Anda di halaman 1dari 20

Hal-hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Mendesain Kolom

Beton Bertulang
Sumber: http://duniatekniksipil.web.id/992/desain-kolom-beton-bertulang/#more-992
14 Feb 2011

A. Analisa
1. Jenis taraf penjepitan kolom. Jika menggunakan tumpuan jepit, harus
dipastikan pondasinya cukup kuat untuk menahan momen lentur dan menjaga
agar tidak terjadi rotasi di ujung bawah kolom.
2. Reduksi Momen Inersia
Untuk pengaruh retak kolom, momen inersia penampang kolom direduksi
menjadi 0.7Ig (Ig = momen inersia bersih penampang)
B. Beban Desain (Design Loads)
Yang perlu diperhatikan dalam beban yang digunakan untuk desain kolom beton adalah:
1. Kombinasi Pembebanan.
Seperti yang berlaku di SNI Beton, Baja, maupun Kayu.
2. Reduksi Beban Hidup Kumulatif.
Khusus untuk kolom (dan juga dinding yang memikul beban aksial), beban
hidup boleh direduksi dengan menggunakan faktor reduksi beban hidup
kumulatif. Rujukannya adalah Peraturan Pembebanan Indonesia (PBI) untuk
Gedung 1983.
Tabelnya adalah sebagai berikut:
Jumlah lantai yang dipikul
1
2
3
4
5
6
7
8 atau lebih

Koefisien reduksi
1.0
1.0
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4

3. Contoh cara penggunaan:


Misalnya ada sebuah kolom yang memikul 5 lantai. Masing-masing lantai
memberikan reaksi beban hidup pada kolom sebesar 60 kN. Maka beban hidup
yang digunakan untuk desain kolom pada masing-masing lantai adalah:
- Lantai 5 : 1.0 x 60 = 60 kN
- Lantai 4 : 1.0 x (260) = 120 kN
- Lantai 3 : 0.9 x (360) = 162 kN
- Lantai 2 : 0.8 x (460) = 192 kN
- Lantai 1 : 0.7 x (560) = 210 kN
Jadi, lantai paling bawah cukup didesain terhadap beban hidup 210 kN saja,
tidak perlu sebesar 560 = 300 kN. Dasar dari pengambilkan reduksi ini adalah
bahwa kecil kemungkinan suatu kolom dibebani penuh oleh beban hidup di
setiap lantai. Pada contoh di atas, bisa dikatakan bahwa kecil kemungkinan
kolom tersebut menerima beban hidup 60 kN pada setiap lantai pada waktu yang
bersamaan. Sehingga beban kumulatif tersebut boleh direduksi.
Catatan: Beban ini masih tetap harus dikalikan faktor beban di kombinasi
pembebanan, misalnya 1.2D + 1.6L.
D. Gaya Dalam
1. Gaya dalam yang diambil untuk desain harus sesuai dengan pengelompokan
kolom apakah termasuk kolom bergoyang atau tak bergoyang, apakah termasuk
kolom pendek atau kolom langsing.
2. Perbesaran momen (orde kesatu), dan analisis P-Delta (orde kedua) juga harus
dipertimbangkan untuk menentukan gaya dalam.
C. Detailing Kolom Beton
Untuk detailing, hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
1. Ukuran penampang kolom.
Untuk kolom yang memikul gempa, ukuran kolom yang terkecil tidak boleh
kurang dari 300 mm. Perbandingan dimensi kolom yang terkecil terhadap arah
tegak lurusnya tidak boleh kurang dari 0.4. Misalnya kolom persegi dengan
ukuran terkecil 300mm, maka ukuran arah tegak lurusnya harus tidak lebih dari
300/0.4 = 750 mm.
2. Rasio tulangan tidak boleh kurang dari 0.01 (1%) dan tidak boleh lebih dari
0.08 (8%). Sementara untuk kolom pemikul gempa, rasio maksiumumnya
adalah 6%. Kadang di dalam prakteknya, tulangan terpasang kurang dari
minimum, misalnya 4D13 untuk kolom ukuran 250250 (rasio 0.85%). Asalkan

beban maksimumnya berada jauh di bawah kapasitas penampang sih, oke-oke


saja. Tapi kalau memang itu kondisinya, mengubah ukuran kolom menjadi
200200 dengan 4D13 (r = 1.33%) kami rasa lebih ekonomis. Yang penting
semua persyaratan kekuatan dan kenyamanan masih terpenuhi.
3. Tebal selimut beton adalah 40 mm. Toleransi 10 mm untuk d sama dengan 200
mm atau lebih kecil, dan toleransi 12 mm untuk d lebih besar dari 200 mm. d
adalah ukuran penampang dikurangi tebal selimut. d adalah jarak antara serat
terluar beton yang mengalami tekan terhadap titik pusat tulangan yang mengalami tarik. Misalnya kolom ukuran 300 x 300 mm, tebal selimut (ke titik
berat tulangan utama) adalah 50 mm, maka d = 300-50 = 250 mm.
Catatan:
- Toleransi 10 mm artinya selimut beton boleh berkurang sejauh 10 atau 12 mm
akibat pergeseran tulangan sewaktu pemasangan besi tulangan. Tetapi toleransi
tersebut tidak boleh sengaja dilakukan, misanya dengan memasang tahu beton
untuk selimut setebal 30 mm.
- Adukan plesteran dan finishing tidak termasuk selimut beton, karena adukan
dan finishing tersebut sewaktu-waktu dapat dengan mudah keropos baik
disengaja atau tidak disengaja.
4. Pipa, saluran, atau selubung yang tidak berbahaya bagi beton (tidak reaktif)
boleh ditanam di dalam kolom,
asalkan luasnya tidak lebih dari 4%
luas bersih penampang kolom, dan
pipa/saluran/selubung tersebut harus
ditanam di dalam inti beton (di dalam
sengkang/ties/begel), bukan di
selimut beton.
Pipa aluminium tidak boleh ditanam,
kecuali diberi lapisan pelindung.
Aluminium dapat bereaksi dengan
beton dan besi tulangan.
5. Spasi (jarak bersih) antar tulangan
sepanjang sisi sengkang tidak boleh lebih
dari 150 mm.
6. Sengkang/ties/begel adalah elemen
penting pada kolom terutama pada daerah
pertemuan balok-kolom dalam menahan
beban gempa. Pemasangan sengkang
harus benar-benar sesuai dengan yang
disyaratkan oleh SNI.
Selain menahan gaya geser, sengkang
juga berguna untuk menahan/megikat tulangan utama dan inti beton tidak

