Anda di halaman 1dari 6

Nungky Kusumawardhani / 1306384454

UTS Pemikiran Politik Kontemporer

Hubungan Wacana dan Kekuasaan Michael Foucault


Michael Foucault adalah seorang filsuf penting abad ke-20 yang pemikirannya masih
sangat relevan sampai saat ini terutama dalam mengkaji realitas sosial. Foucault terkenal
produktif dalam melakukan penelitian dan menuliskannya menjadi sebuah buku. Semasa
hidupnya Foucault telah menghasilkan banyak karya diantaranya: Maladie Mentale et
Personalitte (Penyakit Mental dan Kepribadian), Historie de la Folie (Sejarah Kegilaan), The
Birth of The Clinic, Archeology of Human Sciences, Diciplines and Punish, serta trilogy The
History of Sexuality. Ada beberapa inti dari pemikiran Foucault yaitu discourse atau wacana,
diskontinuitas, kuasa dan pengetahuan serta episteme atau system pemikiran. Lebih lanjut
penulis akan membahas hubungan wacana dan kekuasaan dalam perspektif Foucault.
Istilah discourse atau wacana dipopulerkan oleh Michael Foucault, yang kemudian
berkembang menjadi discourse analysis dan critical discourse analysis. Wacana dalam sudut
pandang Foucault bukanlah sekadar rangkaian kata atau proposisi dalam teks semata,
melainkan sesuatu yang memproduksi yang lain. Ini berkaitan langsung dengan salah satu
asumsi discourse analysis yakni discourse is action yang berarti wacana terkait dengan praktek
(aksi) dari orang-orang yang mengkonstruksi makna itu. Maka dari itu seorang analis discourse
selalu

melihat

siapa

yang

memproduksi

teks

itu?

Menurut Akhyar Yusuf dalam sebuah wacana terdapat pernyataan (proposisi) yang
bertujuan untuk menyatakan sesuatu (arti/makna), akan tetapi juga mengatakan sesuatu tentang
sesuatu (referensi). Referensi inilah yang memperluas dimensi makna bahasa dan memengaruhi
sistem sosial budaya sampai pikiran manusia. Oleh sebab itulah, maka wacana harus dilihat
dalam satu kesatuan yang utuh. Foucault mengatakan bahwa sementara wacana dikonstruksi oleh
bentuk diskursif atau episteme.1

1 https://www.scribd.com/doc/26994716/Konsep-Kuasa-Michel-Foucault-untuk-Analisis-

Wacana-Kritis - diakses pada 4-4-2015

Selain itu Foucault menjelaskan wacana dibentuk dari struktur diskursif yang ada, dan
untuk memahami struktur diskursif tersebut kita perlu memahami bagaimana keterkaitan antara
wacana dengan kenyataan (realitas). Namun realitas tidak dapat didefiniskan jika kita tidak dapat
mengakses pembentukan struktur diskursif yang membentuk wacana atas realitas tersebut.
Foucault berpendapat bahwa pandangan kita terhadap suatu objek telah dibentuk dalam batasbatas yang telah ditentukan oleh struktur diskursif yaitu pandangan yang mendefinisikan sesuatu
bahwa yang ini benar dan yang lain tidak, yang ini baik dan yang ini buruk. Dengan kata lain
wacana membatasi pandangan kita dalam melihat suatu objek karena terbentur oleh struktur
diskursif. Oleh karenanya seorang analis discourse khususnya analis discourse kritis selalu
berusaha menerobos dinding-dinding struktur diskursif yang membentuk wacana sehingga
dapat mampu menafsirkan objek diluar wacana.
Lalu apa hubungan wacana dan kekuasaan? Sebelum membahas hubungan tersebut agaknya kita
perlu memahami terlebih dulu perspektif Foucault tentang kekuasaan. Foucault tidak tertarik
memproduksi teori umum kekuasaan, ia lebih tertarik menyoroti teknik dan praktek kekuasaan.
On the other hand, however, stress should be placed on these modes by which human beings
are made subjects. Foucaults concern is not to create a general theory of power, but rather to
depict the specific and concrete techniques and practices through which subjects become
subjugated, processes that belong both to the sphere of politics and that of epistemology. That is
why Foucault prefers to refer to his own approach to power as analytics rather than theory.
By analytics Foucault understands a definition of a specific domain formed by power
relations and a determination of the instruments that will make possible its analysis (Foucault,
1978, p. 82; compare Foucault, 1980a, p. 199).
Pemikiran Foucault mengenai kekuasaan sedikit banyak dipengaruhi oleh Nietzche yang
disebut olehnya sebagai seorang filosof kekuasan (philosopher of power). Foucault
menggambarkan relasi antara kekuasaan dan pengetahuan. Bagi Foucault, kekuasaan selalu
terakulasikan melalui pengetahuan, dan pengetahuan selalu mempunyai efek kuasa. Konsep
Foucault ini membawa konsekuensi untuk mengetahui bahwa untuk mengetahui kekuasaan
dibutuhkan penelitian mengenai produksi pengetahuan yang melandasi kekuasaan (Eriyanto,
2001: 66).

