kasus 1?
9. Tindakan pertama yang dilakukan dokter pada kasus 2?
JUMP 3
1. Patofisiologi
a. Batuk
Batuk adalah pengeluaran sejumlah volume udara secara mendadak dari rongga
toraks melalui epiglotis dan mulut. Melalui mekanisme tersebut dihasilkan aliran
udara yang sangat cepat yang dapat melontarkan keluar material yang ada di
sepanjang saluran respiratorik, terutama saluran yang besar. Dengan demikian
batuk mempunyai fungsi penting sebagai salah satu mekanisme utama pertahanan
respiratorik. Mekanisme lain yang bekerja sama dengan batuk adalah bersihan
mukosilier (mucociliary clearance). Batuk akan mencegah aspirasimakanan padat
atau cair dan berbagai benda asing lain dari luar.
Selain sebagai mekanisme pertahanan respiratorik, batuk juga dapat berfungsi
sebagai alarm yang memberitahu adanya gangguan pada sistem respiratorik atau
sistem organ lainnya yang terkait.
Mekanisme Batuk
Batuk akan terbangkitkan bila ada rangsangan pada reseptor batuk yang
melalui saraf aferen akan meneruskan impuls ke pusat batuk tersebar difus ke
medula. Dari pusat batuk melalui daraf eferen impuls dietruskan ke efektor batuk
yaitu berbagai otot respiratorik. Reseptor batuk terletak dalam epitel respiratorik ,
tersebar di seluruh saluran respiratorik, dan sebagian kecil berada di luar saluran
respiratorik misalnya di gaster. Lokasi utama reseptor batuk dijumpai pada faring,
laring, trakea, karina, dan bronkus mayor. Lokasi reseptor lainnya adalah cabang
bronkus, liang telinga tengah, pleura, dan gaster. Ujung saraf aferen batuk tidak
ditemukan di bronkiolus respiratorik ke arah distal. Berarti parenkim paru tidak
mempunyai reseptor batuk. Reseptor ini dapat terangsang secara mekanis (sekret,
tekanan), kimiawi, atau secara termal (udara dingin).
Tahap terjadinya batuk
1) Fase Inspirasi
Diinisiasi oleh inspirasi dalam (1,52 x volume tidal) mendilatasikan saluran
pernafasan secara maksimal.
2) Fase Kompresi
Penutupan laring kontraksi otot interkostal & muskulatur abdomen
meningkatkan tek.intrathorakal (100-200 cmH2O).
3) Fase Ekspresif
Glottis terbuka 80% saluran pernafasan kolaps meningkatkan kecepatan
linear udara yg diekshalasi aliran udara kecepatan tinggi (2.500 cm/detik).
4) Fase Relaksasi
Menurunnya tek.intrathorakal yg berkaitan dg relaksasi otot interkostal &
abdominal serta bronkhodilatasi temporer
Patofisiologi batuk berdahak
Benda asing akan mengiritasi saluran nafas dan menyebabkan sel epitel pada
saluran nafas memproduksi mucus yang berlebihan (hipersekresi). Silia pada
epitel bergetar ke arah faring, sehingga mucus dan benda asing yang ditangkapnya
akan digerakkan dari trakea menuju faring yang kemudian dimobilisasikan ke
laring dan terjerat dalam mucus dan keluar sebagai reflex batuk berdahak.
b. Pilek
Apabila terdapat benda asing atau allergen yang masuk akan berikatan dengan IgE
dan menyebabkan degranulasi sel mast dan basofil yang akan memicu histamine.
Histamine ini akan menyebabkan sel goblet dan kelenjar mukosa menjadi
hipersekresi dan akan meningkatkan permebilitas kapiler. Produksi mucus akan
meningkat dan menyebabkan pilek.
c. Demam
Patofisiologi Demam
Demam ter jadi karena adanya suatu zat yang dikenal dengan nama pirogen.
Pirogen adalah zat yang dapat menyebabkan demam. Pirogen terbagi dua yaitu
pirogen eksogen adalah pirogen yang berasal dari luar tubuh pasien. Contoh dari
pirogen
eksogen
adalah
produk
mikroorganisme
seperti
toksin
atau
Tipe demam:
1) Demam septik
Apabila suhu badan berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada malam
hari dan turun kembali ke tingkat di atas normal pada pagi hari sering disertai
menggigil dan berkeringat.
2) Demam remiten
Apabila suhu badan dapat turun tiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu
badan normal. Perbedaan suhu tidak sebesar demam septik.
3) Demam intermiten
Apabila suhu badan turun ke tingkat normal selama beberapa jam dalam 1
hari.
