Anda di halaman 1dari 24

FRAKTUR KRURIS

I. KASUS
Nama pasien/umur
No. Rekam Medik
Alamat
Ruang perawatan
Tanggal MRS

:
:
:
:
:

Tn. FM / 8 tahun
663789
JL. KAJENJENG DALAM V BLOK VI
Lontara 2 orto
19- 05- 2014

A. Anamnesis
Keluhan utama :
Patah tulang betis kiri.
Anamnesis terpimpin :
Dialami sejak 2 minggu yang lalu sejak masuk rumah sakit setelah
mengalami kecelakaan lalu lintas pasien sedang berlari tiba tiba
ditabrak oleh sepeda motor. Sebelum dibawa ke rumah sakit Wahidin
pasien mengaku pernah dibawa ke tukang urut.
Riwayat penyakit sebelumnya :
Pasien tidak pernah mengalami hal yang sama sebelumnya.
Riwayat Hipertensi (-)
Riwayat DM (-)
Riwayat PJK (-)
Riwayat pengobatan (termasuk obat yang sedang dikonsumsi) :
Selama sakit pasien tidak pernah mengkonsumsi obat obatan
Pasien pernah pergi ke tukang urut
B. Pemeriksaan Fisis
Keadaan umum
Kesadaran
Status Gizi
Tanda vital
Tekanan darah
Nadi
Mata
Kelopak mata
Konjungtiva
Sklera
Kornea
Pupil
THT

: Sakit sedang.
: Compos mentis (GCS 15, E4V5M6).
: Baik.
: 110/70 mmHg.
: 82 x/menitx.
:
:
:
:
:
:

Pernapasan
Suhu

: 16 x/menit.
: 36.7 0C.

Edema (-)
Anemia (-)
Ikterus (-)
Jernih
Bulat, isokor
odinofagi (-)
Disfagi (-)
Disfoni (-)

Odinofoni (-)
Otore (-)
Otalgia (-)
Tinnitus (-)
Gangguan pendengaran (-)
Mulut
Bibir
Lidah
Tonsil
Faring
Leher
KGB

:
:
:
:

Pucat (-), kering (-)


Kotor (-), hiperemis (-), kandidiasis oral (-)
T1 - T1, hiperemis (+)
Hiperemis (-)

: Tidak ada pembesaran

Dada
Inspeksi.
Bentuk
: Simetris
Sela Iga
: Dalam batas normal
Paru-paru
Palpasi
Nyeri tekan
: (-)
Massa tumor : (-)
Perkusi
Paru kiri
: Sonor
Paru kanan
: Sonor
Auskultasi
Bunyi pernapasan
: Vesikuler
Bunyi tambahan
: Rh -/-, Wh -/ Jantung
Inspeksi
: Iktus kordis tidak tampak pembesaran
Palpasi
: Iktus kordis tidak teraba
Perkusi
: Pekak
Auskultasi
Bunyi jantung
: Bunyi jantung I/II murni reguler
Bunyi tambahan
: Bising (-)
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Nyeri tekan
Massa tumor
Hepar-lien
Perkusi

: Datar, ikut gerak napas


: Peristaltik (+), kesan normal
:
:
:
:

(-)
(-)
Tidak teraba
Timpani
2

Ekstremitas
Akral hangat
Edema
Deformitas
Tanda perdarahan
Disabilitas
Nyeri lutut

:
:
:
:
:
:

-/-/+
-/+
-/+
-/+
-/+

C. Radiologi

Gambar 1: Fraktur pada 1/3 medial tibia et fibula sinistra

Foto Cruris Sinistra AP/ Lateral (19/05/2014) :


-

Alignment cruris tidak intak, tampak dislokasi os talus ke arah

inferolateral.
Fraktur obliq incomplete 1/3 medial os tibia sinistra.
Fraktur obliq 1/3 medial os fibula dengan fragmen distal yang

displacement.
Tampak garis lusen pada growth plate dan epifisis distal os tibia.
Mineralisasi tulang baik.
Celah sendi genu baik.
Jaringan lunak sekitarnya kesan swelling.
Kesan

: Fraktur pada 1/3 medial os tibia et fibula sinistra.


