Tetralogi Fallot KLMPK 1
Tetralogi Fallot KLMPK 1
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga makalah ini dapat selesai tepat waktu. makalah ini dibuat untuk memenuhi
tugas Maternitas Anak. Makalah ini berisi tentang pengertian, etiologi, tanda dan gejala,
patofisiologi, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan dan asuhan keperawatan pada klien
dengan Tetralogi Of Fallot. Makalah ini diharapkan bisa menjadi tambahan referensi untuk
mahasiswa keperawatan. Kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun khususnya dari
dosen penanggung jawab mata kuliah agar dalam pembuatan makalah berikutnya bisa lebih
sempurna. Akhir kata kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak orang.
Terima kasih.wassalamualaikum wr.wb.
Penyusun
BAB I
1
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Tetralogi fallot (TF) merupakan penyakit jantung sianotik yang paling banyak
ditemukan dimana tetralogi fallot menempati urutan keempat penyakit jantung bawaan pada
anak setelah defek septum ventrikel,defek septum atrium dan duktus arteriosus persisten,atau
lebih kurang 10-15 % dari seluruh penyakit jantung bawaan, diantara penyakit jantung
bawaan sianotik Tetralogi fallot merupakan 2/3 nya. Tetralogi fallot merupakan penyakit
jantung bawaan yang paling sering ditemukan yang ditandai dengan sianosis sentral akibat
adanya pirau kanan ke kiri.
B.
Rumusan masalah
Apa dan bagaimana pengertian, etiologi, tanda dan gejala, patofisiologi, pemeriksaan
diagnostik, penatalaksanaan dan asuhan keperawatan pada klien dengan Tetralogi Fallot
C. Tujuan
Mahasiswa mampu untuk memahami pengertian, etiologi, tanda dan gejala, patofisiologi,
pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan dan asuhan keperawatan pada klien dengan
Tetralogi Fallot
TETRALOGI FALLOT
KONSEP MEDIS
1. PENGERTIAN
Tetralogi fallot secara klasik terdiri atas kombinasi dari (1) penyumbatan (obstruksi)
aliran keluar ventrikel (sianosis pulmonal), (2) defek sekat ventrikel (VSD), (3) dekstroposisi
aorta dengan menumpangi sekat dan (4) hipertropi ventrikel kanan. Penyumbatan aliran darah
arterial pulmonalis biasanya pada infundibulum ventrikel kanan (areal subpulmonal) maupun
katub pulmonal. Batang arteria pulmonalis sering lebih kecil dari pada biasanya, dan
mungkin ada juga berbagai tingkat stenosis cabang arteria pulmonalis. Penyumbatan
sempurna aliran keluar ventrikel kanan (atresia pulmonal) dengan VSD juga digolongkan
sebagai bentuk ekstrem tetralogi fallot.
2. ETIOLOGI
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan tidak diketahui secara pasti.
diduga karena adanya faktor endogen dan eksogen. Faktor faktor tersebut antara lain :
Faktor endogen
a. Berbagai jenis penyakit genetik : kelainan kromosom
b. Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
c. Adanya penyakit tertentu dalam keluarga seperti diabetes melitus, hipertensi, penyakit
jantung atau kelainan bawaan
Faktor eksogen
a. Riwayat kehamilan ibu : sebelumnya ikut program KB oral atau suntik,minum obat-obatan
tanpa resep dokter, (thalidmide,dextroamphetamine.aminopterin,amethopterin, jamu)
b. Ibu menderita penyakit infeksi : rubella
c. Pajanan terhadap sinar -X
Para ahli berpendapat bahwa penyebab endogen dan eksogen tersebut jarang terpisah
menyebabkan penyakit jantung bawaan. Diperkirakan lebih dari 90% kasus penyebab adaah
multifaktor. Apapun sebabnya, pajanan terhadap faktor penyebab harus ada sebelum akhir
bulan kedua kehamilan , oleh karena pada minggu ke delapan kehamilan pembentukan
jantung janin sudah selesai.
3. MANIFESTASI KLINIS
Bayi: sebagian bayi yang menderita tetralogi fallot mengalami sianosis akut pada saat
di lahirkan; sebagian lainnya mengalami sianosis ringan yang bertambah parah setelah
usia 1 tahun pertama karena semakin beratnya stenosis pulmonal terdengar bising
jantung yang khas. Juga terjadi episode akut sianosis dan hipoksia yang disebut blue
spells atau tet spells
Anak: dengan semakin bertambahnya gejala sianosis, kemungkinan terjadi clubbing
fingers (jari tabuh), squatting, dan pertumbuhan buruk.
Polisitemia, yaitu keadaan meningkatnya jumlah sel darah merah, akan meningkatkan
kemampuan darah dalam membawa oksigen. Akan tetapi anemia dapat terjadi jika zat
besi tidak tersedia untuk pembentukan hemoglobin.polisitemia akan meningkatkan
viskositas darah dan memaksa keluar faktor-faktor pembekuan.
Jari tabuh (clubbing), yaitu penebalan dan pendataran ujung jari-jari tangan dan kaki,
diperkirakan terjadi karena hipoksemia jaringan yang kronis dan polisitemia.
Bayi denganhipoksemia ringan mungkin tidak menunjukkan gejala (asimtomatik)
kecuali sianosis dan memperlihatkan tumbuh kembang yang mendekati normal.
Bayi dengan hipoksemia yang lebih berat dapat menunjukkan gejala mudah lelah
pada saat menyusui, berat badan sulit bertambah, takipnea, dan dispnea. Hipoksemia
berat yang menimbulkan hipoksia jaringan dimanifestasikan dengan kemunduran
kondisi klinis pasien dan tanda perkusi jaringan yang jelek.
Squatting (berjongkok), yaitu merupakan gejala paling khas pada anak-anak tetralogi
fallot akan terlihat pada todler dan anak yang lebih besar sebagai upaya yang tidak di
sadari untuk mengurangi hipoksia kronis, khususnya pada saat latihan fisik.karena
intervensi dini yang sudah dikerjakan pada masa bayi, gejala squatting jarang terlihat.
Serangan hipersianosis, yang disebut juga dengan istilah blue spell atau tet spell
karena sering dijumpai pada bayi yang menderita tetralogi fallot dapat terjadi pada
setiap anak yang defek jantungnya meliputi obstruksi aliran darah paru dan saluran
antar ventrikel. Bayi mengalami sianosis akut dan hiperpnea karena spasme
infundibular mendadak yang menurunkan aliran darah paru dan meningkatkan
pemintasan (shunting) kanan ke kiri (mekanisme yang di kemukakan pada tetralogi
fallot). Serangan atau spells, yang jarang terlihat pada usia di bawah 2 bulan, paling
sering terjadi pada usia 1 tahun. Serangan ini lebih sering terjadi di pagi hari yang
dapat di dahului dengan aktivitas menyusu, menangis, defekasi ataupun dengan
pelaksanaan prosedur yang menimbulkan stres. Karena hipoksemia berat
menyebabkan hipoksia serebri, maka serangan hipersianosis memerlukan pengkajian
dan penanganan segera untuk mencegah kerusakan otak atau mungkin kematian.
4. PATOFISIOLOGI
Anulus katup pulmonalis mungkin berukuran hampir normal atau mungkin sangat
sempit. Katup sendiri sering kali bikuspid dan kadang-kadang merupakan satu-satunya
tempat stenosis. Lebih sering ada hipertropi muskulus subpulmonal, krista supraventrikularis
4
yang terus menyebabkan stenosis infundibuler dan menimbulkan berbagai ukuran dan kontur
ruang infundibuler. Bila saluran keluar aliran ventrikel kanan tersumbat sempurna (atresia
pulmonal), anatomi cabang arteria pulmonalis sangat bervariasi, mungkin ada segmen batang
arteria pulmonalis yang berlanjut dengan aliran keluar ventrikel kanan, dipisahkan oleh katup
pulmonal fibrosa tetapi tidak berlubang atau seluruh batang segmen arteria pulmonalis
mungkin tidak ada. Kadang-kadang cabang arteria pulmonalis dapat terputus. Pada kasus
yang lebih berat ini aliran darah pulmonal dapat di pasok oleh duktus arteriosus paten (PDA)
dan oleh arteria kolateral aortopulmonal besar (major aortopulmonary collateral arteries =
MAPCA) yang keluar dari aorta.
VSD biasanya nonrestriktif dan besar, terletak tepat di bawah katup aorta, dan terkait
pada kuspid aorta posterior dan kanan. VSD mungkin jarang berada pada bagian dalam sekat
ventrikel ( varietas defek sekat atrioventrikuler). Keberlanjutan fibrosa katup mitral dan aorta
normal biasanya dipertahankan. Arkus aorta ada disisi kanan pada sekitar 20% kasus ; akar
aorta hampir selalu besar dan menumpang VSD sampai berbagai tingkat. Bila aorta
menumpang lebih dari pada 50% dan jika ada pemisah muskuler yang berarti antara katup
aorta dan anulus mitralis ( konus subaorta ) , defek ini biasanya digolongkan sebagai bentuk
ventrikel kanan saluran keluar ganda, namun patofisiologinya sama dengan tetralogi fallot.
Aliran balik vena sistemik ke atrium kanan dan ventrikel kanan normal.Bila ventrikel
kanan berkontraksi pada adanya stenosis pulmonal yang mencolok, darah melalui shunt VSD
ke dalam aorta.Akibatnya desaturasi arteria dan sianosis menetap.Aliran darah pulmonal, bila
sangat dibatasi oleh penyumbatan aliran keluar ventrikel kanan, dapat ditambah dengan
sirkulasi kolateral bronkial (MAPCA) dan, terutama pada masa dekat neonatus oleh PDA.
Tekanan sistolik dan diastolik puncak pada setiap ventrikel sama, dan pada jajaran sistemik
terjadi perbedaan tekanan besar di sebelah saluran aliran keluar ventrikel kanan yang
tersumbat, dan tekanan arteria pulmonalis biasanya lebih rendah dari normal. Tingkat
penyumbatan aliran keluar ventrikel kanan menentukan waktu mulainya gejala, keparahan
sianosis, dan tingkat hipertrofi ventrikel kanan.Bila penyumbatan pada aliran keluar ventrikel
kanan ringan sampai sedang dan ada keseimbangan shunt di sebelah VSD, penderita mungkin
tidak tampak sianosis (tetralogi fallot asianotik atau merah).
5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan laboratorium
Ditemukan adanya peningkatan hemoglobin dan hematokrit (Ht) akibat saturasi oksigen
yang rendah.Pada umumnya hemoglobin dipertahankan 16-18 gr/dl dan hematokrit
antara 50-65 %. Nilai BGA menunjukkan peningkatan tekanan partial karbondioksida
(PCO2), penurunan tekanan parsial oksigen (PO2) dan penurunan PH.pasien dengan Hn
dan Ht normal atau rendah mungkin menderita defisiensi besi.
2. Radiologis
Sinar X pada thoraks menunjukkan penurunan aliran darah pulmonal, tidak ada
pembesaran jantung .gambaran khas jantung tampak apeks jantung terangkat sehingga
seperti sepatu.
3. Elektrokardiogram
Pada EKG sumbu QRS hampir selalu berdeviasi ke kanan.Tampak pula hipertrofi
ventrikel kanan. Pada anak besar dijumpai P pulmonal
4. Ekokardiografi
Memperlihatkan dilatasi aorta, overriding aorta dengan dilatasi ventrikel kanan,
penurunan ukuran arteri pulmonalis & penurunan aliran darah ke paru-paru.
5. Kateterisasi
Diperlukan sebelum tindakan pembedahan untuk mengetahui defek septum ventrikel
multiple, mendeteksi kelainan arteri koronari dan mendeteksi stenosis pulmonal
perifer.Mendeteksi adanya penurunan saturasi oksigen, peningkatan tekanan ventrikel
kanan, dengan tekanan pulmonalis normal atau rendah.
6. PENATALAKSANAAN
Pada penderita yang mengalami serangan sianosis maka terapi ditujukan untuk memutus
patofisiologi serangan tersebut, antara lain dengan cara :
1. Posisi lutut ke dada agar aliran darah ke paru bertambah
2. Morphine sulfat 0,1-0,2 mg/kg SC, IM atau IV untuk menekan pusat pernafasan dan
mengatasi takipneu.
3. Bikarbonas natrikus 1 Meq/kg BB IV untuk mengatasi asidosis
4. Oksigen dapat diberikan, walaupun pemberian disini tidak begitu tepat karena
permasalahan bukan karena kekurangan oksigen, tetapi karena aliran darah ke paru menurun.
Dengan usaha diatas diharapkan anak tidak lagi takipnea, sianosis berkurang dan anak
menjadi tenang. Bila hal ini tidak terjadi dapat dilanjutkan dengan pemberian
5. Propanolo l 0,01-0,25 mg/kg IV perlahan-lahan untuk menurunkan denyut jantung
sehingga seranga dapat diatasi. Dosis total dilarutkan dengan 10 ml cairan dalam spuit, dosis
awal/ bolus diberikan separohnya, bila serangan belum teratasi sisanya diberikan perlahan
dalam 5-10 menit berikutnya
6. Ketamin 1-3 mg/kg (rata-rata 2,2 mg/kg) IV perlahan. Obat ini bekerja meningkatkan
resistensi vaskuler sistemik dan juga sedative
7. Penambahan volume cairan tubuh dengan infus cairan dapat efektif dalam penganan
serangan sianotik. Penambahan volume darah juga dapat meningkatkan curah jantung,
sehingga aliran darah ke paru bertambah dan aliran darah sistemik membawa oksigen ke
seluruh tubuh juga meningkat.
Lakukan selanjutnya
6
1.
2.
3.
7. PERAWATAN
1. Perawatan Prabedah
a)
b)
c)
Jangan tekanan darah atau mengambil darah arteri pada lengan dengan pirau
potensial.
2. Perawatan Pasca Bedah
1. Anastomosis Blalock-Taussig atau Waterston Cooley
a
segera setelah pembedahan, lengan dengan arteri subklavia terkait akan dingin
b.
c.
Perhatikan sianosis: hipoksemia atau tanda-tanda asidosis menunjukan oklusi dini dari
pirau.
d.
2.
a.
Perdarahan
7
b.
c.
3.
Pantau respons anak terhadap pemberian obat digitalis dan diuretic diberikan jika perlu.
4.
a.
Pantau adanya tanda-tanda dehidrasi- kurang air mata, kulit kendur, berat jenis lebih
dari 1,020, dan penurunan keluaran urine atau berat badan.
b.
Pantau cairan pada 50% sampai 75% volume rumatan selama 24 jam pertama
(1000ml/m, kemudian 1500ml/m).
5.
a.
b.
c.
Gunakan spinometer setiap 1 sampai 2 jam selama 24 jam, kemudian setiap 4 jam.
6.
pada tempat dan ukuran abses, dan adanya kenaikan tekanan intrakranial.Laju endap darah
dan hitung sel darah putih biasanya naik. Tomografi komputasi computed tomography = CT),
magnetic resonance imaging (MRI), atau ultrasonografi memperkuat diagnosis. Terapi
antibiotika pasif dapat membantu menahan infeksi terlokalisasi, tetapi drainase bedah abses
hampir selalu diperlukan.
Endokarditis bakterial terjadi pada penderita yang tidak dioperasi pada infundibulum
ventrikel kanan atau pada katup pulmonal , katup aorta atau jarang pada katup trikuspidal.
Endokarditis dapat menyulitkan shunt paliatif atau pada penderita dengan pembedahan
korektif , setiap sisa stenosis pulmonal atau sisa VSD. Profilaksis antibiotik sangat penting
sebelum dan sesudah prosedur gigi serta bedah tertentu yang disertai dengan insiden
bakteremia yang tinggi.
Gagal jantung kongestif merupakan tanda biasa penderita dengan tetralogi fallot. Namun
tanda ini dapat terjadi pada bayi muda dengan tetralogi fallot merah atau asianotik. Karena
derajat penyumbatan pulmonal menjelek bila semakin tua, gejala-gejala gagal jantung mereda
dan akhirnya penderita sianosis, sering pada umur 6-12 bulan.Penderita pada saat ini berisiko
untuk bertambahnya serangan hipersianotik.
PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1. Riwayat kehamilan :
Ditanyakan apakah ada faktor endogen dan eksogen
a.
Faktor Endogen
1) Berbagai jenis penyakit genetik : Kelainan kromosom
2) Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan
9
Riwayat tumbuh
Pemeriksaan fisik
pada awal bayi baru lahir biasanya belum ditemukan sianotik, bayi tampak biru setelah
tumbuh
Clubbing finger tampak setelah usia 6 bulan.
Serang sianotik mendadak (blue spells/cyanotic spells/paroxysmal hiperpnea,hypoxic
spells) ditandai dengan dyspnea, napas cepat dan dalam,lemas,kejang,sinkop bahkan
sampai koma dan kematian.
Anak akan sering Squatting (jongkok) setelah anak dapat berjalan, setelah berjalan
beberapa lama anak akan berjongkok dalam beberapa waktu sebelum ia berjalan kembali
Pada auskultasi terdengar bising sistolik yang keras didaerah pulmonal yang semakin
melemah dengan bertambahnya derajat obstruksi
Bunyi jantung I normal. Sedang bunyi jantung II tunggal dan keras.
