Anda di halaman 1dari 31

1

PROBABILITAS

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Probabilitas adalah kemungkinan peristiwa yang diharapkan, artinya antara yang
diharapkan itu dengan peristiwa yang mungkin terjadi terhadap suatu objek. Sebagai
contoh kita dapat melemparkan mata uang, maka kemungkinan yang akan terjadi : uang
dengan permukaan huruf (H) atau dengan permukaaan gambar uang (G). bila mata uang
dilempar beberapa kali diharapkan hasil lemparan tersebut nya H dan G. Aplikasi
dari probailitas ini dapat dihubungkan dengan pembastaran atau sifat tanda beda. Bila
XY menghasilkan sel kelamin, nya akan membentuk gamet yang mengandung X dan
Y saja. (Ruyani, A. 2011).
Teori probabilitas mempelajari rata-rata gejala masa yang terjadi secara
berurutan atau bersama-sama, seperti pancaran elektron, hubungan telepon, deteksi
radar, kegagalan sistem, permainan untung-untungan, mekanika statistik, laju kelahiran,
kematian dan teori antrian (Papoulis, 1992). Teorema probabilitas yaitu probabilitas dari
kejadian-kejadian bebas yang terjadi secara simultan merupakan produk dari probabilitas
terpisahnya. Hukum probabilitas ini digunakan untuk menentukan dengan mudah
proporsi dari suatu genotip tertentu diantara keturunan dari persilangan tersebut. Hukum
probabilitas ini dapat digunakan karena setin individu mempunyai sepasang alel yang
menentukan tiap sifat dan berdasarkan hukum segregasi terdapat peluang (probabilitas)
yang sama bagi kedua alel itu yang akan diteruskan kepada suatu gamet (Pai, 1987).
Istilah seperti kemungkinan, kebolehjadian atau peluang digunakan apabila kita
menghadapi suatu peristiwa yang tidak dapat dipastikan kebenarannya. Contohnya lulus
atau tidaknya seorang mahasiswa dalam menghadapi ujian. Contoh lainnya adalah jika
seseorang melempar mata uang ke atas, maka kemungkian yang akan terjadi adalah
apakah uang itu akan jatuh terlentang atau tertelungkup di lantai (Suryo, 2008).
Dasar-dasar teori kemungkinan terdiri dari kemungkinan atas terjadinya sesuatu
yang diinginkan ialah sama dengan perbandingan antara sesuatu yang diinginkan itu

terhadap keseluruhannya dan kemungkinan terjadinya dua peristiwa atau lebih, yang
masing-masing berdiri sendiri ialah sama dengan hasil perkalian dari besarnya
kemungkinan untuk peristiwa-peristiwa itu. Dan yang terakhir yaitu kemungkinan
terjadinya dua peristiwa atau lebih, yang saling mempengaruhi ialah sama dengan
jumlah dari besarnya kemungkinan untuk peristiwa-peristiwa itu (Suryo, 1998).
Untuk mencari kemungkinan biasanya dapat ditempuh jalan yang lebih mudah,
yaitu dengan menggunakan rumus binomium (a+b) n. Disini a dan b merupakan kejadian
atau peristiwa yang terpisah, sedangkan n menyatakan banyaknya percobaan. Seringkali
percobaan perkawinan yang kita lakukan menghasilkan keturunan yang tidak sesuai
benar dengan hukum Mendel (Suryo, 1998).
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum probabilitas ini adalah untuk memberikan keterampilan dalam
menggunakan teori probabilitas dan statistik sebagai alat untuk menganalisis data yang
dikumpulkan dari suatu percobaan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Probabilitas adalah

perbandingan antara peristiwa yang diharapkan dengan segala

peristiwa yang mungkin terjadi terhadap suatu objek atau bagian dimana pembilangnya
adalah jumlah kejadian yang diharapkan dan penyebutnya adalah jumlah kejadian yang
mungkin terjadi (Dwijoseputro, 1977). Beberapa dasar mengenai teori kemungkinan
yaitu besarnya kemungkinan atas terjadinya suatu yang diinginkan ialah sama dengan
perbandingan antara sesuatu yang diinginkan itu terhadap keseluruhannya dan besarnya
kemungkinan atas terjadinya dua peristiwa atau lebih yang masing-masing berdiri
sendiri adalah sama dengan hasil perkalian dari besarnya kemungkinan untuk masingmasing peristiwa itu (Suryo, 1998).
Probabilitas dapat ditentukan dengan cara observasi atau kejadian alami.
Contohnya, kita mengobservasi tentang 1 dari 10.000 anak terlahir dengan penyakit
phenylthetonoria. Kemungkinan bahwa anak yang lahir berikutnya mengidap penyakit
phenylthetonoria adalah sekitar 1/10.000. Contoh lainnya, seperti pelemparan dari
sebuah dadu. Sebuah dadu memiliki 6 sisi, ketika sebuah dadu dilempar tidak ada alasan
1 wajah akan muncul lebih banyak dari wajah yang lain. Namun, kemungkinan 1 dari
semua wajah dadu akan muncul adalah 1/16 (Burns, 1980).
Dari rumus probabilitas, dapat diketahui bahwa suatu kejadian yang pasti akan
terjadi memiliki probabilitas 1 dan suatu kejadian yang tidak mungkin terjadi memiliki
nilai probabilitas 0. Jika suatu kejadian punya probabilitas sebesar P, maka semua
alternatif lain jika digabungkan memiliki nilai probabilitas d = 1-p, berarti p + d = 1. Hal
ini berarti, kemungkinan fenotip dominan mutlak pada generasi F2 dari persilangan
dihibrid adalah 9/16. Jadi kemungkinan untuk fenotip lain adalah 7/16 yang mana jika
ditambahkan dengan 9/16 sama dengan 16/16 atau 1 (Strickberger, 1985).
Hukum probabilitas diaplikasikan untuk mekanisme genetika sebagaimana untuk
proses lain pada ketidakpastian hidup. Pada hasil F2 persilangan Mendel antara kacang
polong tinggi dengan yang kerdil, hasilnya adalah kerdil, adalah homozigot tinggi

dan setengahnya adalah tinggi heterozigot. Kesamaan hasil mungkin didapatkan dari
satu eksperimen sederhana pada pelemparan koin. Satu koin yang dilemparkan secara
bebas bias saja jatuh pada sisi gambar atau angka. Jika satu koin dilemparkan 100 kali,
maka akan ada kemungkinan menampilkan 50 kali gambar dan 50 kali angka. Bila dua
koin dilemparkan secara bersamaan, masing-masing akan berpeluang jatuh sebagai
gambar atau angka. Dari 100 kali pelemparan, akan memungkinkan menghasilkan 25
gambar, 50 gambar angka dan 25 angka. Rasionya adalah 1 : 2 : 1 atau 1 : 1 : 1 : 1
tergantung klasifikasi dari kombinasi yang dilakukan (Gardner, 1984).
Prinsip dasar dari probabilitas dapat ditentukan jika suatu kejadian memiliki
peluang terjadi (c) dan kejadian kedua memiliki peluang terjadi (d), maka berarti ada
peluang terjadi (cd) dari kedua kejadian tersebut. Dari prinsip ini ada 3 cara sebagai ahli
genetika yaitu : pertama hukum penjumlahan (Sum Rule) yaitu ketika suatu kejadian
yang diikuti oleh kejadian lain. Kemungkinan untuk terjadi satu kejadian dari masingmasing peluang kejadian. Hal ini dikenal juga dengan atau. Contohnya berapa
probabilitas pelemparan sebuah dadu muncul angka 4 atau 6. Berdasarkan sum rule, P =
1/6 + 1/6 = 2/6 = 1/3 (Tamarin, 1999).
Kedua product rule yaitu ketika suatu kejadian terjadi bebas dari kejadiankejadian yang lain. Probabilitas suatu kejadian bebas adalah hasil dari probabilitas maka
yang terpisah yang dikenal juga dengan dan. Contohnya probabilitas pelemparan satu
dadu dua kali, muncul angka empat dan angka enam, maka P = 1/6 x 1/6 = 1/36. Ketiga
binomial teorema digunakan untuk kejadian yang tidak berurutan. Probabilitas
terjadinya suatu kejadian dari beberapa susunan yang urutan akhirnya tidak spesifik
dapat ditentukan dengan cara teorema binomial. Contohnya berapa kemungkinan yang
terjadi jika pelemparan dua koin secara bersamaan memunculkan satu kepala dan satu
ekor (Tamarin, 1999).
Rumus X2 atau chi square perlu untuk mengetest apakah rasio fenotip praktis
dapat dipertanggungjawabkan dan sesuai dengan rasio fenotip teoritis. Rumus ini
didapatkan oleh K.Pearson. Rasio fenotip hasil percobaan tak selalu persis sama dengan

rasio fenotip teoritis atau yang diharapkan. Misalnya secara teoritis Punnet Square
didapat F2 yang terjadi dari F1xF1 Tt dengan rasio 3 tinggi : 1 rendah. Tapi dari
kenyataan tak selalu begitu. Mendel telah melakukan banyak pecobaaan, yang kadang
rasio itu umpamanya hanya 2,8 : 1. Sampai dimana batasnyabahwa suatu hasil
percobaan memenuhi rasio fenotip teoritis, dipakailah rumus X 2 atau chi square (Yatim,
1996).
Pada daftar tabel X2 kalau nulai X2 yang didapat dari perhitungan nanti terletak
dibawah kolom nilai kemungkinan 0,05 itu berarti data yang diperoleh dari percobaan
itu buruk. Nilai X2 itu disebut signifikan, artinya berarti. Maksudnya penyimpangan
sangat berarti dan ada faktor lain diluar faktor kemungkinan berperan disitu. Kalau nilai
X2 yang didapat dibawah kolom nilai kemungkinan 0,01 itu berari data yang diperoleh
dari percobaan buruk sekali. Nilai X2 itu disebut highly significant, artinya sangat
berarti. Maksudnya penyimpangan sangat berarti sekali dan faktor diluar kemungkinan
besar peranannya (Yatim, 1996). Dari rumus X2 = (d2/e) dapat dilihat bahwa makin
besar nilai d, maka makin besar X2 . Berarti makin besar penyimpangan dari nilai
teoritis, maka makin butuk data itu atau makin besarperanan diluar faktor kemungkinan
(Yatim, 1996).
Dua poin penting pada analisa chi-square adalah pertama hasil dari segregasi,
seperti pelemparan koin subjeknya acak fluktuasi dari prediksi kejadian sebagi hasil dari
kesempatan atau peluang yang menyimpang dan kedua sebagai ukuran. Contoh
penambahan, rata-rata penyimpangan dari harapan satu dasar proporsional. Sehingga
satu ukuran contoh besar atau luas mengurangi dampak penyimpangan hasil dari hasil
akhir (Tamarin, 1999).