4) Demam kontinyu
Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari 1oC.
5) Demam siklik
Apabila terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari, diikuti periode
bebas demam untuk bebrapa hari, diikuti kenaikan suhu seperti semula.
Penatalaksanaan demam tergantung dari apakah demam itu tinggi atau rendah.
d. Sesak nafas
Dahak/mucus yang terbentuk akan menghambat masuknya saluran nafas sehingga
menghambat masuknya oksigen da keluarnya karbon dioksida. Sehingga terjadi
gangguan aliran udara di saluran pernafasan.
e. Retraksi dinding dada
1) Pada
pneumonia
yang
disebabkan
oleh
Streptococcus
pneumonia
dan
Anaphylaxis
b.
Asthma
c.
Bronchiolitis
d.
Croup
e.
Epiglottitis
f.
g.
Pneumonia
h.
i.
Retropharyngeal abscess
3) Retraksi dinding dada dapat terjadi pada beberapa area dinding dada dan
merupakan suatu tanda dari peningkatan penggunaan otot pernafasan. Biasanya
pasien terlihat sulit bernapas, semakin sulit bernafas maka semakin meningkat
area dada yang mengalami retraksi. Berikut klasifikasi retraksi dinding dada:
a) Mild difficulty. Retraksi terjadi pada daerah perut yaitu daerah subcostal dan
substernal
b) Moderate difficulty. Sama seperti mild tetapi ditambah adanya retraksi pada
daerah intercostals
c) Severe difficulty. Sama seperti moderate tetapi ditambah pada daerah leher,
yaitu pada daerah supraclavicula dan supresternal
Umur
Baru lahir
1minggu-3bulan
3bulan-2tahun
2tahun-10tahun
>10tahun
Aktif/demam
Sampai 220
Sampai 220
Sampai 200
Sampai 200
Sampai 200
b.
Pada kasus pertama denyut pasien umur 2,5 tahun 110x/menit hal tersebut berarti
normal.Pada kasus kedua pasien berumur 3 tahun dengan denyut nadi 120x/menit
berarti ini berarti pasien kasus kedua mengalami kenaikan denyut nadi(takikardi).
c.
Pernafasan
tatalaksana
RR normal
KASUS 2
Batuk dengan dahak putih
Demam
Nafas cepat
Retraksi
Tanda kuning
JUMP 5
1. Diagnosis Banding
JUMP 6 mengumpulkan informasi baru
JUMP 7 melaporkan, membahas, dan menata kembali informasi baru yang diperoleh
a. Kasus I
1) Common cold
Keadaan ini sering ditemukan, biasanya akibat infeksi virus yang sembuh
sendiri dan hanya memerlukan perawatan suportif (self limited disease).
Antibiotik tidak perlu diberikan. Wheezing atau stridor dapat terjadi pada
beberapa anak, terutama bayi. Hampir semua gejala tersebut hilang dalam 14 hari.
Bila batuk berlangsung 3 minggu, bisa disebabkan oleh tuberkulosis, asma,
pertusis atau gejala dari infeksi HIV.
Diagnosis Gejala umum:
-batuk
- pilek
- bernapas lewat mulut
- demam
Tidak ditemukan gejala/tanda di bawah ini:
- Napas cepat
- Tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam
- Stridor sewaktu anak dalam keadaan tenang
- Tanda bahaya umum
Wheezing dapat muncul pada anak kecil.
Tatalaksana
Beri pelega tenggorokan dan pereda batuk dengan obat yang aman, seperti
Jangan memberi:
Tindak lanjut
Anjurkan ibu untuk: Memberi makan/minum anak
Memperhatikan dan mengawasi adanya napas cepat atau
kesulitan bernapas dan segera kembali, jika terdapat gejala
tersebut.
Harus kembali jika keadaan anak makin parah, atau tidak
bisa minum atau menyusu.
Kondisi anak yang disertai wheezing
Wheezing adalah suara pernapasan frekuensi tinggi nyaring yang terdengar
di akhir ekspirasi. Hal ini disebabkan penyempitan saluran respiratorik distal.
Untuk mendengarkan wheezing, bahkan pada kasus ringan, letakkan telinga di
dekat mulut anak dan dengarkan suara napas sewaktu anak tenang, atau
menggunakan stetoskop untuk mendengarkan wheezing atau crackles/ ronki. Pada
umur dua tahun pertama, wheezing pada umumnya disebabkan oleh infeksi saluran
respiratorik akut akibat virus, seperti bronkiolitis atau batuk dan pilek. Setelah
umur dua tahun, hampir semua wheezing disebabkan oleh asma (Tabel 10 halaman
97). Kadang-kadang anak dengan pneumonia disertai dengan wheezing. Diagnosis
pneumonia harus selalu dipertimbangkan terutama pada umur dua tahun pertama.
