Anda di halaman 1dari 13

DIARE

A. Definisi
Diare akut adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari pada biasanya
lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Defekasi lain memakai ferkuensi, yaitu buang
air besar encer lebih dari 3 kali perhari (Asuhan Keperawatan NANDA NIC NOC,
2013).
Diare atau mencret adalah sebuah penyakit dimana penderita sangat sering
buang air besar dan masih memiliki kandungan air berlebihan. Di negara yang
tergolomg miskin, diare merupakan penyebab utama kematian balita, yakni
membunuh lebih dari 1,5 juta jiwa per tahun.
Diare dapat diklasifikasikan berdasarkan :
1. Lama waktu diare :
Akut : berlangsung kurang dari 2 minggu
Kronik : berlangsung lebih dari 2 minggu
2. Mekanisme patofisiologis : osmotik atau sekretorik dll
3. Berat ringan diare : kecil atau besar
4. Penyebab infeksi atau tidak : infeksi atau non infeksi
5. Penyebab organik atau tidak : organik atau fungsional
Kebutuhan rehidrasi oral (CRO) menurut usia untuk 4 jam pertama pada anak
Usia
BB
Jumlah cairan
Rehidrasi oral

s/d 4 bulan
< 6 kg
200- 400 mL

4-12 bulan
6 - <12 kg
400-700 mL

12 bulan s/d 2 th
10- <12 kg
700-900 mL

2-5 tahun
12-19 kg
900-1400
mL

B. Etiologi
Etiologi diare dapat dibagi dalam beberapa faktor, yaitu :
1. Faktor infeksi
1) Infeksi enteral : infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama
diare anak. Infeksi enteral meliputi :
Bakteri : E.coli, Salmonella, Shigella, Vibrio
Virus : Adenovirus, Rotavirus
Parasit : Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris), Protozoa (Entamoeba
histolytica, Giardia lambia), Jamur (Candida albicans)

2) Infeksi parenteral : infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan seperti
bronkopneumonia, ensefalitis. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan
anak berumur di bawah 2 tahun.
2. Faktor malabsorbsi : malabsorbsi karbohidrat, malabsorbsi lemak dan protein.
Pada bayi dan anak yang tersering ialah intoleransi laktosa
3. Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
4. Faktor psikologis : rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan
diare terutama pada anak yang lebih besar.
C. Manifestasi Klinis
Mula-mula bayi dan anak menjadi cengeng, gelisah, suhu tubuh biasanya
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada kemudian timbul diare. Tinja cair
dan mungkin disertai lendir dan darah. Warna tinja makin lama berubah menjadi
kehijau-hijauan karena tercampur dengan empedu. Anus dan daerah sekitarnya lecet
karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam sebagai akibat makin
banyaknya asam laktat, yang berasal dari laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus
selama diare.
Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan sesudah diare dan dapat disebabkan oleh
lambung yang turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam-basa dan
elaktrolit. Bila penderita telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit, maka gejala
dehidrasi mulai tampak. Berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata dan ubunubun besar menjadi cekung, selaput lendir dan mulut serta kulit tampak kering.
Diare biasanya disertai dengan sakit perut dan seringkali buang air besar serta
muntah. Secara medis, seseorang dianggap menderita diare jika terjadi defekasi lebih
dari 200 gram per hari. Hal ini terjadi bila cairan tidak cukup diserao oleh colon.
Sebagai bagian dari proses pencernaan dalam perut atau karena masukan cairan,
makanan tercampur dengan sejumlah besar air. Oleh karena itu, sebelum mencapai
colon, makanan yang dicerna terdiri dari cairan. Colon menyerap air dan
meninggalkan material lain sebagai kotoran stetngah padat. Bila colon rusak atau
inflame, penyerapan tidak terjadi dan hasilnya adalah kotoran yang berair. Diare
biasanya disebabkan oleh infeksi virus, namun seringkali juga akibat bakteri.
Manifestasi berdasarkan klasifikasi :
1. Diare akut
Akan hilang dalam waktu 72 jam dari onset
Onset yang tak terduga dari buang air besar encer, gas-gas dalam perut, rasa

tidak enak, nyeri perut


Nyeri pada kuadran kanan bawah disertai kram dan bunyi pada perut
2

demam
2. Diare kronik
Serangan lebih sering selam 2-3 periode yang lebih panjang
Penurunan BB dan nafsu makan
Demam indikasi terjadi infeksi
Dehidrasi tanda-tandanya hipotermi, takikardi, denyut lemah
D. Patofisiologi
Fungsi utama dri saluran cerna adalah menyimpan makanan untuk keperluan
hidup sel, pemberantasan sekresi empedu dari hepar dan pengeluaran sisa-sisa
makanan yang tidak dicerna. Fungsi tadi memerlukan berbagai proses fisiologi
pencernaan yang majemuk, aktivitas pencernaan itu dapat berupa:
(Sommers, 1994; Noerasid, 1999 cit Sinthamurniwaty 2006)
1. Proses masuknya makanan dari mulut kedalam usus.
2. Proses pengunyahan (mastication) : menghaluskan makanan secara mengunyah dan
mencampur dengan enzim-enzim di rongga mulut
3. Proses penelanan makanan (diglution) : gerakan makanan dari mulut ke gaster
4. Pencernaan (digestion): penghancuran makanan secara mekanik, percampuran dan
hidrolisa bahan makanan dengan enzim-enzim
5. Penyerapan makanan (absorpsion): perjalanan molekul makanan melalui selaput
lendir usus ke dalam sirkulasi darah dan limfe.
6. Peristaltic: gerakan dinding usus secara ritmik berupa gelombang kontraksi
sehingga makanan bergerak dari lambung ke distal
7. Buang air besar (defecation): pembuangan sisa makanan yang berupa tinja.
Dalam keadaan normal dimana saluran pencernaan berfungsi efektif akan
menghasilkan ampas tinja sebanyak 50-100 gr sehari dan mengandung air sebanyak
60-80%. Dalam saluran gastrointestinal cairan mengikuti secara pasif gerakan
bidireksional transmukosal atau longitudinal intraluminal bersama elektrolit dan zatzat padat lainnya yang memiliki sifat aktif osmotic. Cairan yang berada dalam saluran
gastrointestinal terdiri dari cairan yang masuk secara per oral, saliva, sekresi lambung,
empedu, sekresi pancreas serta sekresi usus halus. Cairan tersebut diserap usus halus,
dan selanjutnya usus besar menyerap kembali cairan intestinal, sehingga tersisa kurang
lebih 50-100 gr sebagai tinja. Mobilitas usus halus mempunyai fungsi untuk:
1. Menggerakan secara teratur bolus makanan dari lambung ke sekum
2. Mencampur khim dengan enzim pancreas dan empedu
3. Mencegah bakteri untuk berkembang biak
3

Faktor-faktor fisiologi yang menyebabkan diare sangat erat hubungannya satu dengan
lainnya. Misalnya bertambahnya cairan pada intraluminal akan menyebabkan
terangsangnya usus secara mekanis, sehingga meningkatkan gerakan peristaltic usus
dan akan mempercepat waktu lintas khim dalam usus. Keadaan ini akan
memperpendek waktu sentuhan khim dengan selaput lendir usus, sehingga penyerapan
air, elektrolit dan zat lain akan mengalami gangguan.
Berdasarkan gangguan fungsi fisiologi saluran cerna dan macam penyebab dari diare,
maka patofisiologi diare dapat dibagi dalam 3 macam kelainan pokok yang berupa:
1. Kelainan gerakan transukosal air dan elektrolit (karena toksin)
Gangguan reabsorbsi pada sebagian kecil usus halus sudah dapat menyebabkan
diare, misalnya pada kejadian infeksi. Faktor lain yang juga cukup penting dalam
diare adalah empedu. Ada 4 macam gram empedu yang keluar dari kandung
empedu. Dehidraksilasi asam dioksikholik akan menyebabkan sekresi cairan di
dalam kolon. Ini terjadi karena adanya sentuhan asam dioksikholik secara langsung
pada permukaan mukosa usus. Diduga bakteri mikroflora usus turut memegang
peranan dalam pembentukan asam dioksi kholik tersebut. Hormon-hormon saluran
cerna diduga juga dapat mempengaruhi absorbs air pada mukosa. Usus manusia,
antara lain adalah: gastrin, sekretin, kholesistokinin dan glukogen. Suatu perubahan
pH cairan usus juga dapat menyebabkan terjadinya diare, seperti terjadi pada
Sindroma Zollinger Ellison atau pada Jejunitis,
2. Kelainan cepat laju bolus makanan di dalam lumen usus (invasive diarrhea)
Suatu proses absorbs dapat berlangsung sempurna dan normal bila bolus makanan
tercampur baik dengan enzim-enzim saluran cerna dan berada dalam keadaan yang
cukup tercerna. Juga waktu sentuhan yang adekuat antara khim dan permukaan
mukosa usus halus diperlukan untuk absorbs yang normal. Permukaan mukosa usus
halus kemampuannya berfungsi sangat komensasif, ini terbukti pada penderita yang
masih dapat hidup setelah reseksi usus, walaupun waktu lintas menjadi sangat
singkat. Motilitas usus merupakan faktor yang berperan penting dalam ketahanan
local mukosa usus. Hipomotilitas dan stasis dapat menyebabkan mikro organism
berkembang biak secara berlebihan (tumbuh lampau atau overgrowth) yang
kemudian dapat merusak mukosa usus, menimbulkan gangguan digesti dan
absorbs, yang kemudian menimbulkan gangguan digesti dan absorbs, yang
kemudian menimbulkan diare. Hipermotilitas dapat terjadi karena rangsangan
4

hormon prostaglandin, gastrin, pankreosimin; dalam hal ini dapat memberikan efek
langsung sebagai diare. Selain itu hipermotilitas juga dapat terjadi karena pengaruh
enterotoksin staphylococcus maupun cholera atau karena ulkus mikro yang invasive
oleh Shigella atau Salmonella. Selain uraian diatas haruslah diingat bahwa
hubungan antara aktivitas tot polos usus, gerakan isi lumen usus dan absorbs
mukosa usus merupakan suatu mekanisme yang sangat kompleks.
3. Kelainan tekanan osmotic dalam lumen usus (virus)
Dalam beberapa keadaan tertentu setiap pembebanan usus yang melebihi kapasitas
dari pencernaan dan absorbsinya akan menimbulkan diare. Adanya malabsorbsi dari
hidrat arang, lemak dan zat putih telur akan menimbulkan kenaikan daya tekanan
osmotic intra luminal, sehingga akan dapat menimbulkan gangguan absorbs air.
Malabsosbsi hidrat arang pada umumnya sebagai malabsorbsi laktosa yang terjadi
karena defesiensi enzim lactase. Dalam hal ini laktosa yang terdapat dalam susu
tidak sempurna mengalami hidrolisis dan kurang di absorbs oleh usus halus.
Kemudian

bakteri-bakteri

dalam

usus

besar

memecah

laktosa

menjadi

monosakharida dan fermentasi seterusnya menjadi gugusan asam organic dengan


rantai otom karbon yang lebih pendek yang terdiri atas 2-4 atom karbon. Molekulmolekul inilah yang secara aktif dapat menahan air dalam lumen kolon hingga
terjadi diare. Defisiensi lactase sekunder atau dalam pengertian yang lebih luas
sebagai defisiensi disakharidase (meliputi sukrase, maltase, isomaltase dan
trehalase) dapat terjadi pada setiap kelainan pada mukosa usus halus. Hal tersebut
dapat terjadi karena enzim-enzim tadi terdapat pada brush border epitel mukosa
usus. Asam-asam lemak berantai panjang tidak dapat menyebabkan tingginya
tekanan osmotic dalam lumen usus karena asama ini tidak larut dalam air.
E. Pathway
TERLAMPIR
F. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan antara lain :
1. Pemeriksaan tinja
2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam-basa

dalam

darah,

dengan

menentukan pH dan cadangan alkali


3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal
4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium, kalium, kalisium dan fosfor dalam
serum (terutama pada penderita diare yang disertai kejang)
5. Pemeriksaan intubasi duodenum untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasit
secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.
5