: Suspek fraktur salter harris tipe III pada distal os
tibia sinistra

D. Resume Klinis
Seorang anak laki - laki usia 8 tahun datang ke rumah sakit dengan
keluhan patah tulang betis kiri sejak 2 minggu yang lalu sebelum
masuk rumah sakit disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas. Pasien
berlari lalu ditabrak oleh sepeda motor. Pasien awalnya dibawa ke
tukang urut sebelum akhirnya dibawa ke Rumah Sakit Dr. Wahidin
Sudirohusodo.
E. Diagnosis
Closed fracture 1/3 middle left tibia et fibula
F. Terapi
- Medikamentosa
o IVFD RL 14 tpm
- Non- medikamentosa
o Penatalaksanaan long leg back slab left lower extremity.
II. DISKUSI KASUS
A. PENDAHULUAN
Fraktur adalah patah atau pecahnya tulang karena terputusnya kontinuitas
normal dari tulang(1). Fraktur atau diskontinuitas dari tulang adalah jenis lesi
tulang yang paling umum terjadi. Tulang normal umumnya dapat menahan
kompresi dan gesekan yang cukup besar namun pada tingkat yang lebih
rendah sesuai kekuatan tegangan pada tulang itu sendiri. Fraktur terjadi ketika
terdapat beban yang lebih besar melebihi kemampuan dari tulang. Fraktur
fisiologis umumnya terjadi akibat cedera yang terjadi secara tiba-tiba,
Misalnya pada fraktur yang terjadi secara langsung, seperti jatuh atau pukulan,
maupun secara tidak langsung, seperti kontraksi otot besar atau trauma yang
ditransmisikan sepanjang tulang. Sedangkan fraktur patologis terjadi pada
tulang yang sudah melemah akibat dari suatu penyakit atau tumor. Fraktur
jenis ini mungkin terjadi secara spontan baik dengan sedikit maupun tanpa ada
beban. Keadaan penyakit yang mendasari bisa secara lokal, seperti infeksi,
kista, atau tumor, maupun secara generalisasi seperti osteoporosis, penyakit
Paget, atau metastasis kanker(2).
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI PEMBENTUKAN TULANG

Gambar 2 : A. tibia dan fibula bagian depan dan belakang serta daerah buku lali, B.
daerah genu sisi lateral yang menunjukkan nervus peroneus(3).

1. Anatomi
a). Tibia:
Tibia berfungsi untuk mentransfer berat dari femur ke talus. Tibia memiliki
karakteristik seperti berikut : 1) Ujung tibia atas yang rata yaitu dari tibial plateau
terdiri dari kondilus lateral dan kondilus medial yang berfungsi sebagai artikulasi
dengan kondilus pada os femoralis. Berbeda dengan kondilus femoralis, kondilus
tibialis medial lebih besar dibandingkan kondilus femoralis. 2) Daerah
interkondilaris adalah ruang antara kondilus tibia yang dapat dilihat di antara dua
proyeksi yaitu tuberkel interkondilaris medial dan leteral. Gabungan kedua
tuberkel interkondilaris ini membentuk interkondilaris eminen. Tanduk meniskus
lateral melekat erat pada kedua sisi eminen. 3) Tuberositas tibialis mudah
diidentifikasi pada shaft anteri oratas. Daerah ini merupakantempat untuk
penyisipan ligamentum patela. 4) Shaft berbentuk segitiga pada potongan
melintang yang terdiri dari anterior, batas medial dan lateral serta permukaan
posterior, lateral dan medial. 5) Batas anterior dan permukaan medial dari shaft
merupakan daerah subkutan pada seluruh panjangnya. Oleh karena itu,shaft
tibialis adalah daerah yang paling seringterjadi fraktur terbuka. 6) Pada
permukaan posterior dari shaft garis miring yaitu garis soleal membatasi pangkal
tibialis dari soleus. Popliteus masuk ke area segitiga di atas garis soleal. 7) Fibula

menyambung dengan tibia superior pada sisi artikular pada aspek postero-inferior
dari kondilus lateralis sendi tibiofibular superior (sinovial). 8) Fibula notch
terletak lateral pada ujung bawah tibia untuk artikulasi dengan fibula pada sendi
tibiofibular inferior (fibrosa). 9) Tibia berproyeksi secara inferior sebagai
maleolus medial. Ini merupakan bagian medial dari tanggam yang menstabilkan
talus. Maleolus medial berlekuk secara posterior untuk lewatnya tendon tibialis
posterior(3).
b) Fibula :
Fibula bukan merupakan bagian dari sendi lutut dan tidak berpartisipasi dalam
transmisi berat badan. Fungsi utama dari fibula adalah untuk menyediakan
pangkal kepada otot dan berpartisipasi pada sendi pergelangan kaki. Fibula
memiliki karakteristik sebagai berikut : 1) Prosesus styloideus yang menonjol di
kepala fibula yang merupakan tempat tendon biseps dimasukkan (sekitar lateral
ligamen kolateral). 2) Leher fibula memisahkan antara kepala fibula dan shaft.
Saraf peroneal communis melilit sekitar leher sebelum terbagi menjadi cabang
superfisialis dan profunda. Cedera patah tulang leher fibula yang mengenai saraf
ini dapat mengakibatkan dropfoot. 3) Fibula berbentuk segitiga pada potongan
melintang. Fibula memiliki perbatasan anterior, medial (interoseus) dan posterior
dengan permukaan anterior, lateral dan posterior. Puncak medial adalah pada
permukaan posterior. 4) Ujung bawah fibula merupakan maleolus lateral.
Maleolus lateral

adalah bagian lateral tanggam yang menstabilkan talus.

