511120
BAB XV
KESEHATAN, KELUARGA BERENCANA, DAN
KESEJAHTERAAN SOSIAL
A.
KESEHATAN
1. Pendahuluan
661
(3)
(4)
(5)
662
UNIT KESEHATAN
')
1972
1973
1974
1. PUSKESMAS
2. BKIA
2.175
2.343
6.610
6.801
2.843
6.909 2)
3. BALAI PENGOBATAN
1
7.418 )
7.124
6.975 2)
Angka-angka diperbaiki
) Angka sementara.
Kebijaksanaan dalam rehabilitasi, perluasan dan pengembangan Rumah Sakit, sampai akhir tahun pertama Repelita II,
terutama ditujukan kepada rehabilitasi fisik dan perluasan Rumah Sakit yang dikelola oleh Pemerintah Pusat (Rumah Sakit Vertikal). Sedangkan Rumah Sakit Propinsi dan Rumah Sakit Kabupaten pengelolaannya dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah.
Dalam pada itu kepada Rumah Sakit Propinsi dan Kabupaten
diberikan pula bantuan penyediaan obat-obatan, bimbingan
664
GRAFIK XV - 1
PERKEMBANGAN JUMLAH PUSKESMAS, B.K.I.A. DAN BALAI PENGOBATAN, 1972- 1974
PUSKESMAS
665
B.K.I.A
BALAI PENGOBATAN
melalui pembinaan tenaga ahli jiwa, peningkatan jumlah tenaga para medis, rehabilitasi penderita, penelitian-penelitian,
serta peningkatan perawatan dan pengobatan jalan.
Di dalam usaha peningkatan kesehatan gigi kebijaksanaan
yang ditempuh dalam tahun pertama Repelita ke II antara lain
melalui perluasan Balai Pengobatan Gigi dan penelitian dibidang kesehatan gigi. Dalam tahun 1974/75 telah dilakukan
perluasan 20 buah Balai Pengobatan Gigi, penyebaran tenagatenaga dokter gigi, peningkatan pengobatan gigi melalui Balai Pengobatan Gigi dan Puskesmas dan telah pula dilakukan
berbagai penelitian di bidang kesehatan gigi. Penambahan tenagatenaga perawat gigi di Puskesmas juga ditingkatkan.
Usaha penyediaan obat-obatan dan alat-alat kesehatan
dalam tahun pertama Repelita II diarahkan untuk memperlengkapi bahan obat-obatan dan alat-alat kesehatan antara
lain berupa succus liquiritiae, sulfas magnesicus, bicarbonas
natricus, acetosalum, alat sinar tembus (X-ray), kertas-kertas
untuk keperluan electro cardiografi dan electro-encephalografi
(kertas ECG dan EEG), dan lain-lain. Diusahakan pula pengadaan obat jadi antara lain berupa antibiotica, obat-obat
khusus, obat-obat psychotropic, bahan radiologi dan lain-lain.
Sejak tahun 1974/75 diusahakan penyediaan obat-obatan jadi
di dalam negeri. Pengadaan alat-alat, kedokteran ditujukan
terutama untuk penyediaan alat-alat untuk keperluan mendesak yang memerlukan tindakan secepatnya (emergency set),
meja operasi, lampu operasi, pompa pengisap, alat-alat kedokteran jiwa, alat kedokteran mata dan lain-lain.
b.
667
2.
3.
4.
Hygiene Sanitasi.
Sejak tahun ke empat Repelita I telah ditingkatkan pendaftaran dan pengamanan obat-obatan, antara lain dengan
jalan pendaftaran semua macam obat yang beredar, penilaian
terhadap semua obat yang didaftar, pengawasan obat-obatan yang
beredar pada apotik, toko obat, pedagang besar farmasi
dan
instalasi farmasi. Usaha-usaha tersebut terus ditingkatkan
dalam tahun ke lima Repelita I dan telah berhasil mendaftarkan
2.000 macam obat yang beredar, serta peningkatan pengawasan
terhadap obat-obatan. Dalam tahun pertama Repelita II
(1974/75), kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam program
pengamanan obat, makanan dan narkotika terus ditingkatkan.
Begitu pula laboratorium pemeriksaan obat mendapat perhatian
yang lebih besar. Di dalam pemeriksaan laboratorium dalam
rangka wajib daftar obat yang akan atau
telah beredar,
banyak dilakukan kerjasama dengan Universitasuniversitas di
samping
usaha
mengadakan
suatu
integrasi
dengan
Laboratorium Kesehatan Nasional.
d.
Penyuluhan Kesehatan
Penyuluhan kesehatan ditujukan untuk meningkatkan pengertian dan kesadaran rakyat terhadap pentingnya peranan
keadaan hygiene dan sanitasi yang baik, peranan air minum yang
sehat serta makanan yang bernilai gizi tinggi bagi perwujudan
kesehatan dan kesejahteraan hidup perorangan mau-pun
keluarga. Usaha penyuluhan kesehatan ini mencakup kegiatan
penyuluhan kesehatan masyarakat dan usaha kesehatan sekolah.
Penyuluhan kesehatan dilakukan melalui pemberian penerangan langsung, penggunaan mass media, pengembangan me-
671
dia
komunikasi melalui Puskesmas-puskesmas, Lembagalembaga Pemerintah/Swasta, serta pemuka masyarakat dan
lain sebagainya.
Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dimaksudkan untuk lebih
memperhatikan kesehatan anak-anak sekolah serta lingkungan
hidupnya sehingga dapat memberikan kesempatan belajar yang
lebih baik dan pertumbuhan yang wajar. Untuk menunjang
kegiatan itu, telah dilakukan penataran guru-guru Sekolah
Dasar, penyediaan buku pedoman Usaha Kesehatan Sekolah
(UKS) dan pemberian bimbingan tehnis. Dalam tahun 1974/1975
telah disediakan juga 1.500.000 set alat-alat pemeriksaan
kesehatan sekolah.
Untuk memperkuat aparatur pelaksanaan penyuluhan
telah dilakukan pula pengiriman tenaga spesiailis kesehatan
sekolah untuk belajar pada lembaga-lembaga pendidikan baik
di dalam maupun di luar negeri.
e.
Kegiatan penelitian dan pengembangan dibidang kesehatan dalam Repelita II ditujukan untuk mendapatkan pengertian
yang lebih baik mengenai macam dan sifat masalah-masalah
kesehatan yang dihadapi serta menemukan dan mengembangkan cara-cara pemecahan yang efektip. Masalah yang mendapat perhatian dalam penelitian selama Repelita II meliputi
masalah penyakit dan gangguan kesehatan lainnya, masalah
lingkungan hidup, masalah teknis kesehatan, penentuan berbagai standard, penemuan cara-cara pemberian pelayanan
kesehatan yang efektip dan efisien, penelitian segi-segi ekonomis dan ketatalaksanaan, masalah obat-obatan, makanan,
kosmetika dan lain-lain serta penelitian tentang segi-segi sosial budaya dan psikologi masyarakat.
Untuk pelaksanaannya telah dilakukan kerjasama dengan
Departemen/Lembaga-lembaga, universitas dan lembaga riset
672
No.
1.
2.
3.
4.
Janis tenaga
Dokter
Perawat
Bidan
Penjenang Kesehatan
1972/73
5.170
7.252
7.794
13.699
1973/74
6.221
7.736
8.323
24.248
1974/75
7.027
8.066
9.160
26.262
677
GRAFIK XV - 2
PERKEMBANGAN JUMLAH BEBERAPA JENIS TENAGA KESEHATAN,
1972/73 - 1974/75
674
Untuk lebih meningkatkan efektivitas pelaksanaan pembangunan kesehatan maka perhatian yang seksama diberikan kepada usaha peningkatan efisiensi dan ketatalaksanaan di bidang
kesehatan. Kegiatan dalam lapangan ini antara lain meliputi :
(a)
675
511120
B.