G. Penatalaksanaan
Dasar pengobatan diare adalah :
1. Pemberian cairan
1) Jenis cairan
Cairan rehidrasi oral
Formula lengkap mengandung NaCl, NaHCO3, KCl dan glukosa.
Kadar natrium 90 mEq/l untuk kolera dan diare akut pada anak di
atas 6 bulan dengan dehidrasi ringan dan sedang atau tanpa
dehidrasi. Formula lengkap sering disebut oralit.
Formula sederhana (tidak lengkap) hanya mengandung NaCl dan
sukrosa atau karbohidrat lain, misalnya larutan gula garam untuk
pengobatan pertama di rumah pada semua anak dengan diare akut

baik sebelum ada dehidrasi maupun setelah ada dehidrasi ringan.


Cairan parenteral
DG aa (1 bagian larutan Darrow + 1 bagian glukosa 5%)
RL g (1 bagian Ringer Laktat + 1 bagian glukosa 5%)
RL (Ringer Laktat)
3@ (1 bagian NaCl 0,9% + 1 bagian glukosa 5% + 1 bagian Nalaktat 1/6 mol/l)
DG 1:2 (1 bagian larutan Darrow + 2 bagain glukosa 5%)
RLg 1:3 (1 bagian Ringer Laktat + 3 bagian glukosa 5-10%)
Cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5-10% + 1 bagian NaHCO3 1 1/2% atau

4 bagian glukosa 5-10% 1 bagian NaCl 0,9%)


2) Jalan pemberian cairan
Peroral untuk dehidrasi ringan, sedang dan tanpa dehidrasi dan bila anak

mau minum serta kesadaran baik


Intragastrik untuk dehidrasi ringan, sedang atau tanpa dehidarsi, tetapi

anak tidak mau minum, atau kesadaran menurun.


Intravena untuk dehidrasi berat
2. Dietetik ( pemberian makanan)
1) Untuk anak di bawah 1 tahun dan anak di atas 1 tahun dengan berat badan
kurang dari 7 kg, jenis makanan :
Susu (ASI dan susu formula yang mengandung laktosa rendah dan asam

lemak tidak jenuh, misalnya LLM, almiron)


Makanan setengah padat (bubur susu) atau makanan padat (nasi tim) bila

anak tidak mau minum susu


Susu khusus yaitu susu yang tidak mengandung laktosa atau susu dengan
asam lemak berantai sedang/tidak jenuh

2) Untuk anak di atas 1 tahun dengan berat badan lebih dari 7 kg, jenis
makanan : makanan padat atau makanan cair/susu sesuai dengan kebiasaan
makan di rumah.
3. Obat-obatan
Prinsip pengobatan diare ialah menggantikan cairan yang hilang melalui tinja
dengan atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandungelektrolit dan glukosa
atau karbohidrat lain (gula, tajin,tepung beras).
1) Obat anti sekresi: asetosal ( dosis :25 mg/tahun dengan dosis minimum 30
mg), klorpromazin ( dosis: 0,5-1 mg/kgbb/hari)
2) Obat anti spasmolitik : pada umumnya obat anti spasmolitik seperti
papaverine, loperamid tidak diperlukan untuk mengatasi diare akut
3) Obat pengeras tinja : seperti kaolin, pektin, charcoal, tabanol tidak ada
manfaatnya untuk mengatasi diare
4) Antibiotika : pada umumnya diare tidak diperlukan untuk mengatasi diare
akut kecuali penyebabnya jelas seperti :
Infeksi ringan, diberikan penisilin prokain 50000 U/kgbb/hari
Infeksi sedang, diberikan penisilin prokain atau ampisilin

50

mg/kgbb/hari
Infeksi berat, diberikan penisilin prokain dengan kloramfenikol 75
mg/kgbb/hari atau ampisilin 75-100 mg/kgbb/hari ditambah gentamisin 6
mg/kgbb/hari atau derivat sefalosforin 30-50 mg/kgbb/hari

H. Derajat Dehidrasi
Derajat dehidrasi dibagi dalam 3 klasifikasi :
1. Diare tanpa dehidrasi
Tanda diare tanpa dehidrasi, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau lebih :
1) Keadaan Umum
: baik
2) Mata
: Normal
3) Rasa haus
: Normal, minum biasa
4) Turgor kulit
: kembali cepat
Dosis oralit bagi penderita diare tanpa dehidrasi sbb :
1) Umur < 1 tahun
: - gelas setiap kali anak mencret
2) Umur 1 4 tahun
: - 1 gelas setiap kali anak mencret
3) Umur diatas 5 Tahun
: 1 1 gelas setiap kali anak mencret
2. Diare dehidrasi Ringan/Sedang
Diare dengan dehidrasi Ringan/Sedang, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau
lebih:
1) Keadaan Umum
2) Mata

: Gelisah, rewel
: Cekung
7

3) Rasa haus
4) Turgor kulit

: Haus, ingin minum banyak


: Kembali lambat

Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/ kg bb dan selanjutnya
diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi.
3. Diare dehidrasi berat
Diare dehidrasi berat, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau lebih:
1) Keadaan Umum
: Lesu, lunglai, atau tidak sadar
2) Mata
: Cekung
3) Rasa haus
: Tidak bisa minum atau malas minum
4) Turgor kulit
: Kembali sangat lambat (lebih dari 2 detik)
Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas untuk
di infus.

I. ASKEP
1. Pengkajian
1) Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama
kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan.
Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini
membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit pada anak yang lebih
besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai terbentuk.
Kebanyakan kasus karena infeksi usus asimptomatik dan kuman enteric
menyebar terutama klien tidak menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga
berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan perawatannya .
2) Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 x, muntah, diare, kembung, demam.
3) Riwayat Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja.
Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari
(diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare
kronis).
4) Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid
jangka panjang (perubahan candida albicans dari saprofit menjadi parasit),
alergi makanan, ISPA, ISK, OMA campak.
5) Riwayat Nutrisi
8

Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa,
porsi yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu.
kekurangan gizi pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan
makanan yang baik, menjaga kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci
tangan,
6) Riwayat Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang mengalami diare.
7) Riwayat Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga kebersihan,
lingkungan tempat tinggal.
8) Pemeriksaan Fisik
pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan

mengecil, lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,


keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak

umur 1 tahun lebih


Mata : cekung, kering, sangat cekung
Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic
meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum
normal atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit

atau kelihatan bisa minum


Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis

metabolic (kontraksi otot pernafasan)


Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun

pada diare sedang .


Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu
meningkat > 375 0 c, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary

refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.


Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24
jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.

2. Diagnosa Keperawatan
1) Kekurangan volume cairan b.d kehilangan volume cairan aktif
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan intake
makanan
3) Cemas orang tua b.d perkembangan penyakit anaknya (diare, muntah, panas,
kembung)
3. Intervensi
9

No

Diagnosa keperawatan

Defisit volume cairan b/d


kehilangan cairan aktif

NOC

NIC

o Fluid balance
o Hydration
o Nutritional Status :
Food and Fluid Intake
Kriteria Hasil :
o Mempertahankan urine
output sesuai dengan
usia dan BB, BJ urine
normal, HT normal
o Tekanan darah, nadi,
suhu tubuh dalam
batas normal
o Tidak ada tanda tanda
dehidrasi, Elastisitas
turgor
kulit
baik,
membran
mukosa
lembab, tidak ada rasa
haus yang berlebihan

Fluid management
Pertahankan catatan intake dan output
yang akurat

Monitor status hidrasi ( kelembaban

membran mukosa, nadi adekuat,


tekanan darah ortostatik ), jika
diperlukan
Monitor vital sign
Monitor masukan makanan / cairan dan
hitung intake kalori harian
Kolaborasikan
pemberian
cairan
intravena IV
Monitor status nutrisi
Dorong masukan oral

Ketidakseimbangan nutrisi Nutritional Status :


Nutrition Management
kurang dari kebutuhan tubuh
o Nutritional Status : food Kaji adanya alergi makanan
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
b/d penurunan intake
and Fluid Intake
menentukan jumlah kalori dan nutrisi
makanan
o Nutritional Status :
yang dibutuhkan pasien.
nutrient Intake

Berikan
substansi gula
.
o Weight control
Yakinkan
diet
yang
dimakan
Kriteria Hasil :
mengandung tinggi serat untuk
o Adanya peningkatan
mencegah konstipasi
berat badan sesuai
Berikan makanan yang terpilih ( sudah
dikonsultasikan dengan ahli gizi)
dengan tujuan
Ajarkan pasien bagaimana membuat
o Berat badan ideal
catatan makanan harian.
sesuai dengan tinggi

Monitor
jumlah nutrisi dan kandungan
badan
kalori
o Tidk ada tanda tanda
Berikan informasi tentang kebutuhan
malnutrisi
nutrisi
o Tidak terjadi
Kaji kemampuan pasien untuk
penurunan berat badan
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
yang berarti
Nutrition Monitoring
BB pasien dalam batas normal
Monitor adanya penurunan berat
badan
Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang
biasa dilakukan
Monitor interaksi anak atau orangtua
selama makan
Monitor lingkungan selama makan

10

Monitor kulit kering dan perubahan


pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan, rambut kusam,
dan mudah patah
Monitor mual dan muntah
Monitor kadar albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht
Monitor makanan kesukaan
Monitor
pertumbuhan
dan
perkembangan
Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan konjungtiva
Monitor kalori dan intake nuntrisi

Cemas orang tua b.d


perkembangan penyakit
anaknya (diare, muntah,
panas, kembung)

Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama X per-temuan
kecemasan orang tua
berkurang, dengan
criteria:

Menggunakan teknik
re-laksasi untuk
mengurangi cemas
Berinteraksi sosial
Mampu
mengidentifikasi pola
koping yang efektif
dan tidak efektif
Memanfaatkan
dukungan social

Kaji respon cemas orang tua


Jelaskan orang tua tentang
proses penyakit anaknya
Bantu orang tua untuk
mengenali penyebab diare.
Terangkan orang tua tentang
prosedur pemeriksaan dan
pengobatan
Beritahu dan jelaskan setiap
perkembangan penyakit
anaknya
Jelaskan semua prosedur
termasuk pera-saan yang
mungkin dialami selama menjalani prosedur
Membina hubungan saling
percaya
Dengarkan dengan penuh
perhatian

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, H. Syaifuddin Ali, dr. (2008). 15 Langkah Jitu Menjaga Kesehatan Anak Sejak Bayi.
Yogyakarta: Pelangi Multi Aksara
Asuhan Keperawatan NANDA NIC NOC 2013
Staff Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. (2005) .
BUKU KULIAH 1 ILMU KESEHATAN ANAK.
11

Jakarta : Infomedika Jakarta

PATHWAY
infeksi
berkembang di usus

makanan

fisikologis

toksik tdk dapat diserap

ansietas

hipersekresi air & elektrolit


isi usus

hiperperistaltik
penyerapan makanan di usus

DIARE

Frekuensi BAB

distensi abdomen
12

Hilang cairan &

gg. Integritas perianal

mual muntah

elektrolit berlebihan
nafsu makan
gg. keseimbangn cairan &

asidosis metabolik
Ketidakseimbangan
nutrisi

elektrolit
sesak
dehidrasi
gg.
pertukaran gas

Kekurangan
volume cairan

resiko syok (hipovelemi)

13

Anda mungkin juga menyukai