Malleolus lateral juga mempunyai permukaan medial halus yang berfungsi


sebagai artikulasi dengan talus. Aspek posterior maleolus yang berlekuk untuk
lewatnya tendon peroneus longus dan brevis. Proyeksi maleolus lateralis lebih ke
bawah berbanding maleolus medial(3).
2.Fisiologi
Selama perkembangan janin, pembentukan tulang terjadi dalam dua pola yang
disebut osifikasi intramembran dan osifikasi endokhondral. Istilah tersebut
menggambarkan tempat jaringan dimana pembentukan tulang terjadi yaitu
osifikasi intramembran terbentuk di dalam membran jaringan ikat dan osifikasi

endokhondral terbentuk di dalam tulang rawan. Kedua pola osifikasi awalnya


menghasilkan tulang tenunan yang kemudian direnovasi. Setelah renovasi, tulang
yang dibentuk oleh osifikasi intramembran tidak dapat dibedakan dari tulang yang
dibentuk oleh osifikasi endokhondral(4).
a) Osifikasi intramembran
Diperkirakan pada minggu kelima perkembangan mesenkim embrio akan
terkondensasi di sekitar otak yang sedang berkembang untuk membentuk
membran jaringan ikat dengan orientasi serat kolagen halus secara acak. Osifikasi
intramembran dimulai kira-kira pada minggu kedelapan perkembangan dan
selesai sekitar 2 tahun. Banyak tulang tengkorak, bagian dari mandibula (rahang
bawah), dan difisis dari klavikula (tulang selangka) dikembangkan oleh osifikasi
intramembran(4).
Pusat osifikasi adalah lokasi di mana membran osifikasi dimulai. Pusat-pusat
osifikasi memperluas untuk membentuk tulang secara osifikasi membran yang
bertahap. Dengan demikian, pusat-pusat penulangan memiliki tulang tertua dan
ujung-ujungnya memperluas tulang termuda. Ruang membran-tertutup yang lebih
besar diantara tulang tengkorak berkembang yang belum mengeras disebut
fontanel, atau bintik-bintik lembut. Tulang akhirnya tumbuh bersama, dan semua
fontanel biasanya ditutup pada saat bayi berumur 2 tahun (4).
i.

Osifikasi intramembran dimulai ketika beberapa sel mesenchymal dalam


membran menjadi sel-sel progenitor osteochondral, yang mengkhususkan
diri untuk menjadi osteoblas. Osteoblas menghasilkan matriks tulang yang
mengelilingi serabut kolagen dari membran jaringan ikat, dan osteoblas
menjadi osteosit. Sebagai hasil dari proses ini, banyak trabekula kecil dari

ii.

tulang anyaman terbentuk(4).


Osteoblas Tambahan berkumpul

pada

permukaan

trabekula

dan

menghasilkan lebih banyak tulang, sehingga menyebabkan trabekula


iii.

menjadi lebih besar dan lebih panjang(4).


Tulang cancellous terbentuk setelah trabekula bergabung bersama-sama,
sehingga menyebabkan jaringan yang menyambungkan antara trabekula
dipisahkan oleh ruang-ruang yang terbentuk. Sel yang berada di dalam
ruang dari tulang cancellous akan membentuk sumsum tulang merah.
7

Seiring perjalanan perkembangan tulang cancellous, sel-sel yang


mengelilingi tulang yang sedang berkembang akan merubah

menjadi

periosteum. Osteoblas dari periosteum mensekresi matriks tulang untuk


membentuk permukaan luar tulang kompakta. Dengan demikian, hasil
akhir dari pembentukan tulang intramembran adalah tulang dengan
permukaan luar tulang kompakta dan pusat-pusat cancellous. Remodeling
mengubah anyaman tulang kepada tulang pipih dan berkontribusi terhadap
bentuk akhir dari tulang(4).
b) Osifikasi endokhondral
Pembentukan tulang rawan dimulai kira-kira pada akhir minggu keempat
perkembangan. Osifikasi endokhondral dari beberapa tulang rawan ini dimulai
kira-kira pada minggu kedelapan peerkembangan. Osifikasi endokhondral
beberapa tulang rawan mungkin tidak dimulai sehingga akhir usia 18-20 tahun.
Tulang dasar tengkorak, bagian dari mandibula, epifisis dari klavikula, dan
sebagian besar sistem kerangka yang lain terbentuk melalui proses osifikasi
endokhondral(4).
i.

Osifikasi endokhondral dimulai setelah adanya agregasi sel mesenchymal


di daerah pembentukan tulang kedepan hari. Sel-sel mesenchymal menjadi
kondroblas, yang menghasilkan model tulang rawan hialin memiliki
bentuk perkiraan dari tulang yang nantinya akan terbentuk. setelah
kondroblas mulai dikelilingi oleh matriks tulang rawan, kondroblas akan
merubah menjadi kondrosit. Model tulang rawan tersebut akan dikelilingi
oleh perichondrium, kecuali di bagian sendi yang berfungsi untuk

ii.

menghubungkan satu tulang dengan tulang yang lain(4).


Ketika pembuluh darah memasuki daerah perichondrium

yang

mengelilingimodel tulang rawan, sel progenitor osteochondral dalam


perichondrium akan merubah menjadi osteoblas. Perichondrium akan
menjadi periosteum setelah osteoblas mulai memproduksi tulang.
Osteoblas menghasilkan tulang kompakta pada permukaan model tulang
rawan, membentuk tulang selangka. Dua peristiwa lain yang terjadi pada
saat yang sama semasa tulang selangka membentuk. Pertama, ukuran
model tulang rawan membesar sebagai hasil dari pertumbuhan tulang
8

rawan interstitial dan appositional. Kedua, kondrosit di tengah model


tulang rawan hipertrofi, atau memperbesar, dan matriks antara sel-sel
membesar menjadi mineralisasi dengan kalsium karbonat. Pada titik ini,
tulang rawan disebut sebagai klasifikasi tulang rawan. Kondrosit di daerah
kalsifikasi ini akhirnya mati, meninggalkan lakuna besar dengan dinding
iii.

tipis dari kalsifikasi matriks(4).


Pembuluh darah kemudian tumbuh didalam lakuna besar dari tulang rawan
yang terkalsifikasi. Jaringan ikat yang mengelilingi pembuluh darah
membawa osteosblasts dan osteoklas dari periosteum. Osteoblas
menghasilkan tulang pada permukaan tulang rawan yang terkalsifikasi,
membentuk trabekula tulang yang merubah tulang rawan yang
terkalsifikasi

iv.

dari

diaphysis

menjadi

tulang

cancellous.Daerah

pembentukan tulang ini disebut pusat osifikasi primer(4).


Seiring perkembangan tulang terjadi, model tulang rawan terus tumbuh,
lebih banyak perichondrium menjadi periosteum, tulang selangka
mengeras dan selanjutnya bergabung sepanjang diaphysis, dan tulang
rawan tambahan dalam diaphysis akan terkalsifikasi dan berubah menjadi
tulang cancellous. Renovasi merubah anyaman tulang kepada tulang
lamellar dan berkontribusi terhadap bentuk akhir dari tulang. Osteoklas
menghapus tulang dari pusat diaphysis untuk membentuk rongga meduler,
dan sel-sel dalam rongga meduler mengkhususkan diri untuk membentuk

v.

sumsum tulang merah(4).


Diafisis di tulang panjang adalah pusat osifikasi primer, dan situs-situs
tambahan osifikasi, yang disebut pusat osifikasi sekunder, muncul dalam
epifisis. Pembentukan tulang yang terjadi di pusat-pusat osifikasi sekunder
adalah sama dengan yang terjadi di pusat-pusat osifikasi primer, tetapi
ruang-ruang di epifisis tidak memperbesar untuk membentuk rongga
medula seperti dalam diaphysis tersebut. Pusat osifikasi primer muncul
selama perkembangan janin awal, sedangkan pusat-pusat osifikasi
sekunder muncul dalam epiphysis proksimal femur, humerus, dan tibia
sekitar 1 bulan sebelum kelahiran. Seorang bayi dianggap cukup umur jika
salah satu dari tiga pusat osifikasi ini dapat dilihat pada radiografi pada

saat kelahiran. Pada umur kira-kira 18-20 tahun, pusat osifikasi sekunder
yang terakhir muncul akan muncul di epiphysis medial klavikula(4).
Pertukaran model tulang rawan menjadi tulang akan berterusan sehingga

vi.

semua tulang rawan, kecuali tulang rawan dalam plat epifisis dan pada
permukaan artikular, telah ditukarkan menjadi tulang. Plat epifisis yang
ada di seluruh pertumbuhan individu dan tulang rawan artikular yang
merupakan struktur permanen berasal dari model tulang rawan embrio(4).
Pada tulang yang matur, tulang cancellous dan tulang kompakta telah

vii.

berkembang sepenuhnya dan plat epifisis telah menjadi garis epifisis.


Satu-satunya tulang rawan yang tinggal adalah tulang rawan artikular di
ujung tulang. Semua perichondrium asli yang dikelilingi model tulang
rawan menjadi periosteum(4).
C. Epidemiologi
Fraktur tibia dan fibula merupakan fraktur tulang panjang yang paling sering
terjadi. Rata-rata insiden dari kasus ini diperkirakan terjadi sekitar 26 fraktur
diaphyseal tibia dalam 100.000 penduduk per tahun. Laki-laki lebih sering
mengalami fraktur ini dibandingkan perempuan, dengan insiden laki-laki yang
sekitar 41 dalam 100.000 penduduk per tahundaninsidenperempuan sekitar 12
dalam 100.000 penduduk per tahun. Usia rata-rata pasien yang mengalami fraktur
shaft tibia adalah 37 tahun, dengan laki-laki yang memiliki usia rata-rata 31 tahun
dan wanita 54 tahun (5). Fraktur yang paling sering dari ekstremitas inferior terjadi
pada diafisis tibialis(6).
D.

Tipe-tipe Fraktur
Gambaran Fraktur pada sinar-x dapat digambarkan secara tepat menggunakan

5 istilah:
1.
2.
3.
4.
5.

Jenis garis fraktur (Gambar 3)


Lokasi garis fraktur
Angulasi
Displacement (Gambar 4)
Closed atau open fraktur

10

Lokasi mungkin terjadi pada caput tulang (kadang-kadang melibatkan permukaan


artikular), leher, atau shaft (proksimal, medial, atau distal ketiga) (7).