Anamnesis :
- Sebelumnya pernah terdapat wheezing
- Memberi respons terhadap bronkodilator
- Diagnosis asma atau terapi asma jangka panjang.
Pemeriksaan :
- ekspirasi memanjang
- hipersonor pada perkusi
- hiperinflasi dada
- crackles/ronki pada auskultasi.
Respons terhadap bronkodilator kerja cepat
Jika penyebab wheezing tidak jelas, atau jika anak bernapas cepat atau terdapat
tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam selain wheezing,beri bronkodilator
kerja cepat dan lakukan penilaian setelah 20 menit. Respons terhadap bronkodilator
kerja cepat dapat membantu menentukan diagnosis dan terapi.
b. Kasus 2
2) TB
Algoritma tata laksana TB anak di Indonesia
Bayi
Sering
Sangat jarang
Anak
Jarang
Sangat jarang
Akil balik
Sering
Jarang
Batuk
Batuk produktif
Hemoptisis
Dispnu
Ronki basah
Mengi
Fremitus
Perkusi pekak
Suara
napas
berkurang
Sering
Sangat jarang
Tidak pernah
Sering
Sering
Sering
Sangat jarang
Sangat jarang
sering
Sering
Sangat jarang
Sangat jarang
Sangat jarang
Jarang
Jarang
Sangat jarang
Sangat jarang
Sangat jarang
Sering
Sering
Sangat jarang
Sangat jarang
Sangat jarang
Jarang
Jarang
Jarang
Jarang
Untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan yang relatif lama
dengan jumlah obat yang banyak, paduan OAT disediakan dalam bentuk Kombinasi
Dosis Tetap = KDT (Fixed Dose Combination = FDC). Tablet KDT untuk anak
tersedia dalam 2 macam tablet, yaitu:
Jumlah tablet KDT yang diberikan harus disesuaikan dengan berat badan anak dan
komposisi dari tablet KDT tersebut.
Tabel berikut ini adalah contoh dari dosis KDT yang komposisi tablet RHZ adalah R
= 75 mg, H = 50 mg, Z = 150 mg dan komposisi tablet RH adalah R = 75 mg dan H =
50 mg,
Tabel 14. Dosis KDT (R75/H50/Z150 dan R75/H50) pada anak
2 BULAN TIAP
BERAT
HARI
BULAN
TIAP
HARI
RH (75/50)
5-9
1 tablet
1 tablet
10-14
2 tablet
2 tablet
15-19
3 tablet
3 tablet
20-32
4 tablet
4 tablet
Keterangan:
boleh dibelah
Bila paket KDT belum tersedia, dapat digunakan paket OAT Kombipak Anak.
Dosisnya seperti pada tabel berikut ini.
Tabel 15a. Dosis OAT Kombipak-fase-awal/intensif pada anak
JENIS
BB<10
BB 10-20 KG BB 20-
OBAT
KG
(KOMBIPAK) 32 KG
Isoniazid
50 mg
100 mg
200 mg
Rifampisin
75 mg
150 mg
300 mg
600 mg
BB<10
BB 10-20 KG BB
20-
OBAT
KG
(KOMBIPAK) 32 KG
Isoniazid
50 mg
100 mg
200 mg
Rifampisin
75 mg
150 mg
300 mg
Untuk kasus TB tertentu yaitu TB milier, efusi pleura TB, perikarditis TB, TB
endobronkial, meningitis TB dan peritonitis TB diberikan kortikosteroid
(prednison) dengan dosis 12 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 3 dosis. Lama
pemberian kortikosteroid adalah 24 minggu dengan dosis penuh dilanjutkan
tappering off dalam jangka waktu 26 minggu. Tujuan pemberian steroid ini
untuk mengurangi proses inflamasi dan mencegah terjadi perlekatan jaringan.
3) Bronkiolitis akut
Brokiolitis akut adalah penyakit obstruktif akibat inflamasi akut pada saluran napas kecil
(brokiolus), terjadi pada anak berusia kurang dari 2 tahun dengan insidens tertinggi sekitar
usia 6 bulan.
Etiologi
Respiratory syncytial virus (RSV)pada 50% sampai 90% kasus. Selain itu, parainfluenza,
mikroplasma, adenovirus, sangat jarang infeksi primer bakteri.
Patogenesis
Invasi virus menyebabkan obstruksi bronkiolus akibat akumulasi mukus, debris dan edema.
