Anda di halaman 1dari 9

Promotif, Vol.4 No.

2, April 2015 Hal 95-103

Artikel IV

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERAN KELUARGA DALAM


PROSES PENYEMBUHAN PASIEN SKHIZOFRENIA YANG DIRAWAT DI RUMAH
SAKIT DAERAH MADANI PALU
I Wayan Supetran
Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Palu
ABSTRAK
Proses penyembuhan pasien skhizofrenia, diperlukan peran dan dukungan
keluarga. Sehingga pasien selalu mendapat perhatian dan tidak merasa diasingkan,
dengan demikian dapat membantu dalam proses penyembuhan pasien skhizofrenia.
Penelitian bertujuan ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
peran keluarga dalam proses penyembuhan pasien skhizofrenia yang dirawat di
Rumah Sakit Jiwa Madani Daerah Propinsi Sulawesi Tengah
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan desain Cross
Sectionall. Adapun Sampel dalam penelitian ini adalah total populasi yaitu keluarga dari
seluruh pasien skhizofrenia yang dirawat di Rumah Sakit Jiwa Madani Daerah Propinsi
Sulawesi Tengah, yaitu sebanyak 52 orang. Hasil penelitian dianalisa secara Univariat
dan Bivariat dengan uji Chi Square.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa Ada hubungan bermakna antara
pengetahuan, sikap dengan peran keluarga dalam proses penyembuhan pasien
skhizofrenia, dengan nilai p < 0,05. Dan tidak ada hubungan yang bermakna antara
pekerjaan dengan peran keluarga dalam proses penyembuhan pasien skhizofrenia,
dengan nilai p > 0,05.
Disarankan bagi petugas kesehatan di Rumah Sakit Jiwa Madani Palu khususnya
perawat jiwa, dapat lebih meningkatkan program penyuhulan dengan upaya
meningkatkan peran serta keluarga dalam proses penyembuhan klien Skhizofrenia.
Dan diharapkan adanya perhatian dan dukungan dari keluarga untuk menunjang
proses penyembuhan klien Skhizofrenia. Klien Skhizofrenia tidak perlu ditakuti tetapi
harus diikuti, agar bisa lebih memberi perhatian dan dukungan pada klien Skhizofrenia
demi menunjang proses penyembuhannya.
Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Peran keluarga, penyembuhan pasien Skhizofrenia
PENDAHULUAN
Tujuan pembangunan kesehatan
adalah
meningkatnya
kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang, agar terwujud derajat
kesehatan yang optimal mulai terciptanya
masyarakat,
bangsa
dan
negara
Indonesia
yang
ditandai
oleh
penduduknya hidup dalam lingkungan
dan perilaku yang sehat yang memiliki
kemampuan
untuk
menjangkau
pelayanan kesehatan yang bermutu
secara adil dan merata, serta memiliki
derajat kesehatan yang optimal di
seluruh wilayah Indonesia (Depkes RI,
2009)

Dalam
pokok-pokok
program
pembangunan
kesehatan
yang
didalamnya terdapat program pembinaan
kesehatan jiwa masyarakat bertujuan
untuk meningkatkan kesehatan jiwa
masyarakat
dengan
menurunkan
prevalensi dan mengurangi dampak
gangguan kejiwaan sehingga tidak lagi
menjadi masalah kesehatan masyarakat.
Sasarannya yaitu menurunnya tingkat
kesakitan
jiwa
masyarakat
dan
masyarakat lokal dalam pemeliharaan
kesehatan jiwa dan penanggulangan
dampak
gangguan
kejiwaan
di
masyarakat (Depkes RI, 2009).

95

Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 95-103

Artikel IV

perhatian dari keluarga. Selain dari itu


sikap keluarga juga mempengaruhi
perannya dalam proses penyembuhan
pasien
skhizofrenia.
Serta
faktor
pekerjaan juga berpengaruh terhadap
peran
kleluarga
dalam
proses
penyembuhan pasien skhizofrenia
Berdasarkan
uraian
di
atas
mendorong peneliti untuk melakukan
penelitian tentang faktor-faktor yang
berhubungan dengan peran keluarga
dalam proses penyembuhan pasien
skhizofrenia di Rumah Sakit Daerah
Madani Palu.

Angka kejadian Skhizofrenia di


seluruh dunia diperkirakan 0,2 0,8 %
setahun. dengan gangguan jiwa berat
yang memerlukan perawatan di Rumah
Sakit. Gangguan jiwa mengakibatkan
bukan
hanya
kerugian
ekonomis,
material dan tenaga kerja, akan tetapi
juga penderita yang sukar digambarkan
besarnya bagi penderitanya, maupun
bagi keluarganya, (Maramis, 1998).
Dilaporkan bahwa jumlah penderita
ganguan jiwa berat (Skhizofrenia) terus
bertambah, sehingga tercatat saat ini
sebanyak 3,5 juta jiwa (Compas, 2007).
Menurut ahli jiwa alumnus Unair
Surabaya diperkirakan 2,5 juta jiwa atau
1 % dari seluruh jiwa penduduk
Indonesia
mengidap
penyakit
skhizofrenia
dan
belum
diketahui
penyebabnya. (Seroja satu, 2007)
Jumlah pasien di rawat di Rumah
Sakit Jiwa Madani selama satu tahun
terakhir dari bulan Januari sampai
Desember 2013 yaitu 723 penderita, dari
jumlah tersebut yang menjadi urutan
diagnosa terbesar adalah penyakit
skhizofrenia sebanyak 451 penderita
atau 63,38 %. Dari jumlah keseluruhan
rawat inap dari bulan Januari sampai
dengan
bulan
April
2007
klien
skhizofrenia yang dirawat tercatat
sebanyak 111 penderita. (RSD Madani,
2013).
Untuk membantu dalam proses
penyembuhan
pasien
skhizofrenia,
diperlukan
peran
dan
dukungan
keluarga.
Sehingga
pasien
selalu
mendapat perhatian dan tidak merasa
diasingkan, dengan demikian dapat
membantu dalam proses penyembuhan
pasien skhizofrenia (Kaplan dan Sadock,
1997).
Peran keluarga dalam proses
penyembuhan
pasien
skhizofrenia,
dipengaruhi oleh pengetahuan keluarga
tentang penyakit yang dialami oleh
pasien dengan demikian mereka akan
dapat memahami kondisi pasien yang
sangat memerlukan dukungan dan

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah analitik
dengan pendekatan Cross Sectional.
Adapun jumlah sampel adalah keluarga
dari semua pasien Skhizofrenia yang
dirawat di Rumah Sakit Daerah Madani
Palu, yang berjumlah 52 orang. Analisis
data menggunakan uji statistik dengan
menggunakan metode Chi Square (X)
dengan uji Yates correction pada 0,05.
HASIL
Hasil penelitian dalam bentuk data
primer diperoleh melalui wawancara
langsung pada responden dengan
menggunakan
kuesioner
mengenai
pengetahuan, sikap pekerjaan dan peran
keluarga dalam proses penyembuhan
pasien skhizofrenia di Rumah Sakit
Daerah Madani Palu. Penelitian ini
dilaksanakan pada tanggal pada bulan
Juli 2014.
1. Analisis Uivariat
Pada penelitian ini, hasil analisis
univariat akan menggambarkan variabel
independen yang meliputi pengetahuan,
sikap dan pekerjaan, variabel dependen
peran
keluarga
dalam
proses
penyembuhan pasien skhizofrenia di
Rumah Sakit Daerah Madani Palu,
adalah
sebagai
berikut:

96

Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 95-103

Artikel IV

Tabel 1
Distribusi Menurut Pengetahuan, Sikap, Pekerjaan, dan Peran Keluarga dalam proses
penyembuhan Pasien Skhizofrenia di Rumah Sakit Daerah Madani Palu,
No
Variabel
Kategori
n = 52
%
1
Pengetahuan
Kurang Baik
24
46,2
2

Sikap

Pekerjaan

Peran Keluarga

Baik

28

53,8

Kurang menerima

23

44,2

Menerima

29

55,8

Tidak Bekerja

15,4

Bekerja

44

84,6

Kurang berperan

24

46,2

Berperan

28

53,8

Sumber : Data primer tahun 2014


Tabel 1 di atas menunjukkan,
dari 52 responden yang memiliki
pengetahuan baik tentang penyakit
gangguan jiwa Skhizofreania di RSD
Madani Palu Tengah lebih banyak yaitu
28 responden (53,8%) dan yang
berpengetahuan kurang baik sebanyak
24 responden (46,2%). yang memiliki
sikap
menerima
terhadap
pasien
Gangguan Jiwa Skhizofreania lebih
banyak yaitu 29 responden (55,8%), dan
yang memiliki sikap kurang menerima
sebanyak 23 responden (44,2%). yang
bekerja lebih banyak yaitu 44 responden

(84,6%)
dan yang tidak bekerja
sebanyak 8 responden (15,4%). Dan
responden yang yang berperan dalam
proses
penyembuhan
pasien
Skhizofreania lebih banyak yaitu 28
responden (53,8%) dan yang kurang
berperan sebanyak 24 responden
(46,2%)

2. Analisis Bivariat.
a. Hubungan Pengetahuan dengan
Peran Keluarga Dalam Proses
Penyembuhan
Pasien
Skhizofreania
Tabel 2
Hubungan Pengetahuan Dan Peran Keluarga Dalam Proses Penyembuhan
Pasien Skhizofreania Di RSD Madani Palu
Peran Keluarga Dalam
Proses Penyembuhan
Pasien Skhizofreania
Total
P
OR
Pengetahuan
(N)
value
95 % CI
Kurang
Berperan
berperan
f
%
f
%

Kurang Baik

16

66,7

33,3

24

Baik

28,6

20

71,4

28

Jumlah
24
46,2
28
Sumber : Data Primer, 2014
Berdasarkan tabel 2 diatas
menunjukkan bahwa keluarga yang

53,8

52

97

0,014

5,000

memiliki pengetahuan kurang baik


lebih besar kemungkinan kurang

Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 95-103

Artikel IV

berperan dalam proses penyembuhan


pasien
Skhizofreania,
dengan
proporsi 66,7%. Sedangkan keluarga
yang memiliki pengetahuan baik lebih
besar kemungkinan berperan dalam
proses
penyembuhan
pasien
Skhizofreania,
dengan
proporsi
71,4%.

bermakna
antara
pengetahuan
dengan peran keluarga dalam proses
penyembuhan pasien Skhizofreania.
Dengan nilai Odds Ratio (OR) =
5,000 yang artinya responden yang
memiliki
pengetahuan
baik
mempunyai peluang 5 kali untuk
berperan dalam proses penyembuhan
pasien
Skhizofreania,
dibanding
dengan yang memiliki pengetahuan
kurang
baik.

Berdasarkan hasil uji Chi


Square nilai p = 0,014 (p < 0,05)
berarti secara statistik ada hubungan

b. Hubungan Sikap Dengan Peran Keluarga Dalam Proses Penyembuhan Pasien


Skhizofreania Di RSD Madani Palu
Tabel 3
Hubungan Sikap Dengan Peran Keluarga Dalam Proses Penyembuhan Pasien
Skhizofreania Di RSD Madani Palu
Peran Keluarga Dalam
Proses Penyembuhan
Pasien Skhizofreania
Total
P
OR
Sikap
Kurang
(N)
value
95 % CI
Berperan
berperan
f
%
f
%
Kurang Menerima

15

65,2

34,8

23

Menerima

31,0

20

69,0

29

Jumlah
24
46,2
Sumber : Data Primer, 2014

28

53,8

52

Berdasarkan
tabel
3
diatas
menunjukkan bahwa keluarga yang
memiliki sikap kurang menerima lebih
besar kemungkinan kurang berperan
dalam proses penyembuhan pasien
Skhizofreania, dengan proporsi 65,2%.
Sedangkan keluarga yang memiliki sikap
menerima lebih besar kemungkinan
berperan dalam proses penyembuhan
pasien Skhizofreania, dengan proporsi
69%.

0,03

4,167

Berdasarkan hasil uji Chi Square


nilai p = 0,03 (p < 0,05) berarti secara
statistik ada hubungan bermakna antara
sikap dengan peran keluarga dalam
proses
penyembuhan
pasien
Skhizofreania. Dengan nilai Odds Ratio
(OR) = 4,167 yang artinya keluarga yang
memiliki sikap menerima mempunyai
peluang 4 kali untuk berperan dalam
proses
penyembuhan
pasien
Skhizofreania, dibanding dengan yang
memiliki sikap kurang menerima..