KELUARGA BERENCANA
1. Pendahuluan
ditingkatkan.
Sasaran
1.000, 0
1.250,0
1.500,0
Hasil
1.078, 0
1.369,1
1.592,9
%
107,7
109,53
106,2
677
Metode
Kontrasepsi
1. P i l
2. I U D
3. Lain-lain
Jumlah
1972/73
1973/74
1974/75*)
607,0
380,3
857,7
293,2
1.087,9
187,2
91,6
218,2
317,9
1.078,9
1.369,1
1.592,9
GRAFIK XV - 3
JUMLAH AKSEPTOR BARU YANG DICAPAI MENURUT METHODE KONTRASEPSI PER TAHUN
1972/73 - 1974/75 (dalam ribuan)
679
Pekerj aan
Suami akseptor
Pegawai Negeri
Pegawai Swasta
A B R, I
Pedagang
Petani
Pekerja Lepas
Tidak bekerja dan
Lain-lain
1972/73
1973/74
1974/75
8,7
4,3
2,9
3,9
70,8
8,5
8,4
4,5
2,6
3,6
70,7
9,5
7,1
5,1
2,4
4,2
71,7
8,9
0,9
0,7
0,6
1 ) Angka diperbaiki.
2 ) Berdasarkan pengolahan data ciri-ciri akseptor pada triwulan I I I
1974/75.
lebih besar
TABEL VX 6
PERSENTASE AKSEPTOR BARU MENURUT
KELOMPOK UMUR DI JAWA DAN BALI,
1972/73 1974/75
Kelompok Umur
(Tahun)
15
20
25
30
35
40
45
19
24
29
34
-- 39
44
ke atas
1972/73
1973/74
4,64
19,44
28,73
26,39
16,55
3,77
0,48
5,22
22,00
28,84
25,00
15,10
3,60
0,24
1974/75 *)
7,08
25,87
29,06
22,18
12,69
2,70
0,42
b.
Kegiatan penerangan dan motivasi keluarga berencana terutama ditujukan untuk memberikan penerangan yang seluasluasnya kepada masyarakat tentang terdapatnya kemungkinan bagi mereka untuk melaksanakan perencanaan keluarga
serta mengapa perencanaan keluarga itu diperlukan. Kegiatan
tersebut ditujukan baik terhadap masyarakat umumnya maupun
kelompok-kelompok tertentu dalam masyarakat yang memerlukan
penerangan dan motivasi secara khusus.
Dalam tahun 1974/75 diadakan penyempurnaan kelembagaan dari organisasi-organisasi yang menangani pelaksanaan program penerangan dan motivasi keluarga berencana.
Di samping itu juga dipergiat keikut sertaan generasi muda
dalam pelaksanaan program penerangan dan motivasi keluar681
682
1972/73
3,03
1,23
23,54
40,57
2,81
5,09
23,73
1973/74
2,02
0,67
12,97
56,75
1,13
5,88
20,58
1974/75 *)
1,21
0,73
11,69
58,95
0,49
24,54
2,39
Kurang. Oleh karena itu atas inisiatip masing-masing Pemerintah Daerah telah dikembangkan tenaga-tenaga sukarela untuk
mencari akseptor baru dan memantapkan akseptor-akseptor
yang ada. Di desa-desa di Jawa Timur telah dibentuk Petugas
Keluarga Berencana Desa (PKBD), di Jawa Tengah Sub Klinik
Desa (SKD), di Yogyakarta Dwi Karti, di Jawa Barat, Pos Keluarga
Berencana Desa (POS KB DESA), dan di Bali Banjar,
yang
kesemuanya bertugas mengembangkan dan membantu keluarga
berencana di desa atas dasar sukarela.