Terjadi resistensi aliran udara pernapasan berbanding terbalik (dengan radius lumen pangkat
empat), baik pada fase inspirasi maupun fase ekspirasi. Terdapat mekanisme klep yaitu
terperangkapnya udara yang menimbulkan overinflasi dada. Pertukaran udara yang terganggu
menyebabkan ventilasi berkurang dan hipoksemia, peningkatan frekuensi napas sebagai
kompensasi. Pada keadaan sangat berat dapat terjadi hiperkapnia. Obstruksi total dan
terserapnya udara dapat menyebabkan atelektasis.
Gangguan respiratorik jangka panjang pasca bronkiolitis dapat timbul berupa batuk berulang,
mengi, dan hiperreaktivitas bronkus, yang cenderung membaik sebelum usia sekolah.
Komplikasi jangka panjang lain yaitu bronkiolitis obliterans dan sindrom paru hiperlusen
unilateral (sindrom swyer-james), sering dihubungkan dengan adenovirus.
Manifestasi Klinis
Biasanya didahului infeksi saluran napas atas dengan batuk pilek, tanpa demam atau hanya
subfebris. Sesak napas makin hebat, disertai napas cepat dan dangkal. Terdapat dispnu
dengan expiratory effort, retraksi otot bantu napas, napas cepat dangkal disertai napas cuping
hidung, sianosis sekitar hidung dan mulut, gelisah, ekspinum memanjang atau mengi; jika
obstruksi hebat suara napas nyaris tak terdengar, ronki basah halus nyaring kadang terdengar
pada akhir atau awal ekspirasi, suara perkusi paru hipersonor.
Pemeriksaan Penunjang
Foto dada AP dan lateral: hiperinflasi paru, diameter anteroposterior membesar pada
foto lateral, dapat terlihat bercak konsolidasi yang terbesar.
Analisis gas darah: hiperkarbia sebagai tanda air trapping, asidosis metabolik, atau
respiratorik.
Pemeriksaan deteksi cepat antigen RSV yang dapat dikerjakan secara bedside.
Penatalaksanaan
IVFD
Bayi > 1 bulan: dekstrose 10% : NaCl 0,9% = 3 : 1, + KCl10 mEq/500 ml cairan
Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi
Steroid: deksametason 0,5 mg/kgBB inisial, dilanjutkan 0,5 mg/kgBB/hari dibagi 3-4
dosis.
Inhalasi dengan salin normal dan beta agonis untuk memperbaiki transpor mukosilier.
4) Pertusis
Etiologi
Bakteri Bordetella pertussis, batang gram negatif, tumbuhpada suhu kamar, wajib
aerobe, segera mati diluar salurannafas. Bakteri ini menyerang sel-sel epitelium
yangbersilia
di
bronkus
dan
menyebabkan
infiltrat
selular,
banyak
secret,hiperplasia jaringan limp, nekrosis sel. Reaksi ini dapat menular kedalam
paru-paru. Sindroma whooping cough (batuk paroksismal) yg mirip, namun
lebih ringan, dari Pertussis disebabkan B. parapertussis, Chlamydia trachomatis
Gambaran Klinis
Stadium Kataral: 1-2 minggu
1. Mulai seperti ISPA biasa
2. Febris absen atau ringan,
3. Makin lama makin batuk keras terutama batuk malam
Stadum Paroksisma / Spasmotik 4-6 minggu
1. Batuk berat yg singkat dan rangkaian 5 20 batuk tanpa bernafas. Muka bisa
menjadi merah, sianosis & edema, vena-vena leher melebar, mata menonjol &
lidah terjulur
2. Setelah rangkaian batuk tanpa bernafas itu,pasien menarik nafas keras dengan
suara whoop yang melengking tinggi merupai suara burung laut,
3. Kemudian proses tersebut dapat terulang lagi.
4. Proses ini berhenti kalau pasien mengularkan lendir kental atau muntah
muntah.
5. Febris tetap ringan kalau ada.
6. Remaja & dewasa sering tidak bersuara whoop, hanya ada batuk ngikil yang
bertahan lama.
Stadium Konvalesen / Penyembuhan
1. Batuk masih ada, tetapi serangan rangkaian batuk serta whoop makin
berkurang (frekwensi & beratnya)
2. Tidak ada muntah-muntah lagi.
3. Akhirnya batukpun makin berkurang sampai tiada.
Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan labratorium didapatkan leukositosis 20,000-50,000 /UI
dengan
p a r o k s i s m a l . P a d a b a yi j u m l a h l e u k o s i t t i d a k m e n o l o n g u n t u k diagnosis
oleh karena respon limfositosis juga terjadi pada infeksi lain. S e c r e t n a s o f a r i n g
d i p a k a i u n t u k m e m b u a t diagnosis pertussis. Biakan positif pada stadium
kataral 95-100%, stadium paroksismal 94% pada minggu ke-3 dan menurun
sampai
20%
untuk
waktu berikutnya. T e s
serologi
berguna
pada
IgA
terhadap
FHA
PT.
Nilais e r u m
IgM
FHA
dan
PT
penyakit
dan
pada
perawatan
yang
akan
diberikan
di
rumah.
Antimikroba
dicurigai
selalu
a t a u diperkuat
diberikan
karena
bila
kemungkinan
pertussis
manfaat
yang diberikan
dosis
Salbutamol
Kortikosteroid
5) Pneumonia
Adalah inflamasi pada jaringan parenkim paru dengan konsolidasi ruang alveolar.
Saluran respiratori bawah dan sekresinya dianggap steril dan merupakan hasil
pembersihan multi komponen. Adanya kontaminasi yang masuk ke saluran respiratori
akan ditangkap oleh mukus yang disekresikan oleh sel goblet, kemudian silia yang
ada di atas lapisan epitell akan membentuk sistem elevator siliar yang membantu
mendorong debris dan sekret sisa hasil cairan inflamasi ke arah tenggorokan, sehingga
kontaminasi benda asing terebut dapat dikeluarkan.
Selain itu, terdapat sistem pertahanan tubuh yang ikutandil yakni sel PMNdari
darah, dan makrofag dari jaringan, akan menelan dan menghancurkan kuman patogen.
Juga terdapat IgA yang disekresikan ke dalam cairan saluran respirasi atas dan akan
melindungi paru dari infeksi serta memfasilitasi pembentukkan zat penetral virus.
Etiologi pneumonia tersering antara lain:
1. Bayi
2. <5 Tahun
3. >5 tahun
4. Segala usia
: RSV
: RSV, influenza, Adenovirus
: Mycoplasma pneumonia
: Strepto peneumonia.
Pemeriksaan penunjang
a) Darah Perifer Lengkap
Pada pneumonia virus dan juga pada pneumonia mikoplasma umumnya
ditemukan leukosit dalam batas normal atau sedikit meningkat. Akan tetapi, pada
pneumonia
bakteri
didapatkan
leukositosis
yang
berkisar
antara
15.000-
c) Uji Serologis
Uji serologik untuk mendeteksi antigen dan antibodi pada infeksi bakteri tipik
mempunyai sensitivitas dan spesifitas rendah. Secara umum, uji serologis tidak terlalu
bermanfaat dalam mendiagnosis infeksi bakteri tipik. Akan tetapi, untuk deteksi
infeksi bakteri atipik seperti Mikoplasma dan Klamidia, serta beberapa virus seperti
RSV, Sitomegalo, campak, Parainfluenza 1,2,3, Influenza A dan B, dan Adeno,
peningkatan antibodi IGM dan IgG dapat mengkonfirmasi diagnosis.
d) Pemeriksaan Mikrobiologis
Pemeriksaan mikrobiologik untuk diagnosis pneumonia anak tidak rutin
dilakukan kecuali pada pneumonia berat yang dirawat di RS. Untuk pemeriksaan
mikrobiologik, spesimen dapat berasal dari usap tenggorok, sekret nasofaring, bilasan
bronkus, darah, pungsi pleura, atau aspirasi paru. Diagnosis dikatakan definitif bila
kuman ditemukan dari darah, cairan pleura, atau aspirasi paru.
pilihan
tersedia.
pertama
Antibiotik
Kotrimoksazol
pilihan
kedua
Amoksisilin diberikan apabila obat npilihan pertama tidak memberikan hasil yang
baik.
Umur atau Kotrimoksazol
Beri 2 kali sehari selama 3 hari
Berat
Amoksisilin
Beri 2 kali sehari selama
Badan
3 hari
Kaplet
2<4 bulan
4<6kg
Tablet dewasa
80mg
Tablet
Tmp+400mg
anak
20mg
Smz
Tmp+80
mg Smz
1
Sirup/5ml
40mg
1<3 bulan
10<16 kg
2,5
3<5 tahun
16<19kg
125
500mg
Tmp+200mg
mg/5ml
Smz
2,5 ml
(0,5 sendok
takar)
4<12bulan
6<10 kg
Sirup
5 ml (1
sendok
5 ml
(1
sendok
takar)
10 ml
(2 sendok
takar)
7,5 ml
2/3
(1,5 sendok
takar)
12,5 ml
(2,5
takar)
sendok
10ml
3/4
(2
sendok
takar)
15 ml
(3 sendok
takar)
takar)