98

Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 95-103

Artikel IV

c. Hubungan Pekerjaan Dengan Peran Keluarga Dalam Proses Penyembuhan


Pasien Skhizofreania Di RSD Madani Palu
Tabel 4
Hubungan Pekerjaan Dengan Peran Keluarga Dalam Proses Penyembuhan
Pasien Skhizofreania Di RSD Madani Palu
Peran Keluarga Dalam
Proses Penyembuhan
Pasien Skhizofreania
Total
P
Pekerjaan
(N)
value
Kurang
Berperan
berperan
f
%
f
%
Tidak Bekerja

25,0

75,0

Bekerja

22

50,0

22

50,0

44

Jumlah
24
46,2
Sumber : Data Primer, 2014

28

53,8

52

Pada tabel di atas menunjukkan,


bahwa keluarga yang tidak bekerja
lebih besar kemungkinan berperan
dalam proses penyembuhan pasien
Skhizofreania, dengan proporsi 75%.
Sedangkan keluarga yang bekerja
kemungkinan berperan dan kurang
berperan dalam proses penyembuhan
pasien Skhizofreania, dengan proporsi
masing masing 50%.
Berdasarkan
hasil
uji
Chi
Square nilai p = 0,262 (p > 0,05)
berarti secara statistik tidak ada
hubungan bermakna antara pekerjaan
dengan peran keluarga dalam proses
penyembuhan pasien Skhizofreania.

0,262

menunjukkan, bahwa keluarga yang


memiliki pengetahuan kurang baik lebih
besar kemungkinan kurang berperan
dalam proses penyembuhan pasien
Skhizofreania, dengan proporsi 66,7%.
Sedangkan keluarga yang memiliki
pengetahuan
baik
lebih
besar
kemungkinan berperan dalam proses
penyembuhan pasien Skhizofreania,
dengan proporsi 71,4%. (tabel 2)
Menurut asumsi peneliti, semakin
baik pengetahuan seseorang semakin
baik pula dalam memahami, mengerti
dan melaksanakan sesuatu apa yang
seharusnya dilakukan dan semakin
bertanbah pula wawasan yang dimiliki
orang tersebut. Demikian halnya dengan
pengetahuan
keluarga
pasien
Skhizofreania yang dirawat Di RSD
Madani Palu. Keluarga yang memiliki
pengetahuan kurang baik tentang
penyakit
Skhizofreania,
disebabkan
karena kurangnya informasi yang mereka
terima tentang penyakit Skhizofreania
dan proses penyembuhan pasien
Skhizofreania, baik melalui penyuluhan
dari petugas kesehatan maupun dari
membaca
buku
sendiri
tentang
Skhizofreania. Sehingga mereka kurang
berperan dalam proses penyembuhan
pasien
Skhizofreania
karena

PEMBAHASAN
1. Hubungan Pengetahuan dengan
Peran Keluarga Dalam Proses
Penyembuhan
Pasien
Skhizofreania
Hasil
Analisis
univariat
menunjukkan, bahwa keluarga yang
memiliki pengetahuan baik
tentang
penyakit gangguan jiwa Skhizofreania di
RSD Madani Palu lebih banyak yaitu
53,8%,
dibanding
dengan
yang
berpengetahuan kurang baik yaitu 46,2%
(tabel 1). Dan hasil analisis bivariat