Bentuk dada bayi masih normal, namun pada anak yang lebih besar tampak menonjol
akibat pelebaran ventrikel kanan
Ginggiva hipertrofi,gigi sianotik
c) Eliminasi
Tanda : Adanya inkontinensia dan atau retensi.
d) Makanan/ cairan
Tanda : Kehilangan nafsu makan,kesulitan menelan, sulit menetek
Gejala : Anoreksia, muntah, turgor kulit jelek, membran mukosa
kering
e) Hiegiene
Tanda : ketergantungan terhadap semua kebutuhan perawatan diri.
f) Neurosensori
Tanda : Kejang, kaku kuduk
Gejala : Tingkat kesadaran letargi hingga koma bahkan kematian
g) Nyeri/ keamanan
Tanda : Sakit kepala berdenyut hebat pada frontal, leher kaku
Gejala : Tampak terus terjaga, gelisah, menangis/ mengaduh/
mengeluh
h) Pernafasan
Tanda : Auskultasi terdengar bising sistolik yang keras didaerah pulmonal yang
melemah dengan bertambahnya derajat obstruksi
Gejala : Dyspnea, napas cepat dan dalam
semakin
i) Nyeri/ keamanan
Tanda : Sianosis, pusing, kejang
Gejala : Suhu meningkat, menggigil, kelemahan secara umum
2. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan Curah Jantung b/d Gangguan frekuensi atau irama jantung
2. Resiko infeksi b/d keadaan umum tidak adekuat
3. keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan b/d oksigenasi tidak adekuat,
kebutuhan nutrisis jaringan tubuh, isolasi social.
4. Intoleran aktivitas b/d ketidakseimbangan pemenuhan O2 terhadap kebutuhan tubuh.
3. Rencana Keperawatan
No
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Penurunan Curah
Jantung
Domain 4
TUJUAN &KRITERIA
HASIL ( NOC )
NOC :
INTERVENSI
( NIC )
NIC :
Kelas 4
berhubungan dengan :
Gangguan frekuensi
o
atau irama jantung
o Gangguan volume
sekuncup :
Gangguan preload
Gangguan after load
Gangguan
o
kontraktilitas
o Kelainan jantung
o Toksisitas obat
o Disfungsi konduksi
listrik
o Hivolemia
o Peningkatan kerja
ventrikel
o Kerusakan ventrikel
o Iskemia ventrikel
o Keterbatasan ventrikel
Batasan karakteristik :
Ds :
Do :
Gangguan frekuensi dan
irama jantung
- Aritmia (takikardia,
bradikardia)
- Perubahan pola EKG
palpitasi
Gangguan preload
- Edema
- Keletihan
- Peningkatan atau
penurunan vena sentral
(cvp)
- Peningkatan atau
o
penurunan baji arteri
pulmonal (PAWP,
pulmonary artery wedge
pressure)
Gangguan afterload
- Kulit dingin dan
berkeringat
o
- Denyut perifer menurun
- Dispnea
o
- Peningkatan atau
penurunan tahanan
vascular sistemik (SVR)
- Oliguria
Pengisian ulang kapiler
memanjang
No
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Resiko Infeksi
TUJUAN &KRITERIA
HASIL ( NOC )
NOC :
INTERVENSI
( NIC )
NIC :
WBC
Monitor kerentanan terhadap
infeksi
Batasi pengunjung
Saring pengunjung terhadap
penyakit menular
Partahankan teknik aspesis
k/p
Berikan
mukosa
terhadap
kemerahan, panas, drainase
Ispeksi kondisi luka / insisi
bedah
Dorong
yang cukup
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Instruksikan pasien untuk
minum
antibiotik
sesuai
resep
Ajarkan pasien dan keluarga
perawatan
masukkan
kuliat
nutrisi
infeksi
Laporkan kecurigaan infeksi
Laporkan kultur positif
No
DIAGNOSA
TUJUAN &KRITERIA
INTERVENSI
HASIL ( NOC )
( NIC )
KEPERAWATAN
3
Keterlambatan
Pertumbuhan Dan
Perkembangan
NOC :
NIC :
Kemajuan normal
penuaan fisik yang di
buktikan oleh
indikator sbb :
15
Kaji pengetahuan
pengasuh, sumber-sumber,
sstem pendukung,
keterampilan koping, dan
Domain 13:
Pertumbuhan/Perkembanga
n
Kelas 1: Pertumbuhan
Definisi
Kondisi yang menunjukkan
penyimpangan dari norma
kelompok usianya
Batasan karakteristik
Rerata masa
tubuh densitas
tulang, laju
metabolik basal,
elastisitas kulit, da
kekuatan otot.
Curah jantung,
kapasitas vital,
dan tekanan
darah
Ketajaman
pendengaran,
penglihatan,
penciuman dan
rasa
Objektif
Perubahan
pertumbuhan fisik
Penurunan masa respon
Keterlambatan atau
kesulitan dalam
menguasai keterampilan
(mis,motorik, sosial,
atau ekpresif) yang
umumnya di
klompokkan usianya
Efek datar
Ketidakmampuan untuk
melakukan perawatan
diri atau aktivitas kontrol
diri yang layak bagi
usianya
Tidak bergairah
Faktor yang
berhubungan
Efek ketinadayaan fisik
Defisiensi lingkungan
dan stimulasi
Ketidakadekuatan
penerimaan asuhan
Responsifitas yang tidak
konsisten
Ketidakacuhan
Banyaknya penerimaan
asuhan
Ketergangtungan obat
resep
Terpisah dari orang
terdekat
16
No
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
4.
INTOLERAN AKTIVITAS
DOMAIN 4:Aktivitas/Istirahat
KELAS4:Respons
Kardiovaskular/Pulmonal
Kode NDX (00092)
Defenisi : Ketidakcukupan
energy psikologis atau
fisiologis untuk melanjutkan
atau menyelesaikan aktivitas
kehidupan sehari-hari yang
harus atau yang ingin
dilakukan.
Batasan karakteristik :
TUJUAN &KRITERIA
INTERVENSI
HASIL ( NOC )
NOC :
Energy conservation
Activity tolerance
Self care : ADLs
( NIC )
NIC :
Activity Therapy
-
Kriteria hasil :
Berpartisipasi dalam
aktivitas fisik tanpa
disertai peningkatan
tekanan darah, nadi
dan RR
Mampu melakukan
aktivitas sehari-hari
(ADLs) secara
mandiri
Tanda-tanda vital
normal
Energy psikomotor
Level kelemahan
Mampu berpindah :
dengan atau tanpa
bantuan alat
Status
kardiopulmunari
adekuat
Sirkulasi status baik
Status respirasi : pertukaran
gas dan ventilasi adekuat
17
Kolaborasi dengan
tenaga rehabilitasi
medic dalam
merencanakan
program terapi yang
tepat
Bantu klien untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang mampu
dilakukan
Bantu untuk memilih
aktivitas konsisten yang
sesuai dengan
kemampuan fisik,
psikologi dan social
Bantu untuk
mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber
yang diperlukan untuk
aktivitas yang
diinginkan
Bantu untuk
mendapatkan alat
bantuan aktivitas
seperti kursi roda, krek
Bantu untuk
mengidentifikasi
aktivitas yang disukai
Bantu klien untuk
membuat jadwal latihan
diwaktu luang
Bantu pasien/keluarga
untuk mengidentifikasi
kekurangan dalam
beraktivitas
Sediakan penguatan
positif bagi yang aktiv
beraktivitas
Bantu pasien untuk
mengembangkan
motivasi diri dan
penguatanMonitor
respon fisik, emosi,
social dan spiritual.
Tirah
baring
atau
imobilisasi
Kelemahan umum
Ketidakseimbangan
antara
suplei
dan
kebutuhan oksigen
MobilitasGaya
hidup
monoton
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tepatnya penganan dan pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan kelainan
jantung bawaan sianotik : tetralogi fallot sangat menentukan untuk kelansungan hidup anak
mengingat masalah yang komplit yang dapat terjadi pada anak TF bahkan dapat
menimbulkan kematian yang diakibatkan karena hipoksia , syok maupun gagal. Oleh karena
18
itu perawat harus memiliki keterampilan dan pengetahuan konsep dasar perjalanan penyakit
TF yang baik agar dapat menentukan diagnosa yang tepat bagi anak yang mengalami
tetralogi fallot sehingga angka kesakitan dan kematian dapat ditekan.
B. SARAN
Dalam pembuatan makalah ini kami sadar bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Maka
dari itu saya mengharapkan dan saya menerima dengan tangan terbuka masukan ataupun
saran yang dapat mendukung dan membangun demi kesempurnaan pembuataan makalah ini
dari pembaca
DAFTAR PUSTAKA
http://ASUHANKEPERAWATANANAKDENGANTETRALOGIFALLOTAKPERPEMK
OTTEGAL.html
http://Duniaaskep2013askeptetralogifallot.html
http://INFORMASIKESEHATANASUHANKEPERAWATANANAKDENGANTETRALO
GIFALLOT.htm
19
20