Oleh karena itu, dalam menentukan kebenaran bagi Foucault tidak dipahami sebagai
sesuatu yang datang begitu saja (konsep yang abstrak). Kebenaran menurut Foucault diproduksi
oleh setiap kekuasaan. Kekuasaan menghasilkan pengetahuan. Kekuasaan dan pengetahuan
secara langsung saling memengaruhitidak ada hubungan kekuasaan tanpa ada konstitusi
korelatif dari bidang pengetahuannya (Michel Foucault, 1979: 27).
Foucault meyakini betul bahwa produksi pengetahuan bergantung pada jaring-jaring
kekuasaan yang membentuknya. Produksi pengetahuan inilah yang ditumpahkan dalam
wacana yang bertujuan membangun perspektif tertentu terhadap suatu objek. Foucault
mendobrak perspektif kekuasaan yang cenderung represif melalui perspektif kekuasaan yang
bersifat regulatif yakni bagaimana orang-orang meregulasi diri mereka sendiri dan orang lain
dalam menciptakan klaim kebenaran tentang baik atau buruk, benar atau salah. Konsep
kekuasaan Michel Foucault berdasarkan beberapa karya utama yang ia tulis semasa hidupnya.
Kekuasaan menurut Foucault ada di mana-mana. Hal pertama yang akan dibahas di sini yaitu
tentang hubungan antara kekuasaan dan diskursus ilmu pengetahuan. Menurut Foucault,
kehendak untuk kebenaran sama dengan kehendak untuk berkuasa.2
Language is constructive. Hal ini mungkin tepat menggambarkan kekuataan utama
discourse yang terletak pada penggunaan language atau bahasa. Karena dimensi yang paling
penting dari kekuasaan politik adalah bahwa dari permainan language dalam discourse dan
bukan dari faktor sosial lainnya. Ini tentang bagaimana konstruksi bahasa dimainkan untuk
membentuk discourse yang diinginkan oleh para penguasa dan melanggengkan hegemoni
mereka. Following this description of hegemony and generalizing it, one can say that the most
important dimension of political power is that of the language/discourse game rather than that of
any other social factor.3

2 Khozin, Affandi. KONSEP KEKUASAN MICHEL FOUCAULT. Jurnal [pdf]


3 Lotar Rasisk. Power, Discourse, and Subject. The Case of Laclau and Foucault. University of

Lower Silesia

Berikut

merupakan

contoh

discourse

yang

saya

ambil

yakni

dapat

dilihat

di

http://politik.news.viva.co.id/news/read/610105-politisi-senior-pdip--jokowi-tak-masuknominasi-ketua-umum

Politisi Senior PDIP: Jokowi Tak Masuk Nominasi Ketua Umum


PDIP masih butuh Megawati untuk jadi pemersatu partai.
Senin, 6 April 2015 | 05:53 WIBOleh : Suryanta Bakti Susila, Daru Waskita (Yogyakarta)
VIVA.co.id - Kongres PDIP, yang akan di gelar di Bali 9-12 April 2015, dipastikan hanya
akan menetapkan Megawati Soekarnoputri untuk kembali menjadi Ketua Umum. Tidak ada
calon lain. Presiden Joko Widodo pun tidak masuk dalam pencalonan.
"Dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI
Perjuangan) di semarang 20 September 2015 sudah menetapkan Megawati sebagai ketua umum
periode 2015-2020," kata politisi senior PDIP, Sidarto Danusubroto, di Gunungkidul, Daerah
Istimewa Yogyakarta, Minggu 5 April 2015.
Mantan Ketua MPR tersebut juga menegaskan tidak akan ada rivalitas antara Presiden
Jokowi dan Ketua Umum PDIP Megawati dalam konggres mendatang.
"Tidak akan ada persaingan. Kalau Ketum tidak ada lagi diskusi,"tuturnya. "Ketua umum adalah
Ibu megawati, sudah ditetapkan dalam rakernas dahulu."
Disinggung mengenai regenerasi partai, Mantan Ajudan Presiden Soekarno ini mengatakan,
Megawati masih dibutuhkan sebagai alat pemersatu partai.
"Untuk saat sekarang masih membutuhkan Ibu Mega untuk pemersatu," lanjut Sidarto.
Nama Jokowi diunggulkan sejumlah lembaga survei untuk menjadi Ketua Umum PDIP. Namun
rapat Pra Kongres PDIP mantan wali kota solo itu tidak dicalonkan sebagai Ketua Umum. (ren)
Analisis

Dalam artikel tersebut dijelaskan bahwa dalam Rakernas PDIP, menetapkan Megawati
sebagai ketua umum periode 2015-2020. Artikel tersebut menampilkan statement bahwa Jokowi
bukanlah rival Megawati dalam hal pencalonan Ketum PDIP, terlebih Megawati merupakan
calon tunggal. Yang menjadi pertanyaan ialah mengapa artikel tersebut menghadirkan anggapan
bahwa Jokowi bukan rivalitas Megawati sedangkan kita ketahui bahwa Megawati merupakan
calon tunggal? Apa perspektif yang hendak dibangun oleh artikel ini. Bukankah ini sebuah
pembenaran bahwa sebelumnya ada anggapan bahwa Jokowi merupakan rival utama Megawati
dalam hal pencalonan Ketum? Pun artikel ini tidak menghadirkan penjelasan mengenai
komitmen Jokowi mengenai tidak bolehnya pejabat merangkap jabatan. Artikel ini seolah
membangun citra bahwa Jokowi sebagai Presiden RI tidak mampu melawan Megawati bahkan
menjadi rivalnya. Artikel tersebut juga menyinggung masalah regenerasi partai. Tentu saja hal ini
akan membangun citra bahwa regenerasi partai PDIP sangatlah buruk dikarenakan tidak ada
sirkulasi kepemimpinan Ketum.
Mari kita lihat siapa yang memproduksi artikel tersebut. Seperti yang kita ketahui bahwa
Abu Rizal Bakrie masih memiliki saham di Viva. Dalam kubu pemerintahan, Bakrie berada
dalam koalisi yang berbeda dengan Jokowi. Tentu saja hal itu mampu menjelaskan mengapa
artikel tersebut membangun citra seperti itu. Lewat discourse lawan politik memang bisa saling
menjatuhkan, ini tentang bagaimana media memainkan language agar terlihat netral meski
memiliki maksud tertentu.
Terlebih apabila kita melihat foto yang di sajikan dalam situs artikel tersebut.
Ditampilkan Jokowi sedang duduk berdua dengan Megawati. Jokowi seperti sedang melakukan
penolakan lewat tangannya. Sedangkan Megawati tampak cemberut dengan muka agak masam.
Setelah melihat foto tersebut terbayang dalam benak kita, mengapa foto yang ditampilkan seperti
itu? Mengapa tidak foto yang lain? Mungkin saja karena ekspresi tangan Jokowi yang seperti itu
artikel tersebut ingin menghadirkan citra Ia melakukan penolakan akan jabatan Ketum.

Daftar Pustaka

Konsep Kuasa Michel Foucault untuk Analisis Wacana Kritis [pdf]. Diunduh melalui :
https://www.scribd.com/doc/26994716/Konsep-Kuasa-Michel-Foucault-untuk-AnalisisWacana-Kritis - diakses pada 4-4-2015 pukul 15.30
Lotar Rasisk. Power, Discourse, and Subject. The Case of Laclau and Foucault. University of
Lower Silesia
Eriyanto. 2001. Analisis Wacana. Yogyakarta: LKiS.
Foucault, Michel. The Discourse on Language Critical Theory. (E-book).

Yusuf, Akhyar. 2009. Politik Pengetahuan, Episteme, dan Kematian Manusia: Refleksi
Pemikiran Posmodernisme Michel Foucault. Materi Kuliah Pascasarjana Fakultas Ilmu
Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia

Affandi, Khozin. KONSEP KEKUASAN MICHEL FOUCAULT. Jurnal [pdf] diunduh melalui:
teosofi.uinsby.ac.id/index.php/teosofi/article/viewFile/140/128 diakses pada 6/4/2015
pukul 07.30

Anda mungkin juga menyukai