99

Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 95-103

Artikel IV

44,2%. (tabel 1). Dan hasil analisis


bivariat menunjukkan, bahwa keluarga
yang memiliki sikap kurang menerima
lebih
besar
kemungkinan
kurang
berperan dalam proses penyembuhan
pasien Skhizofreania, dengan proporsi
65,2%. Sedangkan keluarga yang
memiliki sikap menerima lebih besar
kemungkinan berperan dalam proses
penyembuhan pasien Skhizofreania,
dengan proporsi 69% (tabel 3)
Menurut asumsi peneliti, semakin
baik sikap seseorang semakin baik pula
respon atau reaksi yang diberikan oleh
orang
tersebut
terhadap
individu,
kelompok,
masyarakat
dan
lingkungannya.
Demikian halnya dengan sikap
keluarga pasien Skhizofreania yang
dirawat Di RSD Madani Palu. Keluarga
yang kurang menerima terhadap kondisi
pasien yang mengalami gangguan jiwa
Skhizofreania,
disebabkan
karena
ketidatahuannya
terhadap
proses
penyembuhan pasien Skhizofreania,
sehingga kurang memberikan dukungan
dan perhatian pada pasien. Terlebih lagi
bila keluarga merasa malu dengan
lingkungan
masyarakat
terhadap
keberadaan pasien, hal ini membuat
mereka tidak peduli terhadap pasien
yang sedang dirawat di rumah sakit.
Padahal pasien Skhizofreania
dalam
proses
penyembuhannya
sangat
membutuhkan perhatian dan dukungan
dari keluarga, serta perlu diajak
berkomunikasi dengan baik, sehinmgga
pasien tidak merasa dikucilkan dan
membantu
dalam
penyembuhan..
Sedangkan
sikap
keluarga
yang
menerima terhadap keberadaan pasien
yang
mengalami
gangguan
jiwa
Skhizofreania, hal ini disebabkan oleh
pengetahuan dan pemahaman mereka
terhadap kondisi pasien dan proses
penyembuhannya, serta perubahan dari
individu itu sendiri dengan melihat,
menerima, dan melaksanakan apa yang
mereka dapatkan dari penyuluhanpenyuluhan yang dilakukan oleh petugas
kesehatan di rumah sakit jiwa, sehingga

ketidaktahuannya
itu
mereka
menganggap pasien tidak bisa dan
segala
sesuatunya
diserahkan
sepenuhnya kepada petugas rumah sakit
jiwa. Sebaliknya keluarga yang memiliki
pengetahuan yang baik, disebabkan
karena informasi yang mereka terima
tentang penyakit Skhizofreania dan
proses
penyembuhan
pasien
Skhizofreania, baik melalui penyuluhan
dari petugas kesehatan maupun dari
membaca buku sendiri, sehingga mereka
mengerti
dan
memahami
tentang
penyakit Skhizofreania dan proses
penyembuhan pasien Skhizofreania. Hal
ini terlihat dari peran mereka dalam
memberi dukungan dan perhatian pada
pasien
selama
dirawat,
seperti
memenuhi kebutuhan pasien sehari-hari
dan selalu berkomunikasi dengan pasien
setiap kali datang berjunjung menjenguk
pasien.
Dengan
demikian
akan
membantu dalam proses penyembuhan
pasien Skhizofreania.
Secara statistik ada hubungan
bermakna antara pengetahuan dengan
peran
keluarga
dalam
proses
penyembuhan pasien Skhizofreania. Dan
Setelah
dilakukan
uji
koefisien
kontingensi,
didapatkan
hubungan
sedang antara pengetahuan dengan
peran
keluarga
dalam
proses
penyembuhan pasien Skhizofreania.
Hasil penelitian ini sejalan
dengan pendapat Rogers (1974) dalam
Notoatmodjo (2010), yang mengatakan
bahwa pengetahuan merupakan domain
yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang.
2.

Hubungan Sikap dengan Peran


Keluarga
Dalam
Proses
Penyembuhan
Pasien
Skhizofreania.
Hasil
Analisis
univariat
menunjukkan, bahwa keluarga yang
memiliki sikap menerima terhadap pasien
Gangguan Jiwa Skhizofreania Di RSD
Madani Palu lebih banyak, yaitu 55,8%.
Dibanding
dengan
keluarga
yang
memiliki sikap kurang menerima, yaitu

100

Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 95-103

Artikel IV

menunjukkan pemanfaatan dengan baik


fasilitas-fasilitas kesehatan yang ada.
3. Hubungan Pekerjaan dengan Peran
Keluarga
Dalam
Proses
Penyembuhan
Pasien
Skhizofreania.
Hasil
Analisis
univariat
menunjukkan, bahwa keluarga yang
pasien Gangguan Jiwa Skhizofreania Di
RSD Madani Palu yang bekerja lebih
banyak yaitu 84,6% dibanding dengan
yang tidak bekerja yaitu 15,4% (tabel
1).
Dan
hasil
analisis
bivariat
menunjukkan, bahwa keluarga yang
tidak bekerja lebih besar kemungkinan
berperan dalam proses penyembuhan
pasien Skhizofreania, dengan proporsi
75%. Sedangkan keluarga yang bekerja
kemungkinan berperan dan kurang
berperan dalam proses penyembuhan
pasien Skhizofreania, dengan proporsi
masing masing 50% (tabel 4)
Menurut asumsi peneliti, hal ini
disebabkan karena keluarga yang tidak
bekerja lebih banyak kesempatan untuk
mengunjungi
pasien
pasien
Skhizofreania penyuluhan. Sehingga
mereka dapat memberikan perhatian
pada pasien. Demikian pula dengan
keluarga yang pasien Gangguan Jiwa
Skhizofreania Di RSD Madani Palu. Dan
keluarga pasien yang bekerja, walaupun
disibukkan oleh pekerjaannya, mereka
juga masih meluangkan waktu untuk
menjenguk dan memberi perhatian pada
pasien, seperti memenuhi kebutuhan
sehari-hari pasien. Keluarga mempunyai
peran yang sangat untuk membantu
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
klien Skhizofrenia termasuk juga biaya
pengobatan. Sebagaimana orang yang
sehat
klien
Skhizofrenia
dalam
kesehariannya juga diajarkan melakukan
aktivitas seperti mandi, mencuci pakaian
dan
bersosialisasi
dengan
orang
sekitarnya. Untuk membantu dalam
pelaksanaan kegiatan klien sehari-hari
keluarga
perlu
memperhatikan
kebutuhan klien seperti sabun mandi,
sabun cuci, sikat dan pasta gigi, bahkan
bagi klien yang kondisinya sudah lebih

membuat mereka lebih peduli, penuh


perhatian dengan keberadaan pasien,
serta memberi dukungan pada pasien
dan selalu mengajak berkomunikasi pada
saat menjenguk pasien. Sehingga
dengan demikian dapat membantu
proses penyembuhan pasien yang
mengalami gangguan jiwa Skhizofreania.
Secara statistik ada hubungan
bermakna antara sikap dengan peran
keluarga dalam proses penyembuhan
pasien Skhizofreania. Dan Setelah
dilakukan uji koefisien kontingensi untuk
melihat kuatnya hubungan, didapatkan
hubungan sedang antara sikap dengan
peran
keluarga
dalam
proses
penyembuhan pasien Skhizofreania,
dengan nilai P value 0,322.
Hasil penelitian ini sejalan dengan
pendapat Notoatmodjo (2010) yang
mengemukakan
bahwa,
sikap
merupakan reaksi yang masih tertutup
dari seseorang terhadap suatu stimulus
atau objek. Secara nyata menunjukkan
adanya kesesuaian reaksi terhadap
stimulus tertentu yang dalam kehidupan
sehari-hari merupakan reaksi yang
bersifat emosional terhadap stimulus
sosial. Hasil penelitian ini juga sesuai
dengan pendapat Freeman (1981) dalam
Effendy
(1998),
bahwa
keluarga
mempunyai tugas dalam pemeliharaan
kesehatan para anggotanya dan saling
memelihara, serta 5 tugas kesehatan
yang harus dilakukan oleh keluarga, yaitu
:
Pertama,
mengenal
gangguan
perkembangan
kesehatan
setiap
anggotanya.
Kedua,
mengambil
keputusan untuk melakukan tindakan
yang
tepat.
Ketiga,
memberikan
keperawatan
kepada
anggota
keluarganya yang sakit, dan yang tidak
dapat membantu dirinya sendiri karena
cacat atau usianya yang terlalu muda.
Keempat, mempertahankan suasana di
rumah yang menguntungkan kesehatan
dan perkembangan kepribadian anggota
keluarga. Dan kelima, mempertahankan
hubungan timbal balik antar keluarga dan
lembaga-lembaga
kesehatan,
yang

101

Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 95-103

baik terkadang mereka sudah dapat


membeli makanan ringan di luar, untuk
semua ini keluarga perlu memperhatikan
kebutuhan sehari-hari klien. Dengan
demikian klien dapat lebih mudah
melakukan aktivitasnya seperti halnya
orang-orang yang sehat. Sebaliknya
apabila kebutuhan klien tidak terpenuhi
akan
menghambat
proses
penyembuhan, karena klien tidak dapat
beraktivitas
seperti
orang-orang
disekitarnya.
Bahkan
terkadang
ditemukan klien yang meminta uang
pada siapa saja yang lewat di depannya.
Secara
statistik
tidak
ada
hubungan bermakna antara pekerjaan
dengan peran keluarga dalam proses
penyembuhan pasien Skhizofreania.
Hal ini tidak sejalan dengan
pendapat Notoatmodjo (2010) yang
menyebutkan bahwa pekerjaan seharihari membuat seorang sibuk sehingga
tidak sempat memanfaatkan pelayanan
kesehatan. Namun hasil penelitian ini
didukung oleh pendapat Anderson (1974)
dan Green (1980) dalam Notoatmodjo
(2010)
yang
mengatakan
bahwa
pekerjaan adalah merupakan kegiatan
utama atau sumber penghasilan utama
dalam kehidupan manusia.
KESIMPULAN
1. Ada hubungan bermakna antara
pengetahuan dengan peran keluarga
dalam proses penyembuhan pasien
Skhizofreania,

Artikel IV

2. Diharapkan adanya perhatian dan


dukungan
dari
keluarga
untuk
menunjang proses penyembuhan
klien Skhizofrenia. Klien Skhizofrenia
tidak perlu ditakuti tetapi harus diikuti,
agar bisa lebih memberi perhatian
dan dukungan pada klien Skhizofrenia
demi
menunjang
proses
penyembuhannya.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
mengenai peran keluarga dalam
proses
penyembuhan
klien
Skhizofrenia, dengan variabel lain
yang lebih luas.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan
terima
kasih
peneliti
sampaikan kepada Direktur Poltekes
Palu, Kepala Dinas Kesehatan Sulawesi
Tengah, Direktur RSD Madani Palu dan
keluarga pasien yang menjadi responden
yang
telah
membantu
kelancaran
pelaksanaan penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arief Mansyoer, 2011, Kapita Selekta
Kedokteran, edisi kelima,
Media Aesculapius, FKUI,
Jakarta.
Arikunto, 2002. Prosedur Penelitian,
PT.Rineka Gipta, Jakarta.
DepKes
RI,
2009,
Rencana
Pembangunan
kesehatan
menuju
indonesia
sehat
2010, Jakarta.
--------------, 2003, Rencana Strategi
Pembangunan
Kesehatan
Jiwa 2001-2004, Jakarta.
Effendy,
2008,
Dasar-Dasar
Keperawatan
Kesehatan
masyarakat, EGC, Jakarta.
Serojasatu, 2007, Penyakit Skhizofrenia
lebih buruk dari AIDS,
Jakarta.
Http://www.compas.com (30
Januari 2014)
Kaplan and Sadoek, 1997, Sinopsis
Psikiatrik, Edisi ketujuh, jilid
I, Binapura Aksara, Jakarta.

2. Ada hubungan bermakna antara sikap


dengan peran keluarga dalam proses
penyembuhan pasien Skhizofreania,
3. Tidak ada hubungan bermakna antara
pekerjaan dengan peran keluarga
dalam proses penyembuhan pasien
Skhizofreania,
SARAN
1. Diharapkan bagi petugas kesehatan
yang ada di RSD Madani Palu,
khususnya perawat jiwa dapat lebih
meningkatkan program penyuhulan
dengan upaya meningkatkan peran
serta
keluarga
dalam
proses
penyembuhan klien Skhizofrenia.

102

Promotif, Vol.4 No.2, April 2015 Hal 95-103

Lemeshow, H., 1997. Besar Sampel


Dalam
Penelitian
Kesehatan,
Yogyakarta,
Gajah
Mada
University
Press.

Artikel IV

Notoatmodjo S, 2010, Ilmu Kesehatan


Masyarakat,Rineka
Cipta,
Jakarta
------------, 2010, Metodologi Penelitian
Kesehatan,.Rineka Cipta,
Jakarta.
------------, 2010, Pendidikan dan Ilmu
Perilaku Kesehatan,
Rineka Cipta, Jakarta.
RSD Madani, 2013, Profil Rumah Sakit
Jiwa
Madani
Palu

Maramis. WF, 1998, Ilmu Kedokteran


Jiwa, cetakan kelima, edisi
revisi, PT.Rineka, Surabaya.
Moehji Sjahmien, 1999. Ilmu Gizi.
Bharata Niaga Media, Jakarta.
.

103

Anda mungkin juga menyukai