PENDAHULUAN
aterm,
terutama
terhadap
kematian
perinatal
belum
ada
persesuaian
paham.
Dalam
kenyataannya
bagi
perdarahan
ibu
dengan
kehamilan
pascapersalinan
ataupun
postterm
tindakan
dapat
berupa
obstetrik
yang
tepat
terhadap
kehamilan
postterm
akan
memberikan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Kehamilan Serorinus/ kehamilan postterm/ Kehamilan lewat bulan (KLB)
adalah kehamilan yang berlangsung 42 minggu (294 hari) atau lebih, dihitung dari
HPHT dengan lama siklus haid rata-rata 28 hari. Beberapa penulis juga
menyatakan KLB sebagai kehamilan melebihi 42 minggu. Jika ditinjau dari segi
bayi yang dilahirkan maka lebih dianjurkan menggunakan istilah postmatur,
dimana istilah ini merujuk pada fungsi. Jika ditinjau dari segi bayi, maka usia
gestasi dilihat dengan memeriksa tanda-tanda fisik dan laboratorium yang
ditemukan pada bayi dan dengan melakukan penilaian menurut score maturity
rating. Istilah kehamilan lewat bulan mempunyai beberapa sinonim yaitu: postterm pregnancy, kehamilan postdatisme, prolonged pregnancy, extended
pregnancy, kehamilan postmatur, kehamilan serotinus, late pregnancy, post
maturity pregnancy.
Beberapa istilah yang perlu dimengerti antara lain: janin aterm adalah janin
pada kehamilan minggu ke 38-42 setelah HPHT, dengan asumsi ovulasi terjadi 2
minggu setelah HPHT. Preterm dimaksudkan untuk kehamilan dan janin adalah
saat sebelum minggu ke 38 dari HPHT, sedangkan bayi prematur adalah bayi yang
lahir pada minggu ke 37 atau kurang. Prematuritas adalah bayi yang lahir hidup
dengan berat badan 2.500 gram atau kurang. Istilah postmature sering digunakan
4
dipakai batasan umur kehamilan 42 minggu maka angka kejadian KLB sebesar
12%. Tapi mengingat resiko yang dihadapi oleh janin dan ibu, maka batasan yang
digunakan adalah umur kehamilan 42 minggu atau lebih. Untuk itu penderita perlu
dirawat karena termasuk kehamilan resiko tinggi.
C. ETIOLOGI
Terjadinya KLB sampai sekarang belum jelas diketahui, beberapa teori
dicoba untuk menjelaskan terjadinya KLB. Secara umum teori-teori tersebut
menyatakan KLB terjadi karena adanya gangguan terhadap timbulnya persalinan.
Menjelang persalinan terjadi penurunan hormon progesteron, peningkatan
oksitosin serta peningkatan reseptor oksitosin, tetapi yang paling menentukan
adalah terjadinya produksi prostaglandin yang menyebabkan his adekuat.
Secara garis besar penyebab terjadinya KLB dari beberapa teori tersebut di
atas dapat dirangkum:
1. HPHT tidak jelas terutama pada ibu-ibu yang tidak melakukan pemeriksaan
antenatal yang teratur dan berpendidikan rendah.
2. Ovulasi yang tidak teratur dan adanya variasi waktu ovulasi oleh karena
sebab apapun.
3. Kehamilan ekstrauterin.
4. Riwayat KLB sebelumnya, sebesar 15% beresiko untuk mengalami KLB.
5. Penurunan kadar estrogen janin, dapat disebabkan karena:
-
Kurangnya
produksi
16-a-hidroksidehidroeplandrosteron-sulfat
D. PATOFISIOLOGI
1) Sindrom Postmatur
7
kaseosa dan maserasi berupa kulit kering, rapuh, dan mudah mengelupas.
Stadium 2: kulit berwarna hijau, disertai mekonium.
Stadium 3: kulit menjadi berwarna kuning-hijau pada kuku, kulit dan tali
pusat.
Bayi postmatur menunjukkan gambaran yang unik dan khas. Gambaran
ini berupa kulit keriput, mengelupas lebar-lebar, badan kurus yang menunjukkan
pengurasan energy, dan maturitas lanjut karena bayi tersebut bermata terbuka,
tampak luar biasa siaga, tua dan cemas. Kulit keriput dapat amat mencolok di
telapak tangan dan telapak kaki. Kuku biasanya cukup panjang. Kebanyakan bayi
postmatur seperti itu tidak mengalami hambatan pertumbuhan karena berat
lahirnya jarang turun di bawah persentil ke-10 untuk usia gestasinya. Namun,
dapat terjadi hambatan pertumbuhan berat, yang logisnya harus sudah lebih
dahulu terjadi sebelum minggu 42 minggu lengkap.banyak bayi postmatur
Clifford mati dan banyak yang sakit berat akibat asfiksia lahir dan aspirasi
mekonium. Beberapa bayi yang bertahan hidup mengalami kerusakan otak.
Insiden sindrom postmaturitas pada bayi berusia 41, 42, 43 minggu
masing-masing belum dapat ditentukan dengan pasti. Shime dkk (1984), dalam
satu diantara segelintir laporan kontemporer tentang kronik postmatur,
menemukan bahwa sindrom ini terjadi pada sekitar 10% kehamilan antara 41 dan
43 minggu serta meningkat menjadi 33% pada 44 minggu. Oligohidramnion yang
menyertainya secara nyata meningkatkan kemungkinan postmaturitas. Trimmer
dkk (1990) mendiagnosis oligohidramnion bila kantung cairan amnion vertical
maksimum pada USG berukuran 1 cm atau kurang pada gestasi 42 minggu dan
88% bayi adalah postmatur.
2) Disfungsi Plasenta
Clifford (1954) mengajukan bahwa perubahan kulit pada postmatur
disebabkan oleh hilangnya efek protektif verniks kaseosa. Hipotesis keduanya
yang terus mempengaruhi konsep-konsep kontemporer menghubungkan sindrom
postmaturitas
dengan
penuaan
plasenta.
Namun
Clifford
tidak
dapat
Trimmer dkk (1990) mengukur produksi urin janin tiap jam dengan
menggunakan pengukuran volume kandung kemih ultrasonic serial pada 38
kehamilan dengan usia gestasi 42 minggu atau lebih. Produksi urin yang
berkurang ditemukan menyertai oligohidramnion. Namun, ada hipotesis bahwa
aliran urin janin yang berkurang mungkin merupakan akibat oligohiramnion yang
sudah ada dan membatasi penelanan cairan amnion oleh janin. Velle dkk (1993)
dengan menggunakan bentuk-bentuk gelombang Doppler berdenyut, melaporkan
bahwa aliran darah ginjal janin berkurang pada kehamilan postterm dengan
oligohidramnion.
4) Pertumbuhan Janin Terhambat
Hingga kini makna klinis pertumbuhan janin terhambat pada kehamilan
yang seharusnya tanpa komplikasi tidak begitu diperhatikan. Morbiditas dan
mortalitas meningkat secara signifikan pada bayi yang mengalami hambatan
pertumbuhan . seperempat kasus lahir mati yang terjadi pada kehamilan
memanjang merupakan bayi-bayi dengan hambatan pertumbuhan yang jumlahnya
relative kecil.
E. MANIFESTASIS KLINIS
11
Keadaan klinis yang dapat ditemukan ialah gerakan janin yang jarang, yaitu
secara subyektif kurang dari 7 kali/20 menit atau secara obyektif dengan KTG
kurang dari 10 kali/20 menit.
Pada bayi akan ditemukan tanda-tanda lewat waktu yang terbagi menjadi :
Stadium I
12
13
Kuku-kuku panjang
F. DIAGNOSA
Tidak jarang seorang dokter mengalami kesulitan dalam menentukan
diagnosis kehamilan postterm karena diagnosis ini ditegakkan berdasarkan umur
kehamilan, bukan terhadap kondisi kehamilan. Beberapa kasus yang dinyatakan
sebagai kehamilan postterm merupakan kesalahan dalam menentukan umur
kehamilan. Kasus kehamilan postterm yang tidak dapat ditegakkan secara pasti
diperkirakan sebesar 22%.
Diagnosis kehamilan lewat waktu biasanya dari perhitungan rumus
Naegele setelah mempertimbangkan siklus haid dan keadaan klinis. Bila ada
keraguan, maka pengukuran tinggi fundus uterus serial dengan sentimeter akan
memberikan informasi mengenai usia gestasi lebih tepat. Keadaan klinis yang
mungkin ditemukan ialah air ketuban yang berkurang dan gerakan janin yang
jarang.