TABEL XV 8
JUMLAH PERSONALIA PETUGAS LAPANGAN KELUARGA
BERENCANA (PLKB), 1972/73 1974/75 *)
1972/73
1.
2.
3.
4.
*)
1973174
1974/75
PLKB
Pemimpin Kelompok
Pengawas
Koordinator
3.774
715
108
23
5.969
1.202
125
21
6.524
1.374
128
21
J u m l a h
4.620
7.317
8,047
Angka-angka kumulatip.
1972/73
1973/74
1974/75 *)
Dept. Kesehatan
A B R I
Instansi Pemerintah lain
S w a s t a
1.786
158
41
152
1.838
187
42
168
2.413
250
84
271
J u m l a h
2.137
2.235
3.018
Perkembangan jumlah Team Medis Keliling tersebut membutuhkan penambahan tenaga yang dapat melayani masyarakat
dengan sebaik-baiknya, di samping penambahan kebutuhan
tenaga-tenaga pelayanan bagi klinik-klinik. Dalam rangka ini
685
jumlah tenaga dokter yang melayani keluarga berencana pada
GRAFIK XV - 4
JUMLAH KLINIK KELUARGA BERENCANA
1972/73 - 1974/75
686
Personalia klinik
1. Dokter
2. Bidan
3. Pembantu Bidan
4. Tenaga Administrasi
Jum1ah
*)
1972/73
1973/74
1974/75 *)
883
1.776
1.143
1.646
1.186
2.241
1.959
1.970
1.766
3.124
2.461
2.426
5.448
7.356
9.777
GRAFIK XV - 5
JUMLAH PERSONALIA KLINIK KELUARGA BERENCANA,
1972/73 1974/75
688
75 kegiatan ini telah ditingkatkan lagi sehingga telah mencapai 87 buah rumah sakit, yang melayani juga ibu-ibu yang
melahirkan di luar rumah sakit.
(3) Pendidikan dan latihan
Perkembangan kegiatan program keluarga berencana,
membutuhkan pula pengembangan kemampuan pelaksana/
petugas-petugasnya. Dalam tahun 1974/75 kegiatan pendidik- an
dan latihan ditujukan terutama untuk menyediakan, mendi- dik
dan melatih petugas-petugas keluarga berencana yang diarahkan
untuk meningkatkan mutu tenaga-tenaga keluarga berencana, di
samping melakukan usaha-usaha pemenuhan jumlah tenaga yang
dibutuhkan menurut jumlah, waktu dan tempat. Dalam Repelita II
kegiatan ini juga meliputi perintisan
dan pengembangan usaha
pengintegrasian kurikulum keluarga berencana ke dalam lembaga
pendidikan yang dipandang
sesuai.
Tenaga-tenaga yang telah dihasilkan dari pendidikan dan
latihan keluarga berencana meliputi antara lain petugas
administrasi keluarga berencana, petugas pencatatan dan
pelaporan, petugas penelitian, petugas penerangan dan moti- vasi,
PLKB dan lain sebagainya. Jenis petugas serta jumlah
tenaga
yang dilatih dalam tahun 1974/75 dapat dilihat pada Tabel XV
11
(4) Pendidikan Kependudukan
Pendidikan kependudukan ditujukan untuk mengembangkan pengertian yang rasionil tentang hubungan antara perkembangan jumlah penduduk dan perkembangan sumber-sumber
kehidupan yang terdapat di sekitarnya. Kegiatan ini dilakukan melalui pendidikan di dalam sekolah dan di luar sekolah.
Sejak tahun 1972/73 kegiatan pendidikan kependudukan terutama ditujukan pada usaha-usaha perintisan untuk pengem-
689
bangan selanjutnya. Dalam rangka ini telah dilakukan lokakarya untuk mendapatkan pengarahan dan cara-cara pende-
Kategori Tenaga
Keluarga Berencana
1. Dokter KB
2. Bidan/Pembantu
Bidan KB
3. PLKB, Pemimpin Kelompok Pengawas dan Koordinator
4. Petugas Pencatatan dan
Pelaporan
5. Petugas Penerangan
6. Dukun KB
7 . Lain-lain petugas **')
1972/73
1973/74
1974/75 *)
272
249
294
1.298
1.608
1.390
3.541
4.273
2.759
761
162
10.965
78
1.386
2.312
186
587
281
1.200
111
Dalam tahun 1974/75 telah dihasilkan bahan contoh (prototipe) untuk kelas II Sekolah Lanjutan Pertama se Jawa dan
Bali setelah dilakukan percobaan di 30 sekolah selama tahun
1973/74. Selanjutnya telah dihasilkan pula bahan contoh untuk
anak berumur 1319 tahun guna program luar sekolah setelah
dilakukan percobaan-percobaan di 30 lembaga pendidikan luar
sekolah (PLS) se Jawa dan Bali. Di samping itu telah pula dikembangkan usaha-usaha pendidikan kependudukan melalui lembaga pendidikan sekolah atau luar sekolah dalam lingkungan
Departemen Agama, Muhammadiyah, DGI, KNPI dan Pramuka.
690
691
TABEL XV 12
PENYEDIAAN ALAT KONTRASEPSI PADA KLINIK-KLINIK
KELUARGA BERENCANA, 1972/73 1974/75
(dalam ribuan)
Macam alat
kontrasepsi
1. P i 1
2. I U D
3. K o n d o m
*)
1972/73
1973/74
1974/75
9.000
15.000
19.950
436
400
600
10
29
300
(6)
692
KESEJAHTERAAN SOSIAL
1. Pendahuluan
Pembangunan di bidang kesejahteraan sosial terutama ditujukan kepada anggota-anggota masyarakat yang mengalami
berbagai hambatan sehingga mereka tidak dapat berperan secara wajar dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan di lapangan
ini juga merupakan usaha untuk meratakan hasil pembangunan agar dapat dirasakan oleh segenap golongan masyarakat.
Kebijaksanaan pembangunan di bidang kesejahteraan sosial terutama diarahkan untuk mendorong berkembangnya
kesadaran, rasa tanggung jawab sosial, dan kemampuan guna
mengatasi masalah-masalah yang dihadapi serta terwujudnya
partisipasi mereka dalam pembangunan. Hal ini dilakukan
antara lain melalui penyempurnaan sistim pelayanan kesejahteraan sosial. Dengan demikian diharapkan masyarakat dengan
penuh kesadaran turut membantu menyelenggarakan kegiatankegiatan sosial dan sekaligus memperoleh kesempatan untuk
mengembangkan ketrampilan melalui panti-panti tersebut. Di
samping itu pembangunan kesejahteraan sosial ditujukan pula
untuk mencegah timbulnya pengaruh-pengaruh sampingan
yang kurang menguntungkan dalam proses pembangunan.
694
695
Dalam rangka membina Kesejahteraan Keluarga Pahlawan, telah diberikan bantuan sosial dan pembangunan sebuah
Wisma untuk para putra Pahlawan yang melanjutkan pendidikannya di Jakarta.
Kegiatan-kegiatan pada tahun pertama Repelita II (1974/
75) pada dasarnya merupakan kelanjutan dan peningkatan
pelayanan kesejahteraan sosial yang telah dilakukan dalam
Repelita I.
a.
Pada dasarnya bimbingan dan pengembangan kesejahteraan masyarakat dimaksudkan untuk mengembangkan kemauan dan kemampuan masyarakat agar bisa mengadakan kegiat-ankegiatan secara bersama khususnya dengan mendasarkan
diri
kepada potensi-potensi setempat yang dapat dimanfaatkan.
Pelayanan yang diberikan dititik beratkan kepada usaha untuk
mengembangkan kecakapan pengorganisasian kegiatan sosial,
melatih ketrampilan kerja yang diperlukan, di samping usahausaha untuk mendorong kegiatan oleh masyarakat dan untuk
kepentingan masyarakat sendiri.
Dalam rangka memperbaiki tingkat penghidupan keluarga yang berpenghasilan rendah dalam tahun 1974/75 telah
diselenggarakan latihan kerja produktip kepada 1.500 Kepala
Keluarga yang tersebar pada desa-desa di 44 Kabupaten di
Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, Sulawesi
Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Nusa Tenggara Barat. Usahausaha tersebut merupakan kelanjutan dan perluasan kegiatan
pembinaan kesejahteraan keluarga yang pada tahun 1972/73
dan tahun 1973/74 telah melayani masing-masing sejumlah
1.300 Kepala Keluarga dan 1.400 Kepala Keluarga.
Untuk mendorong perbaikan perumahan pedesaan telah
dilakukan kegiatan-kegiatan guna mengembangkan pengertian
masyarakat tentang perumahan yang sesuai dengan persyaratan tehnis, kesehatan, dan lingkungan atas dasar swadaya
696
Dalam rangka pembinaan generasi muda, telah diselenggarakan latihan-latihan bagi Pembina Remaja di tingkat Propinsi, dan petugas-petugas bidang kesejahteraan remaja pada
Kantor-kantor Sosial tingkat Kabupaten sehingga mereka
dapat mengembangkan kegiatan-kegiatan remaja dalam Karang Taruna di daerah-daerah. Untuk menunjang program
tersebut kepada 115 Kabupaten dan Kotamadya di Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, D.I. Aceh,
Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan,
Jambi, Bengkulu, Lampung, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Utara dan Sulawesi Tenggara, telah disediakan
peralatan-peralatan pertukangan d an ketrampilan, alatalat olah
raga dan rekreasi serta alat-alat kesenian sebagai sarana
menghimpun dan mengikat kelompok-kelompok remaja ke arah
kehidupan yang bertanggung jawab dan berprestasi.
Di dalam hal penanggulangan masalah kenakalan remaja, di Jakarta dilanjutkan penyelesaian Panti Pendidikan Anak
Tuna Sosial (nakal) dengan penyediaan perlengkapan untuk
ruang observasi/studio psycho-analisa agar lebih memudahkan
usaha penyantunannya.
Usaha rehabilitasi sosial terhadap para remaja korban
narkotika, pada dasarnya merupakan kegiatan kelanjutan dari-
697
pada keseluruhan proses penyembuhan setelah mereka menjalani perawatan medis. Dalam tahun 1974/75 telah dapat diselesaikan bangunan tempat rehabilitasi sosial di Jakarta.
Pelayanan rehabilitasi terhadap korban narkotika dilakukan melalui dua cara. Cara pertama adalah perawatan dalam
lembaga, rehabilitasi (pelayanan institusionil). Cara yang kedua
adalah perawatan korban narkotika melalui kunjungan rumah,
sementara yang bersangkutan tetap tinggal di lingkungan
keluarga. Dalam tahun 1974/75 telah dirawat 78 penderita
pada lembaga rehabilitasi dan 145 penderita melalui perawatan
kunjungan rumah.
c.
Yang menjadi sasaran dalam kegiatan ini adalah anakanak yang terlantar dan terhambat perkembangannya. Anak698
Lokasi/Suku
1. Sumatera Selatan:
a. Suku Anak Dalam
2. Jambi:
a. Suku Anak Dalam
3. Kalimantan Selatan:
a. Suku Daya Bukit
4. Kalimantan Barat:
a. Suku Daya Punan
b. Suku Daya Kantuk
5. Sulawesi Tengah:
a. Suku Tolare
6. Maluku:
a. Suku Noalu
1972
1973
1974
300
200
550
100
150
150
250
100
500
150
600
450
150
1.550
699
f.
(2)
(3)
701
g. Rehabilitasi Gelandangan
Salah satu masalah yang dihadapi di bidang pembangunan kesejahteraan sosial adalah persoalan yang ditimbulkan
oleh perpindahan sebagian penduduk pedesaan ke kota-kota
terutama untuk mendapatkan penghidupan dan pekerjaan
yang lebih layak. Tetapi oleh karena kesempatan kerja di kota lebih
menghendaki
persyaratan-persyaratan
pendidikan
dan
ketrampilan yang pada umumnya tidak mereka miliki, menyebabkan timbulnya kelompok-kelompok pengangguran yang
hidupnya menggelandang tanpa pekerjaan yang tetap dan layak.
Terhadap masalah ini telah dilakukan usaha rehabilitasi melalui pembinaan mental untuk membangkitkan kesadaran
harga diri dan membangkitkan kesadaran dan kecintaan
kerja, serta dengan jalan menyalurkan tenaga mereka ke
sektorsektor produksi/pertanian di luar Jawa. Sebelum disalurkan,
mereka mendapatkan latihan dalam bermacam ketrampilan yang
diperlukan di tempat pendidikan dan latihan kerja
di Bekasi
(Jawa Barat) dan
Sidoarjo
(Jawa
Timur).
Kegiatan
pendayagunaan tenaga tunakarya/gelandangan ke sektor
pertanian di Bengkulu, Lampung, dan Sumatera Selatan yang
berasal dari DKI Jaya, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I.Yogyakarta,
dan Jawa Timur telah dapat ditingkatkan menjadi 1.000 Kepala
Keluarga. Hal ini merupakan kenaikan bila dibandingkan dengan
penyaluran yang telah dilaksanakan dalam tahun 1972 dan tahun
1973 yang masing-masing berjumlah 393 Kepala Keluarga dan
500 Kepala Keluarga (Lihat Tabel XV 14).
Usaha lainnya
adalah penyaluran ke lapangan kerja secara
lokal atau
pengembalian mereka ke tempat asalnya dengan pemberian
sekedar permodalan berupa alat-alat kerja. Sementara itu untuk
memantapkan pembinaan para bekas gelandangan yang telah
berhasil menetap di proyek-proyek penempatan, secara berkala
diadakan bimbingan sosial budaya.
h. Rehabilitasi Korban Bencana Alam
702
TABEL XV 14
PENYALURAN DAN PENDAYAGUNAAN TENAGA TUNAKARYA/
GELANDANGAN KE SEKTOR PERTANIAN DI BENGKULU,
LAMPUNG, SUMATERA SELATAN
(KK)
Daerah asal
D.K.I. Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
D.I. Yogyakarta
Jawa Timur
1972
1973
1974
50
94
99
150
100
129
100
22
149
150
200
200
50
400
393
500
1.000
703
TA BE L X V 15
R E H A B I L I TA S I K O R B A N B E N C A N A A L A M , 1 9 7 2 1 9 7 4
(KK)
Daerah penempatan korban
bencana alam
1.
2.
3.
4.
5.
Sulawesi Tenggara
Kalimantan Timur
Bengkulu
Lampung
Nusa Tenggara Timur
(Lokal)
1973
1974
200
100
100
100
200
100
100
100
500
300
240
50
500
500
1.090
1972
i.
Program pendidikan ini merupakan kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan dan kecakapan para petugas yang
melaksanakan usaha perbaikan dan penyempurnaan pelayanan
kesejahteraan sosial kepada masyarakat. Dalam tahun 1974/
75 telah dididik calon-calon pengajar/pelatih dari daerah-daerah. Telah diselenggarakan pula latihan-latihan ketrampilan
tehnis pekerjaan sosial maupun administrasi kesejahteraan sosial (di Jakarta dan Padang).
j.
704
GRAFIK XV - 6
REHABILITASI KORBAN BENCANA ALAM
1972 - 1974
705