berhamburan sewaktu menerima gaya aksial yang sangat besar ketika gempa
terjadi, sehingga kolom dapat mengembangkan tahanannya hingga batas
maksimal (misalnya tulangan mulai leleh atau beton mencapai tegangan 0.85fc)
7. Transfer beban aksial pada struktur lantai yang mutunya berbeda.
Pada high-rise building, kadang kita mendesain kolom dan pelat lantai dengan
mutu beton yang berbeda. Misalnya pelat lantai menggunakan fc25 MPa, dan
kolom fc40 MPa. Pada saat pelaksanaan (pengecoran lantai), bagian kolom
yang berpotongan (intersection) dengan lantai tentu akan dicor sesuai mutu
beton pelat lantai (25 MPa). Daerah intersection ini harus dicek terhadap beban
aksial di atasnya. Tidak jarang di daerah ini diperlukan tambahan tulangan untuk
mengakomodiasi kekuatan akibat mutu beton yang berbeda.

Komentar

Teknologi Bahan Konstruksi Beton


Sumber: http://bagusprahutdi.wordpress.com/2010/07/14/bab-i-teknologi-bahan-konstruksibeton/
14 Juli 2010

ABSTRAK
Pembangunan dibidang struktur dewasa ini mengalami kemajuan yang sangat
pesat. Baik pada pembangunan perumahan, gedung-gedung, jembatan, bendungan, jalan
raya, pelabuhan, bandara dan sebagainya. Beton merupakan salah satu pilihan sebagai
bahan struktur dalam konstruksi bangunan selain kayu dan logam. Beton diminati
karena banyak memilikin kelebihan-kelebihan dibandingkan dengan bahan lainnya.
Beberapa diantaranya adalah harganya relatif murah, mempunyai kekuatan tekan yang
besar, tahan lama, tahan terhadap api, bahan baku mudah didapat dan tidak mengalami
pembusukan.
Hal lain yang mendasari pemilihan dan penggunaan beton sebagai bahan
konstruksi adalah faktor efektifitas dan tingkat efisiensinya. Secara umum bahan
pengisis (filler) beton terbuat dari bahan-bahan yang mudah diperoleh, mudah diolah
(workability) dan mempunyai keawetan (durability) serta kekuatan (strenght) yang
sangat diperlukan dalam pembangunan suatu konstruksi. Beton sendiri merupakan
campuran homogen dengan perbandingan tertentu antara semen,agregat kasar, agregat
halus dan air serta ditambah pula dengan bahan campuran tertentu bila dianggap perlu.
Ada sedikitnya empat proses yang dilakukan dalam pembuatan beton. Keempat
proses ini mempunyai peran sangat penting dan berpengaruh satu sama lain. Jadi, jika
salahsatu dari keempat proses mengalami kesalahan yang fatal. Maka akan
mempengaruhi mutu suatu beton yang dibuat. Keempat proses itu adalah pemilihan
bahan-bahan yang akan digunakan untuk pembuatan beton, menentukan alternatif
metode campuran (komposisi campuran beton), metode pencampuran bahan-bahan
beton hingga tahap pencetakan dan perawatan (curing) beton yang dicetak.
Tahap-tahap ini yang nantinya akan dibahas dalam kesempatan kali ini.
Bagaimana cara-cara yang baik dan benar. Serta bagaimana seorang ahli beton
mengkondisikan proyek pekerjaan pembuatan beton yang benar.

Beton adalah material bahan yang terdiri dari semen, agregat (split dan pasir),
air, serta bahan tambahan (addmixture) baik kimia maupun mineral jika diperlukan.
Karakteristik beton antara lain :
1. Kuat tekan tinggi.
2. Harga murah.
3. Bahan-bahan penyusun mudah didapat.
4. Mudah diolah.
5. Tahan terhadap api
6. Tahan lama, minimal untuk jangka waktu 30-40 tahun.
7. Tidak mengalami pembususkan.
8. Biaya pemeliharaan rendah.
9. Tahan terhadap temperatur tinggi dan anti-korosi
10. Kekuatan pada umur 28 hari, minimal 70% dari kekuatan yang sebenarnya.
Dapat kita lihat bahwa karakteristik dari beton sebagian besar merupakan kelebihan
beton dibandingkan dengan bahan konstruksi lainnya. Kita dapat ambil poin yang
pertama. Beton memiliki kuat tekan yang tinggi. Karakteristik ini sangat tepat jika beton
digunakan untuk daerah bangunan yang mengalami kuat tekan yang besar. Berbeda
dengan baja, baja cenderung kuat terhadap gaya tarik. Namun lemah jika mengalami
gaya tekan.
Beton juga tahan terhadap api. Berbeda dengan kayu (yang tidak tahan api) hanya
mampu menahan api (jika terjadi kecelakaan) tidak lebih dari 1 jam. Beton mampu
menahan api minimal 4 jam sejak api itu mengenai beton. Dengan pemeliharaan yang
rendah, beton menjadi solusi bagi pemilik proyek yang hanya mempunyai sedikit uang
umtuk pemeliharaan. Tidak seperti baja dan kayu yang membutuhkan biaya
pemeliharaan yang besar.
Akan tetapi dalam pemakaiannya dalam pembangunan konstruksi. Sama seperti
bahan material lainnya, beton juga memiliki kekurangan. Kita mengetahui secara jelas
bahwa beton memiliki kuat tekan yang tinggi, namun kenyataannya bahwa beton sangat
lemah terhadap gaya tarik. Untuk itu dibuatlah beton bertulang dengan tulangan baja
yang bukan hanya saja kuat terhadap tekan namun tarik pula. Atau berat jenis beton
yang tinggi membutuhkan alat berat untuk mengangkut beton (jika proyek tersebut
berskala menengah ke atas). Beberapa kekurangan beton antara lain:
1. Cenderung lemah terhadap gaya tarik.

2. Jika sudah dibentuk (keras) sukar diubah kembali.


3. Pelaksanaan membutuhkan ketelitian, pengawasan serta etos kerja yang tinggi.
4. Berat jenis beton tinggi.
5. Daya pantul suara besar.
6. Membutuhkan cetakan sebagai media pembentuk beton.
7. Beton yang sudah jadi tidak bisa didaur ulang.
8. Jika didiamkan akan langsung mengeras. Ini menyulitkan para kontraktor untuk
tetap membuat beton segar. Membutuhkan alat berat yang mengeluarkan biaya
tambahan.
Dari sini kita dapat mengambil poin bahwa setiap bahan konstruksi mempunyai
kelebihan dan kekurangan. Dan sebagai salahsatu materi yang dipelajari di fakultas
teknik sipil. Teknologi bahan konstruksi berusaha mencari metode dan inovasi yang
sesuai dengan tuntutan masyarakat.
Pada kesempatan ini yang perlu ditekankan adalah pembuatan beton yang baik dan
benar. Jika kita melakukan pembuatan beton secara baik dan benar. Maka beton yang
dihasilkan adaah baik pula. Karekateristik beton yang baik yakni:
1. Homogen, artinya semua bahan tercampur dengan baik dan tidak mengalami
segregasi ( pemisahan bahan-bahan penyusun).
2. Strenght, artinya sebuah beton mempunyai kekuatan seperti yang kita
rencanakan. Kelebihan maupun kekurangan keuatan menunjukkan bahwa ada
kesalahan yang kita lakukan. Baik pada pemilihan bahan, pengaturan komposisi,
pencampuran maupun perawatan beton.
3. Durable, keawetan beton juga minimal sesaui dengan apa yang direncanakan.
Biasanya beton mempunyai daya awet hingga 40-50 tahun. Setidaknya beton
yang sudah berumur 40 tahun sudah diganti. Karena kekuatannya akan menurun
secara perlahan yang dikhawatirkan akan mempengaruhi pembagian beban
terhadap struktur bangunan.
4. Economic, harga yang ekonomis bukan berarti harganya murah. Ekonomis
berarti pelaksanaan dan pemakaian beton memenuhi standar efisiensi dan
efektivitas pekerjaan. Kebanyakan akan menyangkut masalah biaya. Jadi wajar
jika beton mempunyai harga yang lebih murah dibanding bahan konstruksi
lainnya.
Yang terakhir adalah bagaimana sifat keefisienan dan keefektivan sebuah pekerjaan
akan menghasilkan beton yang optimum.

Tahap 1 : Pembuatan Beton


Tahap paling awal yang dilaksanakan dalam pembuatan beton adalah pemilihan
bahan-bahan penyusun. Pemilihan bahan-bahan penyusun yang baik akan menghasikan
beton yang baik pula. Lazimnya dalam masyarakat. Semakin baik maka semakin mahal
tidak terlalu berlaku di dalam dunia beton. Baik juga bisa berarti murah dan baik juga
bisa berarti mahal. Tergantung pada permintaan dan trik-trik pekerja di lapangan. Yang
terpenting tidak mengabaikan standar pekejaan.
Bahan-bahan penyusun beton antara lain
1. Semen Portland, Ada beberapa jenis semen portland yakni :

Semen tipe I, semen biasa umum untuk pembangunan perumahan massal.

Semen tipe II, tipe semen yang tahan terhadap garam, biasa digunakan untuk
membangun konstruksi di daerah pinggiran pantai.

Semen tipe III, sangat tepat bagi kontraktor yang menginginkan kekuatan di
awal (early high strenght)

Semen tipe IV, tipe yang menginginkan adanya panas yang rendah untuk
memperlambat pengerasan. Biasa dipakai di daerah yang mempunyai suhu
ekstrim.

Semen tipe V, tipe semen yang tahan terhadap sulfat.

1. Agregat, adalah butiran mineral yang merupakan hasil disintegrasi alami batubatuan atau juga berupa hasil mesin pemecah batu dengan memecah batu alami.
Agregat merupakan salah satu bahan pengisi pada beton, namun demikian
peranan agregat pada beton sangatlah penting. Kandungan agregat dalam beton
kira-kira mencapai 65%-75% dari volume beton. Agregat sangat berpengaruh
terhadap sifat- sifat beton, sehingga pemilihan agregat merupakan suatu bagian
penting dalam pembuatan beton. agregat dibedakan menjadi dua macam yaitu
agregat halus dan agregat kasar yang didapat secara alami atau buatan.
Untuk menghasilkan beton dengan kekompakan yang baik, diperlukan gradasi agregat
yang baik. Gradasi agregat adalah distribusi ukuran kekasaran butiran agregat. Gradasi
diambil dari hasil pengayakan dengan lubang ayakan 10 mm, 20 mm, 30 mm dan 40
mm untuk kerikil. Untuk pasir lubang ayakan 4,8 mm, 2,4 mm, 1,2 mm, 0,6 mm, 0,3
mm dan 0,15 mm.
Penggunaan bahan batuan dalam adukan beton berfungsi :

Menghemat Penggunaan semen Portland,

Menghasilkan kekuatan yang besar pada betonnya,

Mengurangi susut pengerasan,

Mencapai susunan pampat beton dengan gradasi beton yang baik,

Mengontrol workability adukan beton dengan gradasi bahan batuan baik.


(Antono, 1995)

1. Air, air yang digunakan pada pembuatan beton ialah yang dapat diminum. Yang
dimaksud di sini adalah air yang memenuhi persyaratan sebagai berikut :

Tidak mengandung lumpur atau benda melayang lainnya lebih dari 2 gr/ltr,

Tidak mengandung garam-garam yang dapat merusak beton (asam, zat organik)
lebih dari 15 gr/ltr,

Tidak mengandung Klorida (Cl) lebih dari 0,5 gr/ltr,

Tidak mengandung senyawa sulfat lebih dari 1 gr/ltr . (Tjokrodimulyo, 1992)

1. Bahan tambahan mineral kimia, misalnya Superplastisizer atau Hiperpalstisizer


yang dapat memperencer campuran beton dan pengerasan secara cepat. Silika
fume atau nano silika yang dapat menaikkan kekuatan beton secara signifikan.
Fly ash, bahan mineral yang dapat menggantikan peran semen denga harga yang
relatif terjangkau.
Setelah mengevaluasi apa saja bahan-bahan yang akan digunakan. Maka perlu adanya
pemeriksaan bahan yang dilakukan di labolatorium. Hal ini menjadi penting karena
untuk mengetahui apakah bahan-bahan yang kita pilih sudah sesuai standar dan dapat
digunakan untuk campuran beton. Standar-standar itu antara lain :
1. ASTM C33; Standar spesifikasi agregat beton.
2. ASTM C40; Standar kadar organik dalam pasir.
3. ASTM C142; Standar kadar lumpur dan lempung dalam agregat.
4. ASTM C29;
5. ASTM C127; BJPA agregat kasar.
6. ASTM C128; BJPA agregat halus.
7. ASTM C136;
8. ASTM C192; Membuat dan merawat beton uji di Labolatorium.
9. ASTM C143; test untuk slump dan cemen portland

10. ASTM C39; Uji kuat tekan beton silinder


11. BS 882; Batas gradasi untuk agregat halus.
12. SK SNI T-15-1990-03; Tata cara pembuatan campuran beton normal.
13. SK SNI M-26-1990-F; Metode pengambilan contoh untuk campuran beton
segar.
14. SK SNIM-62-1990-03; Metode pembuatan dan perawatan benda uji beton di
labolatorium.
Beton sendiri sudah mengalami hingga kemajuan yang sangat beragam. Hal ini
dikarenakan adanya tuntutan dari masyarakat itu sendiri yang menginginkan kualitas
dan percepatan pengerjaan beton agar lebih praktis. Contoh yang paling real adalah
beton yang dapat memadatkan sendiri tanpa adanya bantuan vibrator (SCC) dan beton
ringan.
Akan tetapi dalam pembahasan kali ini hanya akan dijelaskan bagaimana pembuatan
beton biasa yang baik dan benar menurut standar yang berlaku. Karena pada
kenyataannya setiap beton mempunyai kaakteristik yang berbeda, maka harus
diperlakukan secara berbeda pula.

Pemilihan metode komposisi campuran beton


Seperti yang telah diketahui bahwa setiap tahap dalam pembuatan beton adalah penting
dan berkaitan satu sama lain Dalam tahap yang kedua menentukan metode komposisi
beton menjadi penting karena setiap komposisi yang kita kurangi atau tambah akan
mempengaruhi kekuatan beton yang kita buat.
Seperti yang telah dikemukakan dalam tahap pertama, beton terdiri atas semen, agregat,
air, bahan tambahan mineral dan kimia. Dalam membuat komposisi ada tata cara yang
baik. Sama halnya dengan tahap-tahap yang lain.
Setelah kita menyelesaikan tahap yang pertama. Muncul pertanyaan seberapa banyak
komposisi atau perbandingan-perbandingan bahan-bahan penyusun agar kuat dan
murah. Bagaimana agar tidak mengalami susut. Dan bagaimana agar mudah diolah.
Beberapa perbandingan yang digunakan biasanya adalah 1:2:3. 1 untuk semen, 2 untuk
agregat halus dan 3 untuk agregat kasar. Namun dalam teorinya, beton memiliki
batasan-batasan. Batasan-batasan itu antara lain :
1.
1. Jumlah agregat biasanya mencapai 65%-75% untuk beton biasa. 40%45% untuk agregat kasar dan 25%-30% untuk agregat halus.
2. Jumlah semen berkisar 11%-12% dari jumlah berat.

3. Sisanya berupa air dan bahan tambahan berkisar 9%-11%.


Di awal sudah dikemukakan pula, berbeda karakteristik beton maka berbeda pula cara
memperlakukannya termasuk dalam tahap yang kedua ini. Sebagai contoh beton yang
dapat memadat sendiri (SCC). Komposisinya berbeda dengan yang lain karena
membutuhkan nilai keenceran yang tinggi maka agregat kasar dibuat lebih sedikit dan
agregat halus dibuat lebih banyak. Perbandingan antara agregat kasar dan agregat halus
adalah 35% : 65% atau 40% : 60%. Juga diperlukan bahan tambahan seperti silika fume
yang berbanding terbalik dengan jumlah semen. Diperlukan bahan tambahan aditif
untuk memperdaya beton yang kita buat.
Intinya dalam pembuatan komposisi campuran beton adalah melanjutkan tahap pertama
lalu sesuai dengan karakteristik bahan-bahan, membuat komposisi yang sesuai pula,
yakni :
1.
1. Jika nilai penyerapan agregat tinggi perlu diperhatikan nilai banyaknya
air yang akan ditambahkan.
2. Jika diberikan bahan addmixture maka juga perlu diteliti bagaimana
karakteristik bahan addmixture. Misal untuk superpalstisizer, tidak perlu
membutuhkan banyak air karena karakteristik superpalstisizer dapat
memperencer campuran beton saat pembuatan.
3. Nilai lumpur akan mempengaruhi kekuatan beton.
4. Semakin banyak komposisi agregat halus akan memperencer campuran
beton. Sebaliknya semakin banyak agregat kasar akan semakin sukar
diolah.
5. Dan sebagainya.
Lalu apa yang akan dihasilkan pada tahap yang kedua ini akan menentukan apa yang
akan dilakukan pada tahap yang ketiga. Sehingga perlu diteliti secara benar untuk
komposisinya. Jangan ada yang salah. Dan diperiksa ulang beberapa kali. Karena tidak
cukup satu kali dikoreksi. Ingat komposisi yang dibuat akan menghasilkan beton yang
dipakai masyarakat. Sedikit kesalahan akan mempengaruhi kehidupan masyarakat
tersebut.

Pencampuran Komposisi Beton yang Telah Dipersiapkan


Dalam tahap yang ketiga memang ada standar yang mengatur pencampuran beton.
Namun dalam penerapan dalam tahap ketiga hanya dijadikan syarat pemenuhan agar
pembuatan beton lulus kualitas. Yang sebenarnya ada adalah standar-standar tak tertulis
yang sudah menjadi kebiasaan pencampuran oleh kontraktor di lapangan.
Standar-standar umum itu adalah :

1.
1. Bahan baku padat dicampur terlebih dahulu, setelah tercampur maka
dimasukkan bahan baku cair.
2. Bahan baku cair dimasukkan secara perlahan-lahan. Ingat jumlah air
yang dibuat pada tahap kedua tidak mutlak harus dipatuhi. Karena bisa
saja dengan jumlah air yang ada, beton menjadi kelebihan atau
kekurangan air akibat karakteristik agregat.
3. Jangan mengandalkan penglihatan karena yang terjadi bisa saja berbeda
dengan apa yang kita lihat. Seperti yang kita lihat misalnya bahan sudah
tercampur dengan baik. Namun yang sebenarnya terjadi adalah campuran
beton mengalami kelebihan air dan mengalami segergasi. Untuk itu
diperlukan pengecekan.
4. Biasanya untuk pencampuran beton yang baik. Minimal diaduk sebanyak
100 kali. Namun ada baiknya kita mengaduk sesuai dengan jumlah dan
karakteristik bahan.
5. Beton yang sudah jadi jangan didiamkan terlalu lama agar tidak terjadi
pengerasan. Agar tidak mengeras maka perlu diaduk secara berkala
kembali.
Untuk mengaduk kita bisa memilih dua opsi, yakni manual menggunakan sekop atau
otomatis menggunakan mesin. Untuk jumlah yang besar tentu kita memerlukan alat-alat
berat.

Perawatan Beton
Ada beberapa alternatif dalam perawatan beton :
1. Direndam
2. Disiram
3. Dilapisi kain tebal atau plastik khusus.
Yang perlu diketahui dari tahap yang keempat adalah perawatan yang sesuai tegantung
keinginan dan kondisi. Perendaman dilakukan biasanya di labolatorium untuk beton uji.
Tidak mungkin bila beton untuk gedung tinggi direndam, yang paling mungkin adalah
di siram atau di lapisi kain atau plastik khusus.

Penutup
Setelah membuat beton sesuai dengan tahapan-tahapan yang telah dibicarakan. Prinsip
yang kita gunakan sebenarnnya secara bahasa hampir sama dengan membuat sebuah
kue. Pembuatan kue juga memerlukan pemilihan bahan yang baik, pembuatan

komposisi, pencampuran bahan serta perawatan hingga kue tersebut sampai pada
konsumen.
Pembuatan beton pun hampir sama.Bagaimana jika kelebihan salahsatu komposisi akan
mempengaruhi kualitas beton tersebut. Berhasil atau tidaknya tahapan-tahapan yang
dilaksanakan akan menunjukkan berhasil atau tidaknya beton yang kita buat. Keempat
tahap itu juga mempengaruhi kekuatan, harga serta karakteristik beton. Ada hukum tak
tertulis yang ada pada ilmu sosial. Yakni semakin besar simpangan pada setiap tahap,
maka akan semakin besar pula pengaruhnya pada hasil akhir.
Seorang ahli beton juga jangan terpaku pada standar pengerjaan. Namun juga meloihat
kondisi yang ada. Bagaimana ia memenuhi BMW-S (biaya-mutu-waktu-safety) sebuah
pekerjaan. Misalnya jika pengerjaan beton tersebut ada di tengah hutan, sang kontraktor
harus menghitung waktu pembuatan dan pengecoran beton secara teliti dan ekstra. Atau
pembuatan beton untuk jalan raya membutuhkan pengerasan awal yang tinggi.
Efektif dan efisien. Misal di dekat daerah pengerjaan ada pabrik fly ash (abu terbang).
Kita bisa gunakan sebagai pengganti semen. Atau bisa kita gabungkan kedua unsur
tersebut. Bagaimana jika tidak ada split di daerah tersebut. Bagaimana jika pembuatan
beton dilakukan di daerah rawa. Kemampuan serta pengalaman menjadi senjata utama
pembuatan beton.

KESIMPULAN
Ada beberapa catatan penting dalam proses pembuatan hingga pencetakan sebuah
beton. Yang pertama adalah seorang ahli beton harus bisa memilih dan mengatur metode
terbaik yang dilakukan dalam pembuatan yang sesuai dengan keadaan lingkungan serta
kondisi saat pembuatan. Yang kedua adalah pemilihan bahan-bahan yang sesuai dengan
daerah kerja, waktu kerja dan kemampuan pemilik proyek. Dan yang ketiga adalah
keahlian dalam menghadapi persoalan-persoalan yang ada di lapangan.
Ketelitian dan etos kerja merupakan hal mutlak yang harus dimiliki oleh setiap pekerja
yang melakukan pekerjaan di bidang beton.
Setiap tahap yang dilakukan secara baik dan teliti sehingga juga menghasilkan suatu
beton yang kita inginkan. Kualitas kontrol oleh pengawas. Prinsip efisien dan efektiv
juga diperlukan agar beton tersebut menjadi optimum.
Segala upaya perbaikan kinerja kita harus bertujuan untuk memajukan kehidupan
manusia seperti yang tertera pada piagam sipil. Tanpa merusak lingkungan. Kemajuan
di bidang beton mudah0mudahan mendapat antusias dari masyarakat.

http://roofinnovation.com/konstruksi-baja-ringan/
March 29, 2010

Konstruksi Baja Ringan Yang Tepat


Konstruksi suatu bangunan dipengaruhi oleh bahan pembangunnya. Bahan yang
berkualitas akan menghasilkan bangunan yang berkualitas. Bangunan yang berkualitas
adalah bangunan yang kokoh dan kuat menahan atap penutup bangunan (genteng), dan
tahan terhadap kondisi cuaca yang berubah-ubah ( hujan-basah dan panaskering). Konstruksi baja ringan merupakan alternatif pilihan untuk sebuah bangunan.
Konstruksi
baja
ringan
harus
disesuaikan
dengan berbagai
tipe
bangunan. Karena rumah biasa tentu berbeda konstruksi bajanya dibanding gedung
bertingkat (hotel, apartemen dan mall). Pemakaian baja ringan untuk berbagai tipe
bangunan mempunyai kelebihan yaitu tahan karat, tahan cuaca, anti rayap, pemasangan
lebih cepat, dan mempunyai desain fleksibel.
Rumah yang didesain dengan indah tetapi mengabaikan kontruksi yang benar akan
menimbulkan bahaya tersendiri. Sering kita melihat dan mendengar adanya rumah
roboh dan ambruk, padahal baru dibangun beberapa bulan sebelumnya. Hal ini karena
konstruksi baja ringan yang tidak tepat. Konstruksi baja ringan yang tidak tepat
baik dalam hal presisi antara baja ringan dan juga pengaku (bracing) yang membuat
rumah yang baru dibangun rubuh atau melendut. Hal ini sering terjadi pada bangunan
yang dibuat secara asal (cepat jadi), tanpa memikirkan faktor keamanannya. Kadang
ada developer yang hanya mementingkan faktor keuntungan yang besar saja tanpa
memperhatikan faktor lainnya.
Bila anda ingin membangun sebuah rumah, tanyakan kepada orang yang ahli semua hal
dengan jelas, yang menyangkut pembuatan rumah, termasuk konstruksi baja ringan.
Hal ini meliputi rangka atap (kuda-kuda) rumah dan atap baja ringan. Kemudian
pilihlah baja ringan yang mempunyai garansi dalam pemakaiannya. Ingat jangan tergiur
oleh tawaran iklan yang gencar dan harga baja ringan murah (discount) karena hal
tersebut belum tentu menjamin kualitasnya.

PONDASI

http://imoelsker.files.wordpress.com/2010/01/pondasi.doc

PONDASI
IV.I Pengertian Pondasi

Pondasi adalah bagian bangunan yang menghubungkan bangunan dengan tanah.


Pondasi berfungsi untuk meneruskan beban-beban dari semua unsur bangunan yang
dipikulkan kepadanya ke tanah. Pondasi harus diperhitungkan sedemikian rupa agar dapat
menjamin kestabilan bangunan terhadap :
A. Beban bangunan
B. Berat sendiri
C. Beban berguna
D. Gaya-gaya luar :

Angin

Gempa bumi

Beban termis

Beban dinamis

Penurunan pondasi

IV.2 Bahan Pondasi


A. Bata

Kurang ideal, sebab bahan lunak dan berporeus.

Digunakan untuk pembebanan yang ringan atau bangunan


sementara.

Sebaiknya tidak pada lapisan tanah yang berair.

B. Batu kali

Cukup baik, asalkan susunan batu harus tersusun dengan benar dan
kompak. Perbandingan spesi 1 PC : 4 PS.

Untuk pondasi bangunan permanent berlantai 1/2/3.

Kekokohan landasan dapat agak lunak hingga sedang, tergantung besarnya


beban bangunan.

C. Beton (tidak bertulang)

Cukup baik, asal dibuat dengan perbandingan semen yang


sesuai.

Beton blok : 1PC : 4/5 PS di press dalam cetakan

Beton

Hanya dapat menahan beban tekan.

: 1 PC : 3 PS : 5/7 kerikil

Kekokohan landasan dapat lunak hinnga sedang, tergantung


besarnya beban bangunan.

D.

Beton bertulang

Sangat ideal digunakan karena bahan yang padat, kompak dan kedap air.

Dapat diperhitungkan untuk menahan beban tarik.

Perlu perhatian dalam pembuatannya dan kualitas betonnya. (perlu lantai


kerja untuk peletakan tulangan besi) perbandingannya 1 PC : 3 PS : 5 KR.

IV.3 Jenis Jenis Pondasi


A. Pondasi Menerus

Pondasi menerus biasa digunakan untuk pondasi dinding, terutama digunakan pada
bangunan rumah tinggal tidak bertingkat, seluruh beban atap/ beban bangunan umumnya
dipikul oleh dinding dan diteruskan ke tanah melalui pondasi menerus sepanjang dinding
bangunan.
Untuk bangunan kecil diatas tanah baik, pondasi menerus dapat dibuat dari pasangan
batu bata dengan lebar 2-3 kali tebal pasangan bata dan pondasi dinding setengah bata cukup
diletakan pada kedalaman 60 - 80 cm. Selain itu bahan pondasi yang mendukung beban
bangunan yang lebih besar dan banyak yang dipakai adalah pasangan batu kali. Lebar dasar
pondasi umumnya tidak kurang dari dua setengah kali tebal
Diatas pondasi batu perlu dipasang balok sloof beton bertulang yang berfungsi sebagai
balok pengikat dan juga dapat meratakan beban dinding. Untuk dinding yang memikul beban
agak berat atau karena daya dukung tanah kecil digunakan pondasi jalur pelat beton. Untuk

menambah ketahanan bangunan terhadap gempa , pondasi sebaiknya dibuat menerus pada
sekeliling bangunan tanpa terputus.
Batu kali ini diikat menjadi satu kesatuan yang erat dan kuat dengan adukan perekat
dari campuran 1 kp : 1 pc : 5 ps. Sebelum pasangan batu kali dibuat bangunan bawahnya diberi
pasir urug setebal 20 cm dan batu kosong satu lapis. Kemudian setelah pasangan batu kali
selesai dikerjakan, lubang sisa di kanan kiri diurug dengan pasir
B. Pondasi Setempat
Kadang kadang sering dijumpai pada lapisan tanah keras. Letaknya pada kedalaman
lebih dari 1.50 cm dari permukaan tanah setempat. Bila digunakan pondasi menerus akan sangat
mahal dan tidak efisien. Untuk mengatsinya dapat digunakan pondasi yang dibuat dibawah
kolom kolom pendukung bangunan disebut pondasi setempat. Jadi yang merupakan pondasi
utma pendukung bangunan adalah pondasi setempat. Semua beban bangunan yang diterima
kolom kolom pendukung langsung dilimpahkan padanya. Pondasi setempat dapat dibuat
bentuk :

Pondasi pilar dibuat dari pasangan batu kali berbentuk kerucut terpancung

Pondasi sumuran dibuat dengan cara menggali tanah berbentuk bulat sampai
kedalaman tanah keras, kemudian diisi adukan beton tanpa tulangan dan batu
batu besar

Pondasi telapak, dibuat dari konstruksi beton bertulang berbentuk plat persegi
atau di sebut voetplat

C.

Pondasi Titik

Beban total dialihkan ke kolom

Syarat syarat penggunaan :

1.

Beban cukup ringan dan masih dapat dipikul oleh tanah sesuai
dengan kemampuan daya dukungnya

2.

Biasanya pada bangunan sementara atau bangunan permanent


hingga bertingkat satu atau bangunan yang didirikan didaerah berair / rawa
rawa dan berkondisi daya dukung yang tidak merata

Bahan :
1. Batu kali
2. Beton
3. Pondasi sumur
4. Paku bumi

D. Pondasi Jalur

Beban total dianggap dipikul secara merata pada jalur pondasi.

Digunakan untuk mendapatkan bidang luas pondasi yang lebih


besar dari pondasi titik.

Tanah galian tidak banyak, karena lapisan tanah cukup dangkal.

Bahan :

1.

Batu bata

2.

Batu kali

3.

Beton tidak bertulang

4.

Beton bertulang

E. Pondasi Pelat penuh ( beton bertulang)

Beban total disalurkan keseluruh luas dasar bangunan.

Digunakan apabila :

1. kekokohan landasan yang rendah, sehingga pondasi jalur menjadi kurang


ekonomis/terlalu lebar.
2. Jarak bentang kolom tidak lebih dari 8.00 M.
3. Lokasi sering banjir.

Tuesday, December 8, 2009


http://karpetilmusipil.blogspot.com/2009/12/konstruksi-atap-kayu.html
KONSTRUKSI ATAP KAYU
LEBIH JAUH TENTANG KONSTRUKSI ATAP KAYU
Atap dengan konstruksi kuda kuda kayu termasuk paling banyak digunakan di negeri kita.
Selain karena material kayu yang sangat mudah didapatkan di toko toko material, konstruksi
kayu juga dikuasai oleh tukang tukang lokal. Tahukah Anda bahwa konstruksi kayu yang
dipakai di kebanyakan bangunan di Indonesia saat ini, tekniknya didapatkan dari bangunan
bangunan kolonial Belanda?
Konstruksi kayu model Belanda ini bisa digambarkan sebagai berikut:

Gambar konstruksi kayu yang diadaptasi dari sistem konstruksi kayu dari Belanda. Klik untuk
memperbesar
Konstruksi kayu ini terdiri dari:
Kuda-kuda
Kuda-kuda terdiri dari kuda penopang (kayu-kayu diagonal bagian pinggir) yang menyalurkan
gaya tekan, balok dasar pada kuda-kuda (kayu horizontal di bagian bawah) yang berfungsi
sebagai penahan gaya tarik, serta tiang tengah (kayu vertikal) yang mendukung balok bubungan
dan menerima gaya tekan.
Prinsip dasar kuda-kuda kayu adalah menyalurkan gaya yang bekerja padanya kepada kolom
atau dinding bangunan rumah. Bentuk kuda-kuda yang segitiga bertangkup merupakan bentuk
yang sangat stabil atau tidak mudah berubah bentuk.
Dalam menentukan kemiringan atap berkaitan dengan konstruksi atap kasau, masing-masing
pasangan kasau dan balok kuda-kuda (batang tarik) membentuk suatu segitiga. Makin besar
sudut kemiringan atap, makin mudah beban atap disalurkan. Oleh karena itu, sudut kemiringan
atap tersebut sebaiknya tidak kurang dari 30 derajat

Gording, usuk dan Reng


Gording adalah balok kayu mendatar yang letaknya diatas kuda-kuda. Gording menahan beban

dari kayu usuk dan reng sebagaimana bisa kita lihat pada gambar ilustrasi diatas. Usuk menahan
kayu reng. Kayu reng menahan atau menjadi pijakan meletakkan genteng di bagian atasnya.
Usuk dan Reng dibutuhkan bila atap menggunakan genteng. Bila atap menggunakan penutup
seng atau asbes, maka tidak perlu menggunakan usuk dan reng, langsung saja asbes atau seng
diletakkan diatas gording.
KONSTRUKSI KAYU DALAM GAMBAR KERJA
Gambar kerja arsitektural potongan dengan konstruksi kayu. Klik untuk memperbesar
Terlihat pada gambar diatas, adalah gambar potongan atap pada gambar kerja. Bagian-bagian
atap seperti kuda-kuda, gording, usuk, dan sebagainya bisa dilihat pada gambar tersebut.
Gambar kerja rencana atap. klik gambar untuk memperbesar.
Gambar diatas menunjukkan gambar kerja presisi untuk rencana atap model pelana. Bagianbagian atap dilihat dari atas dapat dilihat pada gambar tersebut.

Jenis kayu yang biasa digunakan untuk konstruksi atap antara lain:
- kayu rengas burung
- kayu duren
- kayu salimuli
- kayu sindur atau tampar atau hantu
- kayu perupuk talang atau perupuk rawang
- kayu meranti, atau nama setempatnya : damar, seraya, ketuko, kalup, lampong, lanan
- kayu merawan (Sumatra) atau nama setempatnya : bangkirai bulan, nyerekat, damar putih
(Kalimantan)
- kayu mersawa atau nama setempatnya : tenam (Palembang), mersawa, keruing, sesawa (Riau)
- kayu sintok / kapur (Kalimantan Tenggara)
- kayu berangan / tunggeureuk / saninten / kihiur (Sunda)
- kayu bitangur, kapurnaga / bunut (Sumatra) / nyamplung (Jawa) / nangui / penaga
(Kalimantan) / kapuracha
- kayu kisereh / medang lesah (Sum) / medang rawali (Kal tenggara) / gadis kipedes (Sunda)
- kayu bungur
- kayu mahoni daun kecil
- kayu mindi (Sunda) / gringging
- kayu sonokeling/ palisander (Jawa)
- kayu gempol (Jawa) / klepu pasir
- kayu bayur (Mal.) / bayot (Sarawak)/ bayoh(Phil.)
- kayu Gofasa / leban (Mal.)/ molave (Phil.)
- kayu sungkai (Sum.,Kal.) / Jurus (Kal. Tengg) / Jati sabrang (Jawa)

Anda mungkin juga menyukai