III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Probabilitas ini dilaksanakan pada hari Senin, 25 Agustus 2014 di
Laboratorium Teaching 4 Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Universitas Andalas, Padang.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah 5 buah koin yang
ukurannya sama, 2 dadu, kalkulator dan alat tulis.
3.3 Cara Kerja
3.3.1 Distribusi Binomial
3.3.1.1 Pelemparan satu koin sebanyak 200 kali
Dilemparkan satu koin sebanyak 200 kali, kemudian dicatat permukaan yang muncul
angka atau (A atau G). Digunakan analisis chi-square untuk membandingkan nilai yang
diharapkan dengan yang didapat. Kemudian buat hipotesa diterima atau ditolak.
3.3.1.2 Pelemparan dua koin sebanyak 200 kali
Dilemparkan dua koin sebanyak 200 kali. Kemudian dicatat permukaan yang muncul,
ada tiga kemungkinan yaitu AA, AG, atau GG. Dihitung frekuensi yang diharapkan
muncul dari masing-masing pemunculan. Dilakukan analisis chi-square untuk menguji
hipotesa.
3.3.1.3 Pelemparan dua koin sebanyak 200 kali
Dilemparkan dua koin sebanyak 200 kali. Kemudian dicatat permukaan yang muncul,
ada dua kemungkinan yaitu A (AA, AG, GA) dan G (GG). Dihitung frekuensi yang
diharapkan muncul dari masing-masing pemunculan. Dilakukan analisis chi-square
untuk menguji hipotesa.

3.3.1.4 Pelemparan lima koin sebanyak 320 kali


Dilemparkan lima koin sebanyak 320 kali secara bersamaan. Dicatat permukaan yang
muncul, ada 6 kemungkinan yaitu 5A,0G ; 4A, 1G ; 3A, 2G ; 2A, 3G ;1A, 4G dan 0A,
5G. Dihitung frekuensi yang diharapkan muncul dari masing-masing pemunculan.
Dilakukan analisis chi-square untuk menguji hipotesa.
3.3.2 Distribusi Multinomial
3.3.2.1 Pelemparan dua dadu sebanyak 360 kali
Dilemparkan dua dadu sebanyak 360 kali. Kemudian dicatat permukaan yang muncul,
ada 21 kemungkinan. Dihitung frekuensi yang diharapkan muncul dari masing-masing
pemunculan. Dilakukan analisis chi-square untuk menguji hipotesa.
3.3.2.2 Pelemparan satu dadu dan satu koin sebanyak 240 kali
Dilemparkan satu koin dan satu dadu secara bersamaan sebanyak 240 kali. Kemudian
dicatat permukaan yang muncul, ada 12 kemungkinan. Dihitung frekuensi yang
diharapkan muncul dari masing-masing pemunculan. Dilakukan analisis chi-square
untuk menguji hipotesa.
3.3.3.3 Pelemparan dua dadu sebanyak 180 kali
Dilemparkan dua dadu sebanyak 180 kali, tandai dadu I dan dadu II. Dicatat permukaan
yang muncul, kemudian dadu I : 1 atau 3=1 ; 2,4,5,6=2 dan dadu II : 3 atau 6=3 ;
1,2,4,5=4. Dihitung frekuensi yang diharapkan muncul dari masing-masing pemunculan.
Dilakukan analisis chi-square untuk menguji hipotesa.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari praktikum yang telah dilaksanakan, maka didapatkan hasil sebagai berikut :
4.1 Distribusi Binomial
4.1.1 Pelemparan Satu Koin Sebanyak 200 kali
H0 =1 : 1
Tabel 1. Analisa chi-square pelemparan satu koin sebanyak 200 kali

Fenotip

O-E

(O-E)2/E

105

100

0,25

95

100

-5

0,25

Total

200

200

0,5

Dari tabel diatas dapat dilihat kemunculan angka lebih besar yaitu 105 bila
dibandingakan dengan gambar yaitu sebanyak 95 gambar. X 2 hitung pada tabel lebih
kecil bila dibandingkan dengan X2 tabel dengan derajat bebas 1. Menurut Stricberger
(1985), jika X2 hitung yang didapatkan dari data lebih kecil dari X2 tabel maka data yang
diperoleh akurat dan apabila X2 tabel lebih besar maka data yang didapatkan tidak
akurat.
Skala probabilitas berkisar 0-1, suatu kejadian yang sudah pasti akan terjadi nilai
peluangnya adalah 1. Sedangkan nilai peluang akan bernilai 0 jika kejadian tersebut

10

pasti tidak terjadi. Jika objek yang dimaksudkan adalah mata uang yang sifat
kejadiannya adalah lentingan. Peristiwa disini adalah munculnya gambar atau angka,
maka peluangnya untuk muncul angka dan gambar masing-masing bernilai setengah
(Rosen, 2003).