Dalam menentukan diagnosis kehamilan postterm di samping dari riwayat
haid, sebaiknya dilihat pula hasil pemeriksaan antenatal.
14
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam mendiagnosis kehamilanlewat waktu,
antara lain :
1.
HPHT jelas.
2.
3.
Terdengar denyut jantung janin (normal 10-12 minggu dengan Doppler, dan 19-20
minggu dengan fetoskop).
4.
Umur kehamilan yang sudah ditetapkan dengan USG pada umur kehamilan kurang
dari atau sama dengan 20 minggu.
5.
Tes kehamilan (urin) sudah positif dalam 6 minggu pertama telat haid.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Sujiyatini dkk (2009), pemeriksaan penunjang yaitu USG untuk
menilai usia kehamilan, oligohidramnion, derajat maturitas plasenta. KTG untuk
menilai ada atau tidaknya gawat janin.
Menurut Mochtar (1998), pemeriksaan penunjang sangat penting
dilakukan, seperti pemeriksaan berat badan ibu, diikuti kapan berkurangnya berat
badan, lingkaran perut dan jumlah air ketuban. Pemeriksaan yang dilakukan
seperti :
15
1. Bila wanita hamil tidak tahu atau lupa dengan haid terakhir setelah persalinan
yang lalu, dan ibu menjadi hamil maka ibu harus memeriksakan
kehamilannya dengan teratur, dapat diikuti dengan tinggi fundus uteri,
mulainya gerakan janin dan besarnya janin dapat membantu diagnosis.
2. Pemeriksaan Ultrasonografi dilakukan untuk memeriksa ukuran diameter
biparietal, gerakan janin dan jumlah air ketuban. Bila telah dilakukan
pemeriksaan USG serial terutama sejak trimester pertama, maka hampir
dapat dipastikan usia kehamilan. Sebaliknya pemeriksaan yang sesaat setelah
trimester III sukar untuk memastikan usia kehamilan. Pemeriksaan
Ultrasonografi pada kehamilan postterm tidak akurat untuk menentukan
umur kehamilan. Tetapi untuk menentukan volume cairan amnion (AFI),
ukuran janin, malformasi janin dan tingkat kematangan plasenta.
3. Pemeriksaan berat badan ibu, dengan memantau kenaikan berat badan setiap
kali periksa, terjadi penurunan atau kenaikan berat badan ibu.
4. Pemeriksaan Amnioskopi dilakukan untuk melihat derajat kekeruhan air
ketuban menurut warnanya yaitu bila keruh dan kehitaman berarti air
ketuban bercampur mekonium dan bisa mengakibatkan gawat janin
(Prawirohardjo, 2005).
16
17
H. TATALAKSANA
Prinsip dari tata laksana kehamilan lewat waktu ialah merencanakan
pengakhiran kehamilan. Cara pengakhiran kehamilan tergantung dari hasil
pemeriksaan kesejahteraan janin dan penilaian skor pelvik (pelvic score).
Ada beberapa cara untuk pengakhiran kehamilan, antara lain :
1. Induksi partus dengan pemasangan balon kateter Foley.
2. Induksi dengan oksitosin.
3. Bedah seksio sesaria.
The
American
College
of
Obstetricians
and
Gynecologist
Pendataran
serviks
0-30%
40-50%
60-70%
80%
Pembukaan
serviks
1-2
3-4
5-6
Penurunan kepala
dari Hodge III
-3
-2
-1, 0
+1,
+2
Keras
Sedang
Lunak
Posterio
r
Searah
sumbu jalan
lahir
Anterior
Konsistensi
serviks
Posisi serviks
pelvis > 5, maka induksi persalinan dapat dilakukan. Induksi persalinan dilakukan
dengan Oksitosin 5 IU dalam infus RL Tetesan infus dimulai dengan 8 tetes/menit,
lalu dinaikkan tiap 30 menit sebanyak 4 tetes/menit hingga timbul his yang
adekuat. Selama pemberian infus, kesejahteraan janin tetap diperhatikan karena
dikhawatirkan dapat timbul gawat janin. Setelah timbul his adekuat, tetesan infus
dipertahankan hingga persalinan. Namun, jika infus pertama habis dan his adekuat
belum muncul, dapat diberikan infus drip Oksitosin 5 IU ulangan. Jika his adekuat
yang diharapkan tidak muncul, dapat dipertimbangkan terminasi dengan seksio
sesaria.
Tindakan operasi seksio sesarea dapat dipertimbangkan pada :
1. Insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang
2. Pembukaan yang belum lengkap, persalinan lama dan terjadi gawat janin,
atau
3. Pada primigravida tua, kematian janin dalam kandungan, pre-eklampsia,
hipertensi menahun, anak berharga (infertilitas) dan kesalahan letak janin.
I. KOMPLIKASI
3)
J. PENCEGAHAN
22
BAB III
LAPORAN KASUS
I.
IDENTITAS PASIEN
-
II.
Nama
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Agama
Suami
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
Tanggal MRS
Tanggal pemeriksaan
No RM
: Ny. M
: 22 tahun
:: IRT
: Islam
: Tn SH
: 31 tahun
: SD
: Swasta
: Pagutan
: 2 Desamber 2014 jam. 17.30 wita
: 2 Desember 2014
: 13.59.53
23
: 10 tahun
Siklus
: 28 hari
Lama
: 6-7 hari
Jumlah
: 2-3 pembalut/hari
: tidak ada
HPHT
: 15-02-2014
7. Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali selama 10 tahun.
8. Riwayat Obstetri
Hami
UK
l Ke
1
9 bln
BBL
Jenis
Cara
(gram)
Kelamin
Persalinan
3300
Perempuan
Spt B
Penolong
Hidup/Meninggal
Bidan
Hidup
24
Ket
gram
thn
Ini
PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan Generali
-
Keadaan Umum
Kesadaran
Tanda Vital
: Baik
: Compos Mentis
I: TD: 120/80 mmHg, HR: 84x/menit,
Kepala
Mata
Hidung
25
Thorax
Abdomen
Genitalia
Ekstremitas
(+/+),
turgor kulit
2. Pemeriksaan Obsetri
Inspeksi : tampak perut membuncit membujur.
Palpasi :
Leopold I : 2 jari dibawah px cypoideus
Teraba 1 bagian besar, bulat, lunak (Bokong)
Leopold II : Kanan : terasa bagian kecil-kecil
Kiri : teraba bagian memanjang, seperti papan
Leopold III : Terasa 1 bagian besar bulat keras (Kepala)
Masih dapat digerakan
Leopold IV : O belum masuk PAP
Pembukaan
1-2
3-4
5-6
0-30%
40-50%
60-70%
80%
Keras
Sedang
Lunak
Posisi serviks
Posterior
Medial
Anterior
Penurunan
-3
-2
-1,0
serviks
Pendataran
serviks
Konsistensi
serviks
kepala
+1,+2
dari
Hodge III
Score pada pasien 2
Bishops score <5
IV.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hb
: 12.2 gr%
Leukosit
: 13,07/L
Trombosit
: 227/ L
HCT
HbsAg
: 39.0 %
: Negatif (-)
27
V.
Bleeding time
: 3,15 menit
Clotting time
: 7,45 menit
GDS
: 107 mg/dl
DIAGNOSIS
G2P1A0H1 UK 42-43 minggu T/H/IU Preskep dengan Serotinus
VI.
RENCANA TINDAKAN
-
Inform consent
Kosongkan VU
Infus Ringer Laktat 500 ml, 20 tetes permenit
Pematangan serviks dengan Gastrol 1/8 tab pervaginam, observasi dan
evaluasi dalam 6 jam
28
Lembar Follow Up
Nama pasien
: Ny. M
Umur
: 22 thn
Dignosis
Tanggal/jam
Tgl : 2/12/2014
Catatan Observasi
S : Periksa kehamilan
Jam : 17.30 WT
Keterangan
Laboratorium :
Hb :12.2 gr%,
Leukosit : 13,07/L
Trombosit : 227/ L
HCT : 39.0 %
HbsAg : Negatif (-)
Bleeding time :3,15 mnt
Clotting time :7,45 mnt
GDS: 107 mg/dl
20.00
21.00
22.00
23.00
00.00
Tgl: 3/12/2014
00.20
00. 30
01.00
Evaluasi persalinan,
VT: taa
Lapor dr.Sp.OG
Advis : terminasi II
29
02.00
03.00
04.00
05.00
06.00
06.30
Evaluasi persalinan,
Lapor dr.Sp.OG
07.00
08.00
09.00
10.00
11.00
12.00
13.00
Evaluasi persalinan,
Lapor dr.Sp.OG
40 tpm.
13.15
13.45
14.15
14.45
15.15
15.45
16.15
16.45
30
17.00
Evaluasi persalinan,
Lapor dr.Sp.OG
Observasi
19.00
19.20
19.25
31
19.35
19.50
20.05
1 jam PP
20.20
20.40
21.10
2 jam PP
Tgl. 4/12/2014
Jam. 08.00
H+1 PPN
ikterik (-/-)
Leher : tidak ada KGB
Thorax : Simetris, Cor/pulmo dbn.
A: PPN +1
P: KIE, Asam Mefenamat 500 mg 3x1,
Amoxicilin 500 mg 3x1.
33
BAB IV
PEMBAHASAN
Dibahas suatu kasus Ny. M, 22 tahun, kehamilan 42-43 minggu dengan
Serotinus. Pasien datang membawa pengantar dari poli kandungan dengan
G2P1A0H1 UK 42-43 minggu/T/H/IU/Presentasi Kepala, KU ibu dan janin baik
dengan Serotinus. Dari anamnesis di dapatkan pasien mengatakan kehamilannya
sudah lewat dari waktu perkiraan persalinan, pasien belum merasakan kencengkenceng, tidak adanya lendir darah dan air ketuban tidak keluar, gerakan janin masih
dirasakan, dari riwayat penyakit dahulu pasien tidak memiliki Riwayat penyakit
infeksi kelamin, asma, hipertensi, diabetes mellitus, TBC, hepatitis seangkan dari
riwayat penyakit keluarga, riwayat hamil kembar, asma, hipertensi, DM, TBC,
gangguan jiwa disangkal serta pasien tidak memiliki riwayat alergi terhadap makanan
dan obat tertentu.
Pada pemeriksaan fisik generalisnya didapatkan kondisi ibu dalam Batas
Normal, sedangkan dari pemeriksaan obsetri didapatkan pada Inspeksi tampak perut
membuncit membujur, Palpasi: Leopold I : 2 jari dibawah px cypoideus Teraba 1
bagian besar, bulat, lunak (Bokong), Leopold II : Kanan : terasa bagian kecil-kecil,
Kiri : teraba bagian memanjang, seperti papan, Leopold III : Terasa 1 bagian besar
bulat keras (Kepala) Masih dapat digerakan, Leopold IV : O belum masuk PAP, DJJ:
144x/menit (Doppler) irama : 12-12-12, HIS : (-), TFU : 32 cm
pada pemeriksaan dalam didapatkan Portio posterior, konsistensi lunak, tidak ada
bukaan, Ketuban (+), Efficement 0%, bagian bawah kepala masih tinggi, lendir darah
(-). Pada pemeriksaan Laboratorium di dapatkan Hb: 12.2 gr%, Leukosit: 13,07/ L,
Trombosit : 227/ L, HCT : 39.0 % , HbsAg: Negatif (-), Bleeding time: 3,15 menit,
Clotting time : 7,45 menit, GDS: 107 mg/dl.
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik direncanakan tindakan yaitu Inform
consent, Kosongkan VU, Infus Ringer Laktat 500 ml, 20 tetes permenit dan dilakukan
34
Pematangan serviks dengan Gastrol 1/8 tab pervaginam, observasi dan evaluasi dalam
6 jam .
Setelah dilakukan pematangan serviks sampai terminasi ke III pasien belum
melahirkan serta tidak ada kemajuan pada tanda-tanda persalinan, penanganan
selanjutnya dengan drip oksitosin 5 unit dimulai dari 8 tpm sampai 40 tpm. Pada jam
19.20 wita Bayi lahir spontan dengan A-S : 7-9, JK: laki-laki, BB: 2900, PB: 52cm,
LK: 32, LD: 30cm, LL: 11 cm, anus(+), kel. (-).
35
DAFTAR PUSTAKA
Saifuddin AB. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi Keempat.
Jakarta: BP-SP, 2008.
Cunningham FG et al : Postterm pregnancy Williams Obstetrics , 22nd ed,
McGraw-Hill, 2005
Mochtar Rustam. SINOPSIS OBSTETRI jilid I. Edisi kedua. EGC. Jakarta
1988
Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka
Varney, Helen Dkk.2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan ed.4 vo1.
Jakarta.EGC
Wiknjosastro. 2000. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo.
APN. 2008. Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar. Jakarta:
Institusi DEPKES RI
Sulaiman S dkk.2004.Obstetri patologi.Jakarta:EGC
36