Gambar 3 : Jenis garis fraktur(7).

i.
ii.
iii.

Fraktur transversal adalah perpendicular dengan aksis panjang tulang.


Fraktur Oblique adalah fraktur yang garis patahnya membentuk sudut.
Fraktur spiral terjadi akibat adanya mekanisme yang berputar dari salah

iv.

satu tulang.
Fraktur kominuta adalah fraktur yang memiliki lebih dari 2 fragmen tulang

v.

yang salin berhubungan.


Fraktur segmental yang juga merupakan fraktur segmental (2 perpecahan

vi.

yang terpisah pada satu tulang).


Fraktur avulsi disebabkan oleh adanya tendon yang menarik fragmen

vii.

tulang.
Pada fraktur impaksi, fragmen tulang terdorong ke satu sisi, sehingga
terjadi perpendekan tulang; fraktur ini mungkin terlihat sebagai kepada
tandensitas fokal yang abnormal dalam trabekula atau penyimpangan

viii.

dalam korteks tulang.


Fraktur torus (kelukan dari korteks tulang) dan fraktur greenstick (retakan
hanya pada 1 sisi korteks).

11

Gambar

4:

Displacement (7).

Distraksi,
displacement,
angulasi,

atau pemendekan

(overriding) dapat terjadi.


i.
Distraksi adalah pemisahan dalam sumbu longitudinal.
ii. Displacement adalah sejauh mana ujung fraktur tidak sejajar satu
sama lain; hal ini diukur dalam millimeter atau persentase lebar
iii.

tulang.
Angulasi adalah sudut dari fragmen distal diukur dari fragmen
proksimal.

Displacement dan angulasi dapat terjadi di ventral-dorsal plane, lateralmedial plane, atau keduanya (7).
F. KLASIFIKASI
Banyak klasifikasi fraktur lempeng epifisis antara lain menurut SalterHarris, Polland, Aitken, Weber, Rang, Ogend. Tapi klasifikasi menurut SalterHarris yang paling mudah dan praktis serta memenuhi syarat untuk terapi dan
prognosis.8,9
Klasifikasi menurut Salter-Harris merupakan klasifikasi yang dianut dan dibagi
dalam lima tipe :
1. Tipe I

12

Terjadi pemisahan total lempeng epifisis tanpa adanya fraktur pada tulang, sel-sel
pertumbuhan lempeng epifisis masih melekat pada epifisis. Fraktur ini meliputi
zona hipertrofi dan zona kalsifikasi. Fraktur ini terjadi oleh karena adanya
shearing force dan sering terjadi pada bayi baru lahir dan pada anak-anak yang
lebih muda. 8,9

Gambar 5: Salter harris tipe 1 (9)

Merupakan jenis fraktur yang sering ditemukan. Garis fraktur melalui sepanjang
lempeng epifisis dan membelok ke metafisis dan akan membentuk suatu fragmen
metafisis yang berbentuk segitiga yang disebut dengan tanda Thurston-Holland.
Sel-sel pertumbuhan pada lempeng epifisis juga masih melekat. Trauma yang
menghasilkan jenis fraktur ini biasanya terjadi karena trauma shearing force dan
membengkok dan umumnya terjadi pada anak-anak yang lebih tua. Periosteum
mengalami robekan pada daerah konveks tetapi begitu sulit kecuali bila reposisi
terlambat harus dilakukan tindakan operasi. 8,9

Fraktur salter haris tipe II

Fraktur salter haris tipe II pada distal tibia


Gambar 6 : Salter Harris tipe 2(9)

13

2. Tipe III
Fraktur lempeng epifisis tipe III merupakan fraktur intra-artikuler. Garis fraktur
mulai permukaan sendi melewati lempeng epifisis kemudian sepanjang garis
lempeng epifisis. Jenis ini bersifat intra-artikuler dan biasanya ditemukan pada
epifisis tibia distal. 8,9

Fraktur salter haris tipe III

Fraktur salter haris tipe III pada distal tibia

Gambar 7 : Salter Harris tipe 3 (9)

4. Tipe IV
Fraktur tipe IV juga merupakan fraktur intra-artikuler yang melalui sendi
memotong epifisis serta seluruh lapisan lempeng epifisis dan berlanjut pada
sebagian metafisis. Jenis fraktur ini misalnya fraktur kondilus lateralis humeri
pada anak-anak. 1(8),13(9)

fraktur salter Haris tipe IV

fraktur salter Haris tipe IV distal tibia

Gambar 8 : Salter Harris tipe 4 (9)

5. Tipe V
Fraktur tipe V merupakan fraktur akibat hancurnya epifisis yang diteruskan. Pada
lempeng epifisis. Biasanya terjadi pada daerah sendi penopang badan yaitu sendi

14

pergelangan kaki dan sendi lutut. Diagnosis sulit karena secara radiologik tidak
dapat dilihat.

Gambar 9 : salter Harris tipe 5 (5)

G. PENYEMBUHAN TULANG
1. Penyembuhan fraktur sekunder
Penyembuhan fraktur sekunder terjadi pada fraktur akibat adanya pergerakan
dari daerah tulang yang patah. Setelah fraktur, ujung tulang yang patah akan
bergabung dan membentuk pengendapan dengan tulang baru. Hal ini terjadi
melalui beberapa tahap yaitu (10) :
a) Pembentukan

hematoma pada ujung-ujung tulang dan jaringan lunak

sekitarnya.
b) Setelah itu, diikuti dengan peradangan akut dan akumulasi makrofag yang
memfagosit hematoma, eksudat inflamasi dan fragmen kecil dari tulang
tanpa adanya suplai darah (terjadi sekitar 5 hari). Fibroblast bermigrasi ke
situs dan diikuti dengan pembentukan jaringan granulasi dan kapiler baru.
c) Pembentukan tulang baru dilakukan oleh osteoblas yang mensekresi
tulang woven (non-lamellar), yang kemudian dengan cepat diatur menjadi
tulang lamellar dan kalsifikasi yang akhirnya membentuk kalus (setelah
sekitar satu minggu).
d) Osteoblas dan osteoklas yang tetap aktif mengakibatkan terjadinya
pematangan dari kalus dan penyatuan ujung dari tulang (setelah sekitar 3
minggu).
e) Pembentukan

tulang terjadi terus menerus dan kanal meduler secara

bertahap dibuka kembali melalui kalus (dalam minggu atau bulan).

15

f) Pada penyembuhan sempurna, tulang memperoleh kembali karakteristik


aslinya. Osteoblas dan osteoklas tidak lagi ditemukan saat tersebut.

Gambar 10 :

Penyembuhan fraktur; A. cedera menunjukkan panjang,

fraktur oblik dari midshaft femur, B: dalam 2 minggu, beberapa


pembentukan kalus kabur diidentifikasi pada margin fraktur. C: dalam 4
minggu, kalus yang cukup jelas. D: 3 bulan kemudian, terbentuk jembatan
kalus yang padat antara fragmen sepanjang permukaan eksternal(11).

2. Penyembuhan fraktur primer


Penyembuhan ini juga disebut sebagai penyembuhan kontak dimana tidak
terdapat sama sekali pergerakan dari situs fraktur. Dalam penyembuhan kontak,
karena tidak ada gaps, renovasi dari haversian dari situs fraktur dimulai segera.
Pemotongan kerucut dari osteoklas maju ke daerah situs yang patah dan terjadi
resorpsi dalam rongga. Loop kapiler dalam rongga resorpsi disertai dengan
prekursor osteoblas yang melapisi rongga, menjadi osteoblas, dan mulai
memproduksi osteoid. Seterusnya penyembuhan berlangsung dengan renovasi
haversian dari situs yang mengalami fraktur dan mengarah secara bersamaan
untuk persatuan dan rekonstruksi ujung fraktur(12).

16

3. Faktor-faktor yang menunda penyembuhan fraktur :


a) Fragmen jaringan antara ujung-ujung tulang.
Fragmen tulang yang telah mati (sequestrae) dan fragmen jaringan lunak
yang tidak dihancurkan oleh fagositot dapat menunda prosespenyembuhan
dari fraktur(10).
b) Kekurangan suplai darah
Kurangnya suplai darah menyebabkan tertundanya pertumbuhan jaringan
granulasi dan pembuluh darah baru. Hipoksia juga bisa mengurangi
jumlah osteoblas dan meningkatkan jumlah kondrosit yang berkembang
dari sel induk umum. Hal ini dapat menyebabkan terjadi cartilagenous
union pada fraktur, yang menghasilkan perbaikan tetapiperbaikannyayang
lambat. Tempat yang paling rentan terjadi kekurangansuplaidarahadalah
pada leher femur, scapoid dan shaft tibiakarena secarafisiologis suplai
darah yang sampai pada daerah tersebut sangatlah sedikit(10).
c) Alignment ujung tulang yang jelek
Hal ini dapat menyebabkan pembentukan kalus yang besar dan ireguler
dimana menyebabkan penyembuhan fraktur secara perlahan dan sering
menyebabkan cacat permanen(10).
d) Mobilitas lanjutan dari ujung tulang
Gerakan yang terus menerus menyebabkan terbentuknya
jaringan granulasi

fibrosis dari

diikuti dengan terbentuknya fibrous union dari

fraktur(10).
I. PENANGANAN
Fraktur terbuka adalah salah satu kegawat daruratan dan harus ditangani
dengan cepat serta adekuat untuk mengembalikan tulang dan jaringan lunak yang
telah rusak.(13)
1. Debridemen lokal dan perawatan jaringan lunak
Menyingkirkan semua jaringan yang telah rusak agar nutrisi dasar yang
diperlukan oleh mikroorganisme lainnya dapat disingkirkan. Hal ini dapat
meningkatkan kadar proteksi terhadap penyakit infeksi sebanyak 80%.
Debridemen harus dilakukan sehingga penyembuhan dapat mencapai kedaerah

17

tulang dan daerah vaskularisasi tertentu supaya dapat mengurangi kadar infeksi
jaringan(13).
2. Terapi antibiotik
Antibiotik sistemik merupakan kunci dari konsep terapi Gustilos dan telah
dibuktikan bahwa kadar infeksi pada fraktur terbuka dapat dikurangi dengan
pemberian antibiotik tersebut(13).
3. Stabilisasi fraktur
Kebanyakan fraktur stadium II dan stadium III yang tidak stabil memerlukan
tindakan operasi untuk memfiksasi fraktur tersebut. Perawatan dan mobilisasasi
dini tulang penting untuk osteosintesis pada profilaksis tulang atau jaringan lunak.
Pemilihan untuk implantasi harus sesuai, terutama dengan posisi anatomi, jumlah
kerusakan jaringan lunak yang rusak dan derajat kontaminasi(13). Implantasi yang
biasanya digunakan pada fraktur terbuka adalah :(13)
a) Fiksasi eksternal
Applikasi fiksasi eksternal biasanya cepat dilakukan dengan tidak ada
implantasi bahan-bahan di bawah kulit.
b) Nailing intramedular (paku)
Nailing merupakan gold standar untuk terapi pada fraktur shaft, dan bisa
juga digunakan pada fraktur terbuka stadium I-III.
c) Plates
Plates digunakan untuk fraktur terbuka pada lokasi periartikular dan
metafiseal serta pada lengan.
4. Rekonstruksi jaringan lunak
Pada kebanyakan fraktur terbuka, penutupan primer lukapadakulitakan
meningkatkan risiko infeksi yang disebabkan oleh tekanan dari daerah luka dan
vaskularisasi perifer maupun lokal. Selain itu, perawatan jaringan lunak sangat
penting untuk mengelakkan terjadinya komplikasi septik dari kontaminasi
nosokomial. Subtitusi kulit artificial yang modern (epigard) atau system
penutupan vacum (vasoseal) dapat menyembuhkan luka secara adekuat. Fungsi
penutupan vacuum (vasoseal) adalah untuk efek additive pada proteksi supaya

18

dapat melawan kontaminasi sekunder dan efek additive pada pengeringan luka,
yang secara kontinuitas mengontrol situasi pada luka(13).
Penatalaksanaan Fraktur pada Anak
Perbedaan antara penanganan fraktur pada anak-anak dengan orang
dewasa adalah didasari dari adanya ketebalan periosteum pada kasus fraktur
diafisis atau fraktur metafisis. Walaupun prinsip pengobatan fraktur secara umum
dapat digunakan pada anak-anak, tetapi prinsip utama pengobatan pada anak-anak
adalah secara konservatif baik dengan cara manipulasi tertutup atau traksi
kontinu.8
Tindakan yang dapat dilakukan menurut Salter-Harris antara lain :8
-

Salter-Harris I, tindakan konservatif dengan reduksi tertutup mudah

dilakukan oleh karena masih ada perlekatan periostum yang utuh dan baik.
Salter-Harris II, tindakan konservatif dan dilakukan reposisi tetapi apabila

terlambat maka harus dilakukan tindakan operasi.


Salter-Harris III, dilakukan tindakan operasi terbuka dan fiksasi interna

dengan menggunakan pin yang halus.


Salter-Harris IV, dilakukan tindakan operasi terbuka dan fiksasi interna

karena fraktur tidak stabil akibat tarikan otot.


Salter-Harris V, sulit untuk dilakukan tindakan operasi karena secara
radiologik kelainan tidak dapat dinilai. 9

Metode pengobatan fraktur pada umumnya dibagi dalam :8


1. Konservatif
Proteksi (tanpa reduksi atau imobilisasi), untuk mencegah trauma lebih
lanjut misalnya dengan memberikan sling (mitela) pada anggota gerak

bawah.
Imobilisasi dengan bidai eksterna (tanpa reduksi), imobilisasi pada fraktur
dengan bidai eksterna hanya memberikan sedikit imobilisasi, biasanya
mempergunakan plester of Paris (gips) atau dengan bermacam-macam bidai
dari plastic atau metal. Diindikasikan pada fraktur yang perlu di pertahankan
posisinya dalam proses penyembuhan.

19

Reduksi

tertutup

dengan

manipulasi

dan

imobilisasi

eksterna,

mempergunakan gips. Reposisi yang dilakukan melawan kekuatan


terjadinya fraktur. Penggunaan gips untuk imobilisasi merupakan alat utama

pada tehnik imobilisasi untuk mencegah fraktur patologis.


Reduksi tertutup dengan traksi berlanjut diikuti dengan imobilisasi, dapat

dilakukan berupa traksi kulit dan traksi tulang.


2. Operatif
Sebelum dilakukan tindakan operasi, terlebih dahulu dilakukan perbaikan
semua luka.

Apabila pasien mempunyai penyakit penyerta, sebaiknya

dilakukan konsultasi dengan bagian yang terkait untuk persiapan operatif.


Indikasi operasi adalah :2
Fraktur terbuka
Fraktur intra-artikuler (Salter-Hariss III dan IV)
Fraktur dengan luka pada vaskuler
Fraktur dengan compertment syndrome
Fraktur dengan posisi abnormal untuk indikasi reduksi tertutup.
Setelah dilakukan operasi, dilakukan perawatan luka dan follow up pasien
sampai 1-2 minggu setelah operasi

K. KOMPLIKASI FRAKTUR
1. Infeksi ( osteomyelitis )
Pada osteomyelitis, mikroba masuk melalui kulit yang rusak, meskipun dapat
pula ditularkan melalui pembuluh darah. Penyembuhan tidak akan terjadi
jikamasih ada infeksi yang masih berlangsung(14).

Gambar 11
: A. Infeksi awal pada metaphyseal, terdapat destruksi fokal yang minimal

20

padadistal medial metaphysic. B. destruksi tulang lanjut jelas kelihatan


pada metaphyseal(14, 15).

2. Non union
Penyembuhan secara non union pada tulang terjadi dalam jangka waktu yang
lama. Pada radiologis kelihatan jalur fraktur yang persisten(14, 15).

Gambar 12 : Non-union pada tibia. Terdapat Interosseous bone grafting


dan surgical wiring. Terdapat sklerosis sekitar garis fraktur tanpa adanya
bridging tulang, 1 tahun setelah fraktur(14).

3. Malunion
Terjadi proses penyembuhan fraktur yang tidak sesuai dengan posisi anatomi (14,
15)

21

Gambar

Malunion pada fraktur tibia

telah

terjadi penyembuhan tapi

terdapat angulasi

pada lateral dari fragmen

dimana

13

distal(14).

Beberapa

komplikasi fraktur pada anak-

anak

mempunyai ciri yang khusus

seperti fraktur epifisis dan lempeng epifisis antara lain : 1,2


a. Gangguan pertumbuhan tulang
b. Terjadi ketidakseimbangan bentuk tungkai bawah, dengan fraktur
biasa terjadi tulang yang terlalu panjang atau terlalu pendek.
c. Terjadi deformitas bentuk siku
d. Osteomielitis yang terjadi secara sekunder pada fraktur terbuka
atau reduksi terbuka pada suatu fraktur tertutup biasanya lebih
hebat dan dapat menyebabkan kerusakan pada epifisis.

22

DAFTAR PUSTAKA
1.

Parakrama C, R. TC. mechanical trauma. In: CE S, Ho, MT, editors.


Concise Pathology. 3 ed2006.

2.

Mattson PC. Disorders of skeletal function. In: E. GK, Marilyn H, editors.


Pathophysiology : Concept of Altered Health States. 7 ed: Lippincott
Williams & Wilkins; 2004. p. 1350.

3.

Omar F, David M. The osteology of the lower limb. In: Osney M, editor.
Anatomy at a Glance: Blackwell Science; 2002. p. 93-4.

4.

Seeley, S S, Tate. Skeletal system : Bone and Bone tissue. In: Seeley, S S,
Tate, editors. Anatomy and Physiology. 6 ed2004. p. 181-3.

5.

Koval KJZ, Joseph D. Handbook of Fractures, 3rd Edition: Lippincott


Williams & Wilkins; 2006.

6.

Jeffrey G Norvell MSTMC. Tibia and Fibula Fracture: WebMD LLC; Jun
11, 2013.

7.

James R. Roberts. Fractures: Merck Sharp & Dohme Corp.; October 2007.

8.

1.Rasjad C, prof. MD. PhD. Fraktur Epifisis dalam Pengantar Ilmu Bedah.
Edisi Ketiga. Cetakan Kelima. Yarsif Watampone, Jakarta. 2007. Hal: 613,374

9. William Moore, MD; Chief Editor: Felix S Chew, MD, MBA, EdM.[online]
[cited on march 20,2012] URL:http//www.emedicine.com
10.

Ross, Wilson. Healing of Bones. In: Anne W, Allison G, editors. Anatomy


and Physiology in Health and Illness. 9th ed2001. p. 406-8.

11.

Paul, Juhl's. Healing of Fractures. In: H. JJ, B. CA, E. KJ, W. PL, editors.
Essential of radiologic Imaging 7th ed: Lippincott Williams & Wilkins;
1998.
23

12.

D. NC, M. ND. Primary Fracture Healing. In: D> NC, editor. Textbook of
Small Animal Orthopedics J.B. Lippincott 1985.

13.

Th. N, S. BG, M. W. open fractures and infection. Acta Chirurgiae


Orthopaedicae et Traumatologiae. 2006;73:301-12.

14.

David S, J.A. RP, P.R. JJ, W. WR, L. AP, Peter W, et al. Periosteal
Reaction; bone and joint infection & Skeletal Trauma ; General
Consideration. In: W.R. YJ, editor. Textbook of Radiology and Imaging. 2.
7th ed: Churchill Livingstone; 2003. p. 1155 & 371-377.

15.

A. LD, ANdrew R. Musculoskeletal System. In: A. LD, ANdrew R,


editors. Imaging for Students. 2nd ed2001. p. 166

24

Anda mungkin juga menyukai