Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
Nyeri punggung bawah (NPB) merupakan salah satu masalah kesehatan
yang utama. Insiden NPB di Amerika Serikat adalah sekitar 5% orang dewasa.
Kurang lebih 60%-80% individu setidaknya pernah mengalami nyeri punggung
dalam hidupnya. Pada penderita dewasa tua, nyeri punggung bawah mengganggu
aktivitas sehari-hari pada 40% penderita, dan menyebabkan gangguan tidur pada
20% penderita. Sebagian besar (75%) penderita akan mencari pertolongan medis,
dan 25% di antaranya perlu dirawat inap untuk evaluasi lebih lanjut.1
Nyeri punggung bawah (NPB) pada hakekatnya merupakan keluhan atau
gejala dan bukan merupakan penyakit spesifik. Penyebab NPB antara lain
kelainan muskuloskeletal, system saraf, vaskuler, viseral, dan psikogenik. Salah
satu penyebab yang memerlukan tindak lanjut (baik diagnostik maupun terapi
spesifik) adalah hernia nukleus pulposus (HNP).1
Hernia nucleus pulposus (HNP) adalah penyakit yang umum yang
menginduksi nyeri punggung dan nyeri radikuler. Pathogenesis nyeri radikuler
tidak didefinisikan secara jelas. Peradangan akar saraf dan jaringan cakram
intervertebralis mungkin menjadi faktor utama untuk radiculopthy. Beberapa
kasus memerlukan perawatan bedah akibat sakit parah persisten. Namun, dalam
banyak kasus, nyeri dapat lega dengan pengobatan konservatif atau dalam
beberapa, spontan.2

BAB II

KASUS BANGSAL NEUROLOGI


RSUD RADEN MATTAHER JAMBI
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. Mohd. Syafron
Umur
: 51 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama
: Islam
Alamat
: Bangko
Pekerjaan
: Petani
MRS
: 20 Februari 2015
DAFTAR MASALAH
No

Masalah Aktif

Tanggal

Masalah Pasif

.
1.
2.
3.

Nyeri Pinggang
Kesemutan
hipertensi

20 Februari 2015
20 Februari 2015
20 Februari 2015

Nyeri ulu hati


Kembung
Mual

Tanggal

II. DATA SUBYEKTIF (Anamnesis tanggal 20 Februai 2015)


1. Keluhan utama
: Nyeri pinggang menjalar sampai ke dua paha sejak
3 hr SMRS
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Lokasi
: Pinggang kiri dan tungkai bawah kiri
Onset
: semakin hari semakin berat
Kualitas
: Nyeri seperti ditusuk-tusuk
Kuantitas
: Nyeri dirasakan terus menerus
Kronologis
: Pasien datang ke RSUD Raden Mattaher Jambi ke
bangsal neurologi dengan keluhan nyeri pinggang yang menjalar
sampai ke paha kiri sejak 3 hari yang lalu. Nyeri dirasakan seperti
tertusuk-tusuk dan terus menerus, os juga mengeluh kakinya sering
kesemutan dan terasa kebas, keluahan buang air kecil tidak ada dan
BAB os normal seperti biasa, keluhan yang dirasakan os sebenarnya
sudah sering dialami os, os pertama kali terkena sakit seperti ini sejak
tahun 2007 silam, awalnya os sedang bekerja, kemudian pinggang os
terasa pegal dan lama kelamaan nyeri, lalu os berobat ke dokter dan

diberi obat-obatan namun keluhan os tidak sembuh, hanya sedikit


berkurang, keluhan seperti ini selalu dialami os dan os sering berobat
namun beberapa hari ini keluhan os semakin berat sampai os tidak
bisa beraktifitas sehari-hari lalu os berobat ke RS Bangko dan karena
tidak ada dr. Ahli Saraf os dirujuk ke RSUD raden Mattaher Jambi.
Faktor yang memperberat
: Jika pasien menggerakkan kaki kirinya
Faktor yang memperingan
Gejala yang menyertai

dan beraktivitas.
: Jika pasien beristirahat.
: os mengeluh sering kesemutan dan kebas
pada kedua tungkai bawah terutama kaki
kiri. Mual (+), kembung (+), nyeri ulu hati
(+)

3. Riwayat penyakit keluarga


Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita keluhan yang
sama seperti os.
4. Riwayat penyakit dahulu
:
Riw. Kecelakaan (-)
Riw. Sakit yang sama (+)
Riw. BAK berdarah dan batu saluran kemih (-)
5. Riwayat sosial ekonomi
:
Os merupakan seorang petani yang berpenghasilan cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

III.
OBYEKTIF
1. Status Presens (20 Februari 2015)
Kesadaran
: Compos Mentis, GCS: 15 E:4 M:6 V: 5
Tekanan darah : 170/90 mmHg
Nadi
: 86 x/i
Suhu
: 36,5oC
Respirasi
: 22 x/i
2. Status Internus
Kepala
: Normochefal
Mata
: Edema Palpebra (-/-), Conjungtiva Anemis (-/-), Sklera
Ikterik (-/-), Pupil Bulat, Isokor, 3 mm / 3 mm,
THT
Leher
Dada

Reflek Cahaya (+) / (+), Visus: ka: 6/6, ki: 6/6


: Tidak Ada Keluhan
: JVP 5-2 mmH2O, Pembesaran KGB (-)
: Simetris, Retraksi intercosta (-)

Jantung
Paru
Perut

: BJ I dan BJ II regular, gallop (-), mur-mur (-)


: Suara napas Vesikuler (+/+), Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)
: Kembung (+) , BU (+), Nyeri tekan epigastrium (+),

Alat kelamin
Ekstremitas

pembesaran hepar (-), pembesaran lien (-)


: Tidak dilakukan pemeriksaan
: Akral hangat, edema (-)/(-). 5 5
5 5

3. Status Psikitus
Cara berpikir
: Baik
Perasaan hati
: Biasa
Tingkah laku
: Biasa
Ingatan
: Baik
Kecerdasan
: Tidak dilakukan pemeriksaan
4. Status neurologikus
a. Kepala
Bentuk
: Normochepal
Nyeri tekan
: (-)
Simetri
: (+)
Pulsasi
: (-)
b. Leher
Sikap
: Normal
Pergerakan
: Aktif (normal)
Kaku kuduk
: (-)
c. Nervus kranialis
N. Olfaktorius
Subjektif
Dengan bahan
N. Optikus
Tajam penglihatan
Lapangan pandang
Melihat warna
Fundus okuli
N. Okulomotorius
Sela mata
Pergerakan bulbus
Strabismus
Nistagmus
Eksotalmus
Pupil
Reflek cahaya
Reflek konsensual
Reflek konvergen

Kanan
Normal
Kopi dan Teh

Kiri
Normal
Kopi dan Teh

6/6
Normal
Normal
Tidak diperiksa

6/6
Normal
Normal
Tidak diperiksa

Baik
Normal
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Bulat, 3 mm
(+)
Suit dinilai
Tidak dilakukan
(-)

Baik
Normal
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Bulat, 3 mm
(+)
Sulit dinilai
Tidak dilakukan
(-)

Melihat kembar

N. Troklearis
Pergerakan

Normal

Normal

Normal
mata (-)

Normal
(-)

Normal
Normal
Normal
Normal
Normal

Normal
Normal
Normal
Normal
Normal

Normal

Normal

Normal
(-)

Normal
(-)

(bawah-luar)
Sikap bulbus
Melhat kembar
N. Trigeminus

Membuka mulut
Mengunyah
Menggigit
Reflek kornea
sensibilitas muka

N. Abdusen
pergerakan
(lateral)
Sikap bulbus
melihat kembar

Simetris
Simetris
mata Normal
Normal
Tidak dilakukan

Simetris
Simetris
Normal
Normal
Tidak dilakukan

Normal
Tidak dilakukan
Sulit dinilai
Sulit dinilai

Normal
Tidak dilakukan
Sulit dinilai
Sulit dinilai

Tidak dilakukan
(+) Normal

Tidak dilakukan
(+) Normal

(+)
Normal
Normal

(+)
Normal
Normal

Normal
Normal

Normal
Normal

N. Fascialis

Mengerutkan dahi
Menutup mata
Memperlihatkan gigi
Bersiul
Perasaan lidah

N. Vestibulocochlearis

Detik arloji
Suara berbisik
Test weber
Test rinne

N. Glosofaringeus
Perasaan lidah
Sensibilitas faring

Normal
Tidak ada
Jelas
(-)

Normal
Tidak ada
Jelas
(-)

N. Vagus
Reflek Muntah
Berbicara
Menelan
N. Accesorius
Mengangkat bahu
Memalingkan kepala
N. Hipoglosus

Pergerakan lidah
Tremor lidah
Artikulasi
Disartria

d. Badan
Motorik
Respirasi
Duduk
Bentuk
vertebralis
Pergerakan

kolumna

Kiri
+
Sulit
Normal

Terbatas

Terbatas

+
+
+
Tidak dilakukan

+
+
+
Tidak dilakukan

Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

kolumna

vertebralis
Sensibilitas

Kanan
+
Sulit
Normal

Taktil
Nyeri
Termi
Diskriminan

Reflek
Reflek kulit perut atas

Reflek kulit perut tengan


Reflek kulit perut bawah
Reflek kremaster
e. Anggota Gerak Atas
Motorik

Pergerakan
kekuatan
tonus
tropi

Sensibilitas

Taktil
Nyeri
Termi
Diskriminan

Reflek

f.

Biseps
Tiseps
Radius
Ulna
Hoffman tromner
Anggota Gerak Bawah

Motorik

Pergerakan
kekuatan
tonus
tropi

Sensibilitas

Taktil
Nyeri
Termi
Diskriminan

Reflek
Patella

Kanan
Baik
5
Baik
Eutropi

Kiri
Baik
5
Baik
Eutropi

+
+
+
Tidak dilakukan

+
+
+
Tidak dilakukan

(+)
(-)
(-)
(-)
(-)

(+)
(-)
(-)
(-)
(-)

Kanan
Baik
5
Normal
Uetropi

Kiri
SULIT/TERBATAS
5
Normal
Uetropi

+
+
+
-

+
+
+
-

+
-

(-)
-

Achilles
Babinsky
Chaddock
Rossolimo
Schaefer
Openheim
Klonus paha
Klonus kaki
Tes laseque
Tes kernig

Melemah
Gerakan rigit
+
+

Melemah
Melemah
+
+

g. Koordinasi, gait dan keseimbangan


Cara berjalan
: terganggu
Romberg Test
: Normal
Disdiadokokinesis
: Negatif (normal)
Dismetri
: (-)
Ataxia
: (-)
h. Gerakan-gerakan abnormal

Tremor
Athetosis
Miokloni
Rigiditas

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak Ada

Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada

Normal
Normal
Normal

Normal
Normal
Normal

Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

Tidak dilakukan
Tidak dilakukan

i. Alat vegetatif
Miksi
Defekasi
Ereksi
j. Tes Tambahan
Tes nafziger
Tes valsava
5. Laboratorim
a. Darah rutin : 21 februari 2015
- WBC
: 7,8 103/mm3
- RBC
: 4,56 106/mm3
- HGB
: 13,6 g/dl
- HCT
: 36,1 %
- PLT
: 287 103/mm3
- PCT
: .208 %
- GDS
: 109 mg/dl
b. Kimia darah : 21 februari 2015
Faal Ginjal

(3.5-10.0)
(3.80-5.80)
(11.0-16.5)
(35.0-50.0)
(150-390)
(.100-.500)
(<200)

- Ureum
- Kreatinin
Elektrolit
- Natrium
- Kalium
- Chlorida
IV.

: 24,7 mg/dl (15-39)


: 0,6 mg/dl (L = 0,6 1,2)
:141,65 mmol/L (135-148)
: 3,79
mmol/L (3,5 5,3)
: 101,89 mmol/L (98-110)

RINGKASAN
S : seorang laki-laki bernama tn. MS, usia 51 tahun, pekerjaan sebagai
petani, datang ke RS dengan keluhan Nyeri pinggang seperti
ditusuk-tusuk menjalar ke paha kiri sejak 3 hari SMRS, nyeri
dirasakan terus menerus, terutama saat os beraktifitas, os juga
mengeluh kakinya sering kesemutan dan kebas. Nyeri
dirasakan berkurang apabila os beristirahat, riwayat kecelakaan
(trauma tulang belakang tidak ada). Awalnya sakit dipinggang
os dirasakan sejak tahun 2007 sesaat setelah os bekerja, sejak
saat itu os selalu merasa nyeri dipinggang terutama setelah os
beraktifitas, os juga sudah sering berobat namun keluhan os
masih sering kambuh, 3 hari SMRS os mengeluh nyerinya
sangat berat sehingga os sulit untuk berjalan dan melakukan
aktifitas sehari-hari. Os juga mengeluh nyeri ulu hati, mual dan
O:

A:

perut terasa kembung.


Composmentis, GCS: 15 E:4 M:6 V: 5
Tekanan darah
: 170/90 mmHg
Nadi
: 86 x/i
Suhu
: 36,5oC
Respirasi
: 22 x/i
Diagnosa Klinis
: Low Back Pain, paraestesia inferior,
Hipertensi grade II, Gastritis akut.
Diagnosa Topis : Spondilolistesis Regio vertebralis segmen

L4-L5
Diagnosa Etiologi : Herniasi Nukleus Pulposus
Tx : Non-medikamentosa :
-

Bed rest
Fisioterapi
Medikamentosa :

IVFD RL 20 gtt/i + inj. Ketorolac 30 mg (drip)

Inj. Ranitidine 2 x 50 mg (bolus IV)


Carbamazepin 2 x 200 mg
Na. Diklofenak 3 x 50 mg p.c
Sukralfat syr
3 x C II p.c
Amlodipine 1 x 10 mg (pagi)

Pemeriksaan Ro Lumbosakral AP Lateral


Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan urin rutin
Pemeriksaan Kimia darah Lengkap

Mx :

Ex:

Beri penjelasan kepada keluarga mengenai keadaan pasien,


makan obat teratur, istirahat yang cukup.

V.

PROGNOSIS
- Quo ad vitam
- Quo ad fungsionam

: dubia ad bonam
: dubia ad bonam

Follow Up
21 Februari 2015
S : Nyeri Pinggang (+), Mual (+), nyeri ulu hati (+), kedua kaki kesemutan
O : GCS 15 E4 M6 V5
TD : 160 / 90 mmhg
N : 80 x/i
RR : 20 x/i
T : 36,4 oC
A : HNP + gastritis
P : IVFD RL 20 gtt/i + ketorolac 30 mg (drip)
-

Ranitidine inj 2 x 50 mg
Carbamazepine 2x 200 mg
Na diklofenak 3 x 50 mg p.c
Sukralfat syr 2 x C II p.c
Fisioterapi + Traksi

22 Februari 2015
S : nyeri pinggang (+), belum bisa jalan (+), nyeri ulu hati (+), mual (-)
O : GCS 15 E4 M6 V5
Kesadaran : Compos Mentis
TD : 160 / 90 mmhg
N : 88 x/i
RR : 20 x/i
T : 36,6 oC
A : low Back Pain e.c HNP
P : - IVFD RL 20 gtt/i + ketorolac 30 mg (drip)
-

Ranitidine inj 2 x 50 mg
Carbamazepine 2x 200 mg
Na. Diklofenak 3 x 50 mg p.c
Sukralfat syr 3 x II c p.c

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi dan Fisiologi Diskus Intervertebralis
Tulang punggung atau vertebra adalah tulang tak beraturan yang
membentuk punggung yang mudah digerakkan. terdapat 33 tulang punggung pada

manusia yang dibagi menjadi 7 tulang cervical (leher), 12 tulang thorax (thoraks
atau dada), 5 tulang lumbal, 5 tulang bergabung membentuk bagian sacral, dan 4
tulang membentuk tulang ekor (coccyx).3
Tulang vertebrae ini dihubungkan satu sama lainnya oleh ligamentum dan
tulang rawan. Bagian anterior columna vertebralis terdiri dari corpus vertebrae
yang dihubungkan satu sama lain oleh diskus fibrokartilago yang disebut discus
invertebralis dan diperkuat oleh ligamentum longitudinalis anterior dan
ligamentum longitudinalis posterior.3,4,5
Diskus invertebralis menyusun seperempat panjang columna vertebralis.
Diskus ini paling tebal di daerah cervical dan lumbal, tempat dimana banyak
terjadi gerakan columna vertebralis, dan berfungsi sebagai sendi dan shock
absorber agar kolumna vertebralis tidak cedera bila terjadi trauma.
Diskus intervertebralis terdiri dari lempeng rawan hyalin (Hyalin Cartilage
Plate), nukleus pulposus (gel), dan annulus fibrosus. Sifat setengah cair dari
nukleus pulposus, memungkinkannya berubah bentuk dan vertebrae dapat
mengjungkit kedepan dan kebelakang diatas yang lain, seperti pada flexi dan
ekstensi columna vertebralis.4

Gambar 2.1 Diskus Intervertebralis


Diskus intervertebralis, baik anulus fibrosus maupun nukleus pulposusnya
adalah bangunan yang tidak peka nyeri. Bagian yang merupakan bagian peka
nyeri adalah:4
Lig. Longitudinale anterior
Lig. Longitudinale posterior
Corpus vertebra dan periosteumnya
Articulatio zygoapophyseal
Lig. Supraspinosum
Fasia dan otot.

2.2 Definisi Hernia Nukleus Pulposus


Hernia Nukleus Pulposus (HNP) atau potrusi Diskus Intervertebralis (PDI)
adalah suatu keadaan dimana terjadi penonjolan pada diskus intervertebralis ke
dalam kanalis vertebralis (protrusi diskus) atau ruptur pada diskus vebrata yang
diakibatakan oleh menonjolnya nukleus pulposus yang menekan anulus fibrosus
yang menyebabkan kompresi pada syaraf, terutama banyak terjadi di daerah
lumbal dan servikal sehingga menimbulkan adanya gangguan neurologi (nyeri
punggung) yang didahului oleh perubahan degeneratif pada proses penuaan.6

Gambar 2.2 Hernia Nukleus Pulposus

Gambar 2.3 Hernia Nukleus Pulposus


2.3 Epidemiologi
Prevalensinya berkisar antara 1-2% dari populasi. HNP lumbalis paling
sering (90%) mengenai diskus intervetebralis L5-S1, L4-L5. Biasanya nyeri
pinggang bawah (NPB) oleh karena HNP lumbalis akan membaik dalam waktu
kira-kira 6 minggu.6

HNP paling sering terjadi pada pria dewasa, dengan insiden puncak pada
dekade ke-4 dan ke-5. HNP lebih banyak terjadi pada individu dengan pekerjaan
yang banyak membungkuk dan mengangkat. Karena ligamentum longitudinalis
posterior pada daerah lumbal lebih kuat pada bagian tengahnya, maka protrusi
discus cenderung terjadi ke arah postero lateral, dengan kompresi radiks saraf.6
2.4 Etiologi
Hernia nukleus pulposus dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut:3,4,6,7

Degenerasi diskus intervertebralis

Trauma minor pada pasien tua dengan degenerasi

Trauma berat atau terjatuh

Mengangkat atau menarik benda berat


Faktor resiko:6,7,8

o Faktor resiko yang tidak dapat dirubah yakni:


- umur: makin bertambah umur resiko semakin tinggi
- jenis kelamin: laki-laki lebih banyak dari wanita
- riwayat trauma cedera punggung atau HNP sebelumnya
o Faktor resiko yang dapat dirubah diantaranya:
-

pekerjaan dan aktivitas, seperti duduk yang terlalu lama, mengangkat


atau menarik barang-barang berat, sering membungkuk atau gerakan
memutar pada punggung, latihan fisik yang berat, paparan dan vibrasi
yang konstan seperti supir

olah raga yang tidak teratur, mulai latihan setelah lama tidak berlatih,
latihan yang berat dalam jangka waktu yang lama

merokok, karena nikotin dan racun-racun lain dapat mengganggu


kemampuan diskus untuk menyerap nutrient yang diperlukan dalam
darah.

berat badan berlebihan, terutama beban ekstra di daerah perut dapat


menyebabkan strain pada punggung bawah

batuk lama dan berulang

2.5 Patofisiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya HNP :6
1. Aliran darah ke discus berkurang
2. Beban berat
3. Ligamentum longitudinalis posterior menyempit
Jika beban pada discus bertambah, annulus fibrosus tidak kuat menahan
nukleus pulposus (gel) akan keluar, akan timbul rasa nyeri oleh karena gel yang
berada di canalis vertebralis menekan radiks. Bangunan peka nyeri mengandung
reseptor nosiseptif (nyeri) yang diberikan rangsang oleh berbagai stimulus lokal
(mekanis, termal, kimiawi). Stimulus ini akan direspon dengan pengeluaran
berbagai mediator inflamasi yang akan menimbulkan persepsi nyeri.6
Mekanisme nyeri merupakan proteksi yang bertujuan untuk mencegah
pergerakan sehingga proses penyembuhan dimungkinkan. Salah satu bentuk
proteksi adalah spasme otot, yang selanjutnya dapat menimbulkan iskemia. Nyeri
yang timbul dapat berupa nyeri inflamasi pada jaringan dengan terlibatnya
berbagai mediator inflamasi; atau nyeri neuropatik yang diakibatkan lesi primer
pada sistem saraf. Iritasi neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan 2
kemungkinan. Pertama, penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf
yang kaya nosiseptor dari nervi nevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi.
Nyeri dirasakan sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan peregangan
serabut saraf misalnya karena pergerakan. Kemungkinan kedua, penekanan
mengenai serabut saraf. Pada kondisi ini terjadi perubahan biomolekuler di mana
terjadi akumulasi saluran ion Na dan ion lainnya. Penumpukan ini menyebabkan
timbulnya rangsang mekanik panas yang sangat peka terhadap rangsang
mekanikal dan termal.6
Gambar 2.4 Proses Terjadinya HNP
2.6 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang timbul tergantung lokasi lumbal yang terkena.
HNP dapat terjadi kesegala arah, tetapi kenyataannya lebih sering hanya pada 2
arah, yang pertama ke arah postero-lateral yang menyebabkan nyeri pinggang,
sciatica, dan gejala dan tanda-tanda sesuai dengan radiks dan saraf mana yang
terkena. Berikutnya ke arah postero-sentral menyebabkan nyeri pinggang dan
sindroma kauda equina.1,2,4,6,7,8,9,10

Kedua saraf sciatic (N. Ischiadicus) adalah saraf terbesar dan terpanjang
pada tubuh. masing-masing hampir sebesar jari. Pada setiap sisi tubuh, saraf
sciatic menjalar dari tulang punggung bawah ,di belakang persendian pinggul,
turun ke bokong dan dibelakang lutut. Di sana saraf sciatic terbagi dalam beberapa
cabang dan terus menuju kaki.

Gambar 2.5 Nyeri radikuler pada n. sciatica


Ketika saraf sciatic terjepit, meradang, atau rusak, nyeri sciatica bisa
menyebar sepanjang panjang saraf sciatic menuju kaki. Sciatica terjadi sekitar 5%
pada orang Ischialgia, yaitu suatu kondisi dimana saraf Ischiadikus yang
mempersarafi daerah bokong sampai kaki terjepit. Penyebab terjepitnya saraf ini
ada beberapa faktor, yaitu antara lain kontraksi atau radang otot-otot daerah
bokong, adanya perkapuran tulang belakang atau adanya Herniasi Nukleus
Pulposus (HNP), dan lain sebagainya.7,8
Sciatica merupakan nyeri yang terasa sepanjang perjalanan nervus
ischiadicus sampai ke tungkai, biasanya mengenai hanya salah satu sisi. Nyeri
dirasakan seperti ditusuk jarum, sakit nagging, atau nyeri seperti ditembak.
Kekakuan kemungkinan dirasakan pada kaki. Berjalan, berlari, menaiki tangga,
dan meluruskan kaki memperburuk nyeri tersebut, yang diringankan dengan
menekuk punggung atau duduk.
Gejala yang sering ditimbulkan akibat ischialgia adalah :6,10

Nyeri punggung bawah.


Nyeri daerah bokong.
Rasa kaku/ tertarik pada punggung bawah.
Nyeri yang menjalar atau seperti rasa kesetrum dan dapat disertai baal,
yang dirasakan dari bokong menjalar ke daerah paha, betis bahkan sampai

kaki, tergantung bagian saraf mana yang terjepit.


Rasa nyeri sering ditimbulkan setelah melakukan aktifitas yang
berlebihan, terutama banyak membungkukkan badan atau banyak berdiri

dan berjalan.
Rasa nyeri juga sering diprovokasi karena mengangkat barang yang berat,

batuk, bersin akibat bertambahnya tekanan intratekal.


Jika dibiarkan maka lama kelamaan akan mengakibatkan kelemahan
anggota badan bawah/ tungkai bawah yang disertai dengan mengecilnya

otot-otot tungkai bawah dan hilangnya refleks tendon patella dan Achilles.
Bila mengenai konus atau kauda ekuina dapat terjadi gangguan defekasi,
miksi dan fungsi seksual. Keadaan ini merupakan kegawatan neurologis
yang memerlukan tindakan pembedahan untuk mencegah kerusakan

fungsi permanen.
Kebiasaan penderita perlu diamati, bila duduk maka lebih nyaman duduk
pada sisi yang sehat.

Gambar 2.6 Dermatom yang terkena pada HNP


Gejala masing-masing tipe HNP berbeda-beda :6
a. Hernia Lumbosakralis
Gejala pertama biasanya low back pain yang mula-mula
berlangsung dan periodik kemudian menjadi konstan. Rasa nyeri di
provokasi oleh posisi badan tertentu, ketegangan, hawa dingin dan lembab,

pinggang terfikasi sehingga kadang-kadang terdapat skoliosis. Gejala


patognomonik adalah nyeri lokal pada tekanan atau ketokan yang terbatas
antara 2 prosesus spinosus dan disertai nyeri menjalar kedalam bokong
dan tungkai. Low back pain ini disertai rasa nyeri yang menjalar ke
daerah iskhias sebelah tungkai (nyeri radikuler) dan secara refleks
mengambil sikap tertentu untuk mengatasi nyeri tersebut, sering dalam
bentuk skilosis lumbal.
Nyeri radikuler dibuktikan dengan cara sebagai berikut :
a. Hiperekstensi pinggang kemudian punggung diputar kejurusan
b.
c.
d.
e.
f.

tungkai yang sakit, pada tungkai ini timbul nyeri.