4.1.2 Pelemparan Dua Koin Sebanyak 200 kali


H0 = 1 : 2 : 1
Tabel 2. Analisa chi-square pelemparan dua koin sebanyak 200 kali

Fenotip

O-E

(O-E)2/E

AA

56

50

0,72

AG/GA

103

100

0,09

GG

41

50

-9

0,81

Total

200

200

1,62

11

Dari percobaan yang telah dilakukan, didapati ada tiga macam karakter fenotip yaitu
AA, AG/GA dan GG. Baik AA maupun GG memiliki nilai peluang sebesar sedangkan
karena karakter AG dan GA sama-sama memiliki fenotip yang sama maka nilai
peluangnya adalah . Hipotesis yang diuji (H 0) adalah rasio perbandingan antara AA :
AG/GA : GG adalah 1:2:1. Dari tabel hasil hasil pelemparan 2 koin didapati muncul
kombinasi karakter AA sebanyak 56 kali, AG/GA sebanyak 103 kali dan GG sebanyak
41 kali. Dengan menggunakan rumus Chi-square didapati nilai X2 hitung sebesar 1,62.
Dari hasil ini diketahui bahwa X2 hitung < X2 tabel, maka H0 yang diberikan dapat
diterima dan data yang diperoleh akurat.
Hal ini sesuai dengan pendapat Strickberger (1985), bahwa jika X2 tabel lebih
besar dari X2 hitung maka hipotesa kita diterima dan jika sebaliknya hipotesa kita
ditolak. Menurut Suryo (2008), karena nilai kemungkinan disini jauh lebih besar dari
pada 0,05 maka tidak ada faktor lain yang mempengaruhi hal tersebut kecuali faktor
kemungkinan. Adanya deviasi itu dianggap tidak berarti, maka hasil percobaan tersebut
dianggap baik.

4.1.3 Pelemparan Dua Buah Koin Sebanyak 200 kali


H0 = 3 : 1

12

Tabel 3. Analisa chi-square pelemparan dua koin sebanyak 200 kali

Fenotip

O-E

(O-E)2/E

148

150

-2

0,0267

52

50

0,0267

Total

200

200

0,0534

Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa kemunculan A, AG/GA (A)
lebih besar yaitu 148 bila dibandingkan dengan GG (G) yaitu sebanyak 52 kali. Setelah
dilakukan perhitungan maka diperoleh X2 hitung =0,0534 dan X2 tabel = 3, 841. Hal ini
berarti X2 hitung < X2 tabel. Maka H0 yang diberikan diterima dan data yang diperoleh
akurat. Menurut Crowder (1997), menyatakan bahwa hasi dari pelemparan koin pada
percobaan tertentu tidak dipengaruhi oleh percobaan lainnya. Baik oleh pelemparan
sebelumnya maupun sesudahnya. Fenomena percobaan berurutan ini tergolong aplikasi
aturan penjumlahan. Sehingga perlakuan yang dicobakan ini independen yaitu
merupakan kemungkinan masing-masing peristiwa tersebut.
Nilai X2 hitung yang lebih kecil yang menjadi penentu. Maka faktor lain diluar
faktor kemungkinan kurang mengambil peranan. Deviasi yang terjadi itu kurang berarti
dan kebetulan saja. Berhubungan dengan itu, hasil dianggap baik (Suryo, 2008).

13

4.1.4 Pelemparan Lima Koin Sebanyak 320 kali


H0 = 1 : 5 : 10 : 10 : 5 : 1
Tabel 4. Analisa chi-square pelemparan lima koin sebanyak 320 kali

Fenotip

O-E

(O-E)2/E

5A

17

10

4,9

4A 1G

69

50

19

7,22

3A 2G

81

100

-19

3,61

2A 3G

89

100

-11

1,21

1A 4G

55

50

0,5

5G

10

-1

0,1

14

Total

320

320

17,54

Dari percobaan yang telah dilakukan, didapatkan ada 6 jenis fenotip yang tertera pada
tabel. Dengan menggunakan segitiga pascal didapati hipotesa awal (Ho) dengan nilai
rasio 1:5:10:10:5:1. Setelah dilakukan observasi, sebagian besar banyak karakter fenotip
yang muncul nilainya tidak mendekati nilai expected, namun pada fenotipe 5G muncul 9
kali dari 10 kali yang diharapkan. Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan
rumus chi square didapati nilai X 2 hitung sebesar 17,54 dan X2 tabel sebesar 11,070.
Dari hasil ini diketahui bahwa X 2 Hitung > X2 tabel, maka hipotesis awal (Ho) yang
diberikan ditolak dan data yang diperoleh tidak akurat.
Sesuai dengan pernyataan Yatim (1996), kalau nilai X2 yang didapat dari
perhitungan nanti terletak dibawah kolom nilai kemungkinan 0,05 itu berarti data yang
diperoleh dari percobaan itu buruk. Nilai eks-kuadrat itudusebut significant, artinya
berarti. Maksudnya penyimpangan sangat berarti ada faktor lain di luar faktor
kemungkinan berperan disitu. Hipotesa yang diterima menunjukkan bahwa percobaan
sesuai dengan teori dan bagi hipotesa yang ditolak menunjukkan bahwa percobaan tidak
sesuai dengan teoritis. Dalam analisa statistik ini sehingga hipotesa awal harus
berpedoman pada kombinasi rasio fenotip yang telah ada sehingga penolakan atau
penerimaan terhadap hipotesis tersebut dapat ditentukan dengan jelas dan ringkas
(Burns, 1980).
4.2 Distribusi Multinomial
4.2.1 Pelemparan Dua Dadu Sebanyak 360 kali
Ho= 1 : 2 : 2 : 2 : 2 : 2 : 1 : 2 : 2 : 2 : 2 : 1 : 2 : 2 : 2 : 1 : 2 : 2 : 1 : 2 : 1
Tabel 5. Analisa chi-square pelemparan dua dadu sebanyak 360 kali

