I. KASUS
Nama pasien/umur
No. Rekam Medik
Alamat
Ruang perawatan
Tanggal MRS
:
:
:
:
:
Tn. FM / 8 tahun
663789
JL. KAJENJENG DALAM V BLOK VI
Lontara 2 orto
19- 05- 2014
A. Anamnesis
Keluhan utama :
Patah tulang betis kiri.
Anamnesis terpimpin :
Dialami sejak 2 minggu yang lalu sejak masuk rumah sakit setelah
mengalami kecelakaan lalu lintas pasien sedang berlari tiba tiba
ditabrak oleh sepeda motor. Sebelum dibawa ke rumah sakit Wahidin
pasien mengaku pernah dibawa ke tukang urut.
Riwayat penyakit sebelumnya :
Pasien tidak pernah mengalami hal yang sama sebelumnya.
Riwayat Hipertensi (-)
Riwayat DM (-)
Riwayat PJK (-)
Riwayat pengobatan (termasuk obat yang sedang dikonsumsi) :
Selama sakit pasien tidak pernah mengkonsumsi obat obatan
Pasien pernah pergi ke tukang urut
B. Pemeriksaan Fisis
Keadaan umum
Kesadaran
Status Gizi
Tanda vital
Tekanan darah
Nadi
Mata
Kelopak mata
Konjungtiva
Sklera
Kornea
Pupil
THT
: Sakit sedang.
: Compos mentis (GCS 15, E4V5M6).
: Baik.
: 110/70 mmHg.
: 82 x/menitx.
:
:
:
:
:
:
Pernapasan
Suhu
: 16 x/menit.
: 36.7 0C.
Edema (-)
Anemia (-)
Ikterus (-)
Jernih
Bulat, isokor
odinofagi (-)
Disfagi (-)
Disfoni (-)
Odinofoni (-)
Otore (-)
Otalgia (-)
Tinnitus (-)
Gangguan pendengaran (-)
Mulut
Bibir
Lidah
Tonsil
Faring
Leher
KGB
:
:
:
:
Dada
Inspeksi.
Bentuk
: Simetris
Sela Iga
: Dalam batas normal
Paru-paru
Palpasi
Nyeri tekan
: (-)
Massa tumor : (-)
Perkusi
Paru kiri
: Sonor
Paru kanan
: Sonor
Auskultasi
Bunyi pernapasan
: Vesikuler
Bunyi tambahan
: Rh -/-, Wh -/ Jantung
Inspeksi
: Iktus kordis tidak tampak pembesaran
Palpasi
: Iktus kordis tidak teraba
Perkusi
: Pekak
Auskultasi
Bunyi jantung
: Bunyi jantung I/II murni reguler
Bunyi tambahan
: Bising (-)
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Nyeri tekan
Massa tumor
Hepar-lien
Perkusi
(-)
(-)
Tidak teraba
Timpani
2
Ekstremitas
Akral hangat
Edema
Deformitas
Tanda perdarahan
Disabilitas
Nyeri lutut
:
:
:
:
:
:
-/-/+
-/+
-/+
-/+
-/+
C. Radiologi
inferolateral.
Fraktur obliq incomplete 1/3 medial os tibia sinistra.
Fraktur obliq 1/3 medial os fibula dengan fragmen distal yang
displacement.
Tampak garis lusen pada growth plate dan epifisis distal os tibia.
Mineralisasi tulang baik.
Celah sendi genu baik.
Jaringan lunak sekitarnya kesan swelling.
Kesan
D. Resume Klinis
Seorang anak laki - laki usia 8 tahun datang ke rumah sakit dengan
keluhan patah tulang betis kiri sejak 2 minggu yang lalu sebelum
masuk rumah sakit disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas. Pasien
berlari lalu ditabrak oleh sepeda motor. Pasien awalnya dibawa ke
tukang urut sebelum akhirnya dibawa ke Rumah Sakit Dr. Wahidin
Sudirohusodo.
E. Diagnosis
Closed fracture 1/3 middle left tibia et fibula
F. Terapi
- Medikamentosa
o IVFD RL 14 tpm
- Non- medikamentosa
o Penatalaksanaan long leg back slab left lower extremity.
II. DISKUSI KASUS
A. PENDAHULUAN
Fraktur adalah patah atau pecahnya tulang karena terputusnya kontinuitas
normal dari tulang(1). Fraktur atau diskontinuitas dari tulang adalah jenis lesi
tulang yang paling umum terjadi. Tulang normal umumnya dapat menahan
kompresi dan gesekan yang cukup besar namun pada tingkat yang lebih
rendah sesuai kekuatan tegangan pada tulang itu sendiri. Fraktur terjadi ketika
terdapat beban yang lebih besar melebihi kemampuan dari tulang. Fraktur
fisiologis umumnya terjadi akibat cedera yang terjadi secara tiba-tiba,
Misalnya pada fraktur yang terjadi secara langsung, seperti jatuh atau pukulan,
maupun secara tidak langsung, seperti kontraksi otot besar atau trauma yang
ditransmisikan sepanjang tulang. Sedangkan fraktur patologis terjadi pada
tulang yang sudah melemah akibat dari suatu penyakit atau tumor. Fraktur
jenis ini mungkin terjadi secara spontan baik dengan sedikit maupun tanpa ada
beban. Keadaan penyakit yang mendasari bisa secara lokal, seperti infeksi,
kista, atau tumor, maupun secara generalisasi seperti osteoporosis, penyakit
Paget, atau metastasis kanker(2).
B. ANATOMI DAN FISIOLOGI PEMBENTUKAN TULANG
Gambar 2 : A. tibia dan fibula bagian depan dan belakang serta daerah buku lali, B.
daerah genu sisi lateral yang menunjukkan nervus peroneus(3).
1. Anatomi
a). Tibia:
Tibia berfungsi untuk mentransfer berat dari femur ke talus. Tibia memiliki
karakteristik seperti berikut : 1) Ujung tibia atas yang rata yaitu dari tibial plateau
terdiri dari kondilus lateral dan kondilus medial yang berfungsi sebagai artikulasi
dengan kondilus pada os femoralis. Berbeda dengan kondilus femoralis, kondilus
tibialis medial lebih besar dibandingkan kondilus femoralis. 2) Daerah
interkondilaris adalah ruang antara kondilus tibia yang dapat dilihat di antara dua
proyeksi yaitu tuberkel interkondilaris medial dan leteral. Gabungan kedua
tuberkel interkondilaris ini membentuk interkondilaris eminen. Tanduk meniskus
lateral melekat erat pada kedua sisi eminen. 3) Tuberositas tibialis mudah
diidentifikasi pada shaft anteri oratas. Daerah ini merupakantempat untuk
penyisipan ligamentum patela. 4) Shaft berbentuk segitiga pada potongan
melintang yang terdiri dari anterior, batas medial dan lateral serta permukaan
posterior, lateral dan medial. 5) Batas anterior dan permukaan medial dari shaft
merupakan daerah subkutan pada seluruh panjangnya. Oleh karena itu,shaft
tibialis adalah daerah yang paling seringterjadi fraktur terbuka. 6) Pada
permukaan posterior dari shaft garis miring yaitu garis soleal membatasi pangkal
tibialis dari soleus. Popliteus masuk ke area segitiga di atas garis soleal. 7) Fibula
menyambung dengan tibia superior pada sisi artikular pada aspek postero-inferior
dari kondilus lateralis sendi tibiofibular superior (sinovial). 8) Fibula notch
terletak lateral pada ujung bawah tibia untuk artikulasi dengan fibula pada sendi
tibiofibular inferior (fibrosa). 9) Tibia berproyeksi secara inferior sebagai
maleolus medial. Ini merupakan bagian medial dari tanggam yang menstabilkan
talus. Maleolus medial berlekuk secara posterior untuk lewatnya tendon tibialis
posterior(3).
b) Fibula :
Fibula bukan merupakan bagian dari sendi lutut dan tidak berpartisipasi dalam
transmisi berat badan. Fungsi utama dari fibula adalah untuk menyediakan
pangkal kepada otot dan berpartisipasi pada sendi pergelangan kaki. Fibula
memiliki karakteristik sebagai berikut : 1) Prosesus styloideus yang menonjol di
kepala fibula yang merupakan tempat tendon biseps dimasukkan (sekitar lateral
ligamen kolateral). 2) Leher fibula memisahkan antara kepala fibula dan shaft.
Saraf peroneal communis melilit sekitar leher sebelum terbagi menjadi cabang
superfisialis dan profunda. Cedera patah tulang leher fibula yang mengenai saraf
ini dapat mengakibatkan dropfoot. 3) Fibula berbentuk segitiga pada potongan
melintang. Fibula memiliki perbatasan anterior, medial (interoseus) dan posterior
dengan permukaan anterior, lateral dan posterior. Puncak medial adalah pada
permukaan posterior. 4) Ujung bawah fibula merupakan maleolus lateral.
Maleolus lateral
ii.
pada
permukaan
trabekula
dan
menjadi
ii.
yang
iv.
dari
diaphysis
menjadi
tulang
cancellous.Daerah
v.
saat kelahiran. Pada umur kira-kira 18-20 tahun, pusat osifikasi sekunder
yang terakhir muncul akan muncul di epiphysis medial klavikula(4).
Pertukaran model tulang rawan menjadi tulang akan berterusan sehingga
vi.
semua tulang rawan, kecuali tulang rawan dalam plat epifisis dan pada
permukaan artikular, telah ditukarkan menjadi tulang. Plat epifisis yang
ada di seluruh pertumbuhan individu dan tulang rawan artikular yang
merupakan struktur permanen berasal dari model tulang rawan embrio(4).
Pada tulang yang matur, tulang cancellous dan tulang kompakta telah
vii.
Tipe-tipe Fraktur
Gambaran Fraktur pada sinar-x dapat digambarkan secara tepat menggunakan
5 istilah:
1.
2.
3.
4.
5.
10
i.
ii.
iii.
iv.
satu tulang.
Fraktur kominuta adalah fraktur yang memiliki lebih dari 2 fragmen tulang
v.
vi.
vii.
tulang.
Pada fraktur impaksi, fragmen tulang terdorong ke satu sisi, sehingga
terjadi perpendekan tulang; fraktur ini mungkin terlihat sebagai kepada
tandensitas fokal yang abnormal dalam trabekula atau penyimpangan
viii.
11
Gambar
4:
Displacement (7).
Distraksi,
displacement,
angulasi,
atau pemendekan
tulang.
Angulasi adalah sudut dari fragmen distal diukur dari fragmen
proksimal.
Displacement dan angulasi dapat terjadi di ventral-dorsal plane, lateralmedial plane, atau keduanya (7).
F. KLASIFIKASI
Banyak klasifikasi fraktur lempeng epifisis antara lain menurut SalterHarris, Polland, Aitken, Weber, Rang, Ogend. Tapi klasifikasi menurut SalterHarris yang paling mudah dan praktis serta memenuhi syarat untuk terapi dan
prognosis.8,9
Klasifikasi menurut Salter-Harris merupakan klasifikasi yang dianut dan dibagi
dalam lima tipe :
1. Tipe I
12
Terjadi pemisahan total lempeng epifisis tanpa adanya fraktur pada tulang, sel-sel
pertumbuhan lempeng epifisis masih melekat pada epifisis. Fraktur ini meliputi
zona hipertrofi dan zona kalsifikasi. Fraktur ini terjadi oleh karena adanya
shearing force dan sering terjadi pada bayi baru lahir dan pada anak-anak yang
lebih muda. 8,9
Merupakan jenis fraktur yang sering ditemukan. Garis fraktur melalui sepanjang
lempeng epifisis dan membelok ke metafisis dan akan membentuk suatu fragmen
metafisis yang berbentuk segitiga yang disebut dengan tanda Thurston-Holland.
Sel-sel pertumbuhan pada lempeng epifisis juga masih melekat. Trauma yang
menghasilkan jenis fraktur ini biasanya terjadi karena trauma shearing force dan
membengkok dan umumnya terjadi pada anak-anak yang lebih tua. Periosteum
mengalami robekan pada daerah konveks tetapi begitu sulit kecuali bila reposisi
terlambat harus dilakukan tindakan operasi. 8,9
13
2. Tipe III
Fraktur lempeng epifisis tipe III merupakan fraktur intra-artikuler. Garis fraktur
mulai permukaan sendi melewati lempeng epifisis kemudian sepanjang garis
lempeng epifisis. Jenis ini bersifat intra-artikuler dan biasanya ditemukan pada
epifisis tibia distal. 8,9
4. Tipe IV
Fraktur tipe IV juga merupakan fraktur intra-artikuler yang melalui sendi
memotong epifisis serta seluruh lapisan lempeng epifisis dan berlanjut pada
sebagian metafisis. Jenis fraktur ini misalnya fraktur kondilus lateralis humeri
pada anak-anak. 1(8),13(9)
5. Tipe V
Fraktur tipe V merupakan fraktur akibat hancurnya epifisis yang diteruskan. Pada
lempeng epifisis. Biasanya terjadi pada daerah sendi penopang badan yaitu sendi
14
pergelangan kaki dan sendi lutut. Diagnosis sulit karena secara radiologik tidak
dapat dilihat.
G. PENYEMBUHAN TULANG
1. Penyembuhan fraktur sekunder
Penyembuhan fraktur sekunder terjadi pada fraktur akibat adanya pergerakan
dari daerah tulang yang patah. Setelah fraktur, ujung tulang yang patah akan
bergabung dan membentuk pengendapan dengan tulang baru. Hal ini terjadi
melalui beberapa tahap yaitu (10) :
a) Pembentukan
sekitarnya.
b) Setelah itu, diikuti dengan peradangan akut dan akumulasi makrofag yang
memfagosit hematoma, eksudat inflamasi dan fragmen kecil dari tulang
tanpa adanya suplai darah (terjadi sekitar 5 hari). Fibroblast bermigrasi ke
situs dan diikuti dengan pembentukan jaringan granulasi dan kapiler baru.
c) Pembentukan tulang baru dilakukan oleh osteoblas yang mensekresi
tulang woven (non-lamellar), yang kemudian dengan cepat diatur menjadi
tulang lamellar dan kalsifikasi yang akhirnya membentuk kalus (setelah
sekitar satu minggu).
d) Osteoblas dan osteoklas yang tetap aktif mengakibatkan terjadinya
pematangan dari kalus dan penyatuan ujung dari tulang (setelah sekitar 3
minggu).
e) Pembentukan
15
Gambar 10 :
16
fibrosis dari
fraktur(10).
I. PENANGANAN
Fraktur terbuka adalah salah satu kegawat daruratan dan harus ditangani
dengan cepat serta adekuat untuk mengembalikan tulang dan jaringan lunak yang
telah rusak.(13)
1. Debridemen lokal dan perawatan jaringan lunak
Menyingkirkan semua jaringan yang telah rusak agar nutrisi dasar yang
diperlukan oleh mikroorganisme lainnya dapat disingkirkan. Hal ini dapat
meningkatkan kadar proteksi terhadap penyakit infeksi sebanyak 80%.
Debridemen harus dilakukan sehingga penyembuhan dapat mencapai kedaerah
17
tulang dan daerah vaskularisasi tertentu supaya dapat mengurangi kadar infeksi
jaringan(13).
2. Terapi antibiotik
Antibiotik sistemik merupakan kunci dari konsep terapi Gustilos dan telah
dibuktikan bahwa kadar infeksi pada fraktur terbuka dapat dikurangi dengan
pemberian antibiotik tersebut(13).
3. Stabilisasi fraktur
Kebanyakan fraktur stadium II dan stadium III yang tidak stabil memerlukan
tindakan operasi untuk memfiksasi fraktur tersebut. Perawatan dan mobilisasasi
dini tulang penting untuk osteosintesis pada profilaksis tulang atau jaringan lunak.
Pemilihan untuk implantasi harus sesuai, terutama dengan posisi anatomi, jumlah
kerusakan jaringan lunak yang rusak dan derajat kontaminasi(13). Implantasi yang
biasanya digunakan pada fraktur terbuka adalah :(13)
a) Fiksasi eksternal
Applikasi fiksasi eksternal biasanya cepat dilakukan dengan tidak ada
implantasi bahan-bahan di bawah kulit.
b) Nailing intramedular (paku)
Nailing merupakan gold standar untuk terapi pada fraktur shaft, dan bisa
juga digunakan pada fraktur terbuka stadium I-III.
c) Plates
Plates digunakan untuk fraktur terbuka pada lokasi periartikular dan
metafiseal serta pada lengan.
4. Rekonstruksi jaringan lunak
Pada kebanyakan fraktur terbuka, penutupan primer lukapadakulitakan
meningkatkan risiko infeksi yang disebabkan oleh tekanan dari daerah luka dan
vaskularisasi perifer maupun lokal. Selain itu, perawatan jaringan lunak sangat
penting untuk mengelakkan terjadinya komplikasi septik dari kontaminasi
nosokomial. Subtitusi kulit artificial yang modern (epigard) atau system
penutupan vacum (vasoseal) dapat menyembuhkan luka secara adekuat. Fungsi
penutupan vacuum (vasoseal) adalah untuk efek additive pada proteksi supaya
18
dapat melawan kontaminasi sekunder dan efek additive pada pengeringan luka,
yang secara kontinuitas mengontrol situasi pada luka(13).
Penatalaksanaan Fraktur pada Anak
Perbedaan antara penanganan fraktur pada anak-anak dengan orang
dewasa adalah didasari dari adanya ketebalan periosteum pada kasus fraktur
diafisis atau fraktur metafisis. Walaupun prinsip pengobatan fraktur secara umum
dapat digunakan pada anak-anak, tetapi prinsip utama pengobatan pada anak-anak
adalah secara konservatif baik dengan cara manipulasi tertutup atau traksi
kontinu.8
Tindakan yang dapat dilakukan menurut Salter-Harris antara lain :8
-
dilakukan oleh karena masih ada perlekatan periostum yang utuh dan baik.
Salter-Harris II, tindakan konservatif dan dilakukan reposisi tetapi apabila
bawah.
Imobilisasi dengan bidai eksterna (tanpa reduksi), imobilisasi pada fraktur
dengan bidai eksterna hanya memberikan sedikit imobilisasi, biasanya
mempergunakan plester of Paris (gips) atau dengan bermacam-macam bidai
dari plastic atau metal. Diindikasikan pada fraktur yang perlu di pertahankan
posisinya dalam proses penyembuhan.
19
Reduksi
tertutup
dengan
manipulasi
dan
imobilisasi
eksterna,
K. KOMPLIKASI FRAKTUR
1. Infeksi ( osteomyelitis )
Pada osteomyelitis, mikroba masuk melalui kulit yang rusak, meskipun dapat
pula ditularkan melalui pembuluh darah. Penyembuhan tidak akan terjadi
jikamasih ada infeksi yang masih berlangsung(14).
Gambar 11
: A. Infeksi awal pada metaphyseal, terdapat destruksi fokal yang minimal
20
2. Non union
Penyembuhan secara non union pada tulang terjadi dalam jangka waktu yang
lama. Pada radiologis kelihatan jalur fraktur yang persisten(14, 15).
3. Malunion
Terjadi proses penyembuhan fraktur yang tidak sesuai dengan posisi anatomi (14,
15)
21
Gambar
telah
terdapat angulasi
dimana
13
distal(14).
Beberapa
anak
22
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
Omar F, David M. The osteology of the lower limb. In: Osney M, editor.
Anatomy at a Glance: Blackwell Science; 2002. p. 93-4.
4.
Seeley, S S, Tate. Skeletal system : Bone and Bone tissue. In: Seeley, S S,
Tate, editors. Anatomy and Physiology. 6 ed2004. p. 181-3.
5.
6.
Jeffrey G Norvell MSTMC. Tibia and Fibula Fracture: WebMD LLC; Jun
11, 2013.
7.
James R. Roberts. Fractures: Merck Sharp & Dohme Corp.; October 2007.
8.
1.Rasjad C, prof. MD. PhD. Fraktur Epifisis dalam Pengantar Ilmu Bedah.
Edisi Ketiga. Cetakan Kelima. Yarsif Watampone, Jakarta. 2007. Hal: 613,374
9. William Moore, MD; Chief Editor: Felix S Chew, MD, MBA, EdM.[online]
[cited on march 20,2012] URL:http//www.emedicine.com
10.
11.
Paul, Juhl's. Healing of Fractures. In: H. JJ, B. CA, E. KJ, W. PL, editors.
Essential of radiologic Imaging 7th ed: Lippincott Williams & Wilkins;
1998.
23
12.
D. NC, M. ND. Primary Fracture Healing. In: D> NC, editor. Textbook of
Small Animal Orthopedics J.B. Lippincott 1985.
13.
14.
David S, J.A. RP, P.R. JJ, W. WR, L. AP, Peter W, et al. Periosteal
Reaction; bone and joint infection & Skeletal Trauma ; General
Consideration. In: W.R. YJ, editor. Textbook of Radiology and Imaging. 2.
7th ed: Churchill Livingstone; 2003. p. 1155 & 371-377.
15.
24