Tess Naffziger : Penekanan pada vena jugularis bilateral.
Tes Lasegue
Tes Valsava
Tes Patrick
Tes Kontra Patrick
Gejala-gejala radikuler lokasisasinya biasanya di bagian ventral

tungkai atas dan bawah. Refleks lutut sering rendah, kadang-kadang


terjadi paresis dari muskulus ekstensor kuadriseps dan muskulus ekstensor
ibu jari.
b. Hernia servicalis
- Parasthesi dan
-

rasa

sakit

ditemukan

di

daerah

extremitas

(sevikobrachialis)
Atrofi di daerah biceps dan triceps
Refleks biceps yang menurun atau menghilang
Otot-otot leher spastik dan kakukuduk.

c. Hernia thorakalis
- Nyeri radikal
- Melemahnya anggota tubuh bagian bawah dapat menyebabkan kejang
-

paraparesis
Serangannya kadang-kadang mendadak dengan paraplegia

2.7 Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan amanesis, pemeriksaan klinis umum,
pemeriksaan neurologik dan pemeriksaan penunjang. Adanya riwayat mengangkat
beban yang berat dan berulang, timbulnya low back pain. Gambaran klinisnya
berdasarkan lokasi terjadinya herniasi. Diagnosa pada hernia intervertebral ,
kebocoran lumbal dapat ditemukan secepat mungkin. Pada kasus yang lain, pasien

menunjukkan perkembangan cepat dengan penanganan konservatif dan ketika


tanda-tanda menghilang. Myelografi merupakan penilaian yang baik dalam
menentukan suatu lokalisasi yang akurat.6,7,8,9,10
2.7.1
Anamnesis6,7,8,9,10
Pada anamesis perlu ditanyakan kapan dan bagaimana mulai timbulnya,
lokasi nyeri, sifat nyeri, kualitas nyeri, apakah nyeri yang diderita diawali
kegiatan fisik, didapatkan nyeri diskogenik yang akan bertambah berat apabila
duduk, membungkuk, batuk, bersin atau kegiatan yang dapat meningkatkan
tekanan dari intradiscal. Adakah riwayat trauma sebelumnya dan apakah ada
keluarga penderita penyakit yang sama. Perlu juga ditanyakan keluhan yang
mengarah pada lesi saraf seperti adanya nyeri radikuler, riwayat gangguan miksi,
lemah tungkai dan adanya saddle anestes
2.7.2

Pemeriksaan Fisik6,7,8,9,10
Inspeksi :
- Gerakan-gerakan yang perlu diperhatikan pada penderita
- Keterbatasan gerak pada salah satu sisi atau arah.
- Fleksi ke depan (forward flexion) secara khas akan menyebabkan nyeri pada
tungkai bila ada HNP, karena adanya ketegangan pada saraf yang
terinflamasi diatas suatu diskus protusio sehingga meninggikan tekanan
pada saraf spinal tersebut dengan jalan meningkatkan tekanan pada fragmen
-

yang tertekan di sebelahnya (jackhammer effect).


Lokasi dari HNP biasanya dapat ditentukan bila pasien disuruh
membungkuk ke depan ke lateral kanan dan kiri. Fleksi ke depan, ke suatu
sisi atau ke lateral yang meyebabkan nyeri pada tungkai yang ipsilateral

menandakan adanya HNP pada sisi yang sama.


Palpasi :
Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bisa menunjukkan adanya
kemungkinan suatu keadaan psikologis di bawahnya (psychological overlay).
Kadang-kadang bisa ditentukan letak segmen yang menyebabkan nyeri
dengan

menekan

pada

ruangan

intervertebralis

atau

dengan

jalan

menggerakkan ke kanan ke kiri prosesus spinosus sambil melihat respons


pasien. Penekanan dengan jari jempol pada prosesus spinalis dilakukan untuk
mencari adanya fraktur pada vertebra. Pemeriksaan fisik yang lain
memfokuskan pada kelainan neurologis.

Refleks patella terutama menunjukkan adanya gangguan dari radiks L4


dan kurang dari L2 dan L3. Refleks tumit predominan dari S1.
Harus dicari pula refleks patologis seperti babinski, terutama bila ada
hiperefleksia yang menunjukkan adanya suatu gangguan upper motor neuron
(UMN). Dari pemeriksaan refleks ini dapat membedakan akan kelainan yang

berupa UMN atau LMN.


Pemeriksaan motoris
Harus dilakukan dengan seksama dan harus dibandingkan kedua sisi
untuk menemukan abnormalitas motoris yang seringan mungkin dengan

memperhatikan miotom yang mempersarafinya.


Pemeriksaan sensorik
Pemeriksaan sensorik akan sangat subjektif karena membutuhkan
perhatian dari penderita dan tak jarang keliru, tapi tetap penting arti
diagnostiknya dalam membantu menentukan lokalisasi lesi HNP sesuai
dermatom yang terkena. Gangguan sensorik lebih bermakna dalam
menunjukkan informasi lokalisasi dibanding motoris.

Beberapa tes yang sering dilakukan pada HNP:


1. Tes untuk meregangkan saraf ischiadikus (tes laseque)
2. Tes untuk menaikkan tekanan intratekal (tes Nafzigger, tes Valsava)
3. Tes Patrick dan Tes Contra Patrick
4. Tes Distraksi dan Tes Kompresi

Gambar 2.7 Pemeriksaan Patrik dan Laseque

2.7.3

Pemeriksaan Penunjang6,7,8,9,10
Laboratorium:
Pada pemeriksaan laboratorium rutin penting untuk melihat adanya

tanda infeksi. Selain itu diperlukan skrining rheumatologi, tes neuroendokrin.


Pemeriksaan Radiologis :
- Foto rontgen biasa (plain photos) sering terlihat normal atau kadang-kadang
dijumpai penyempitan ruangan intervertebral, spondilolistesis, perubahan
degeneratif, dan tumor spinal. Penyempitan ruangan intervertebral kadangkadang terlihat bersamaan dengan suatu posisi yang tegang dan melurus dan
-

suatu skoliosis akibat spasme otot paravertebral.


CT scan adalah sarana diagnostik yang efektif

neurologis telah jelas dan kemungkinan karena kelainan tulang.