15

Fenotip

O-E

(O-E)2/E

1.1

15

10

-5

2,5

1.2

11

20

-9

4,05

1.3

18

20

-2

0,2

1.4

16

20

-4

0,8

1.5

13

20

-7

2,45

1.6

15

20

-5

1,25

2.2

12

10

0,4

2.3

17

20

-3

0,45

2.4

17

20

-3

0,45

2.5

24

20

0,8

2.6

21

20

0,05

3.3

10

-4

1,6

3.4

26

20

1,8

16

3.5

25

20

1,25

3.6

17

20

-3

0,45

4.4

15

10

2,5

4.5

32

20

12

7,2

4.6

27

20

2,45

5.5

10

-2

0,4

5.6

23

20

0,45

6.6

12

10

0,45

Total

360

360

31,9

Dari percobaan yang telah dilakukan, dapat digambarkan bahwa fenotip yang
mempunyai nilai hasil pengamatan yang paling besar adalah kejadian munculnya angka
4.5 dengan nilai 32 untuk hasil pengamatan dan 20 untuk nilai yang diharapkan.
Sedangkan yang mempunyai nilai pengamatan yang paling kecil adalah kemunculan
angka 3.3 yaitu 8 dengan nilai yang diharapkan 10.
Setelah dilakukan perhitungan maka diperoleh X2 hitung = 31,9 dan X2 tabel =
31,41. Hal ini berarti X2 hitung > X2 tabel. Maka H0 yang diberikan ditolak dan data
yang diperoleh tidak akurat. Hipotesis ditolak bukan berarti data kurang akurat. Namun
hal ini dapat disebabkan karena faktor luar lain atau dikarenakan jumlah pengambilan

17

data yang sedikit. Menurut Pai (1987), bahwa probabilitas keluarnya angka dua dari
sebuah dadu yang berisi enam adalah sama dengan seperenam, artinya peluang
munculnya 1 dari 6 kemungkinan kemunculan. Semua kemungkinan hasil yang
diperoleh dari suatu kejadian harus memiliki total nilai probabilitas satu.
4.2.2 Pelemparan Satu Dadu dan Satu Koin Sebanyak 240 kali.
H0 = 1 : 1 : 1 : 1 : 1 : 1 : 1 : 1 : 1 : 1 : 1 : 1
Tabel 6. Analisis Chi-square Pelemparan 1 dadu dan 1 koin sebanyak 240 Kali

Fenotip

O-E

(O-E)2/E

A1

28

20

3,2

A2

23

20

0,45

A3

23

20

0,45

A4

16

20

-4

0,8

A5

22

20

0,2

A6

10

20

-10

G1

27

20

2,45

G2

16

20

-4

0,8

18

G3

18

20

-2

0,2

G4

20

20

G5

17

20

-3

0,45

G6

20

20

Total

240

240

14

Dari percobaan yang telah dilakukan, baik semua fenotip memiliki nilai peluang yang
sama sehingga hipotesa awal (Ho) yang digunakan adalah rasio perbandingan sebesar
1:1:1:1:1:1:1:1:1:1:1:1. Dari nilai rasio ini maka dari 240 kali pelemparan, secara teoritis
maka setiap fenotip akan muncul sebanyak 20 kali. Namun berdasarkan tabel ada
beberapa fenotip yang nilai kemunculannya tidak mendekati nilai yang diharapkan
seperti fenotip A1 yang muncul 28 kali dari 20 kali yang diharapkan dan fenotipe G6
yang muncul hanya 10 kali dari 20 kali yang diharapkan. Setelah dilakukan
penghitungan dengan rumus chi kuadrat, didapatkan nilai X2hitung adalah sebesar 14
sedangkan nilai X2 tabel adalah 19,675. Berdasarkan hasil ini didapatkan X 2 htung < X2
tabel yang berarti hipotesa awal diterima.
Menurut Crowder (1997), percobaan pelemparan satu buah dadu dan satu buah
koin merupakan kejadian yang independent, tidak saling mempengaruhi. Pelemparan
koin dan dadu sekaligus dimana kemunculan gambar atau angka pada koin tidak
mempengaruhi kemunculan angka 1 sampai 6 pada dadu. Kemungkinan terjadinya dua
atau lebih peristiwa independents secara bersama-sama adalah hasil kali kemungkinan
masing-masing peristiwa tersebut.

19

4.2.3 Pelemparan Dua Dadu Sebanyak 180 kali


H0= 1 : 2 : 2 : 4
Tabel 7. Analisis Chi-square pelemparan dua dadu sebanyak 180 kali

Fenotip

O-E

(O-E)2/E

1.3

20

20

1.4

50

40

10

2,5

2.3

36

40

-4

0,4

2.4

74

80

-6

0,45

20

Total

180

180

X2 = 3,35

Dari percobaan yang telah dilakukan, pada tabel hasil terdapat 4 jenis fenotip dengan
nilai rasio 1.3 : 1.4 : 2.3 : 2.4 adalah 1 : 2 : 2 : 4. Pada pelemparan, didapatkan fenotip
1.3 dan 1.4 sama dengan nilai muncul yang diinginkan yaitu 1.3 sebanyak 20 kali dan
1.4 sebanyak 40 kali. Sedangkan fenotip 2.3 muncul 36 kali dari 40 kali yang diharapkan
dan fenotipe 2.4 muncul sebanyak 74 kali dari 80 kali yang diharapkan. Setelah
dilakukan penghitungan maka didapatkan X2 hitung = 3,35 dan X2 tabel = 7,814. Hal ini
berarti X2 hitung < X2 tabel sehingga hipotesa yang diberikan diterima dan data yang
diperoleh akurat.
Uji yang digunakan untuk menganalisa H0 diterima atau ditolak dinamakan uji
Chi-square merupakan suatu pengukuran penyimpangan dan suatu hasil pengamatan
yang dibandingkan dengan angka-angka yang diharapkan secara hipotesa. Diterima atau
ditolaknya suatu hipotesa ditentukan oleh X2 hitung. Apabila X2 hitung nilainya lebih
kecil dari X2 tabel, maka hipotesanya diterima. Sebaliknya bila nilai X 2 hitung besar dari
X2 tabel, berarti hipotesanya ditolak (Suryo,1998).

V. KESIMPULAN DAN SARAN

21

5.1 Kesimpulan
Dari hasil yang telah didapatkan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada pelemparan 1 koin sebanyak 200 kali, dengan H0 = 1 : 1 diperoleh X2
hitung = 0,5 dan X2 tabel = 3,84. Nilai X2 hitung lebih kecil dari X2 tabel, maka
hipotesa diterima.
2. Pada pelemparan 2 koin sebanyak 200 kali, dengan H0 = 1 : 2 : 1 diperoleh X2
hitung = 1,62 dan X2 tabel = 5,991. Nilai X2 hitung lebih kecil dari X2 tabel,
maka hipotesa diterima.
3. Pada pelemparan 2 koin sebanyak 200 kali, dengan H0 = 3 : 1 diperoleh X2
hitung = 0,052 dan X2 tabel =3,841. Nilai X2 hitung lebih kecil dari X2 tabel,
maka hipotesa diterima.
4. Pada pelemparan 5 koin sebanyak 320 kali, dengan H0 = 1 : 5 : 10 : 10 : 5 : 1
diperoleh X2 hitung = 100,064 dan X2 tabel = 11,070. Nilai X2 hitung lebih besar
dari X2 tabel, maka hipotesa ditolak.
5. Pada pelemparan 2 dadu sebanyak 360 kali, dengan H0 = 1 : 2 : 2 : 2 : 2 : 2 : 1 : 2
: 2 : 2 : 2 : 1 : 2 : 2 : 2 : 1 : 2 : 2 : 1 : 2 : 1 diperoleh X 2 hitung = 35,8 dan X2
tabel = 31,4. Nilai X2 hitung lebih besar dari X2 tabel, maka hipotesa ditolak.
6. Pada pelemparan 1 dadu dan 1 koin sebanyak 240 kali, dengan H 0 = 1: 1 : 1 : 1 :
1 : 1 : 1 : 1 : 1 : 1 : 1 : 1 diperoleh X 2 hitung = 31,9 dan X2 tabel = 19,675. Nilai
X2 hitung lebih kecil dari X2 tabel, maka hipotesa diterima.
7. Pada pelemparan 2 dadu sebanyak 180 kali, dengan H0 = 1 : 2 : 2 : 4 diperoleh X2
hitung = 1,1 dan X2 tabel = 7,814. Nilai X2 hitung lebih kecil dari X2 tabel,
maka hipotesa diterima.

5.2 Saran

22

Praktikum ini membutuhkan kehati-hatian yang cukup tinggi dalam pelaksanaan dan
penghitungannya. Jadi disarankan kepada praktikan agar tidak bermain-main dalam
praktikum agar tidak terjadi kesalahan dalam menganalisis data.

DAFTAR PUSTAKA

23

Burns, G, W. 1980. The Science of Genetic an Introduction to heredity fourth


Edition. Mac Milan Company Inc. New York.
Crowder, L. V. 1997. Genetika Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Dwijoseputro, 1977. Pengantar Genetika. Bhratara. Jakarta
Gardner, J. 1984. Principles of Genetics Seventh Edition. John Wiley & Sons. Inc.
Canada.
Rosen, K.H. 2003. Discrete Mathematic and Its Applicationt, Fifth Edition. The
McGraw-Hill Companies.
Pai, A. C. 1987. Dasar-dasar Genetika. Erlangga. Jakarta
Papoulis. A. 1992. Probabilitas, Variasi Random dan Proses Statistik. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta
Ruyani, A. 2011. Genetika. Universitas Bengkulu. Bengkulu
Suryo. 1998. Genetika Strata 1. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta
Suryo. 2008. Genetika Manusia. Universitas Gadjah Mada Press. Yogyakarta
Strickberger, Manroe W. 1985. Genetics third Edition. Macmiland Publishing Company.
New York.
Tamarin, R. 1999. Principles of Genetics Sixth Edition. The Mcgraw-Hill Companies,
Inc.
Yatim, W. 1996. Genetika. Tarsito. Bandung

LAMPIRAN

24

1. Pelemparan satu koin sebanyak 200 kali


Ho = 1:1
Nilai O : A = 105
G = 95
Nilai E :
P(A) = X 200 = 100
P(G) = X 200 = 100
Maka (O E)2
E
A = (105 100)2 = 0,25
100
G = (92 100)2 = 0,25
100
X2 hitung = 0,5 sedangkan df = 2 1 = 1 maka X2 tabel = 3,84.
2.Pelemparan dua koin sebanyak 200 kali
Ho = 1: 2 :1
(A + G)2 = AA + 2AG + GG
= (1/2)(1/2) : 2(1/2)(1/2) : (1/2)(1/2)
= 1/4 :2/4:1/4
= 1 : 2 :1
Nilai O : AA

= 56

AG/GA

= 103

GG

= 41

Nilai E :
P(AA) = 1/4 X 200 = 50
P(AG) = 2/4 X 200 = 100
P(GG) = 1/4 X 200 = 50

25

Maka (O E)2
E
AA= (55 50)2 = 0,72
50
AG = (100 100)2 = 0,09
100
GG = (44 50)2 = 0,81
50
X2 hitung = 1,62, sedangkan df = 3 1 = 2 maka X2 tabel = 5,99.
3.Pelemparan dua koin sebanyak 200 kali : AA atau AG = A
GG
Ho = 3 :1
(A + G)2

= AA + 2AG + GG
= (1/2)(1/2) : 2(1/2)(1/2) : (1/2)(1/2)
= 1/4 :2/4:1/4

AA atau AG = 1/4 +2/4 :1/4


= 3/4:1/4
=3:1
Nilai O : A (AA, AG/GA)

= 148

G (GG)

= 52

Nilai E :
P(A) = 3/4 X 200 =150
P(G) = 1/4 X 200 = 50
Maka (O E)2
E
A = (148 150)2 = 0,026
150
G = (52 50)2 = 0,026

=G

26

50
X2 hitung = 0,052, sedangkan df = 2 1 = 1 maka X2 tabel = 3,84.
4.Pelemparan lima koin sebanyak 320 kali
Ho = 1: 5 :10 :10 :5 :1
(A +G)5 = A5 + 5A4G1+ 10A3G2 +10A2G3 + 5A1G4 + G5
=(1/2)5 + 5(1/2)4(1/2)+10(1/2)3(1/2)2+10(1/2)2(1/2)3+5(1/2)(1/2)4+(1/2)5
= 1/32 : 5/32 :10/32 :10/32 :5/32 :1/32
= 1 :5 :10 :10 :5 :1
Nilai O :
5A0G = 17
4A1G = 69
3A2G = 81
2A3G = 89
1A4G = 55
0A5G = 9
Nilai E :
P(5A0G) = 1/32 X 320 = 10
P(4A1G) = 5/32 X 320 = 50
P(3A2G) = 10/32 X 320 = 100
P(2A3G) = 10/32 X 320 = 100
P(1A4G) = 5/32 X 320 = 50
P(0A5G) = 1/32 X 320 = 10
Maka (O E)2
E
5A0G = (17 10)2 = 4,9
10
4A1G = (69 50)2 = 7,2
50

27

3A2G = (81 100)2 = 3,61


100
2A3G = (89 100)2 = 1,21
100
1A4G = (55 50)2 = 0,5
50
5G

= (9 10)2 = 0,1
10

X2 hitung = 22,6, sedangkan df = 6 1 = 5 maka X2 tabel = 11,070.


5.Pelemparan dua dadu sebanyak 360 kali
Ho = 1: 2 :2 :2 :2 :2 :1 :2 :2 :2 :2 :1 :2 :2 :2 :1 :2 :2 :1 :2 :1
Nilai O :
1.1 = 15

2.2 = 12

3.3 = 6

4.4 = 15

5.5 = 8

1.2 = 11

2.3 = 17

3.4 = 26

4.5 = 32

5.6 = 23

1.3 = 18

2.4 = 17

3.5 = 25

4.6 = 27

6.6 = 12

1.4 = 16

2.5 = 24

3.6 = 17

1.5 = 13

2.6 = 21

1.6 = 15
Nilai E :
P(1.1) = 1/6 X 1/6 = 1/36
= 1/36 X 360 = 10
P(2.2) = 1/36 X 360 = 10

P(1.2) atau P(2.1) = (1/6 x 1/6) + (1/6 x 1/6)


= 1/36 + 1/36
= 2/36 x 360 = 20

P(3.3) = 1/36 X 360 = 10

P(1.3) atau P(3.1) = 2/36 x 360 = 20

P(4.4) = 1/36 X 360 = 10

P(1.4) atau P(4.1) = 2/36 x 360 = 20

P(5.5) = 1/36 X 360 = 10

P(1.5) atau P(5.1) = 2/36 x 360 = 20

P(6.6) = 1/36 X 360 = 10

P(1.6) atau P(6.1) = 2/36 x 360 = 20


P(2.3) atau P(3.2) = 2/36 x 360 = 20
P(2.4) atau P(4.2) = 2/36 x 360 = 20

28

P(2.5) atau P(5.2) = 2/36 x 360 = 20


P(2.6) atau P(6.2) = 2/36 x 360 = 20
P(3.4) atau P(4.3) = 2/36 x 360 = 20
P(3.5) atau P(5.3) = 2/36 x 360 = 20
P(3.6) atau P(6.3) = 2/36 x 360 = 20
P(4.5) atau P(5.4) = 2/36 x 360 = 20
P(4.6) atau P(6.4) = 2/36 x 360 = 20
P(5.6) atau P(6.5) = 2/36 x 360 = 20
Maka (O E)2
E
1.1 = (15 10)2 = 2,5

2.2 = (12 10)2 = 0,4

10

10

1.2 = (11 20)2 = 4,05

2.3 = (17 20)2 = 0,45

20

20

1.3 = (18 20)2 = 0,2

2.4 = (17 20)2 = 0,45

20

20

1.4 = (16 20)2 = 0,8

2.5 = (24 20)2 = 0,8

20

20

1.5 = (13 20)2 = 2,45


20

2.6 = (21 20)2 = 0,05


20

1.6 = (15 20)2 = 1,25


20
3.3 = (6 10)2 = 1,6

4.4 = (15 10)2 = 2,5

10

10

3.4 = (26 20)2 = 1,8

4.5 = (32 20)2 = 7,2

20

20

3.5 = (25 20)2 = 1,25

4.6 = (27 20)2 = 2,45

29

20

20

3.6 = (17 20)2 = 0,45


20
5.5 = (8 10)2 = 0,4
10
5.6 = (23 20)2 = 0,45
20
6.6 = (12 10)2 = 0,45
10
X2 hitung = 31,9 sedangkan df = 21 1 = 20 maka X2 tabel = 31,41
6. Pelemparan satu koin satu dadu sebanyak 240 kali
Ho = 1 :1 :1 :1 :1 :1 :1 :1 :1 :1 :1 :1
Nilai O : 1A = 28

4A = 16

1G = 27

4G = 20

2A = 23

5A = 22

2G = 16

5G = 17

3A = 23

6A = 10

3G = 18

6G = 20

Nilai E :
P(1A) = 1/6 X 1/2 = 1/12

P(4A) = 1/12 X 240 = 20

= 1/12 X 240 = 20

P(4G) = 1/12 X 240 = 20

P(1G) = 1/6 X 1/2 = 1/12

P(5A) = 1/12 X 240 = 20

= 1/12 X 240 = 20

P(5G) = 1/12 X 240 = 20

P(2A) = 1/12 X 240 = 20

P(6A) = 1/12 X 240 = 20

P(2G) = 1/12 X 240 = 20

P(6G) = 1/12 X 240 = 20

P(3A) = 1/12 X 240 = 20


P(3G) = 1/12 X 240 = 20
Maka (O E)2

30

E
1A = (28 20)2 = 3,2

4A = (16 20)2 = 0,8

20
1G = (27 20)2 = 2,45

20
4G = (20 20)2 = 10

20

20

2A = (23 20)2 = 0,45

5A = (22 20)2 = 0,2

20

20

2G = (23 20)2 = 0,45

5G = (17 20)2 = 0,45

20

20

3A = (23 20)2 = 0,45

6A = (10 20)2 = 5

20
3G = (18 20)2 = 0,2

20
6G = (20 20)2 = 0

20

20

X2 hitung = 14, sedangkan df = 12 1 = 11 maka X2 tabel = 19,68.


7. Pelemparan dua dadu sebanyak 180kali
Ho = 1:2:2:4
Dadu I : 1 atau 3 = 1/6 + 1/6 = 2/6
2,4,5,6 = 1/6 + 1/6 + 1/6 + 1/6 = 4/6
Dadu II : 2 atau 4 = 1/6 + 1/6 = 2/6
1,3,5,6 = 1/6 +1/6 +1/6 +1/6 = 4/6
Nilai O : 1 . 3 = 20
1 . 4 = 50
2 . 3 = 36
2 . 4 = 74
Nilai E :
P(1 . 3) = 2/6 x 2/6
= 4/36 x 180

31

= 20
P(1 . 4) = 2/6 x 4/6
= 8/36 x 180
= 40
P(2 . 3) = 2/6 x 4/6
= 8/36 x 180
= 40
P(2 . 4) = 4/6 x 4/6
= 16/36 x 180
= 80
Maka (O E)2
E
1 . 3 = (20 20)2 = 0
20
1 . 4 = (50 40)2 = 2,5
40
2 . 3 = (36 40)2 = 0,4
40
2 . 4 = (74 80)2 = 0,45
80
X2 hitung = 3,35 sedangkan df = 4 1 = 3 maka X2 tabel = 7,81

Anda mungkin juga menyukai