Oleh :
Golongan / Kelompok : D / 6
Moch Azam Baihaqi
(131510501185)
Faruq Sholehuddin
(131510501180)
Festi Retno
(131510501182)
Al-Burhanny
(131510501184)
Febby Damairia
(131510501189)
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah sangat penting artinya bagi usaha pertanian karena kehidupan,
perkembangan, dan sebagai medium alami pertumbuhan pada tanaman. Akan
tetapi arti yang penting ini kadang-kadang diabaikan oleh manusia, sehingga tanah
tidak berfungsi lagi sebagai mestinya. Bagi usaha pertanian tanah mempunyai arti
yang sangat penting selain iklim dan air. Sekian banyak tumbuh-tumbuhan dan
hasilnya yang sangat diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan hidup
manusia sepangjang masa akan sangat tergantung pada keadaan tanah selain iklim
dan air.
Dalam usaha pertanian, para petani harus sadar bahwa melakukan
pertanaman terus menerus tanpa memperhatikan pemeliharaan atas tanahnya agar
seimbang tentu akan menimbulkan resiko yang harus diterimanya pula. Tanah
menyediakan berbagai sumber organik sebagai nutrisi tanaman. Tanah memiliki
kesuburan yang berbeda-beda tergantung faktor pembentuk tanah yaitu bahan
induk, iklim, dan organisme tanah.
Umumnya pelaku pertanian khususnya petani telah meyakini sepenuhnya
bahwa pupuk yang diberikan kepada tanaman akan mampu meningkatkan
produksi tanaman yang diusahakan. Kepercayaan terhadap penggunaan pupuk
anorganik yang cepat bereaksi, mudah aplikasinya, dan sangat murah
menyebabkan pupuk organik kurang popular di mata pelaku pertanian.
1.2 Tujuan
1. Memberikan wawasan baru kepada mahasiswa tentang berbagai jenis pupuk
yang diberikan pada tanaman padi.
2. Memberikan pengalaman tentang cara-cara pemberian pupuk pada tanaman
padi.
3. Memberikan wawasan baru tentang pemberian pupuk pada tanaman padi
dengan rekomendasi pemupukan seperti tepatjenis, tepat dosis, tepat waktu,
tepat tempat, dan tepat cara.
BAB 3. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Waktu
: Hari Jumat, 02 Mei 2014, pukul 07.00 11.00 WIB.
Tempat: UPT Agrotechno Park Jubung , Fakultas Pertanian Universitas
Jember.
3.2 Alat dan Bahan
Alat
: Alat tulis, sarung tangan,
Bahan
: Pupuk urea 150 kg/Ha, pupuk SP36 100 kg/Ha, pupuk Phonska
50 kg/Ha.
Mengambil tali rafia yang sudah diberi tanda sesuai jarak tanam yang
digunakan.
Membentangkan tali rafia dilahan.
Menanam bibit padi sesuai dengan pola jarak tanam yang di tandai oleh
1.
PENANAMAN PADI
Jarak Tanam Konvensional (Bujur Sangkar 20 X 20 Cm)
Tahap Pekerjaan :
2.
3.
pada kenco.
Jarak Tanam Jajar Legowo 2:1
Tahap Pekerjaan :
1. Menyiapkan bibit dan kenco.
2. Mengambil bibit padi dan genggam dengan akar menghadap ke
luar.
3. Menanam/menancapkan bibit 2-3 bibit/tanam.
4. Jarak tanam 20 cm ke samping dan 10 cm ke belakang untuk
pagar.
5. Membuat pola tanam 2:1, menancapkan 2-3 bibit dengan jarak
tanam 20 cm antar tanam, dan diberikan jarak 40 cm untuk
2.
3.
xx
xx
xx
xx
Keterangan :
1. Setiap penanaman kebelakang, diberikan pagar dengan tujuan
menambah populasi.
2. Cara menancapkan dengan memegang batang dan arah akar ke
C.
1.
2.
tiap jajaran.
Hasil Pekerjaan :
Bibit padi telah ditanam dengan rapi, seperti :
xxxx
xxxx
x x x
x
xxxx
pagar
.
pagar
3.
Keterangan :
Penambahan tanaman pagar dengan tujuan menambah populasi.
4.2 Pembahasan
Menanam adalah suatu kegiatan menempatkan bahan tanam (bibit atau
benih) pada media tanam. Menanam padi di sawah dilakukan dengan cara
menempatkan bibit pada lahan sawah dengan jarak tertentu. Terdapat beberapa
tahapan pekerjaan sebelum melakukan penanaman, antara lain : seleksi bibit,
menyemai bibit, mengolah lahan sawah untuk mempersiapkan lahan agar siap
ditanami, dan menanam.
Tahapan seleksi bibit adalah suatu proses pemilihan benih padi yang
bermutu untuk tujuan mendapatkan kualitas dan hasil panen yang baik. Dalam
proses seleksi bibit ini mempunyai berbagai macam cara. Salah satu cara seleksi
bibit ini dengan cara seperti langkah-langkah berikut :
1.
2.
3.
4.
a. Kesuburan tanah. Penyerapan hara oleh akar tanaman padi akan mempengaruhi
perkembangan akar atau tanaman padi itu sendiri. Pada tanah yang subur lebih
baik dari pada tanah yang tidak subur. Oleh karena itu, jarak tanam yang
dibutuhkan pada tanah yang suburpun akan lebih lebar daripada jarak tanam
pada tanah yang kurang subur.
b. Ketinggian tempat/musim. Daerah yang dengan ketinggian tertentu dapat
mempengaruhi jarak tanam. Seperti halnya pada daerah pegunungan yang
memerlukan jarak tanam yang lebih rapat dari pada di dataran rendah, hal ini
berhubungan dengan adanya penyediaan air. Ataupun musim dapat
mempengaruhi jarak tanam. Pada musim kemarau, memerlukan jarak tanam 20
x 20 cm, dan untuk musim hujan 25 x 25 cm.
c. Jenis tanaman. Jenis padi yang menghasilkan banyak anakan akan memerlukan
jarak tanam yang lebih besar daripada jenis padi yang menghasilkan sedikit
anakan.
3. Jumlah bibit tiap lubang.
Bibit yang akan ditanam tiap lubang antara 2-3 batang.
4. Kedalaman penanaman bibit.
Pengaruh kedalaman penanaman bibit dapat menyebabkan pertumbuhan
tanaman yang kurang baik. Kedalaman tanam bibit ke lapang kira-kira 3-4 cm.
5. Pola tanam.
1. Pola tanam konvensional
Pola jarak tanam secara konvensional dilakukan dengan jarak tanam
tunggal atau bujur sangkar. Secara umum dengan jarak antara 20 x 20 cm
ataupun 22,5 x 25 cm disesuaikan dengan varietas padi atau tingkat
kesuburan tanah tersebut. Sistem tanam konvensinal ini mempunyai
kelebihan dan kekurangan, antara lain :
Kelebihan : Mudah dalam pelaksanaan sistem tersebut.
Kekurangan : memerlukan volume air yang besar, durasi budidaya relatif
panjang, dan perlu benih relatif banyak (25 kg/ha) (Purnomo, 2011).
2. Jajar legowo
Pola jarak tanam ini memiliki beberapa barisan tanaman kemudian
diselingi satu baris kosong dimana jarak pada barisan pinggir kali jarak
tanaman pada baris tengah. Pola tanam jajar legowo ini memiliki ciri-ciri
yaitu terdapat tanaman pagar. Tanaman pagar ini sebagai penambah
populasi tanaman padi yang mengakibatkan mendapat produktivitas yang
banyak pula. Pola tanam ini memiliki berbagai tipe, yaitu : 2:1, 3:1, 4:1, 5:1,
atau tipe-tipe lainnya. Untuk mendapatkan produksi tinggi (cocok untuk
tujuan kosumsi) disarankan menggunakan tipe 2:1 dan untuk mendapatkan
tipe penghasil benih disarankan menggunakan tipe 4:1. Pola tanam jajar
legowo ini mempunyai kelebihan dan kekurangan, yaitu :
Kelebihan : Sinar matahari dapat dimanfaatkan lebih banyak untuk proses
fotosintesis, pemupukan dan pengendalian organisme pengganggu tanaman
menjadi lebih mudah dilakukan di dalam lorong-lorong. Selain itu, cara
tanam
(Anggraini, 2013).
Kekurangan : Dalam pelaksanaan pola tanam ini masih banyak petani yang
belum mengetahui atau melaksanakan pola tanam tersebut.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Menanam adalah suatu kegiatan menempatkan bahan tanam (bibit atau
benih) pada media tanam. Terdapat beberapa tahapan pekerjaan sebelum
melakukan penanaman, antara lain : seleksi bibit, menyemai bibit, mengolah lahan
sawah untuk mempersiapkan lahan agar siap ditanami, dan menanam. Terdapat
hal-hal yang harus diperhatikan dalam keberhasilan penanaman pada budidaya
padi, yaitu cara tanam padi, jarak antar tanam bibit, jumlah bibit tiap lubang,
kedalaman penanaman bibit, dan pola tanam padi. Terdapat dua macam pola
tanam padi, yaitu pola tanam konvensional dan pola tanam jajar legowo.
5.2 Saran
Untuk acara praktikum penanaman padi ini sangat bagus. Masing-masing
mahasiswa diberi kesempatan untuk menanam bibit padi yang sudah disiapkan ke
masing-masing petakan sawah yang sudah disediakan. Akan tetapi, terdapat
kendala yaitu masalah waktu yang kurang memadai sehingga berakibat sebagian
mahasiswa tidak berkesempatan untuk mencoba menanam pada masing-masing
pola tanam.
DAFTAR PUSTAKA
AAK. 1990. Budidaya Tanaman Padi.Yogyakarta : Kanisius.
Agus., F., et al. 2002. Pilihan Teknologi Agroforestri/Konservasi Tanah Untuk
Areal Pertanian di Sumberjaya Lampung Barat. Bogor : International
Centre for Research in Agroforestry.
Anggraini., F., et al. 2013. Sistem Tanam dan Umur Bibit pada Tanaman Padi
Sawah (Oryza sativa L.) Varietas Inpari 13. Jurnal Produksi Tanaman, 1
(2) : 52-56.
Atman. 2007. Teknologi Budidaya Padi Sawah Varietas Unggul Baru Batang
Piaman. Jurnla Ilmiah Tambuan, 4 (1) : 58-64.
Depdikbud. 1989. Teknologi Pertanian Tradisional sebagai Tanggapan Arif
Masyarakat Terhadap Lingkungan di Daerah Pekalongan. Jakarta :
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Isnaini., S. 2005. Kandungan Amonium dan Kalium Tanah dan Serapannya Serta
Hasil Padi Akibat Perbedaan Pengolahan Tanah yang Dipupuk Nitrogen dan
Kalium pad Tanah Sawah. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. 7 (1) : 23
34.
Kurniadiningsih., Y. 2009. Evaluasi Untung Rugi Penerapan Metode SRI (System
of Rice Intensification) di D.I. Cihea Kabupaten Cianjur Jawa Barat. Jurnal
Agroekosistem, 7 (3) : 1-16.
Marlina., N., et al. 2012. Respons Tanaman Padi (Oryza sativa L.) terhadap
Takaran Pupuk Organik Plus dan Jenis Pestisida Organik dengan System of
Rice Intensification(SRI) di Lahan Pasang Surut. Jurnal Lahan Suboptimal,
1 (2) : 138-148.
Purnomo., D., et al. 2011. Budidaya Padi Berwawasan Lingkungan dengan
Metode System of Rice Intensification (SRI) dan Penggunaan Pupuk
Organik Cair. Jurnal EKOSAINS, 3 (1) : 25-32.
DOKUMENTASI