MRI (akurasi 73-80%) biasanya sangat sensitif pada HNP dan akan

bila vertebra dan level

menunjukkan berbagai prolaps. Namun para ahli bedah saraf dan ahli bedah
ortopedi tetap memerlukan suatu EMG untuk menentukan diskus mana yang
paling terkena.
MRI sangat berguna bila:
o vertebra dan level neurologis belum jelas
o kecurigaan kelainan patologis pada medula spinal atau jaringan

lunak
o untuk menentukan kemungkinan herniasi diskus post operasi
o kecurigaan karena infeksi atau neoplasma
EMG (Elektromiografi) digunakan untuk membedakan kompresi radiks dari
neuropati perifer.

2.8

Tatalaksana6,8,10
2.8.1 Terapi Konservatif
Tujuan terapi konservatif adalah mengurangi iritasi saraf, memperbaiki

kondisi fisik pasien dan melindungi dan meningkatkan fungsi tulang punggung
secara keseluruhan. Perawatan utama untuk diskus hernia adalah diawali dengan
istirahat dengan obat-obatan untuk nyeri dan anti inflamasi, diikuti dengan terapi
fisik. Dengan cara ini, lebih dari 95 % penderita akan sembuh dan kembali pada
aktivitas normalnya. Beberapa persen dari penderita butuh untuk terus mendapat
perawatan lebih lanjut yang meliputi injeksi steroid atau pembedahan.
Terapi konservatif meliputi:
a. Tirah baring

Tujuan tirah baring untuk mengurangi nyeri mekanik dan tekanan


intradiskal, lama yang dianjurkan adalah 2-4 hari. Tirah baring terlalu lama
akan menyebabkan otot melemah. Pasien dilatih secara bertahap untuk
kembali ke aktifitas biasa.
Posisi tirah baring yang dianjurkan adalah dengan menyandarkan
punggung, lutut dan punggung bawah pada posisi sedikit fleksi. Fleksi ringan
dari vertebra lumbosakral akan memisahkan permukaan sendi dan
memisahkan aproksimasi jaringan yang meradang.
b. Medikamentosa
Analgetik dan NSAID
Pelemas otot: digunakan untuk mengatasi spasme otot
Opioid: tidak terbukti lebih efektif dari analgetik biasa. Pemakaian jangka

panjang dapat menyebabkan ketergantungan


Kortikosteroid oral: pemakaian masih menjadi kontroversi namun dapat

dipertimbangkan pada kasus HNP berat untuk mengurangi inflamasi.


Analgetik ajuvan: dipakai pada HNP kronis
c. Terapi fisik
Traksi pelvis
Menurut panel penelitian di Amerika dan Inggris traksi pelvis tidak
terbukti bermanfaat. Penelitian yang membandingkan tirah baring, korset
dan traksi dengan tirah baring dan korset saja tidak menunjukkan

perbedaan dalam kecepatan penyembuhan.


Diatermi/kompres panas/dingin
Tujuannya adalah mengatasi nyeri dengan mengatasi inflamasi dan spasme
otot. keadaan akut biasanya dapat digunakan kompres dingin, termasuk
bila terdapat edema. Untuk nyeri kronik dapat digunakan kompres panas

maupun dingin.
Korset lumbal
Korset lumbal tidak bermanfaat pada HNP akut namun dapat digunakan
untuk mencegah timbulnya eksaserbasi akut atau nyeri HNP kronis.
Sebagai penyangga korset dapat mengurangi beban diskus serta dapat

mengurangi spasme.
Latihan
Direkomendasikan melakukan latihan dengan stres minimal punggung
seperti jalan kaki, naik sepeda atau berenang. Latihan lain berupa
kelenturan

dan

penguatan.

Latihan

bertujuan

untuk

memelihara

fleksibilitas fisiologik, kekuatan otot, mobilitas sendi dan jaringan lunak.


Dengan latihan dapat terjadi pemanjangan otot, ligamen dan tendon

sehingga aliran darah semakin meningkat.


Proper body mechanics
Pasien perlu mendapat pengetahuan mengenai sikap tubuh yang baik
untuk mencegah terjadinya cedera maupun nyeri. Beberapa prinsip dalam
menjaga posisi punggung adalah sebagai berikut:
- Dalam posisi duduk dan berdiri, otot perut ditegangkan, punggung
-

tegak dan lurus. Hal ini akan menjaga kelurusan tulang punggung.
Ketika akan turun dari tempat tidur posisi punggung didekatkan ke
pinggir tempat tidur. Gunakan tangan dan lengan untuk mengangkat
panggul dan berubah ke posisi duduk. Pada saat akan berdiri tumpukan

tangan pada paha untuk membantu posisi berdiri.


Posisi tidur gunakan tangan untuk membantu mengangkat dan

menggeser posisi panggul.


Saat duduk, lengan membantu menyangga badan. Saat akan berdiri

badan diangkat dengan bantuan tangan sebagai tumpuan.


Saat mengangkat sesuatu dari lantai, posisi lutut ditekuk seperti hendak
jongkok, punggung tetap dalam keadaan lurus dengan mengencangkan
otot perut. Dengan punggung lurus, beban diangkat dengan cara
meluruskan kaki. Beban yang diangkat dengan tangan diletakkan

sedekat mungkin dengan dada.


Jika hendak berubah posisi, jangan memutar badan. Kepala, punggung

dan kaki harus berubah posisi secara bersamaan.


Hindari gerakan yang memutar vertebra. Bila perlu, ganti wc jongkok
dengan wc duduk sehingga memudahkan gerakan dan tidak
membebani punggung saat bangkit.

2.8.2 Terapi Operatif


Terapi bedah berguna untuk menghilangkan penekanan dan iritasi saraf
sehingga nyeri dan gangguan fungsi akan hilang. Tindakan operatif HNP harus
berdasarkan alasan yang kuat yaitu berupa:
- Defisit neurologik memburuk.
- Gangguan otonom (miksi, defekasi, seksual).
- Paresis otot tungkai bawah.

a. Laminectomy
Laminectomy, yaitu tindakan operatif membuang lamina vertebralis, dapat
dilakukan sebagai dekompresi terhadap radix spinalis yang tertekan atau terjepit
oleh protrusi nukleus pulposus.

Gambar 2.8 Laminectomy


b. Discectomy
Pada discectomy, sebagian dari discus intervertebralis diangkat untuk
mengurangi tekanan terhadap nervus. Discectomy dilakukan untuk memindahkan
bagian yang menonjol dengan general anesthesia. Hanya sekitar 2 3 hari tinggal
di rumah sakit. Akan diajurkan untuk berjalan pada hari pertama setelah operasi
untuk mengurangi resiko pengumpulan darah. Untuk sembuh total memakan
waktu beberapa minggu. Jika lebih dari satu diskus yang harus ditangani jika ada
masalah lain selain herniasi diskus. Operasi yang lebih ekstensif mungkin
diperlukan dan mungkin memerlukan waktu yang lebih lama untuk sembuh
(recovery).
c. Mikrodiskectomy
Pilihan operasi lainnya meliputi mikrodiskectomy, prosedur memindahkan
fragmen of nucleated disk melalui irisan yang sangat kecil dengan menggunakan
ray dan chemonucleosis. Chemonucleosis meliputi injeksi enzim (yang disebut
chymopapain) ke dalam herniasi diskus untuk melarutkan substansi gelatin yang
menonjol. Prosedur ini merupakan salah satu alternatif disectomy pada kasuskasus tertentu.

Gambar 3.9 Mikrodiskectomy


2.9 Prognosis
Terapi konservatif yang dilakukan dengan traksi merupakan suatu
perawatan yang praktis dengan kesembuhan maksimal. Kelemahan fungsi motorik
dapat menyebabkan atrofi otot dan dapat juga terjadi pergantian kulit.
BAB III
KESIMPULAN
Hernia Nukleus pulposus (HNP) atau potrusi Diskus Intervertebralis (PDI)
adalah suatu keadaan dimana terjadi penonjolan pada diskus intervertebralis ke
dalam kanalis vertebralis (protrusi diskus) atau ruptur pada diskus vebrata yang
diakibatakan oleh menonjolnya nukleus pulposus yang menekan anulus fibrosus
yang menyebabkan kompresi pada syaraf, terutama banyak terjadi di daerah
lumbal dan servikal sehingga menimbulkan adanya gangguan neurologi (nyeri
punggung) yang didahului oleh perubahan degeneratif pada proses penuaan.
HNP dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu hernia lumbosacralis,
hernia thoracalis, dan hernia cervicalis. Masing-masing hernia tersebut memiliki
gejala yang berbeda-beda, tergantung dari radix syaraf yang lesi. Namun, gejala
yang paling sering adalah ischialgia, nyeri biasanya bersifat tajam, seperti
terbakar, berdenyut, dan menjalar sampai bawah lutut.
Untuk penegakan diagnosis dapat dilakukan

dengan

anamnesis,

pemeriksaan klinis umum, pemeriksaan neurologik, dan pemeriksaan penunjang.


Adapun beberapa pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan adalah
pemeriksaan radiologi, MRI, CT Scan, mielogram, elektromiografi.

DAFTAR PUSTAKA
1. Pinzon R. Profil Klinis Pasien Nyeri Punggung Bawah Akibat Hernia Nukleus
Pulposus. CDK-198. 2012; Vol 39 No.10
2. Kim SG, Yang JC, Kim TW, Park KH. Spontaneus Regression of Extruded
Lumbar Disc Herniation: Three case report. Korean J Spine. 2013; 10(2): 7881
3. Mardjono Mahar dan Sidharta Priguna. neurologi Klinis Dasar. Dian Rakyat:
Jakarta. 2004
4. Snell R. Tulang Belakang. Dalam: Anatomi Klinik, editor. Edisi keenam.
Jakarta: EGC; 2006.
5. Sjamsuhidajat R, Jong WD. Sistem Muskoloskletal. Dalam: Buku Ajar Ilmu
Bedah, editor. Edisi kedua. Jakarta: EGC. 2005. Hal: 923-924
6. Foster MR. Herniated Nucleus Pulposus. In: Medscape Referance. februari
2015.
Downloaded
from:
URL:
http://emedicine.medscape.com/article/1263961-overview#showall
7. Freedman, Kevin B. Herniated Nucleus Pulposus (Slipped Disk). VeriMed
Healthcare
Network.
Downloaded
from:
URL:
http://healthguide.howstuffworks.com/herniated-nucleus-pulposus-slippeddisk-dictionary.htm
8. Ramachandran TS. Disk Herniation Imaging. In: Medscape Referance. Feruari
2015.
Downloaded
from:
URL:
http://emedicine.medscape.com/article/1458909-overview#showall
9. Martin, Michael D. Pathophysiology of Lumbar Disc Degeneration: a review
of
the
literature.
Donloaded
from:
URL
:
http://scottsevinsky.com/pt/reference/spine/lumbar/lumbar_disc_degeneration.
pdf
10. Benjamin, MA. Herniated Disk. UCSF Department of Orthopaedic Surgery.
URL : http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000442.htm

Anda mungkin juga menyukai