Anda di halaman 1dari 25

Sklil’s Lab 11 Identifikasi Penyakit Jaringan Lunak Mulut

Lesi Ulserasi Vesikulobulosa non Infeksi

Oleh :

Kelompok 3

Anna Deviani Maghfira 1713101010037


Yunita Ariani 1713101010036
Rizki Rachmayani Sitinjak 1713101010025
Fajrul Akmal 1713101010010
Siti Khaliza 1713101010055
Jeshy Asyifa 1713101010054
Wahida Putri Nurul H 1713101010053
Safira Fasya 1713101010029
Ghina Alya Shafira 1713101010028
M. Ikhwan Arzda 1713101010002

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2019
Kasus 1

1. Deskripsikan lesi yang tampak pada foto; klasifikasi lesi, bentuk, ukuran, lokasi, warna
dan hal-hal lain yang dianggap perlu!
- Klasifikasi lesi : krusta
- Bentuk : irreguler
- Ukuran :>2 cm
- Lokasi : Bibir

Warna : merah-kecoklatan

2. Tentukan & jelaskan anamnesa (spesifik) yang harus ditanyakan pada pasien terkait
lesi tsb!
1. Sejak kapan lesi tersebut muncul?
2. Apakah lesi tersebut sakit? (biasa lesi ini terutama pada bagian mulut ditandai
dengan nyeri yang hebat)
3. Apakah sebelumnya ada mengkonsumsi obat-obatan tertentu? Dan apa jenis obat
yang dikonsumsi?
4. Apakah sebelumnya pernah vaksin? Jika ada untuk apa?
5. Apakah lesi tersebut terdapat pada bagian tubuh yag lainnya? (eritema multiform
minor biasa melibatkan kulit atau mulut saja, sedangkan mayor yaitu lesi
kemerahan yang terjadi pada kulit dan mukosa mulut, hidung dan genital)

1
3. Tentukan pemeriksaan penunjang & alasannya
Pemeriksaan dapat ditegakkan melalui hasil pemeriksaan klinis.
Biopsi mungkin diperlukan untuk mengesampingkan penyakit imun dan virus.
4. Tentukan diagnosis kerja dan alasannya
Untuk diagnosis kerja dari kasus ini adalah erythema multiforme, Karena terdapat
krusta dan terdapat eritema pada bagian tepi. Selain itu terasa sakit dan terletak di
bibir.
5. Tentukan diagnosis banding!
- Primary Herpes Gingivostomatitis
- Paraneoplastic Pemphigus
- Steven-Johnson Syndrome
- Reccurent Aphthous Recurrent
6. Tentukan penatalaksanaan secara menyeluruh kepada pasien!
- Tidak butuh perawatan khusu, namun diindikasikan untuk ke spesialis
- Edukasi kepada Pasien
- Konsultasi ke opthalmology dan dermatology jika terdapat pada bagian tubuh
yang lain.
- Faktor predisposisi, jika ada harus di treatment
- Oral hygiene à 0,2% aqueous Chlorhexidine mouthwash
- Pemberian anitimicroba
- Penggunaan corticosteroid

Ref :

1. Cawson RA, Odell EW. Essential of Oral Pathology and Oral Medicine. 9th ed.
Churchill Livingstone, Edinburg. 2017. Pages 275-77
2. Regezi, Sciubba, Jordan. Oral Pathology, Clinical pathologic correlations.7th Ed.
Saunders. St. Louis. 2016. Pages 44-47

2
Kasus 2

Deskripsi Lesi

Tipe Lesi Lesi Primer Lesi Sekunder


Bulla Ulser
Bentuk  Bulla, berbentuk regular
 Ulser, berbentuk beraturan (regular)
Ukuran  Bulla, berukuran 3 cm pada arah horizontal
dan 0,5cm pada arah vertikal
 Ulser, berukuran 2 cm pada arah horizontal
dan 0,5 cm pada arah vertikal
warna  Bulla, Putih keabu-abuan
 Ulser, kemerahan
Lokasi  Bulla, Gingiva pada gigi 31.32.33.41
 Ulser, gingival pada gigi 42,43
Batas Tepi  Bulla, jelas
 Ulser, jelas
Tabel 2.2. Deskripsi Lesi Chemical Burn

Anamnesa Spesifik

Untuk mendapatkan diagnosis kerja dengan anamnesa yang spesifik dna dilihat
tampilan klinis pasien. Untuk anamnesa spesifik pasien bisa ditanyakan:

a. Apakah anda pernah menggunakan obat-obatan dan meletakkan nya di gusi?


(Obat seperti Aspirin yang diletakkan di gingiva daat menyebabkan Chemical
Burn).
b. Apakah anda menggunakan produk pemutih gigi secara berlebihan?
(karena pemakaian yang tidak terkontrol dapat merusak jaringan).

3
c. Apakah pasien sebelumnya pernah perawatan ke dokter gigi?
(karena Chemical Burn dapat disebabkan oleh Iatrogenik).
d. Apakah anda secara tidak sengaja memasukkan bahan kimia ke dalam mulut?
(karena bahan kimia dapat menyebabkan Chemial Burn, Contoh : Gasoline,
Spiritus).
e. Apakah anda sedang mengkomsumsi Antibiotik?
(Karena penggunaan antibiotikdapat menginduksi Candidiasis Pseudomembran
bukan Chemical burn).

Pemeriksaan Penunjang dan Alasannya

Secara gambaran klinis sudah dapat di tegakkan diagnosis, tapi kalau masih ragu
maka dapat dilakukan pemeriksaan histopatologis. Dalam kasus luka bakar kimia dan panas
di mana kelainan klinis yang jelas telah berkembang, komponen epitel menunjukkan nekrosis
koagulatif melalui seluruh ketebalannya. Eksudat fibrinosa juga tampak jelas. Jaringan ikat
yang mendasarinya sangat meradang. Luka bakar listrik lebih merusak, menunjukkan
perluasan nekrosis yang dalam, seringkali ke otot.3

Diagnosis Kerja

Dx : Suspect Chemical Burn

Alasannya:

Dalam kasus pemaparan jangka pendek terhadap agen yang mampu menginduksi nekrosis
jaringan, dapat terjadi eritema ringan lokal. Dengan meningkatnya konsentrasi dan waktu
kontak agen penyebab, nekrosis koagulatif permukaan lebih mungkin terjadi, menghasilkan
pembentukan slough putih, atau membran. Dengan traksi lembut, permukaan mengelupas
dari jaringan ikat, menghasilkan rasa sakit. Dikarenakan tampilan klinisnya irregular, putih,
tertutupi pseudomembran.3

Diagnosis Banding Beserta Alasannya

Oral burn yang disebabkan oleh aspirin atau cedera chemical iatrogenic biasanya
tidak menampilkan suatu diagnosis banding dimana sumber dari paparan chemical tsb jelas
yang dimana tampak lesi berwarna putih yang dapat dihilangkan.
Tampilan membrane yang tipis dari chemical burn bisa dibedakan dari lesi
candidiasis. Lesinya yang mirip seperti ulser dibandingkan lesi putih.

4
Rencana Perawatan dan Perawatan

Rencana Perawatan:
 Lesi yang kecil atau kurang parah dapat sembuh dengan sendirinya begitu iritan di
removed.
 Kontrol nyeri dapat mengunakan topikal anastesi seperti viscous lidocaine.
 Topical steroids or intra-lesional steroid injections dapat digunakan.
 Untuk menghindari reinjury, dapat dilakukan konseling pasien mengenai menghindari
penggunaan substansi caustic dan penggunaan obat yang benar.
 Dokter gigi juga harus lebih sadar untuk mengambil tindakan perlindungan ketika
menggunakan substansi causatic dan instrumen yang dipanaskan.

Perawatan:
 Pengobatan terbaik adalah dengan pencegahan paparan mukosa mulut dengan caustic
materials.
 Ketika meresepkan obat kaustik yang berpotensi, dokter harus menginstruksikan
pasien untuk menelan obat dan tidak membiarkannya tetap di oral cavity untuk jangka
waktu yang signifikan.
 Anak-anak sebaiknya tidak menggunakan aspirin kunyah segera sebelum tidur, dan
mereka harus membilas setelah digunakan.
 Daerah nekrosis superfisial biasanya sembuh sempurna tanpa jaringan parut dalam 10
hingga 14 hari setelah penghentian agen akhir.
 Untuk perlindungan sementara, beberapa dokter telah merekomendasikan protective
emollient paste atau hydroxypropyl cellulose ilm.
 Topikal anastesi dapat di gunakan untuk menghilangkan nyeri sementara
 Ketika area nekrosisnya besar, maka surgical débridement and antibiotic sering
diperlukan untuk penyembuhan dan mencegah penyebaran nekrosis.
 local symptomatic therapy bertujuan menjaga kebersihan mulut, seperti obat kumur
sodium bicarbonate dengan atau tanpa menggunakan analgesik sistemik Alcohol-
based commercial mouth rinses harus di hentikan karna memiliki efek kering pada
mukosa mulut

5
Referensi :

1. Cawson RA, Odell EW. Essential of Oral Pathology and Oral Medicine. 9th ed.
Churchill Livingstone, Edinburg. 2017.
2. Regezi, Sciubba, Jordan. Oral Pathology, Clinical pathologic correlations.7th Ed.
Saunders. St. Louis. 2016.

Kasus 3

6
1. Deskripsikan lesi yang tampak pada foto; klasifikasi lesi, bentuk, ukuran, lokasi,
warna dan hal-hal lain yang dianggap perlu

Tipe lesi : Ulser


Bentuk : Oval
Ukuran : 3 mm
Lokasi : Mukosa labial
Warna : Putih kekuningan

2. Tentukan& jelaskan anamnesa (spesifik) yang harus ditanyakan pada pasien terkait
lesi tsb

- Sejak kapan lesi ini timbul ?


Biasanya SAR herpetiform muncul dengan durasi waktu 10-14 hari
- Apakah terasa sakit pada lesi ?
SAR herpetiform biasanya pasien akan terasa sakit
- Apakah sebelumnya sudah pernah terjadi lesi seperti ini ? SAR herpetiform
biasanya muncul berulang/rekuren
- Apakah lesinya membesar atau sama seperti pertama timbul ?
Jika terjadi pembesaran ukuran kemungkinannya adalah squamous sel carcinoma
(SCC)
- Apakah ada keluarga yang mengalami seperti ini juga ?
Salah satu faktor predisposisi SAR herpetiform adalah herediter
- Apakah pasien sedang demam atau pusing ?
SAR herpetiform biasanya tidak terjadi gejala demam atau pun pusing. Tetapi
diagnosis banding SAR herpetiform seperti Herpes gingivostomatitik terjadi
demam sebelum lesi muncul.

7
- Apakah pasien sedang mengkonsumsi obat-obatan ?
SAR herpetiform biasanya tidak disebabkan oleh pengaruh obat obatan. Lesi lain
yang dapat dipengaruhi dari reaksi obat obatan adalah traumatic ulser atau eritema
multiform.

3. Tentukan pemeriksaan penunjang & alasannya


Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah biopsy. Biopsi dilakukan jika lesi tidak
sembuh dalam waktu 14. Biopsy dilakukan untuk membantu mendiagnosis lesi atau untuk
memastikan bahwa lesi tersebut adalah SAR herpetiform atau squamous cell carcinoma atau
diagnosis banding lainnya.

4. Tentukan diagnosis kerja dan alasannya


Untuk diagnosis kerja dari kasus 3 adalah Stomatitis Aphtous Recurrent (SAR)
herpetiform. Karena terdapat ulser berjumlah lebih dari 5 dengan ukuran 1-3 mm, terasa sakit
berbentuk bulat atau oval, berbatas jelas, terdapat lingkaran eritematous, dan terletak
dimukosa non keratin (mukosa labial).

5. Tentukan diagnosis banding disertai alasannya

Etiologi Prediposisi Lokasi Tampilan


klinis
Primary HSV 1 (Virus Penurunan Biasanya Eritema, Gejala
herpetic laten di sistem imun dimukosa non kumpulan prodromal
gingivostom ganglion saraf keratin tetapi vesikel/ulser 1-3 hari :
atitis sensori) dapat juga di bisa demam,
mukosa bergabung malaise,
berkeratin menjadi ulser kehilangan
yang lebih nafsu
besar makan,
myalgia,
sakit kepala,
mual

8
Behcet’s Belum Imunogenetik Manifestasi Lesi
syndrom diketahui (HLA-B51) triad: menyerupai
Ulser pada oral, eritema atau
ulser pada area pustular besar
genital, dan
mata
(konjungtivitis
pada mata)

HSV Infeksi virus sinar Paling umum Multiple gejala


sekunder HSV 1 matahari, pada bibir, small ulcers prodromal
stres, intraoral pada didahului dari
imunosupresi palatum dan oleh vesikel kesemutan,
attached terbakar, atau
gingiva nyeri di
tempat
berkembangn
ya lesi
Traumatic Trauma Umumnya Ulser Terdapat
Ulser terjadi pada berwarna riwayat
mukosa lanial abu” trauma
dan bukal, tepi kekuningan
lidah dan dengan
palatum keras ukuran dan
bentuk
bervariasi
tergantung
penyebabnya
Ulser cekung
dan
berbentuk
oral dengan
tepi eritema

9
Pemphigus Autoimun Mempengaruhi Hadir Tanda
vulgaris (Reaksi kulit dan / atau sebagai ulcer Nikolsky (+)
autoimun mukosa yang
terhadap didahului
protein oleh vesikel
keratinosit berumur
antar sel pendek atau
(desmoglein bula
3)) Persisten dan
progresif

6. Tentukan penatalaksanaan secara menyeluruh kepada pasien disertai alasannya


(termasuk instruksi khusus, dosis obat, rujukan)
- Menggunakan dexamethasone 1 sendok the (5ml) 4 kali sehari. Hentikan
pemakaian jika sudah sembuh.
- Dapat juga menggunakan tetrasiklin 250 mg kedalam 30 ml air hangat lalu kumur
selama beberapa menit lalu buang, lakukan 4 kali sehari selama 4 hari
- Dapat menggunakan kortikosteroid (Betametasone valerate/Valisone 0,1%)
topikal oleskan pada lesi setelah makan dan sebelum tidur
- Instruksikan kepada pasien untuk istirahat yang cukup dan makan makanan yang
bergizi

Sumber :
• Brad W. Neville, Douglas D. Damm, Carl M. Allen, Angela C. Oral and Maxillofacial
Pathology. 2015
• EWOdell. Cawsons Essentials of Oral Pathology and Oral Medicine. 2017

10
Kasus 4

1. Deskripsi Lesi
- Klasifikasi lesi : Ulser
- Bentuk : Erosif tidak beraturan
- Ukuran : 2,5 cm
- Lokasi : Mukosa Bukal
- Warna : Merah (eritema)
- Jumlah : 2-3
- Tepi : Ireguler, kasar

2. Anamnesa
 Apakah ada terdapat tonjolan/lepuhan sebelum menjadi lesi seperti sekarang
ini ?
 Apakah lesi terasa sakit ?

11
 Dimana saja terdapat lesi seperti ini selain di mulut ?
 Dimana lokasi yang pertama kali muncul ?
 Apakah ada keterlibatan mata ?
 Apakah terdapat keluarga yang terkena penyakit seperti ini ?
 Apakah pasien sedang mengkonsumsi obat-obatan ?

3. Pemeriksaan Penunjang
Untuk menegakkan diagnosis PV dapat dilakukan biopsi, imunofluoresensi, dan
ELISA.
 Biopsi :
PV didiagnosis dengan biopsi dan biopsi paling baik dilakukan pada
vesikel utuh dan bula kurang dari 24 jam.
Namun, karena lesi utuh jarang terjadi pada mukosa mulut, spesimen biopsi
harus diambil dari tepi lesi, di mana area karakteristik suprabasilar
acantholysis dapat diamati oleh ahli patologi.
Pengamatan menggunakan mikroskopis elektron menunjukkan perubahan
epitel paling awal sebagai hilangnya substansi semen antar sel; ini diikuti oleh
pelebaran ruang antar sel, penghancuran desmosom, dan, akhirnya, degenerasi
seluler.
Acantholysis progresif ini menghasilkan bula suprabasilar klasik, yang
melibatkan area epitel yang semakin besar, yang mengakibatkan hilangnya
area kulit dan mukosa yang luas.

Gambar. Jaringan pada Mikroskop elektron

12
 Imunofluoresensi
o Direct Immunofluorescence/DIF
Penggunaan pemeriksaan penunjang dengan imunofluorensensi adalah
ketika PV tidak dapat dipastikan. Penelitian ini akan dilakukan dengam
mengambil sampel biopsi dari mukosa atau kulit perilesi yang terlihat secara
klinis,yang harus ditempatkan ke dalam media Michel.
Selanjutnya pada laboratorium, imunoglobulin antihuman berlabel
fluorescein ditempatkan di atas spesimen jaringan pasien. Pada kasus PV,
teknik ini akan mendeteksi IgG yang terikat pada permukaan keratinosit

Gambar. Penampakan deposisi interseluer dari igG

o Indirect Immunofluorescence/IIF
Pemeriksaan ini ditegakkan jika IID Positif. Dalam teknik ini dilakukan
dengan serum dari pasien ditempatkan di atas slide disiapkan dari struktur
mukosa dan autoantibodi yang ada dalam serum akan mengikat antigen target
di mukosa.
Slide tersebut kemudian dilapisi dengan gammaglobulin antihuman yang
diberi tag fluorescein Pasien dengan PV menunjukkan antibodi terhadap zat
antar sel yang terdeteksi dengan mikroskop fluoresen. Selanjutnya
autoantibodi menempel pada epidermis Pemfigus Vulgaris.

 ELISA (Enzyme-linked Immunosorbent Assay)


Uji ini dapat membedakan antibodi anti-DSG1 dari anti-DSG3 dalam
sampel serum.

13
ELISA dapat membedakan PV dari pemfigus foliaceous dan dapat
membantu dalam menentukan aktivitas dan prognosis penyakit.

Hasil tes ELISA dikombinasikan dengan hasil langsung dan IIF adalah
metode yang paling akurat untuk mengkonfirmasi diagnosis PV.

4. Diagnosis Kerja
Diagnosis untuk kasus di atas adalah Pemphigus Vulgaris.

Pemphigus Vulgaris adalah penyakit autoimun yang ditandai dengan pembentukan


lepuh intraepitel yang dihasilkan dari kerusakan atau kehilangan perlekatan antar sel
sehingga menghasilkan pemisahan antar sel yang dikenal dengan akantolisis. Ada
beberapa jenis pemphigus,pemphigus vulgaris merupakan jenis penyakit yang mengenai
sampai suprabasal epitel,dan PV ini melibatkan mucosa oral dengan atau tanpa terkait
lesi pada kulit.

Etiologi dari penyakit ini adalah adanya reaksi autoimun. Lesi yang ditmbulkan
biasanya terasa sakit dan ddihaului oleh vesikel dan bula yang nantinya akan pecah dan
memberikan bekas merah dan nyeri.

Alasan diagnosis kerja :

1. Terletak pada mukosa oral yaitu mukosa bukal.


2. Terdapat eritema di sekitaran lesi dengan batas tidak jelas
3. Bentuk lesi ireguler

5. Diagnosis Banding
Mucous Membrane Pemphigoid (MMP)

 Terjadi karena adanya reaksi autoimun.


 Terjadi pada usia <50 tahun
 Terdapat lesi pada conjungtiva atau daerah mata lainnya
 Terlihat vesikel dan adanya gingivitis deskuamatif pada rongga mulut

14
Paraneoplastic Pemphigus

 Terjadi karena adanya reaksi autoimun denga keterkaitannya dengan sindrom


multiorgan.
 Terdapat lesi yang parah pada mukosa oral dan dapat terkait ke kulit serta
meluas ke mata, hidung atau esofagus.
 Terasa saki
 Terjadi pada pasien yang memiliki riwayat Castleman Disease
 Bibir menujukkan hemorraghic crusting.
 Terdapat area yang eritema dan ulser yang ireguler

Erythema Multiform

 Terjadi karena adanya infeksi dari HSV,infeksi HIV,radioterapi,kemoterapi


dan imunosupresi
 Terjadi pada orang dewasa atau dewasa muda
 Terdapat lesi dibibir dengan keadaan bibir pecah-pecah, membengkak,
berdarah, dan berkrusta
 Biasanya terkait konjungtivitis
 Sering berulang dan dapat sembuh dengan sendirinya

15
Erosive Lichen Planus

 Terdapat daerah atrofi dibatasi oleh striae putih, eritema dengan adanya ulser
ditengah.
 Terdapat gingivitis deskuamatif
 Gambaran klinis dan histopatologis hampir sama dengan pemphigus vulgaris

Stomatitis Atpthous Reccurent

 Terjadi karena adanya faktor genetik, sistem imun dan kelainan darah serta
adanya trauma atau merokok.
 Bentuk lesi biasanya bulat, simetris, dangkal, dan berawal dari papul putih
dikelilingi eritema
 Biasanya terjadi secara berulang
 Adanya rasa sakit

16
6. Perawatan
Untuk perawatan dapat digunakan kortikosteroid yang tujuannya untuk
mengurangi TNF α dan IL-6 ,obat-obatan yang dapat diberikan adalah :

- Prednison : 0,5-1 mg/kg

- Metilprednison IV

Selanjutnya dapat diberika juga medikasi imunosupresif untuk menghambat sel


B & antibodi yang berkontribusi pada aktivitas penyakit pemphigus ini :

- IV Imunoglobulin (IVIG) : menurunkan IL-1, IgG1, IgG4


- Rituximab : mengurangi sel B
- Dupilumab : memblokir IL-4
Pengobatan utama terdiri dari steroid topikal atau sistemik atau obat
imunomodulaasi seperti dapson, metotreksat, mikrofenolat mofetil, niacinamide, dan
lain-lain.
Dapat juga digunakan steroid injeksi, yaitu injeksi deksametason fosfat 1 ampul
(4mg/mL) dengan cara penggunaan adalah awalnya disuntikkan lidokain 0,5 hingga 1
mL selanjutnya injeksi kan deksametason segera ditepi ulser dua kali seminggu
sampai ulser sembuh.

Referensi

1. Regezi,Joseph A.2016.Oral Pathology:Clinical Pathologic Correlations,7th


ed.Hal.14-15
2. Glick,Michael.2015.Burket’s Oral Medicine,12th edition. Hal.78-85
3. Brad.W.Neville.2017.Oral and Maxillofacial Pathology,4th ed.Hal.712-726

17
4. Little and Falace’s.2018.Dental Management of Medically Compromised Patient,9th
ed.Hal.632

Kasus 5

7. Deskripsikan lesi yang tampak pada foto; klasifikasi lesi, bentuk, ukuran, lokasi, warna
dan hal-hal lain yang dianggap perlu!
- Klasifikasi lesi : Ulcer
- Bentuk : Striae
- Ukuran : >1cm
- Lokasi : Mukosa buccal
- Warna : Putih kemerahan

8. Tentukan & jelaskan anamnesa (spesifik) yang harus ditanyakan pada pasien terkait lesi
tersebut!
- Sejak kapan lesi muncul?
- Apakah beberapa hari terakhir Anda mengalami demam, penurunan berat badan,
radang sendi, kelelahan, dan malaise? ( Gejala umum lupus)
- Apakah saat ini sedang menggunakan obat-obatan? ( Salah satu faktor predisposisi)
- Apakah sering terpapar dengan sinar matahari? ( Faktor predisposisi)
- Apakah lesi muncul setelah terpapar matahari?

18
9. Tentukan pemeriksaan penunjang & alasannya!

Pada pemeriksaan serologi menunjukkan tidak ada antibodi yang terdeteksi.


Dikarenakan gambaran klinis biasanya dapat mirip dengan Lichen Planus , diperlukan
pengamatan terhadap gambaran histologi, yang mana pada gambar terlihat adanya
kehilangan sel basal, limfosit pada interface dan perivaskular, dan keratosit.

10. Diagnosis kerja dan alasannya


Diagnosis Kerja : Discoid Lupus Erythematosus

Dapat dilihat terjadi perubahan oral dengan pola putih dan merah. Dapat dilihat
radiating Striae dan kurang berbatas jelas. Dikarenakan gambaran klinis biasanya dapat mirip
dengan Lichen Planus , diperlukan pengamatan terhadap gambaran Histologi, yang mana
pada gambar terlihat adanya penebalan Basement Membrane

11. Diagnosis banding


 Erosive Lichen Planus
- Dapat dilihat gambaran klinis hampir sama
- Striae keratotic lebih halus pada Lupus Eritematosus dibandingkan Lichen Planus
 Mucous Membran Pemphigoid (MMP)
 Erythematous Lichen Planus
 Candidiasis Erythematous
 Contact Hypersensitivitas

12. Rencana Perawatan dan Penatalaksanaan .


 DLE biasanya diberikan obat kortikosteroid topikal. Salep kortekosteroid potensi
tinggi dapat digunakan secara intraoral.
 Treatment
- Dexametason/ Dekadron Exilir 0,5 mg/ml
- Display : 100 ml
- Cara pakai : Ditahan dan dibuang 10ml 4x sehari selama 2 minggu

- Flosinonide/ lidex gel 0,05%


- Display : 30gr/tube

19
- Cara pakai : dioleskan tipis pada lesi setelah makan dan sebelum tidur selama 2
minggu

REFERENSI
- Greenberg MS, Glick M. Burket’s Oral Medicine, Diagnosis and Treatment 12 th ed. BC
Decker Inc. New York. 2015. Pages 112-4
- Regezi, Sciubba, Jordan. Oral Pathology, Clinical pathologic correlations.7 th Ed.
Saunders. St. Louis. 2016. Pages 102-4
Kasus 6

1. Deskripsi lesi
- Jenis : ulser
- Bentuk : bulat
- Ukuran : lebih dari 1 cm
- Lokasi : mukosa bukal
- Warna : putih dengan eritema
- Batas : batas jelas
2. Anamnesis
- Apakah luka tersebut sakit atau nyeri?
- Sudah berapa lama luka timbul?
- Apakah luka tersebut bertambah besar?
- Apakah luka tersebut menyebar atau di satu tempat?
- Apakah luka tersebut mengganggu pengunyahan dan bicara?
- Apakah anda merokok? Apakah Anda mengkonsumsi alkohol? Jika iya, seberapa
banyak?

20
- Apakah anda pernah mengalami trauma di daerah tsb?
- Apakah anda mempunyai riwayat penyakit sistemik?
- Apakah anda akhir-akhir ini mengalami stress?
- Bagaimana pola makan anda?
- Apakah pola makan anda suka mengkonsumsi daging? (berkaitan dgn defisiensi
Vit.B12 pada orang vegan)
- Apakah pola makan anda suka mengkonsumsi sayuran hijau? (defisiensi as.folat
pada sayuran hijau)
- Apakah sudah pernah dirawat sebelumnya? Jika sudah, obat2an apa yang
digunakan?
- Apabila sudah dilakukan perawatan? apakah kondisinya menjadi lebih baik atau
buruk?
- Apakah Anda sedang mengkonsumsi obat-obatan immunocompromise?
- Apakah keluarga Anda pernah mengalami kondisi yang sama?
- Apakah anda sedang dalam masa menstruasi, hamil, atau konsumsi pil
kontrasepsi?
- Apakah pasta gigi anda mengandung bahan SLS (sodium lauryl sulfate)?

3. Biopsi
Biopsi tidak berperan dalam diagnosis kecuali untuk mengecualikan
karsinoma dalam kasus aphthae mayor yang membingungkan secara klinis atau untuk
mengecualikan infeksi virus pada herpetiform aphthae. Jika dilakukan, biopsi pada
fase prodromal mengungkapkan infiltrasi limfositik epitel, diikuti oleh penghancuran
epitel dan peradangan akut dan kronis non-spesifik.Aphthae tidak didahului oleh
vesikel.
Tidak ada prosedur laboratorium yang memberikan diagnosis pasti. Diagnosis
dibuat dari pemeriksaan klinis. