Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN

KASUS
Tatalaksana Anestesi
Pada Apendektomi
Apendisitis Akut
Oleh :
Dwi Rahmawati

IDENTITAS PASIEN

Nama
: Tn. A
Usia
: 26 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat
: Kekalik Jaya, Sekarbela
Agama
: Islam
Suku
: Sasak
Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan
: Swasta
Status Pernikahan : Menikah
Tanggal MRS : 28 Desember 2014
No. RM
: 13.83.60
Berat Badan : 60 kg
Tinggi Badan : 160 cm

Anamnesa Kunjungan PreOperasi (29 Desember


2014)
A : Alergi Makanan (-), Alergi Obat (-) Asma (-)
M : Tidak sedang menjalani pengobatan apapun.
P : Riwayat DM (-), Hipertrensi (-), kejang, nyeri
dada, keterbatasan aktifitas akibat sesak
dan tidak ada gangguan pada aktifitas
sehari-hari.
L : Makan/minum terakhir pukul 22.00
E : Pasien datang dengan mengeluh nyeri perut
kanan bawah sejak 7 hari yang lalu dan semakin
memberat 2 hari terakhir, . Pasien mengeluhkan
perut sakit jika digunakan berjalan, nyeri saat
ditekan. BAK dalam batas normal

Pemeriksaan Fisik PreOperasi


B1-Breathing
Airway paten, nafas spontan, RR 20
kali/menit
Wajah dan rongga mulut: bentuk wajah
dalam batas normal, buka mulut lebih dari 3
jari, mallampati 1, gigi utuh dan baik,
kebersihan rongga mulut baik.
Hidung: perdarahan (-), deviasi septum (-),
polip (-), PCH (-)
Leher: leher gemuk (-), leher ekstensi bebas,
trakea di tengah, massa regio colli (-)
Paru: suara paru vesikuler, rhonki |,
wheezing |

B2-Blood
Akral hangat, merah, dan kering.
Nadi 88 kali/menit, regular, dan kuat.
TD
130/80
mmHg,
JVP
tidak
meningkat, ictus kordis tidak terlihat,
ictus kordis teraba pada ICS V MCL
sinistra, batas jantung kanan atas
ICS II PSL dextra, batas jantung
kanan bawah ICS IV PSL dextra,
batas jantung kiri atas ICS II PSL
sinistra, batas jantung kiri bawah ICS
IV MCL sinistra, S1S2 tunggal, murmur
negatif, gallop negatif.

B3-Brain
Compos mentis, GCS 456, pupil bulat isokor
3mm | 3mm, refleks cahaya +|+.
B4-Bladder
BAK menggunakan (+), kuning jernih.
B5-Bowel
Flat, soefl, bising usus (+) menurun, nyeri
tekan (+) McBurney
B6-Bone/Body
Mobilitas (+), edema =|=, sianosis =|=,
anemis =|=, ikterik =|=, skoliosis (-), lordosis
(-), hemiparesis (-), distrofi otot (-), motorik dan
sensorik normal.

Pemeriksaan
Penunjang PreOperasi

1. USG Abdomen
Uterus: ukuran normal, posisi
anteversi. Tampak endometrial line
menebal.
Mc.Burney: Tidak tampak struktur
tubuler blunt end yang mengesankan
appendix edematous, tidak tampak
fat stranding/dilatasi caecum, nyeri
tekan probe (+) di R.Mc.Burney dan
suprapubic.

2. Pemeriksaan Laboratorium
Darah Lengkap
Hb
:15.0 g/dl
Eritrosit : 4,82/ l
Leukosit : 6.64/l
Trombosit : 214 /l
Hematokrit : 37,80 %
Faal Hemostatis
APTT
: 32.3
detik
PT (Waktu
Protrombin)
: 11.4
detik

Metabolisme
Karbohidrat :
Glukosa darah
sewaktu : 102
mg/dL
elektrolik serum
Ureum
: 36,1
mg/dL
Kreatinin : 0,5
mg/dL

Planning

Tanggal dilakukan anestesi : 30 /12/2014


Jenis anesthesia
: Regional Anestesi
Teknik anesthesia
: Spinal
Jenis pembedahan
: Appendiktomi

Persiapan Pre-Operasi
Surat persetujuan operasi dan
anastesi
Inform consent resiko tinggi operasi
Puasa 8 jam sebelum operasi
dimulai.keadaan penderita tenang,
kooperatif, tekanan darah 120/90
mmHg, nadi 89 kali/menit.
IVFD RL 500 cc 20 tpm
Premedikasi: Inj. Metilprednisolon 125
mg (i.v)
Inj. Ranitidin 50 mg (i.v)

Durante Operasi
Lama operasi
Lama anastesi
Medikasi :

: 10.15-11.00
: 10.00-11.15

Injeksi Ondancentron 4 mg
Fortanest 1 mg

Langkah Tindakan Anastesi:


Persiapan:
Menyiapkan meja operasi dan
asesorisnya
Menyiapkan mesin dan alat
anestesi
Menyiapkan Obat-Obat Anestesi

Teknik Anastesi:
1. Menyiapkan pasien di atas meja
operasi dengan posisi duduk dan
membungkuk.
2. Menentukan tempat tusukan dari
perpotongan garis yang
menghubungkan kedua krista
iliaka dengan tulang punggung,
yaitu L4 atau L4-L5.
3. Mensterilkan tempat tusukan
dengan kasa betadine

4. Dilakukan penyuntikan jarum spinal 27G di


tempat penusukan pada bidang medial
dengan sudut 10-30% terhadap bidang
horizontal kearah cranial. Jarum lumbal akan
menembus ligamentum supraspinosum,
ligamentum
interspinosum,
ligamentum
flavum, lapisan durameter, dan lapisan
subarachnoid. Stilet kemudian dicabut,
sehingga cairan serebrospinal akan keluar.
Obat anastetik Bunascan Spinal 0,5% Heavy
(bupivacaine HCL 5mg/ml dan dextrose
80mg/ml) yang telah disiapkan disuntikkan
ke dalam ruang subarachnoid.

6. Tempat penyuntikkan ditutup


dengan plester.
7. Menempatkan kembali pasien
dalam posisi supine dan pasien
ditanya apakah kedua tungkai
mengalami parastesi dan sulit
untuk digerakkan dan ditanyakan
apa ada keluhan mual-muntah,
nyeri kepala, dan sesak.
8. Memastikan kondisi pasien stabil
dengan vital sign dalam batas
normal.

Monitoring
Pernafasan: O2 nasal canule, 3 lpm
Cairan Masuk:
Pre operasi
: RL 1500cc
Durante operasi : Fima HES 500 cc.

Cairan Keluar:
Pre operasi
: urin (-)
Durante operasi :
Perdarahan: Kassa 100 cc
Urin: 100 cc

Laporan Anastesi PostOperasi

Ruang Rumatan
Pasien dipindah ke ruang rumatan dan
diawasi aktivitas motorik, sensorik dan
kesadaran. Bila pasien tenang dengan
Aldrette Score > 8 tanpa nilai nol, maka
pasien dapat dipindah ke bangsal. Pada
pasien ini, Aldrette Score bernilai 8,
dengan rincian sebagai berikut:
Warna kulit merah muda (nilai 2)
Pasien dapat bernapas dalam dan teratur (nilai
2)
Tekanan darah + 20 % dari tekanan darah
praanestesi (nilai 2)

Program pasca operasi :


Setelah pasien memiliki Aldrette Score > 8,
pasien dikirim ke bangsal dengan catatan:
Awasi tanda vital secara ketat
Awasi kesadaran
Infus cairan Ringer Laktat 1500 mL/24 jam
Cek Hb pasca operasi
Tidur terlentang dengan bantal
Jika kaki pasien dapat digerakkan dan pasien
sadar penuh, minum bertahap.
Pemberian analgesik
Pemberian antibiotik
Lain-lain sesuai dokter bedah
Keadaan gawat darurat, hubungi dokter
anestesi

Kesimpulan
Pasien adalah Laki-laki usia 26 tahun dengan
apendisitis akut, yang dilakukan operasi
apendiktomi pada tanggal 30 Desember 2014.
Tindakan anestesi yang dilakukan adalah
anestesi regional dengan teknik spinal. Hal ini
dipilih karena keadaan pasien sesuai dengan
indikasi anestesi regional.
Dimana anestesi spinal ialah pemberian obat
anestesi lokal kedalam ruang subarachnoid.
Anestesi
spinal
diperoleh
dengan
cara
menyuntikkan anestesi lokal kedalam ruang
subarachnoid.
Persiapan
anestesi
spinal
seperti persiapan pada anestesi umum. Daerah
disekitar tempat tusukan diteliti apakah akan
menimbulkan kesulitan, misalnya ada kelainan

Evaluasi pre operasi pada pasien dalam


batas normal. Tidak ditemukan kelainan
lain yang menjadi kontraindikasi
dilakukannya anestesi regional.
Selama durante operasi, tidak terjadi
komplikasi. Kondisi pasien relatif stabil
sampai operasi selesai.
Evaluasi post operatif dilakukan
pemantauan terhadap pasien, dan tidak
didapatkan keluhan. Selama di ruang
rumatan pasien cukup stabil dengan
Aldrete Score bernilai 8 dan tidak
terdapat score 0, sehingga pasien dapat
dipindahkan ke ruang rawat biasa.

Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai