Anda di halaman 1dari 20

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Karet alam merupakan salah satu komoditi pertanian yang penting dan
baik untuk lingkup internasional dan teristimewa bagi Indonesia. Di indonesia
karet merupakan salah satu hasil pertanian terkemuka karena banyak
menunjang perekonomian negara. Hasil devisa yang diperoleh dari karet
cukup besar. Bahkan Indonesia pernah menguasai produksi karet dunia
dengan menggeser negara lain asal tanaman karet sendiri di dataran Amerika
Selatan.
Karet alam termasuk ke dalam keluarga Euphorbiaceae dan dapat
menghasilkan lateks yang dapat diproses menjadi karet alam, pohon lainnya
yang mengandung lateks antara lain euphorbia dan dandelion. Namun, di
antara tanaman-tanaman tersebut Hevelia brasilensis merupakan tanaman
yang mempunyai nilai ekonomis paling tinggi, sehingga dibudidayakan
secara meluas di beberapa negara, seperti Afrika, Eropa, Filipina, Thailand,
dan juga Indonesia. Hal ini karena lateks alam yang dihasilkannya memiliki
keunggulan dibandingkan dengan karet sintetik, di antaranya ialah kekuatan
gel basah, kekuatan vulkanis, dan elastisitasnya (Siswantoro 1993) sehingga
banyak digunakan sebagai bahan baku barang jadi lateks alam seperti sarung
tangan (medis, bedah, industri), balon, dan dot bayi.
Pembuatan lateks pekat yang berasal dari lateks kebun merupakan
salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk menambah tingkat
penghasilan petani. Hasilnya dapat langsung dijual kepada industri sebagai
bahan baku pembuatan barang jadi karet, antara lain sarung tangan, karet
busa, perekat, dan balon.
Metode pemekatan lateks yang cocok diterapkan di tingkat petani
adalah metode pendadihan. Selain pengerjaannya yang sederhana, metode ini
tidak memerlukan biaya yang cukup besar. Metode ini dilakukan dengan
mencampurkan bahan pendadih dengan lateks kebun yang telah diawetkan
dan dibiarkan mendadih selama waktu tertentu.

Pendadihan adalah peristiwa yang terjadi pada suatu sistem koloid


padatan dalam suatu media cair. Peristiwa pendadihan terjadi disebabkan oleh
adanya gerakan ke atas dari fraksi padat dalam sistem koloid tersebut.
Pengubahan sifat fisik fraksi cairan dapat mempengaruhi kecepatan gerakan
fraksi padat dalam sistem koloid. Natriumkarboksimetilselulosa (Na-CMC) di
pasaran merupakan suatu bahan yang dapat mengubah sifat fisik cairan,
terutama viskositasnya. Penggunaan CMC dalam produksi lateks pekat
diharapkan dapat menjadi penstabil lateks agar dihasilkan lateks pekat dengan
kadar karet kering yang tinggi. Dalam penerapannya belum diketahui jumlah
penambahan CMC yang tepat dan efektif untuk mempertahankan kestabilan
lateks dan memisahkan serum lateks, oleh karena itu perlu dilakukan
praktikum untuk mengetahui volume CMC yang sesuai dalam produksi lateks
pekay untuk menghasilkan lateks pekat dengan kkk yang tinggi.
1.2 Tujuan
1.2.1 Umum
Setelah mempelajari secara teoritis dan praktek laboratorium,
diharapkan dapat memahami proses pengolahan lateks, faktorfaktor
proses, pengendalian proses dan mutu yang dihasilkan.
1.2.2 Khusus
Setelah mempelajari secara teoritis dan praktek laboratorium,
diharapkan praktikan :
1. Dapat menjelaskan pengaruh kualitas bahan dasar terhadap kualitas
karet yang dihasilkan
2. Dapat menjelaskan beberapa macam proses pengolahan karet alam,
yaitu karet sheet, crepe, lateks dan crumb rubber
Dapat menjelaskan cara cara pengawasan mutu pada karet sheet, crep,
lateks pekat dan crumb rubber.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Karet


Tanaman karet berasal dari bahasa latin yang bernama Havea
brasiliensis yang berasal dari Negara Brazil. Tanaman ini merupakan sumber
utama bahan tanaman karet alam dunia. Padahal jauh sebelum tanaman karet
ini dibudidayakan, penduduk asli diberbagai tempat seperti: Amerika Serikat,
Asia dan Afrika Selatan menggunakan pohon lain yang juga menghasilkan
getah Getah yang mirip lateks juga dapat diperoleh dari tanaman
Castillaelastica (family moraceae). Sekarang tanaman tersebut kurang
dimanfaatkan lagi getahnya karena tanaman karet telah dikenal secara luas
dan banyak dibudidayakan. Sebagai penghasil lateks tanaman karet dapat
dikatakan satu-satunya tanaman yang dikebunkan secara besar-besaran.
Menurut Nazaruddin dan Farry(1992), faktor-faktor yang sangat
berpengaruh terhadap produktivitas karet adalah letak daerah terhadap lintang
yang mencakup luasan antara 15oLU sampai 10oLS, besarnya curah hujan
yaitu antara 2000-2500 mm setahun, suhu harian rata-rata yang berkisar antar
25-30oC, ketinggian tempat dari permukaan laut yang biasanya dapat tumbuh
baik pada ketinggian 1-600 m dari permukaan laut dan ontensitas sinar
matahari selama 5-7 jam sehari.
Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang
cukup besar Tinggi pohon dewasa mencapai 15-25 meter. Batang tanaman
biasanya tumbuh lurus dan memiliki

percabangan yang tinggi diatas.

Dibeberapa kebun karet ada beberapa kecondongan arah tumbuh tanamanya


agak miring kearah utara. Batang tanaman ini mengandung getah yang
dikenal dengan nama lateks. Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan
tangkai anak daun. Panjang tangkai daun utama 3-20cm. Panjang tangkai
anak daun sekitar 3-10cm dan pada ujungnya terdapat kelenjar. Biasanya ada
tiga anak daun yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk
eliptis, memanjang dengan ujung meruncing, tepinya rata dan gundul. Biji
karet terdapat dalam setiap ruang buah. Jadi, jumlah biji biasanya ada tiga
kadang enam sesuai dengan jumlah ruang. Ukuran bij besar dengan kulit
keras. Warnanya coklat kehitaman dengan bercak-bercak berpola yang khas.
Sesuai dengan sifat dikotilnya, akar tanaman karet merupakan akar tunggang.

Akar ini mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar.
Lebih lengkapnya, struktur botani tanaman karet ialah tersusun sebagai
berikut:
Kingdom/Philum
Divisi
Sub divisi

: Plantae (tumbuh-tumbuhan)
: Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
: Angiospermae (biji berada dalam

buah)
Kelas

: Dycotyledonae (biji berkepin dua)

Ordo

: Euphorbiales

Famili

: Euphorbiales

Genus

: Hevea

Spesies

: Hevea bransiliensis (Nazaruddin,1998).

2.2 Latek Segar dan Latek Pekat\


Lateks adalah suatu istilah yang dipakai untuk menyebut getah yang
dikeluarkan oleh pohon karet. Lateks terdapat pada bagian kulit, daun dan
integument biji karet. Lateks diperoleh dari tanaman Hevea brasiliensis,
diolah dan diperdagangkan sebagai bahan industri dalam bentukkaret sheet,
crepe, lateks pekat dan karet remah (Crumb rubber). Lateks merupakan suatu
larutan koloid dengan partikel karet dan bukan karet yang tersupensi di dalam
suatu media yang banyak menganding bermacam-macam zat. Bagian-bagian
yang terkandung tersebut tidak larut sempurna, melainkan terpencar secara
atau merata di dalam air. Partikel-partikel koloidal ini sedemikian kecil dan
halusnya sehingga dapat menembus saringan (Tim Penulis PS, 1999).
Susunan bahan lateks dapat dibagi menjadi dua komponen. Komponen
yang pertama adalah bagian yang mendispersikan atau memancarkan bahanbahan yang terkandung secara merata, biasa disebut serum. Bahan-bahan
bukan karet yang larut dalam air, seperti protein, garam-garam mineral, enzim
dan lainnya termasuk ke dalam serum. Komponen kedua adalah butir-butir
karet yang dikelilingi lapisan tipis protein.

Lateks dalam getah yang dikeluarkan oleh pohon karet, warnanya


putih susu sampai kuning. Lateks mengandung 25-40 % bahan karet mentah
(crude rubber) dan 60-77 % serum (air dan zat yang larut). Karet mentah
mengandung 90-95 % karet murni, 2-3 % protein, 1-2 % asam lemak, 0,2 %
gula, 0,5 % garam dari Na, K, Mg, P, Ca, Cu, Mn, dan Fe. Karet alam adalah
hidrokarbon yang merupakan mikromolekul poliisoprene (C5H8)n dengan
rumus kimia 1,4-cis-poliisoprene. Partikel karet tersuspensi atau tersebar
secara merata dalam serum lateks dengan ukuran 0.04-3.00 mikron dengan
bentuk partikel bulat sampai lonjong (Triwijoso, 1995).
2.3 Sifat Fisik dan Kimia Lateks Segar dan Lateks Pek
Lateks merupakan suatu koloid dengan partikel karet dan bukan karet
yang tersuspensi di dalam suatu media yang banyak mengandung bermacam
macam zat. Warna lateks adalah putih susu sampai kuning (Djumarti, 2013).
Karet mempunyai sifat kenyal (elastic), sifat kenyal tersebut berhubungan
dengan viskositas atau plastisitas karet. Lateks sendiri membeku pada suhu
32F karena terjadi koagulasi.
Lateks mengandung 25 40% bahan karet mentah (crude rubber) dan
60 77% serum (air dan zat yang larut). Karet mentah mengandung 90
95% karet murni, 2 3% protein, 1 2% asam lemak, 0,2% gula, 0,5%
garam dari Na, K, Mg, P, Ca, Cu, Mn dan Fe. Partikel karet tersuspensi
(tersebar secara merata) dalam serum lateks dengan ukuran 0,004 3 mikron,
atau 0,2 milyar partikel karet per millimeter lateks (Goutara, dkk: 1985).
2.4 Aplikasi Penggunaan Lateks
Karet alam banyak digunakan dalam berbagai industri.
Umumnya alat-alat yang dibuat dari karet alam sangat
berguna bagi kehidupan sehari-sehari maupun dalam usaha
industri mesin-mesin penggerak. Barang yang dapat dibuat
dari karet alam antara lain aneka ban kendaraan, sepatu
karet, sabun penggerakmesin besar dan mesin kecil, pipa
karet, kabel, isolator dan bahan-bahan pembungkus logam
(Goutara, 1985).

Menurut Abednego (1993) lateks atau karet alam banyak digunakan


dalam industri-industri barang, antara lain:
a. Bahan mesin-mesin penggerak.
b. Ban kendaraan (dari sepeda, motor, mobil, traktor, hingga pesawat
terbang), sepatu karet, sabuk penggerak mesin besardan mesin kecil,
pipa karet, kabel, isolator, dan bahan-bahan pembungkus logam.
c. Bahan baku perlengkapan seperti sekat atau tahanan alat-alat
penghubung dan penahan getaran, misalnya shock absorbers.
d. Bahan tahanan dudukan mesin.
e. Pembuatan lapisan karet pada pintu, kaca pintu, kaca mobil, dan pada
alat-alat lain membuat pintu terpasang kuat dan tahan getaran serta
tidak tembus air.
f. Pembuatan jembatan sebagai penahan getaran.
g. Sambungan pipa minyak, pipa air, pipa udara, dan macam-macam oil
seals banyak juga yang menggunakan bahan baku karet, walaupun
kini ada yang menggunakan bahan plastik.
h. Alat-alat rumah tangga dan kantor seperti kursi, lem perekat barang,
selang air, kasur busa, serta peralatan tulis menulis seperti karet
penghapus menggunakan jasa karet sebagai bahan pembuat.
i. Beberapa alat olahraga seperti bermacam-macam bola maupun
peralatan permainan
Peralatan dan kendaraan perang banyak yang bagian-bagiannya di
buat dari karet, misalnya pesawat tempur, tank, panser berlapis baja, truktruk besar, dan jeep.

BAB 3 METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
1. Neraca Analitik
2. Gelas Ukur 100 ml
3. Beaker Glass 100 ml, 500 ml, dan 1000 ml
4. Saringan
5. Pengaduk/Spatula
6. Kempa Manual
7. Telenan Kayu
8. Pipet Ukut 100 ml
9. Kain Serber
10. Penangas Air
3.1.2 Bahan
1. Lateks Segar
2. Asam Format 1 %
3. Asam Asetat 1 %
4. Amoniak 0,5 ml
5. Larutan CMC 1 % 100 ml lateks segar
6. Air
7. Tissue
8. Alumunium Foil
Masukkan dalam Beaker glass
9. Plastik
10. Karet Gelang
11. Label
+ 20 ml larutan asam format

Pemanasan
3.2 Skema Kerja
3.2.1 Perhitungan Kadar KaretPengepresan
Kering (KKK) lateks segar

Kering anginkan

Timbang (a gram)

Oven (40-45oC)

Tentukan FP dan KKK

Pengadukan hingga menggump

Timbang (b gram)

3.2.2 Pengenceran Lateks pada pembuatan karet sheet dan crepe


250 mL lateks

Penyaringan 2 mm dan 1 mm

Tentukan KKK

+ Air (AT)
3.2.3 Pengaruh penambahan bahan dadih dan lama pemisahan terhadap sifatsifat lateks Pekat yang di Hasilkan
250 mL lateks segar

+ 4-7 gram ammonia per liter

+ asam asetat 1%
(50 ml, 60 ml, 70 ml per ml)
(
Pengadukan

Disimpan 5,6, 7 hari

Amati KKK, warna dan bau

BAB 4 HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

4.1
Hasil Pengamatan
4.1.1 Perhitungan Kadar Karet Kering (KKK) Lateks Segar dan Pengenceran
Lateks Pada Pembuatan Karet Sheet dan Crepe

Lateks
Kering

Ulangan
U1
U2
U3

Berat lateks sebelum

Berat lateks setelah

pengovenan (a gram)
23,24 g
24,68 g
27,70 g

pengovenan (b gram)
20,60 g
21,56 g
24,26 g

4.1.2 Pengaruh Penambahan Bahan Pendadih dan Lama Pemisahan Terhadap


Sifat-Sifat Lateks Pekat
Asam
Aseta
t
60 ml

Penyimpanan
5 Hari
6 Hari

Warna

Aroma

+
++

+++
+++

Berat Sebelum
dioven (a
gram)

Berat Setelah
dioven (b
gram)

7 Hari
++
+++
5 Hari
+++
+++
59,33
6 Hari
++++
+++
7 Hari
+++++ +++++
Keterangan :
Aroma : semakin (+), semakin menyengat
Warna : semakin (+), semakin banyak bercak kuning
70 ml

4.2

53,14
54,80

Hasil Perhitungan

4.2.1 Perhitungan KKK Lateks Segar dan Pengenceran Lateks pada Pembuatan
Karet Sheet
Lateks
Kering

Ulangan
U1
U2
U3

FP (%)
11,33
8,58
12,418

KKK (%)
20,60
22,56
24,26

Rata-Rata
22,47

4.2.2 Pengenceran Lateks pada Pembuatan Karet Sheet dan Crepe


Jenis Karet
Karet Sheet
Karet Crepe

AT (ml)
49,8
12,35

4.2.3 Pengaruh Penambahan Bahan Pendadih dan Lama Pemisahan Terhadap


Sifat-sifat Lateks Pekat.
Asam
Aseta

Penyimpanan

FP (%)

KKK (%)

5 Hari
6 Hari
7 Hari

10,433
5,2231
5,3787

53,1401
54,8
51,72

t
70 ml

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1

Skema Kerja dan Fungsi

Perlakuan
5.1.1 Perhitungan KKK lateks segar
Pada praktikum perhitungan KKK lateks segar digunakan lateks
segar sebanyak 100 ml lateks. Sebelum lateks dituang, beaker glass
ditimbang terlebih dahulu untuk mengetahui berat awal beaker glass,
selanjutnya dilakukan penimbangan saat lateks sudah dituang pada beaker
glass. Hal ini dilakukan untuk perhitungan mencari a gram yang
diguanakan untuk perhitungan KKK. Kemudian masing masing beaker
glass ditambahkan asam format 20 ml. Penambahan asam format dan
asetat

bertujuan

untuk

mengetahui

perbedaan

keefektifan

bahan

penggumpal dalam proses koagulasi lateks. Setelah ditambahkan asam


format dan asetat, kedua lateks tersebut segera dipanaskan hingga
menggumpal pada hot plate. Pada pemanasan juga dilakukan pengadukan
untuk mencegah lateks lengket pada beaker glass dan pada saat
menggumpal lateks tersebut juga bagus, selain itu pengadukan diusahakan
satu arah putaran, agar gumpalan lateks bisa rapi. Setelah menggumpal,
karet diangkat dan selanjutnya dipress menggunakan pengepress

laboratorium hingga membentuk lembaran atau sheet. Lembarat karet


tersebut kemudian dikeringkan permukaannya untuk menghilangkan kadar
airnya. Selanjutnya lembaran karet tersebut ditimbang sehingga dapat
diketahui berat b gram yang akan digunakan dalam perhitunagan
selanjutnya, yaitu FP dan KKK.
5.1.2 Pengenceran Lateks pada pembuatan karet sheet
Pada praktikum pengenceran lateks pada pembuatan karet sheet
menggunakan 250 ml lateks segar. Lateks kemudian disaring dengan
saringa 1 mm dan 2 mm untuk memisahkan kotoran dengan lateks.
Selanjutnya ialah penentuan KK dan KE, dimana KK merupakan KKK
lateks kebun yang didapatkan dari perhitungan acara 1 dan KE merupakan
KKK lateks yang dikehendaki . Setelah dilakaukan perhitungan,
didapatkanlah

jumlah

air

yang

ditambahkan

pada

lateks

untuk

pengenceran. Kemudian masing masing beaker glass yang berisi lateks


dan memiliki perhitungan yang berbeda yaitu antara asam format dan
asetat ditambahkan air sesui dengan dengan perhitungan.
5.1.3 Pengaruh penambahan bahan pendadih dan lama pemisahan terhadap sifatsifat lateks pekat
Pada acara pengaruh penambahan bahan pendadih
dan lama pemisahan terhadap sifat-sifat lateks pekat,
langkah pertama yaitu menyiapkan 250 ml lateks segar ,
lalu dilakukan penyaringan untuk memisahkan kotoran
sehingga

didapatkan

masing-masing

lateks

ditambahkan

yang

bersih. Setelah

amoniak

sebanyak

itu
4-7

gram/liter yang berfungsi sebagai anti koagulan. Selain itu,


amoniak

juga

digunakan

amoniak

sangat

efektif

sebagai
dan

pengawet

relatif

lebih

karena
murah

dibandingkan dengan pengawet lainnya. Kemudian pada


beaker glass pertama ditambahkan asam asetat 1 %
sebanyak 50 ml, beaker glass kedua ditambahkan asam
asetat 1% sebanyak 60 ml, dan beaker glass ketiga
ditambahkan

asam

asetat

1%

sebanyak

70

ml.

Penambahan asam asetat berfungsi sebagai penstabil.


Selain itu, untuk memisahkan serum dengan dadih. Setelah
itu dilakukan pengadukan. Selanjutnya dibiarkan 5 hari, 6
hari, sampai 7 hari. Adanya perbedaan waktu bertujan
untuk mengetahui waktu optimal yang dapat menghasilkan
lateks paling baik. Selanjutnya diamati warna,dan aroma
untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada masingmasing bahan sehingga dapat diketahui perlakuan yang
menghasilkan kualitas karet yang paling baik.
5.2
5.2.1 Perhitungan KKK Lateks Segar
Pada praktikum yang

Analisa Data
sudah

dilakukan

didapatkan

hasil

pengamatan dan perhitungan nilai KKK pada latek dengan perlakuan +


asam format 1% , dimana U1 20,60%, U2 22,56%, dan U3 dan diperoleh
rata-rata KKK yaitu 22,47%. Perbedaan nilai pada U1, U2, U3
dikarenakan bebrapa faktor salah satunya ialah adanya perbedaan proses
pengeringan dan pengepresan lateks. Hal ini disebabkan pada saat
praktikum tidak ditentukanya tekanan dan waktu pengepresan sehingga
kadar air pada lateks atau karet mengalami perbedaan.
5.2.2 Pengenceran Lateks pada Pembuatan Karet Sheet dan Crepe.
Pada praktikum ini latek diencerkan untuk membuatan karet sheet
dan crepe. Didapatkan hasil dari pengamatan dan perhitungan dimana,
diketahui nilai KE sheet 15% dan crepe 20%. Dan pada acara 1 diperoleh
nilai KK 22,47%. Pada perhitungan AT didapatkan nilai karet sheet 49,8
ml dan crepe 12,35 ml. Perbedaan ini disebabkan karena perbedaan yang
dikehendaki dari sheet 15% maupun crepe 20%. Selain itu pengolahan
dari kedua jenis karet juga berbeda, untuk sheet dilakukan pengasapan
sedangkan crepe tanpa pengasapan ..
5.2.3 Pengaruh volume bahan pendadih dan lama pemisahan terhadap mutu
lateks pekat

Berdasarkan praktikum yang sudah dilakukan. Pada perbedaan


penambahan volume bahan pendadih diketahui bahwa semakin banyak
penambahan asam asetat 1%, maka kestabilan lateks akan semakin
meningkat sehingga warna dan aroma akan semakin menguning dan
aroma menyengat. Selain itu semakin banyak penambahan penggumpal
akan membantu meningkatkan kerapatan skim lateks dan menyebabkan
sistem koloid lateks menjadi sangat labil. Selain itu semakin banyak bahan
penggumpal yang ditambahkan dapat menyebabkan jari-jari pertikel karet
menjadi lebih besar sehingga mengakibatkan gaya tarik antar partikelnya
semakin kecil dan mengurangi sifat elastisitasnya.
Berdasarkan hasil perhitungan untuk KKK karet berdasarkan lama
waktu penyimpanan diketahui nilai KKK untuk lam waktu 5 hari, 6 hari,
dan 7 hari berturut-turut yaitu 53,14%, 54,80%, dan 51,72%. Dari data
tersebut tidak konsisten karena praktikum yang sudah dilakukan waktu
dan tekanan pengepresan tidak ditentukan sehingga kadar air yang ada
pada karet berbeda dan juga proses pengeringan yang berbeda dapat
mengakibatkan berat basah dan berat kering pada karet berbeda.
Perbedaan berat basah dan berat kering dapat menghasilkan nilai FP dan
juga KKK yang berbeda.
Pada pengamatan aroma, didapatkan hasil bahwa semakin lama
waktu penyimpanan maka aroma lateks yang dihasilkan semakin
menyengat. Hal ini dikarenakan serum C yang mengandung zat yang
terlarut yaitu asam amino, karbohidrat, inositol dan asam organik misalnya
asam nukleat pirofosfat dan askorbat terpisah dan saling bereaksi sehingga
menimbulkan aroma (bau) yang menyengat.

BAB 6. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan

praktikum

yang

sudah

dilakukan

didapatkan

beberapa

kesimpulan dari laporam ini yaitu :


a. Kadar karet kering tertinggi dihasilkan dari lateks dengan tambahan
koagulan asam asetat.
b. Jumlah penambahan air untuk pengenceran lateks yang paling banyak
adalah pada sampel lateks dengan koagulan asam asetat 1%. Jumlah
penambahan air berbanding lurus dengan nilai kadar karet kering
lateks.
c. Nilai AT ( Jumlah air yang ditambahkan ) untuk karet sheet yang
menghendaki KKK 15% adalah 49,8 ml sedangkan untuk crepe yang
menghendaki KKK 20% adalah 12,35 ml.Kadar karet kering tertinggi
adalah pada lateks dengan penambahan CMC 5ml
pemeraman 4 hari.
d. Semakin lama waktu penyimpanan

dengan waktu

maka semakin banyak bercak

kuning aroma lateks yang dihasilkan semakin menyengat.


6.2 Saran
Karena ini laporan terakhir untuk mata kuliah komoditi hulu, kami
selaku praktikan meminta maaf kepada para assisten dan berterima kasih
bnyak atas bimbinganya selama ini, Saran saya ialah tetap semangat untk
membimbing praktikan

DAFTAR PUSTAKA
Aidi dan Daslin., 1995. Pengelolaan Bahan Tanam Karet. Pusat Penelitian Karet.
Palembang: Balai Penelitian Sembawa.
Abednego, J. G. 1993. Pengetahuan Lateks. Balai Penelitian Teknologi Karet,
Bogor
Alfa, A. A. 2008. Pemanfaatan Karet Alam sebagai Bahan Aditif Penguat Aspal dan
Beton. Laporan Akhir Tahun Anggaran 2008. Balai Penelitian Teknologi Karet,
Bogor
Alfa, A.A, I. Sailah, dan Y. Syamsu. 2003. Pengaruh Perlakuan Lateks Alam dengan
H2O2NaOCl Terhadap Karakter Lateks dan Kelarutan Karet Siklo Dari Lateks.
Jakarta : Simposium Nasional Polimer IV
Andoko, A dan Setawan. 1997. Petujuk Lengkap Budidaya Karet. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Anwar, C., 2001. Manajemen dan Teknologi Budidaya Karet. Medan: Pusat Penelitian
Karet.
Anonim. 2008. Karet Budidaya. http://www.icraf.org.
Anonim. 2012. Investasi Jitu, Budidaya Karet 4,6 Juta / Bulan
.http://www.pupukorganiknasa.com. Djumarti. 2011. Diktat Kuliah Teknologi
Pengolahan Tembakau, Gula, dan Lateks. Jember : FTP UJ.
Handoko, B dan Kosasih. 1995. Penuntun Analisis Lateks. Bogor : Balai Penelitian
Perkebunan Bogor.
Maryadi., 2005. Manajemen Agrobisnis Karet. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Sadjad, M. 1993. Budidaya Tanaman Perkebunan. Jakarta: Rajawali Press.
Setyamidjaja, Djoehana. 1993. Karet Budidaya dan Pengolahan. Yogyakarta : Kanisius.
Steenis. 1975. Flora. Jakarta: Paramitha.

Sugito, Y. 1999. Ekologi Tanaman. Malang: Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya.


Suharto, 1976. Aliran Lateks Komposisi dan Sifat Lateks. Bandung: Menara Perkebunan
Triwijoso, Sri Utami. 1995. Pengetahuan Umum Tentang Karet Hevea. Bogor : Balai
Penelitian Teknologi Karet Bogor.

LAMPIRAN PERHITUNGAN
Perhitungan KKK Lateks Segar
Ulangan 1
a gram = 23,24 gram
b gram = 20,60 gram
Berat basah ( a )berat kering(b)
Fp =
berat basah( a)

x 100%

= 0,1133 x 100 %
= 11,33 %
KKK = Berat basah-(faktor pengering x berat basah)
= 23,24 (0,1133 x 23,24) %
= 23,24 2,633
= 20,60 %
Ulangan 2
a gram = 24,68 gram
b gram = 21,56 gram
Berat basah ( a )berat kering(b)
Fp =
x 100%
berat basah( a)
=

(23,2420,60)
x 100
23,24

(24,6822,56)
x 100
24,68

= 0,085899 x 100 %
= 8,58 %
KKK = Berat basah-(faktor pengering x berat basah)
= 24,68 (0,0858 x 24,68) %
= 24,68 2,1175
= 22,56 %
Ulangan 3
a gram = 27,70 gram
b gram = 24,26 gram
Berat basah ( a )berat kering(b)
Fp =
x 100%
berat basah( a)
=

(27,7024,26)
x 100
27,70

= 0,12418 x 100 %
= 12,418 %
KKK = Berat basah-(faktor pengering x berat basah)
= 27,70 (0,12418 x 27,70) %
= 27.70 3,4397
= 24,26 %
Rata-rata KKK =

24,26+ 22,56+20,60
3

= 22,47 %

Pengenceran Lateks Pada Pembuatan Karet Sheet dan Crepe.

AT =

KK KE
x N liter
KE

Karet Sheet
AT =

22,47 15
15

x 100 ml

= 49,8 ml
Karet Crepe
22,47 20
AT =
20

x 100 ml

= 12,35 ml
Pengaruh penambahan bahan pendadih dan lama pemisahan terhadap sifat
sifat lateks pekat
a. 5 Hari (70 ml)
a gram = 59,33 gram
b gram = 53,14 gram
Berat basah ( a )berat kering(b)
Fp =
berat basah( a)
=

x 100%

(59,3353,14)
x 100
59,33

= 0,10433 x 100 %
= 10,433 %
KKK = Berat basah-(faktor pengering x berat basah)
= 59,33 (0,10433 x 59,33) %
= 59,33 6,1899
= 53,1401 %
b. 6 Hari (70 ml)
a gram = 57,82 gram
b gram = 54,80 gram
Berat basah ( a )berat kering(b)
Fp =
berat basah( a)
=

(57,8254,80)
x 100
57,82

= 0,052231 x 100 %
= 5,2231 %

x 100%

KKK = Berat basah-(faktor pengering x berat basah)


= 57,82 (0,052231 x 57,82) %
= 57,82 3,0199
= 54,8 %
c. 7 Hari (70 ml)
a gram = 54,66 gram
b gram = 51,72 gram
Berat basah ( a )berat kering(b)
Fp =
berat basah( a)
=

x 100%

(54,6651,72)
x 100
54,66

= 0,0538 x 100 %
= 5,3787 %
KKK = Berat basah-(faktor pengering x berat basah)
= 54,66 (0,0538 x 54,66) %
= 54,66 2,9407
= 51,72 %

Anda mungkin juga menyukai