Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tumor adalah jaringan baru yang timbul dalam tubuh akibat pengaruh
berbagai faktor penyebab tumor. Tumor dapat dibagi menjadi tumor
odontogenik dan non odontogenik. Tumor odontogenik, dibagi lagi menjadi
tumor yang berasal dari ektodermal, mesiodermal, dan campuran mesio-
ektodermal. Sedangkan tumor non-odontogenik dibagi menjadi tumor
osteogenik, non-osteogenik, tumor jaringan vaskuler, dan tumor jaringan
syaraf.

Tumor non-osteogenik dibagi menjadi tumor epitel, hiperplasi inflamasi


dan tumor mesiodermal. Pada penggolongan ini, epulis termasuk kepada tumor
epitel. Epulis adalah istilah yang nonspesifik untuk tumor dan massa seperti
tumor pada gingiva (gusi). Faktor predisposes dari epulis adalah iritasi kronis
lokal misalnya kalkulus, karies servikal, sisa akar gigi. Epulis dapat dibedakan
berdasarkan etiologi terjadinya antara lain : epulis congenitalis, epulis
fibromatosa, epulis granulomatosa, epulis fissuratum, epulis gravidarum, dan
epulis angiomatosa.

Perubahan hormon yang terjadi saat hamil berpengaruh besar terhadap


kesehatan gigi dan mulut, termasuk gusi. Perubahan hormon ini menyebabkan
terjadinya perlunakan pembuluh darah gusi sehingga bisa menimbulkan
peradangan pada gusi. Masalah lain adalah pembengkakan pada gusi (epulis
gravidarum) yang terjadi di gusi di antara dua gigi.

1
BAB II
LAPORAN KASUS

2.1. Identitas Pasien


 Nama : Ny. X
 Umur :
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Agama : Islam
 Status : Sudah menikah
 Suku : Sasak
 Alamat : Pagesangan
 Pekerjaan :
 Tanggal Pemeriksaan : 9 Juni 2015

2.2. Anamnesa
2.2.1. Keluhan Utama : Benjolan pada gusi kiri
2.2.2. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Poliklinik Gigi RSUD Kota Mataram, pasien
datang sendiri. Pasien mengeluh ada benjolan pada gusi bawah kiri
yang sudah timbul sejak 2 bulan yang lalu. Pasien mengatakan
benjolan tidak terasa nyeri, tidak mengeluarkan darah saat disentuh,
dan terus membesar. Pasien mengatakan bahwa benjolan ini timbul
setelah pemakaian kawat gigi selama 2 bulan yang lalu. Pasien juga
mengatakan bahwa benjolan hanya terdapat di gusi kiri bawah.
2.2.3. Riwayat Penyakit Dahulu:
Pasien mengaku tidak pernah memiliki gejala-gejala yang
sama seperti saat ini sebelumnya, pasien mengaku tidak memeliki
gejala-gejala penyakit kencing manis, darah tinggi, pasien juga
mengaku tidak memiliki gejala-gejala sering sesak nafas karena

2
alergi, dan juga tidak ada alergi terhadap makanan juga obat
tertentu.

2.2.4. Riwayat Penyakit Keluarga:


Dari pengakuan pasien, keluarga pasien tidak ada yang
memiliki gejala yang sama seperti yang disebutkan oleh pasien, dan
sebelumna juga tidak ada keluarganya yang menderita gejala yang
sama.

2.2.5. Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien bekerja dan merupakan warga menengah ke atas,
pasien sudah menikah.

2.3. Pemeriksaan Fisik


2.3.1. Tanda Vital
 TD : 120/70 mmHg
 Nadi : 98 x/menit, irama teratur, isi dan tegangan
cukup, pulsus maksimal
 Respirasi : 18 x/menit
 Suhu : 36,5 ºC

2.3.2. Pemeriksaan Fisik


 Inspeksi : Terlihat massa pada ginggiva sinistra anterior
dibawah gigi 32 s.d. 34. Warna merah, tepi rata, tidak bernodul,
dan terdapat 1 benjolan saja.
 Palpasi : Permukaan massa licin, permukaan tidak
rata, dan kosistensi kenyal.

3
Gambar 2.1. Inspeksi Pada Pasien Ny. X

2.4. Differential Diagnosis


2.4.1. Epulis Fibromatosa
2.4.2. Karsinoma Gingiva
2.5. Diagnosis
2.5.1. Epulis Fibromatosa

2.6. Rencana Tindakan


2.6.1. Eksisi Epulis

Gambar 2.2. Anastesi Lokal Sekitar Epulis

4
Gambar 2.3. Eksisi Epulis

Gambar 2.4. Post Eksisi Epulis

2.7. Terapi
2.7.1. Non Medikamentosa
 Kurangi aktifitas berbicara
 Tidak boleh kumur-kumur setelah tindakan
 Tidak boleh minum yang hangat-hangat tapi diperbolehkan
konsumsi yang dingin seperti, air dingin, dan ice cream.
 Monitoring perdarahan
 KIE pasien untuk datang kontrol 3 hari lagi
2.7.2. Medikamentosa

5
 Pemberian anti nyeri seperti, asam mefenamat, atau natrium
diklofenac, dan golongan yang lebih kuat jika nyeri sekali.
 Pemberian antibiotik spectrum luas.

6
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Epulis
3.1.1. Definisi

Epulis adalah istilah yang nonspesifik untuk tumor dan massa


seperti tumor pada gingiva (gusi). Ada beberapa jenis dari epulis,
masing-masing memiliki karakteristik yang unik dan khas.

3.1.2. Faktor predisposisi

Iritasi kronis lokal misalnya kalkulus, karies servikal, sisa


akar gigi.

3.1.3. Jenis-jenis Epulis

Epulis dapat dibedakan berdasarkan etiologi terjadinya antara


lain :

1. Epulis Gravidarum
2. Epulis Congenitalis
3. Epulis Fibromatosa
4. Epulis Granulomatosa
5. Epulis Fissuratum
6. Epulis Angiomatosa
7. Epulis Gravidarum (Tumor Kehamilan)
3.2. Epulis fibromatosa

Epulis jenis ini lebih sering dujumpai dibandingkan jenis lainnya dan sering
mengalami rekuren (kambuh) bila operasi pengangkatannya tidak sempurna.

7
Umumnya dijumpai pada orang dewasa. Terutama pada bagian gingiva, bibir dan
mukosa bagian bukal

1. Etiologi : iritasi kronis


2. Klinis : letak antara 2 gigi, bertangkai, warna agak pucat, konsistensi
kenyal
3. Pengobatan : eksisi
4. Terjadi pada mukosa mulut terutama pada tepi ginggiva, pipi dan lidah

Epulis ini terjadi pada rongga mulut terutama pada tepi gingival dan juga
sering terjadi pada pipi dan lidah. Etiologinya berasal dari iritasi kronis. Tampak
klinis yang terlihat antara lain bertangkai, dapat pula tidak, warna agak pucat,
konsistensi kenyal, batas tegas, padat dan kokoh. Epulis ini pula tidak mudah
berdarah dan tidak menimbulkan rasa sakit.

Jika epulis fibroma menjadi terlalu besar, bisa mengganggu pengunyahan


dan menjadi trauma serta ulserasi. Histologis ditandai oleh proliferasi jaringan ikat
collagenic dengan berbagai derajat dari sel infiltrasi inflamasi.Permukaan lesi
ditutupi oleh epitel skuamosa berlapis. Pengobatan ini dengan eksisi biopsi bedah
dan memiliki tujuan untuk menyingkirkan lesi/neoplasma lainnya.

Gambar 3.1. Epulis fibromatosa

8
3.2.1. Mikroskopis

Terlihat jaringan gusi dibatasi oleh epitel gepeng berlapis


yang mengalami proliferasi dengan ditandai oleh adanya rate peg
tidak beraturan. Stroma terdiri dari jaringan ikat fibrosa padat dan
kolagen yang tersusun dalam berkas yang tidak beraturan. Juga ada
sel radang kronis dalam stroma.

Gambar 3.2. Mikroskopis epulis fibromatosa

3.3. Epulis Granulomatosa

Epulis granulomatosa dapat terjadi pada semua umur namun kasus ini paling
banyak didiagnosa pada pasien dalam golongan umur 40-60 tahun, dan terutama
terjadi pada wanita.

Gambar 3.3. Epulis granulomatosa pada daerah palatal gigi insisif atas

9
3.3.1. Gejala

Lesi tampak sebagai pembesaran gusi yang muncul di antara


dua gigi, kaya vaskularisasi sehingga mudah berdarah dengan
sentuhan dan umumnya berwarna merah keunguan.

Ukurannya bervariasi, sebagian besar kasus biasanya


berukuran kurang dari 2 cm namun ada kasus yang ukurannya
diameter melebihi 4 cm. Lesi ini dapat tumbuh menjadi massa yang
bentuknya tidak beraturan yang dapat menjadi ulserasi dan mudah
berdarah. Pada beberapa kasus giant cell epulis dapat menginvasi
tulang di bawahnya sehingga pada gambaran radiografis akan
terlihat erosi tulang. Sebagian besar terdiri atas jaringan granulasi.
Konsistensi kenyal, mudah berdarah bila tersenggol.

Terlihat jaringan gusi dibatasi oleh epitel gepeng berlapis


yang mengalami proliferasi dengan rete peg (papil epitel yang
masuk ke dalam stroma jaringan ikat dibawah epitel) yang tidak
beraturan. Stroma terdiri dari jaringan granulasi yang disusun oleh
jaringan ikat, pembuluh darah, sebukan sel radang akut dan kronis.
Bila ada ulserasi, biasnya sel radang yang banyak dijumpai adalah
PMN sehingga dambarannya menyerupai granuloma piogenikum.

10
Gambar 3.4. Mikroskopis epulis granulomatosa

3.3.2. Perawatan

Perawatan giant cell epulis melibatkan bedah eksisi dan


kuretase tulang yang terlibat. Gigi yang berdekatan dengan epulis
juga perlu dicabut bila sudah tidak dapat dipertahankan, atau
dilakukan pembersihan karang gigi (scaling) dan penghalusan akar
(root planing). Dilaporkan angka rekurensi sebesar 10 % sehingga
diperlukan tindakan eksisi kembali.

3.4. Penatalaksanaan

Ekskokleasi epulis ialah pengangkatan jaringan patologis dari ginggiva,


pencabutan gigi yang terlibat serta pengerokan sisa jaringan pada bekas akar gigi.

3.4.1. Indikasi operasi

Epulis kecuali epulis gravidarum

3.4.2. Kontra indikasi Operasi

Ko morbiditas berat

3.4.3. Diagnosis Banding

Karsinoma gingiva

3.4.4. Pemeriksaan Penunjang

FNA

3.4.5. Teknik Operasi


1. Menjelang operasi
a. Penjelasan kepada penderita dan keluarganya mengenai
tindakan operasi yang akan dijalani serta resiko

11
komplikasi disertai dengan tandatangan persetujuan dan
permohonan dari penderita untuk dilakukan operasi.
(Informed consent).
b. Memeriksa dan melengkapi persiapan alat dan
kelengkapan operasi.
c. Penderita puasa minimal 6 jam sebelum operasi.
d. Antibiotika profilaksis, Cefazolin atau Clindamycin
kombinasi dengan Garamycin, dosis menyesuaikan
untuk profilaksis.
2. Tahapan operasi
 Dilakukan dalam kamar operasi, penderita dalam
narkose umum dengan intubasi nasotrakheal
kontralateral dari lesi, atau kalau kesulitan bisa
orotrakeal yang diletakkan pada sudut mulut serta
fiksasinya kesisi kontralateral, sehingga lapangan
operasi bisa bebas. Posisi penderita telentang sedikit
“head-up”(20-250), ekstensi (perubahan posisi kepala
setelah didesinfeksi).
 Desinfeksi intraoral dengan Hibicet setelah dipasang
tampon steril di orofaring.
 Desinfeksi lapangan operasi luar dengan Hibitane-
alkohol 70% 1:1000.
 Posisikan penderita tengadah dengan
mengganjal bantal pundaknya.
 Dengan menggunakan mouth spreader mulut
dibuka sehingga lapangan operasi lebih
jelas. Insisi dilakukan diluar tepi lesi pada jaringan
yang sehat dengan menggunakan couter-coagulation,
lakukan rawat perdarahan, lakukan pembersihan lebih
lanjut dengan jalan mencabut gigi yang terlibat serta
lakukan kerokan pada sisa sekitar tumor.
12
 Surat pengantar PA diberi keterangan klinis yang jelas.
3. Komplikasi operasi
 Perdarahan
 Infeksi
 Residif
4. Mortalitas
 Sangat rendah
5. Perawatan Pascabedah
 Infus Ringer Lactate dan Dextrose 5% dengan
perbandingan 1 : 4 (sehari). Antibiotik profilaksis
diteruskan 1 hari.
 Setelah sadar betul bisa dicoba minum sedikit-sedikit,
setelah 6 jam tidak mual bisa diberi makan.
 Pada penderita yang dipasang kasa verband tampon
steril pada saat operasi untuk menghentikan perdarahan
pada bekas akar gigi, bisa dilepas setelah 1 jam
dari operasi atau ancaman perdarahan sudah berhenti.
 Kumur-kumur/Oral hygiene penderita di teruskan
terutama sebelum dan sesudah minum/makan.
 Penderita boleh pulang sehari kemudian.
6. Follow-Up
 Tiap minggu sampai luka operasi sembuh

13
DAFTAR PUSTAKA

Dwiretno, Tantin. 2010. Epulis fibrosa dan granuloma piogenikum pada regio gigi
dengan hambatan oklusal.
http://staff.ui.ac.id/internal/130536742/publikasi/epulisfibrosa.pdf di
akses pada 11 Juni 2015

Newman, Michael G., Takel, Henry., Carranza, Fermin. 2009. Clinical


Peridontology Ninth Edition. Philadelphia ; W.B. Saunders Company.

Stern, Diane.2009. Epulis Fissuratum


http://emedicine.medscape.com/article/1077440-overview di akses pada 11
Juni 2015

Stern, Diane.2009.Epulis Fissuratum Follow Up


http://emedicine.medscape.com/article/1077440-followup di akses pada 11
Juni 2015

14

Anda mungkin juga menyukai