dalam
peningkatan kebutuhan sandang, pangan, pengelolaan lahan, baik untuk pertanian
papan dan lainnya sejalan dengan pesatnya maupun penggunaan lainnya. Pencegahan
pertambahan jumlah penduduk. Sejak erosi yakni tindakan konservasi tanah sudah
beberapa dekade yang lalu erosi diakui harus diperhitungkan sejak perencanaan
secara luas sebagai suatu permasalahan penggunaan lahan dilakukan. Untuk
global yang serius. selanjutnya evaluasi dari aplikasi suatu
United Nations Environmental teknik konservasi juga perlu dilakukan agar
Program dalam Lal (1994) menyatakan dapat diyakini apakah sistem pengelolaan
bahwa produktivitas lahan seluas 20 juta lahan yang diterapkan sudah memadai untuk
ha setiap tahun mengalami penurunan ke terwujudnya sistem pengelolaan lahan
tingkat nol atau menjadi tidak ekonomis lagi secara berkelanjutan.
disebabkan oleh erosi atau degradasi yang Sangat disadari oleh berbagai pihak
disebabkan oleh erosi. Penurunan bahwa mencegah erosi sampai batas nol
produktivitas lahan dimana erosi terjadi (tanpa erosi) pada lahan yang dikelola
baru merupakan on-site effect dari erosi, adalah sangat sulit dilakukan. Oleh karena
belum termasuk kerugian yang disebabkan itu, disepakati bahwa minimal erosi yang
oleh off-site effect dari erosi seperti terjadi dapat ditekan sampai di bawah
sedimentasi sungai, waduk, jaringan irigasi ambang batas yang diperbolehkan. Namun
dan berbagai kerusakan lainnya. Sebagai demikian, sering timbul permasalahan baik
gambaran, di dua wilayah DAS di Indonesia bagi pihak perencana, pelaksana, dan
kerusakan akibat erosi jika dihitung secara evaluator untuk menentukan apakah suatu
nominal untuk kerusakan yang bersifat on- sistem penggunaan lahan dinilai sudah aman
site dan off-site di DAS Citanduy Jawa dari segi pencegahan bahaya erosi. Besarnya
Barat berkisar antara Rp. 88 milyar Rp. erosi dan pengaruh suatu teknik konservasi
268 milyar (Yunus, 2005), dan di DAS tanah terhadap erosi dan aliran permukaan
Tulang Bawang Lampung mencapai Rp. dapat dievaluasi dengan melakukan
97,6 milyar (Sihite, 2001). Jika pengukuran secara langsung di lapangan
diperhitungkan untuk seluruh wilayah DAS atau dengan memprediksinya yaitu dengan

LENTERA: Vol.13 No.1 Maret 2013 10


menggunakan model. Pengukuran secara lebih sederhana dibanding model berbasis
langsung membutuhkan waktu pengamatan proses (ICRAF, 2001; Schmitz dan
yang relatif lama dan memerlukan biaya Tameling, 2000). Umumnya model berbasis
yang mahal, baik untuk instalasi alat, empirik ini memprediksi rata-rata tahunan
pengoperasian, maupun pemeliharaan alat. aliran permukaan dan erosi berdasarkan
Oleh karena itu, penggunaan model dapat prediksi jangka panjang. Model ini tidak
menjadi salah satu alternatif. Paper ini mempertimbangkan distribusi spasial dari
menguraikan peran permodelan dalam input parameter dan interaksinya yang akan
perencanaan konservasi tanah, berbagai mempengaruhi output.
kendala yang dihadapi dalam penggunaan Model berbasis proses atau sering
permodelan di Indonesia, dan bentuk-bentuk dikenal dengan model fisik merupakan
permodelan yang berpeluang untuk terus suatu model yang berhubungan dengan
dikembangkan. hukum kekekalan massa dan energi.
Persamaan diferensial atau dikenal sebagai
II. MODEL PENDUGAAN EROSI
persamaan kontinuitas digunakan dan
Salah satu alat bantu yang dapat diaplikasikan untuk erosi tanah pada satu
digunakan dalam perencanaan penggunaan segmen tanah pada lahan yang berlereng.
lahan adalah model prediksi erosi. Secara Model fisik ditujukan untuk dapat
ideal, metode prediksi erosi harus menjelaskan proses erosi dengan
memenuhi persyaratan-persyaratan, seperti: menggunakan persamaan fisika, namun
1) dapat diandalkan, 2) secara universal demikian persamaan empiris kadang-kadang
dapat dipergunakan, 3) mudah digunakan masih digunakan di dalamnya (ICRAF,
dengan data yang minimum, 4) 2001). Persamaan yang digunakan pada
komprehensif dalam hal faktor yang model fisik ini tergolong sulit dan
digunakan, 5) mempunyai kemampuan mengandung parameter-parameter yang
untuk mengikuti perubahan tata guna lahan kadang-kadang sukar untuk diukur. Namun
dan tindakan konservasi tanah (Arsyad, demikian, model fisik mempunyai
2010). kemungkinan untuk memperoleh hasil yang
Haan (1989) mendefinisikan model lebih baik dibandingkan model empiris
sebagai kumpulan hukum-hukum fisik dan (Schmitz dan Tameling, 2000), karena
atau pengamatan empirik yang ditulis dalam model fisik merupakan permodelan proses-
bentuk persamaan-persamaan matematik proses erosi, sehingga pengguna dapat
dan dikombinasikan sedemikian rupa untuk memahami lebih baik proses-proses erosi
menghasilkan sekumpulan hasil berdasarkan yang terjadi dan dampak dari terjadinya
pada sekumpulan kondisi yang sudah proses tersebut.
diketahui atau diasumsikan. Hubungan Paling tidak terdapat tiga alasan
dengan erosi tanah, permodelan merupakan dilakukannya pemodelan erosi, yaitu: (a)
penggambaran secara matematik proses- model erosi dapat digunakan sebagai alat
proses penghancuran, transport, dan prediksi untuk menilai/menaksir kehilangan
deposisi partikel tanah di atas permukaan tanah yang berguna untuk perencanaan
lahan (Nearing et al., 1994). Ada dua konservasi tanah (soil conservation
macam model penduga erosi yang sekarang planning), perencanaan proyek (project
ini banyak dipakai yakni model berbasis planning), inventarisasi erosi tanah, dan
empirik (empirically based model) dan untuk dasar pembuatan peraturan
model berbasis proses (process based (regulation); (b) model-model matematik
model). yang didasarkan pada proses fisik
Model berbasis empirik (physically-based mathematical models)
menghubungkan langsung keluaran dari dapat memprediksi erosi dimana dan kapan
model (output) dengan input (misalnya erosi terjadi, sehingga dapat membantu para
penggunaan lahan, luas, dan lereng) dengan perencana konservasi tanah dalam
menggunakan model-model statistik. Model menentukan targetnya untuk menurunkan
berbasis empirik umumnya membutuhkan erosi; dan (c) model dapat dijadikan sebagai
lebih sedikit input dan perhitungan yang alat untuk memahami proses-proses erosi

LENTERA: Vol.13 No.1 Maret 2013 11


dan interaksinya, dan untuk penetapan Model USLE sebenarnya relatif
prioritas penelitian. memenuhi persyaratan suatu model dan
cukup konfrehensif dalam hal faktor-faktor
III. MODEL PENDUGAAN EROSI
yang digunakan yakni menggunakan 6
UNTUK PERENCANAAN
faktor erosi dalam proses perhitungan.
KONSERVASI TANAH
Model ini juga cukup mempunyai
Generasi awal dari model penduga kemampuan untuk mengikuti perubahan tata
erosi dikembangkan pada tahun 1940-an guna lahan dan tindakan konservasi, di
dengan menggunakan parameter panjang antaranya karena berbagai percobaan untuk
dan kemiringan lahan (Zing, 1940). Smith mendapatkan nilai faktor C (crop) dan P
(1941) dan Browning et al. (1947 dalam (pengelolaan) telah banyak dilakukan di
Wischmeier and Smith, 1976) kemudian Indonesia, sehingga model ini dapat
memperbaiki model ini dengan diaplikasikan dalam konsidi yang relatif
menambahkan parameter tanaman dan sesuai. Parameter metoda USLE ini secara
teknik konservasi tanah, Musgrave (1947 matematika adalah:
dalam Wischmeier and Smith (1976) juga
A=RKLSCP
menambahkan parameter tanah dan hujan.
Wischmeier and Smith (1976, 1978) Keterangan :
mengembangkan Universal Soil Loss A= banyaknya tanah yang tererosi
Equation (USLE) yang memprediksi erosi (ton/ha/th)
tanah berdasarkan pada 6 faktor yaitu R= faktor indeks (erosivitas) hujan
erosivitas hujan, erodibilitas tanah, panjang K= faktor erodibilitas tanah
lereng, kemiringan lahan, penutupan L= faktor panjang lereng
tanah/land use, dan sistem pengelolaan S= faktor kecuraman lereng
lahan. Selanjutnya paling tidak selama C= faktor vegetasi penutup tanah dan
empat dekade terakhir, berkembang pengelolaan tanaman
beberapa model empiris lainnya, misalnya P= faktor tindakan-tindakan khusus
RUSLE, MUSLE (modified universal soil konservasi tanah
loss equation) yang berpatokan pada konsep
USLE. Penetapan nilai faktor-faktor dalam
Beberapa model fisik dikembangkan model USLE dapat dihitung dengan
setelah generasi USLE, salah satu di menggunakan rumus-rumus atau hasil
antaranya adalah model fisik GUEST penelitian yang sudah ada:
(griffith university erosion system template) Faktor Erosivitas hujan (R)
(Rose et al., 1997). Beberapa model erosi
untuk DAS yang berkaitan dengan hidrologi Energi Kinetis hujan, dalam USLE
yang juga berdasarkan pada konsep USLE dihitung dengan rumus : E = 210 + 89 log I.
adalah ANSWERS (areal non-point sources Di Indonesia data hujan harian untuk
watershed environment response menghitung EI30 belum banyak tersedia
simulation) yang selanjutnya diperbaiki sehingga biasanya menggunakan rumus
dengan model AGNPS atau agricultural EI30 yang dikembangkan oleh Bols (1978
non-point source pollution model diacu dalam Arsyad 2010). Menurut Bols
(Sinukaban, 1997). Selain model-model (1978 diacu dalam Arsyad 2010), faktor
yang telah disebutkan, masih banyak model- erosivitas hujan (R) merupakan
model lainnya yang berkembang di berbagai penjumlahan nilai-nilai indeks erosi hujan
negara misalnya Chemical, Run-off, and bulanan dan dihitung berdasarkan
Erosion from Agricultural Management persamaan :
System/CREAMS, Soil and Water
EI30 = 6,119 (Rain)1,21(Days)-0,47(Maxp)0,53
Assessment Tool /SWAT, Water Erosion
Prediction Project/WEPP, dan lain Keterangan :
sebagainya. EI30 = indeks erosi hujan bulanan
Rain = curah hujan rata-rata bulanan (cm)
3.1. Model USLE

LENTERA: Vol.13 No.1 Maret 2013 12


Days = jumlah hari hujan rata-rata per Penentuan faktor tindakan konservasi
bulan tanah dan air (P) dilakukan dengan
Maxp = curah hujan maksimum selama 24 membandingkan erosi yang terjadi pada plot
jam dalam bulan bersangkutan (cm) standar dengan erosi yang terjadi pada plot
dengan teknik konservasi tertentu.
Faktor Erodibilitas Tanah (K)
Namun demikian, banyak yang
Erodibilitas tanah (kepekaan erosi berpendapat bahwa hasil prediksi dari
tanah), yaitu erosi per indeks erosi hujan model USLE kurang akurat yakni seringkali
untuk suatu tanah dalam keadaan standar. terlalu overestimate. Salah satu faktor yang
Kepekaan erosi tanah ini sangat dipengaruhi seringkali kurang disadari oleh para
oleh tekstur, kandungan bahan organik, pengguna model ini adalah berhubungan
permeabilitas dan kemantapan struktur dengan skala penggunaan, misalnya
tanah. Nilai erodibilitas tanah dihitung menggunakan USLE untuk memprediksi
dengan menggunakan rumus Wischmeier erosi pada skala DAS. Tarigan dan
dan Smith (1978) : Sinukaban (2001) menyatakan bahwa USLE
berfungsi baik untuk skala plot, sedangkan
100K = {1,292 (2,1 M1,44 (10-4)(12 a) + untuk skala DAS dapat menjadi over
3,25 (b 2) + 2,5 (c 3)} estimate, salah satunya karena faktor filter
sedimen tidak terakomodasi, namun USLE
Keterangan :
K = erodibilitas tanah bermanfaat dalam hubungannya dengan on-
M = kelas tekstur tanah (% pasir halus site effect dari erosi. Dengan demikian
USLE masih tergolong layak digunakan
+ % debu)(100 - % liat)
untuk perencanaan teknik konservasi untuk
a = % bahan organik
skala usahatani dimana on-site effect dari
b = kode struktur tanah
erosi menjadi pertimbangan utama.
c = kode permeabilitas profil tanah
Faktor Panjang dan Kemiringan Lereng 3.2. Model Pengembangan USLE
(LS) Untuk perencanaan konservasi tanah
pada skala yang lebih luas, akan lebih
Faktor panjang lereng, yaitu nisbah
realistis jika digunakan model-model yang
antara besarnya erosi pada panjang lereng
merupakan pengembangan dari USLE,
tertentu dengan erosi tanah dengan panjang
sehingga data-data dari faktor erosi seperti
lereng 22 m dan dalam keadaan identik.
Sedangkan faktor kemiringan lereng, yaitu faktor C dan P masih bisa dimanfaatkan,
karena jika harus dimulai dengan
nisbah antara besarnya erosi tanah pada
pengumpulan data baru akan dibutuhkan
kelerengan tertentu dengan erosi tanah pada
waktu yang tidak singkat. Beberapa contoh
kelerengan 9% dengan keadaan identik.
model erosi untuk skala DAS yang
Faktor panjang dan kemiringan lereng juga
bisa dihitung secara langsung (digabung) merupakan pengembangan dari model
menurut rumus (Wischmeier dan Smith USLE adalah SLEMSA, CALSITE,
RUSLE, dan WEPP. Menurut Elwell dalam
1978):
Dickinson dan Collin (1998), SLEMSA
LS X (0,0138 0,00965S 0,00138S 2 )(Soil Loss EstiMator for Southtern Africa)
Keterangan : X = panjang lereng (m) dan S menggunakan parameter yang sama dengan
= kecuraman lereng (%) model USLE tetapi telah dimodifikasi dan
diadaptasikan dengan kondisi daerah dan
Faktor Tanaman dan Pengelolaannya (C) iklim di Zimbabwe (Afrika Selatan)
khususnya pada suatu bentang lahan di
Penentuan faktor C untuk berbagai dataran tinggi.
jenis tanaman dilakukan dengan Selanjutnya dilaporkan bahwa
membandingkan erosi yang terjadi pada plot meskipun pendekatan model ini sudah lebih
standar dengan erosi yang terjadi pada plot maju dari model USLE tetapi sangat
dengan tanaman tertentu. spesifik lokasi sehingga belum dapat
Faktor Tindakan Konservasi (P) digunakan di daerah lain yang berbeda

LENTERA: Vol.13 No.1 Maret 2013 13


kondisinya. CALSITE (CALibrated yang berkaitan dengan hidrologi permukaan
SImulation of Transported Erosion) adalah infiltrasi, kelebihan curah hujan,
merupakan model kombinasi dari USLE dan simpanan depresi dan puncak aliran. Aliran
SLEMSA (Dickinson and Collin, 1998). permukaan dihitung menggunakan
Parameter model sama dengan USLE yaitu persamaan gelombang kinematik dan
R (faktor erosivitas hujan), K (faktor perkiraan terhadap larutan kinematik.
erodibilitas tanah), CP (faktor jenis tanaman Infiltrasi dihitung menggunakan model
penutup tanah dan tindakan konservasi Green-Ampt Mein Larson (GAML) untuk
tanah), dan LS (faktor panjang dan curah hujan yang berubah-ubah (unsteady):
kemiringan lereng). Model ini telah
digunakan dan dimodifikasi di negara Asia
wf v
Tenggara, seperti Thailand dan Filipina, f inf,t Ke 1

untuk perencanaan pengelolaan kawasan
Finf,t
yang luas (catchment area). Model
CALSITE dapat menentukan dan
Dimana f inf,t adalah laju infiltrasi pada waktu t
mengidentifikasi erosi tanah dan hasil (mm/jam), Ke adalah konduktivitas hidrolik
sedimen (sediment yield) yang terjadi dalam efektif (mm/jam), wf potensial matrik
suatu kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) pembasahan (mm), v adalah perubahan dalam
dengan mengikuti arah aliran ke bawah kadar kelembaban volumetrik pembasahan, dan
yang bermuara ke suatu outlet DAS. Finf,t adalah infiltrasi kumulatif pada waktu t
(mm).
3.3. Model WEPP Laju kelebihan hujan adalah ditetapkan
Model WEPP untuk DAS adalah terjadi hanya ketika laju curah hujan
sebuah program simulasi komputer melebihi laju infiltrasi. Volume kelebihan
kontinyu yang memprediksi hasil sedimen hujan dikurangi menjadi simpanan storage
dan sedimentasi dari aliran di permukaan dan aliran permukaan diasumsikan mulai
tanah pada lahan yang berlereng, hasil terjadi jika simpanan depresi telah
sedimen dan sedimentasi dari aliran yang terpenuhi. Untuk kejadian aliran permukaan
terkonsentrasi dalam saluran yang kecil, dan yang menghasilkan hidrograf
sedimentasi pada outlet. Model WEPP kesetimbangan parsial, volume kelebihan
menghitung distribusi spasial dan temporal hujan dikurangi menjadi jumlah air
(waktu) sedimentasi dan hasil sedimen, dan terinfiltrasi.
menyediakan perkiraan secara tepat kapan Laju puncak aliran pada saluran sub-
dan dimana terjadinya erosi di dalam DAS DAS atau outlet DAS dihitung dengan dua
atau pada lahan yang berlereng, dengan metode, tergantung pada apakah model
demikian dapat dipilih perhitungan dijalankan secara kontinyu atau mode
konservasi untuk mendapatkan single-storm, dan jika ada beberapa
pengendalaian erosi yang efektif (Flanagan overland flow. Metode tersebut adalah: 1)
and Nearing, 1995). persamaan yang digunakan dalam
Aliran permukaan disimulasikan chemicals, runoff, and erosion from
sebagai komponen hidrologi didasarkan agricultural management systems
pada perhitungan kesetimbangan air, yang (CREAMS); 2) versi modifikasi persamaan
bertanggungjawab terhadap proses-proses rasional, sama dengan yang digunakan
seperti presipitasi, evapotranspirasi, aliran dalam model EPIC.
permukaan, pengisian kembali dan Hasil sedimen DAS dihitung dari
simpanan air tanah. Kegunaan utama wilayah lereng bukit dan saluran. Hasil
komponen hidrologi permukaan pada sedimen merupakan hasil penghancuran
WEPP adalah untuk menyediakan agregat, transportasi dan pengendapan
komponen erosi dengan jangka waktu sedimen. Pergerakan sedimen tersuspensi
kelebihan curah hujan, intensitas hujan pada wilayah alur, antar alur dan saluran
selama periode kelebihan hujan, volume didasarkan pada model erosi dalam keadaan
aliran permukaan dan rata-rata laju puncak. tunak (steady) yang diselesaikan dengan
Pada model WEPP, urutan perhitungan persamaan kontinuitas sedimen pada saat

LENTERA: Vol.13 No.1 Maret 2013 14


laju puncak. Persamaan kontinuitas sedimen variasi besar aplikasi kualitas air di tingkat
pada keadaan tunak (steady) digambarkan nasional dan internasional.
sebagai: Model SWAT menghadirkan
heterogenitas spasial dalam skala besar pada
dG wilayah studi dengan pembagian DAS ke
Df Di dalam sub-DAS, yang pembatasannya
dx didasarkan atas prosedur otomatis
menggunakan data Digital Elevation Model
Dimana G adalah pelepasan sedimen (kg/dtk/m), (DEM). Tiap sub-DAS diparameterkan
x menunjukkan panjang lereng (m), Df adalah menggunakan seri unit respon hidrologi
laju erosi riil (kg/dtk/m2)dan Di adalah
pengiriman sedimen inter riil riil (kg/dtk/m2).
(HRUs). Satu unit respon hidrologi adalah
D dianggap sebagai independen dari x dan selalu kombinasi penggunaan lahan tertentu, jenis
bernilai >0, Df >0 untuk proses penghancuran tanah dan batasan kemiringan lereng.
agregat dan <0 untuk proses pengendapan. Pembagian DAS ke dalam penggunaan
lahan, dan kombinasi lereng dan tanah
Untuk perhitungan model, Df dan Di memungkinkan model untuk merefleksikan
dihitung pada tiap unit erosi riil berbasis adanya perbedaan pada evapotranspirasi dan
wilayah, sehingga G diselesaikan pada kondisi hidrologi lainnya untuk beberpa
setiap unit riil berbasis luasan. Setelah jenis tanaman dan tanah. Dengan model
dihitung, hasil sedimen menyatakan hasil SWAT, aliran permukaan diprediksi secara
sedimen per unit lahan. terpisah untuk masing-masing HRU dan
3.4. Model SWAT disalurkan untuk memperoleh total aliran
permukaan DAS. Peningkatan ketelitian ini
Selain model yang disebut diatas, memberikan penjelasan fisik yang lebih
model SWAT juga layak digunakan untuk baik terhadap kesetimbangan air. Kadar air
memprediksi erosi dan aliran permukaan tanah, aliran permukaan, siklus unsur hara,
untuk praktik konservasi tanah dan air. hasil sedimen, pertumbuhan tanaman dan
SWAT dikembangkan untuk memprediksi praktik pengelolaan disimulasikan untuk
dampak praktik pengelolaan lahan terhadap masing-masing HRU, dan kemudian
air, sedimen dan bahan kimia pertanian diagregatkan/diakumulasikan untuk sub-
dalam DAS yang besar dan komplek dengan DAS melalui pembobotan rata-rata.
bermacam-macam jenis tanah, penggunaan Penggolongan berbagai parameter yang
lahan dan kondisi pengelolaan dalam didasarkan atas HRUs ditunjukkan pada
periode yang lama (Neitsch et al., 2005). tabel 1.
Model ini menjadi alat yang efektif untuk
mengevaluasi isu-isu sumberdaya air dalam
Tabel 1. Penggolongan berbagai parameter berdasarkan HRUs pada model SWAT
Jenis Input Fungsi Contoh Parameter Arti Parameter
.sol File masukan tanah; SOL_AWC Kapasitas air tersedia
menggambarkan sifat pada lapisan tanah
fisik pada setiap lapisan SOL_K Konduktivitas hidrolik
tanah jenuh
USLE_K Faktor perhitungan
erodibilitas tanah
USLE
.gw File masukan air tanah; ALPHA_BF Faktor base flow alpha
menggambarkan
kekuatan yang mengatur
pergerakan air ke dlam GWQMN Ambang kedalaman air
dan ke luar aquifer dalam aquifer dangkal
yang diperlukan untuk
terjadinya aliran
pengembalian

LENTERA: Vol.13 No.1 Maret 2013 15


GW_REVAP Koefisien air tanah
revap
.mgt File masukan ringkasan BIOMIX Efisiensi faktor biologi
pengelolaan unit respon
hidrologi (HRU),
perincian tentang CN2 Nilai Curve Number
praktek pengelolaan SCS II
tanah dan air
USLE_P Faktor pengelolaan
USLE

.hru File masukan HRU CANMX Simpanan kanopi


secara umum, berisi maksimum
informasi yang
berhubungan dengan ESCO Faktor kompensasi
keanekaragaman corak evaporasi tanah
dalam HRU EPCO Faktor kompensasi
pengambilan oleh
tanaman

Dalam model SWAT, volume aliran konsentrasi DAS dihitung dengan


permukaan diprediksi dari hujan harian menggunakan rumus Mannings dengan
menggunakan persamaan soil conservation mempertimbangkan aliran permukaan dan
service (SCS) curve number (CN) (Williams saluran.
and LaSeur, 1976): Dalam model SWAT, erosi dan hasil

Q Sur f
Rday Ia 2 sedimen dihitung untuk setiap unit respon
hidrologi (HRU) dengan MUSLE
Rday Ia S (Williams, 1975), dibandingkan dengan
USLE, model SWAT mempunyai tingkat
akurasi yang lebih tinggi. Tidak diperlukan
Dimana Qsurf adalah akumulasi aliran permukaan rasio pelepasan, dan hasil sedimen pada
atau ketebalan hujan (mm), Rday adalah kejadian hujan tunggal bisa dihitung. Model
kedalaman hujan dalam satu hari (mm), Ia adalah hidrologi menyumbang perhitungan volume
abstraksi awal, yang mana termasuk simpanan aliran permukaan dan laju puncak aliran
permukaan, intersepsi dan infiltrasi sebelum permukaan sub DAS, digunakan untuk
terjadinya aliran permukaan (mm), dan S adalah menghitung variabel energi erosivitas oleh
parameter retensi/penyimpanan (mm) yang
aliran permukaan. Faktor pengelolaan
bervariasi untuk setiap sub DAS menurut jenis
tanah, penggunaan lahan, pengelolaan lahan dan dihitung kembali setiap hari dimana terjadi
kemiringan lereng. aliran permukaan. Faktor ini merupakan
Laju puncak aliran permukaan dalam fungsi biomassa di atas permukaan tanah,
model SWAT dihitung menggunakan rumus residu tanaman di permukaan tanah dan
rasional yang dimodifikasi. Aliran tutupan lahan minimum serta faktor
diarahkan melalui saluran menggunakan manajemen untuk tanaman. Faktor-faktor
variable koefisien simpanan yang lain untuk persamaan erosi dijelaskan
dikembangkan oleh Williams (1969), atau sebagai:
dengan metode routing Muskingum. Waktu
Sed 11,8 Qsurf * q peak * Ahru
0 , 56
K USLE CUSLE PUSLE LUSLE Fcfrg
pengelolaan tanaman USLE, PUSLE adalah faktor
Dimana Sed adalah hasil sedimen (ton) yang tindakan konservasi USLE, LUSLE adalah faktor
dihasilkan setiap hari, Qsurf adalah volume aliran kemiringan lereng, dan Fcfrg adalah faktor
permukaan (mm/ha), qpeak adalah laju puncak fragmen kasar.
aliran permukaan (m3/detik). Ahru adalah area
Transport sedimen di dalam saluran
unit respon hidrologi (ha), KUSLE adalah faktor
erodibilitas tanah USLE, CUSLE adalah faktor dikontrol melalui dua proses yang

LENTERA: Vol.13 No.1 Maret 2013 16


bersamaan, yaitu pengendapan dan IV. PENUTUP
penghancuran. Jumlah maksimal sedimen
Dampak penerapan teknik konservasi
yang bias diangkut dari setiap segmen
tanah terhadap besarnya erosi yang terjadi
adalah fungsi dari puncak velocity saluran.
dapat dievaluasi melalui 2 cara yaitu
Kekuatan aliran digunakan untuk menarik
pengukuran langsung di lapangan dan
kembali material yang hilang dan
diprediksi menggunakan model-model
diendapkan sampai semua material
matematis yang dibangun untuk maksud
dipindahkan. Kekuatan aliran yang berlebih
tersebut. Pengukuran langsung memerlukan
menyebabkan kerusakan yang parah, yang
waktu yang lama untuk menghasilkan data
disesuaikan untuk erodibilitas dan tutupan
yang memadai untuk bisa dibandingkan dan
lahan.
biaya yang tidak sedikit untuk memelihara
3.5. Model GUEST dan mengamatinya di lapangan, untuk itu
model-model erosi dapat menjadi alternatif
Model fisik yang juga lebih realistik
yang cepat dapat memberikan angka
dibandingkan model empiris adalah model
kuantitatif.
yang mendiskripsikan suatu proses
Penggunaan model-model erosi telah
erosi/sedimen berdasarkan teori/hukum-
banyak digunakan di berbagai negara
hukum fisik, seperti model GUEST (Griffith
termasuk Indonesia, namun demikian
University Erosion System Template)
pengembangan model-model erosi dan input
menurut Rose (1997). Penentuan erosi
paramaternya yang sesuai untuk kondisi
dengan model ini menggunakan persamaan.
negara tropis seperti Indonesia belum
banyak dilakukan. Pengembangan model
Q exp (k . C
0, 4
M k Qeff s s ) berbasis proses sudah saatnya untuk
dikembangkan di Indonesia karena model
ini dapat menunjukkan kejadian erosi secara
Dimana: M = Konsentrasi sedimen, k = kapasitas keruangan (spatial) dan waktu. Informasi
tranportasi dari run-off, Qeff = debit aliran tersebut sangat penting dalam perencanaan
permukaan efektif, ks = konstanta permukaan
kontak, Cs = penutup tanaman, = erodibilitas.
konservasi tanah untuk menentukan kapan
Dibandingkan dengan USLE, salah dan dimana tempat yang tepat untuk
satu keunggulan dari model fisik seperti mengimplementasikan suatu teknik
GUEST adalah terakomodasinya fungsi pencegahan erosi dan aliran permukaan.
filter sedimen. Dalam model GUEST DAFTAR PUSTAKA
terdapat tiga parameter yang dipengaruhi
oleh spesific filterstrips dan tipe Arsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air.
penggunaan lahan, yaitu: koefisien Pembrit. IPB/IPB Pros. Cetakan ke
manning, faktor penutupan permukaan 10. Bogor.
tanah (the surface contact cover factor) Flanagan, D.C., Nearing, M.A., 1995.
yakni Cs dan Ks. Koefisien manning USDA-Water Erosion Prediction
meningkat ketika kekasaran permukaan Project: Hillslope Profile and
meningkat, dan membuat kecepatan aliran Watershed Model Documentation.
menurun, selanjutnya menyebabkan hasil NSERL Report No. 10. USDA-
sedimen (sedimen yield) menurun. ARS National Soil Erosion
Faktor erodibiltas tanah yang Research Laboratory, West
digunakan dalam model GUEST () lebih Lafayette.
pasti dibandingkan dengan K dalam USLE.
sebagian besar berhubungan dengan soil ICRAF (International Center for Research
strenght. Depositability () atau kemampuan in Agroforestry). 2001. Modelling
agregat atau partikel tanah untuk Erosion at Differrent Scales, Case
mengendap, juga dilibatkan dalam Study in The Sumber Jaya
perhitungan erosi. Watershed, Lampung, Indonesia.
Internal Report ICRAF,. Bogor.
84p.

LENTERA: Vol.13 No.1 Maret 2013 17


Lal, R. 1994. Soil Erosion by Wind and Land Use on Soil Erosion. Pusat
Water: Problem and Prospects. In: Penelitian Hutan. (Tidak
R, Lal (Ed.). Soil/Erosion Research dipublikasi).
Methods. Soil and Water
Sihite, T. 2001. Evaluasi dampak erosi
Conservation Society. Florida. p:
tanah model pendekatan ekonomi
1-10.
lingkungan dalam perlindungan
Nearing, M.A., L.J. Lane, and V.L. Lopes. DAS: Kasus Sub-DAS Besai DAS
1994. Modelling Soil Erosion. In Tulang Bawang Lampung.
Lal, R. (Ed.). Soil Erosion Southeast Asia Policy Research
Methods. Soil and Water Working Paper, No. 11.
Conservation Society. Florida. p:
Tarigan, S.D. dan N. Sinukaban. 2000.
127-158.
Peran Sawah sebagai Filter
Neitsch, S.L., Arnold, J.G., Kiniry, J.R., Sedimen: Studi Kasus di DAS Way
Srinivasan, R., Williams, J.R., Besai, Lampung. Prosiding
2005. Soil and Water Assessment Seminar Nasional Multifungsi
Tool Theoretical Documentation, Lahan Sawah. Pusat Penelitian
version 2005. Texas Water Tanah dan Agroklimat
Resources Institute, Temple, TX. bekerjasama dengan MAFF Jepang
dan Sekretariat ASEAN.
Rose, C.W., K.J. Coughland, C.A.A.
Ciesiolka, and B. Fentie. 1997. Williams, J.R., 1969. Flood routing with
Program GUEST (Griffith variable travel time or variable
University Erosion System storage coefficients. Trans. ASAE
Template) In A New Soil 12 (1), 100103.
Conservation Methodology and
Williams, J.R., 1975. Sediment Yield
Application to Cropping Systems
Prediction with Universal Equation
in Tropical Steeplands. (Ed.:
using Runoff Energy Factor, ARS-
Coughlan, K.J. and C.W. Rose).
S-40. Agricultrual Research
ACIAR Technical Reports, No. 40,
Servive, USDA, Washington, DC.
Canberra. p: 34-58.
Williams, J.R., LaSeur, W.V., 1976. Water
Rose, C.W., K.J. Coughland, C.A.A.
yield model using SCS curve
Ciesiolka, and B. Fentie. 1997. The
numbers. J. Hydraul. Div. 102 (9),
Role of Cover in Soil Conservation
12411253.
In Coughlan, K.J. and C.W. Rose
(Eds.). A New Soil Conservation Wischmeier, W.H. 1976. Use and Misuse of
Methodology and Application to the Universal Soil Loss Equation.
Cropping Systems in Tropical Journal of Soil and Water
Steeplands. ACIAR Technical Conservation, January-February
Reports, No. 40, Canberra. p: 59- 1976.
78.
Wischmeier, W.H., and D.D. Smith. 1978.
Schmitz dan Tameling. 2000. Modelling Predicting Rainfall Erosion Losses
erosion at different scales, A. A Guide to Conservation
Preliminary Virtual Exploration of Planning. Agriculture Handbook
Sumber Jaya Watershed, No. 537. U.S. Departement of
International Center For Soil Agriculture, Washington DC. 58p.
Research in Agroforestry (ICRAF),
Bogor. (Unpublished) Yunus, L. 2005. Evaluasi Kerusakan DAS
Citanduy Hulu dan Akibatnya di
Sinukaban, N. 1997. Penggunaan model Hilir. Tesis Sekolah Pascasarjana
WEPP untuk memprediksi erosi. IPB. Bogor.
Dalam Collate Information and
Analyzed Assessment Effect on

LENTERA: Vol.13 No.1 Maret 2013 18

Anda mungkin juga menyukai