Anda di halaman 1dari 25

A non-healing corneal ulcer as

the presenting feature of type 1


diabetes mellitus: a case report
Pembimbing : Dr. Liliek
Isyoto Yahmo, Sp.M
Disusun oleh: Ayuniza
Harmayati
(030.08.051)

TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN

Pembentukan parut akibat ulkus kornea adalah


penyebab utama kebutaan dangan gangguan
penglihatan di seluruh dunia. Ulkus kornea
merupakan luka terbuka pada kornea. Keadaan
ini menimbulkan nyeri, menurunkan kejernihan
penglihatan dan kemungkinan erosi kornea.
Ulkus kornea adalah keadaan patologik kornea
yang ditandai oleh adanya infiltrat supuratif
disertai defek kornea bergaung, diskontinuitas
jaringan kornea dapat terjadi dari epitel sampai
stroma. Ulkus kornea yang sembuh akan
menimbulkan kekeruhan kornea dan merupakan
penyebab kebutaan nomer dua di Indonesia.

ANATOMI KORNEA

Merupakan Jaringan
transparan
Kornea dewasa rata-rata
mempunyai tebal 0,54 mm
di tengah, sekitar 0,65 di
tepi, dan diameternya
sekitar 11,5 mm dari anterior
ke posterior.
Batas antara sclera dan
kornea disebut limbus
kornea.
Kornea merupakan lensa
cembung dengan kekuatan
refraksi sebesar + 43 dioptri.

ANATOMI KORNEA

Kornea terdiri dari 5 lapisan dari luar kedalam:


1) Lapisan epitel:
2) Membran Bowman : Terletak dibawah membrana
basal epitel kornea yang merupakan kolagen
3) Jaringan Stroma : Terdiri atas lamel yang merupakan
susunan kolagen yang sejajar satu dengan yang
lainnya,
4) Membran Descement : Merupakan membrana aselular
dan merupakan batas belakang. Bersifat sangat
elastis
5) Endotel.

FISIOLOGI KORNEA

Kornea berfungsi sebagai membran pelindung dan


jendela yang di lalui berkas cahaya menuju retina
Kerusakan sel-sel endotel menyebabkan edema
kornea dan hilangnya sifat transparan.
Cedera pada epitel hanya menyebabkan edema
local sesaat stroma kornea yang akan menghilang
bila sel-sel tersebut telah beregenerasi
Epitel adalah sawar yang efisien terhadap
masuknya mikroorganisme ke dalam kornea.
Bila kornea cedera, stroma yang avaskuler dan
membrane Bowman mudah terkena infeksi oleh
berbagai macam organisme

DEFINISI

ETIOLOGI

KLASIFIKASI

Berdasarkan lokasi , dikenal ada 2 bentuk ulkus


kornea , yaitu:
Ulkus kornea sentral:

ulkus
ulkus
ulkus
ulkus

kornea
kornea
kornea
kornea

bakterialis
fungi
virus
achantomoeba

Ulkus kornea perifer:


Ulkus marginal
Ulkus Mooren (ulkus serpiginosa kronik/ ulkus roden)
Ulkus cincin (ring ulcer)

KLASIFIKASI
Ulkus kornea
bakterialis
ulkus kornea
pseudomonas
Mooren's Ulcer

Ulkus Kornea
Fungi
Ring Ulcer

PATOFISIOLOGI

DIAGNOSIS

Pemeriksaan Fisik : injeksi siliar, kornea edema, terdapat infiltrat,


hilangnya jaringan kornea. Pada kasus berat dapat terjadi iritis yang
disertai dengan hipopion.
Pemeriksaan diagnostik seperti :
1) Visus
2) Tes refraksi
3) Pemeriksaan slit-lamp
4) Pewarnaan fluoresensi. Defek kornea akan terlihat berwarna hijau
5) Goresan ulkus untuk analisa atau kultur (pulasan gram, giemsa
atau KOH)
6) Pada jamur dilakukan pemeriksaan kerokan kornea dengan
spatula kimura
7) Uji fistel atau uji Seidel untuk mengetahui letak dan adanya
kebocoran kornea.
8) Uji sensibilitas kornea
9) Papan placid : untuk melihat kelengkungan kornea

Medikamentosa

PENATALAKSANAAN

KOMPLIKASI

Komplikasi yang paling sering timbul berupa:


Kebutaan parsial atau komplit dalam waktu
sangat singkat
Kornea perforasi dapat berlanjut menjadi
endoptalmitis dan panopthalmitis
Prolaps iris
Sikatrik kornea
Katarak
Glaukoma sekunder
Penipisan kornea
Descemetocele sekunder

DAFTAR PUSTAKA

Anatomi mata dan kelainan kornea. Ilmu Kesehatan Mata, Prof dr. Suhardjo, SU,
SpM(K), dr. Hartono, Sp.M(K), bagian ilmu penyakit mata, fakultas kedokteran
Universitas Gadjah Mada, edisi 1, 2007.
Mata merah dengan penglihatan turun mendadak; ulkus kornea, Ilmu Penyakit
Mata, Prof. dr. H. Sidarta Ilyas, Sp.M, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Edisi 3, 2008.
Kornea, Vaughan.D, Opthalmologi Umum. Edisi 14. Widya Medika, Jakarta, 2002.
Perhimpunan Dokter Spesislis Mata Indonesia, Ulkus Kornea dalam : Ilmu Penyakit
Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran, edisi ke 2, Penerbit
SagungSeto, Jakarta, 2002.
Corneal Ulcer. Dikutip dari http://www.eMedicine.com/ . 2010.
Patofisiologi Ulkus Kornea.. Dikutip dari http://www.medicastore.com/2009 .
Perhimpunan Dokter Spesislis Mata Indonesia, Ulkus Kornea dalam : Ilmu
Penyakit Mata Untuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran. Sagung Seto,
edisi ke 2, Jakarta, 2002.
American Academy of Opthalmology. External Disease and Cornea. Section 11.
San Fransisco: MD Association, 2005-2006
James, Bruce., Chew, Chris., Bron Anthony. Lecture Notes Oftamologi.
Jakarta:Penerbit Erlangga, 2006.

A non-healing corneal ulcer as


the presenting feature of type 1
diabetes mellitus: a case report

ABSTRAK
PENDAHULUAN

PENGANTAR

Kami melaporkan kasus yang tidak biasa dari wanita Asia


tenggara berumur 24 tahun yang mempunyai ulkus kornea
datang ke rumah sakit dan kemudian didiagnosis menjadi
diabetes.
Ulkus korneanya telah gagal membaik sampai tingkat gula
darahnya mulai normal. Keratopathy diabetes adalah
komplikasi yang jarang dari diabetes mellitus dan perlu
dipertimbangkan sebagai diagnosis pada pasien muda
dengan ulkus kornea steril yang tidak dapat dipulihkan.
Dalam laporan kasus ini kami menyoroti pentingnya
menyelidiki pasien dengan ulserasi kornea yang tidak bisa
dijelaskan untuk menyingkirkan diabetes mellitus yang
tidak terdiagnosis.

PRESENTASI KASUS

DISKUSI

KESIMPULAN

Empat hari setelah pengobatan insulin dimulai, ulkus


pada pasien ini sudah sembuh dan dapat keluar dari
rumah sakit dan follow up dilakukan pada klinik
diabetes setempat. Diagnosis diabetes mellitus
tersebut ditegakkan agak kebetulan. Pasien ini tidak
mengeluhkan adanya gejala untuk menegakkan
diagnosis diabetes.
Penggunaan kombinasi dari lensa kontak perban,
temporary punctal plugs, dan tetes serum autologus
terbukti bermanfaat dalam memfasilitasi penyembuhan
ulkus. Meskipun ulkus kornea menunjukkan tanda-tanda
awal penyembuhan, namun ulkus sembuh sepenuhnya
setelah kadar gula darah mulai dinormalkan,

REFERENCE

Lockwood A, Hope-Ross M, Chell P: Neurotrophic keratopathy and diabetes mellitus.


Eye 2006, 20:837-839.
Ockrim Z, Yorston D: Managing diabetic retinopathy. BMJ 2010, 341:c5400.
Akagi Y, Yajima Y, Kador PF, Kuwabara T, Kinoshita JH: Localization of aldose
reductase in the human eye. Diabetes 1984, 33:562-566.
Kinoshita JH, Fukushi S, Kador P, Merola LO: Aldose reductase in diabetic
complications of the eye. Metabolism 1979, 28:462-469.
Kaji Y: Prevention of diabetic keratopathy. Br J Ophthalmol 2005, 89:254-255.
Azar DT, Spurr-Michaud SJ, Tisdale AS, Gipson IK: Decreased penetration of
anchoring fibrils into the diabetic stroma. A morphometric analysis. Arch
Ophthalmol 1989, 107:1520-1523.
Sakamoto A, Sasaki H, Kitagawa K: Successful treatment of diabetic keratopathy
with punctal occlusion. Acta Ophthalmol Scand 2004, 82:115-117.
Klocek MS, Sassani JW, McLaughlin PJ, Zagon IS: Naltrexone and insulin are
independently effective but not additive in accelerating corneal epithelial healing in
type I diabetic rats. Exp Eye Res 2009, 89:686-692.
Zagon IS, Jenkins JB, Sassani JW, Wylie JD, Ruth TB, Fry JL, Lang CM, McLaughlin PJ:
Naltrexone, an opioid antagonist, facilitates reepithelialization of the cornea in
diabetic rat. Diabetes 2002, 51:3055-3062.

THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai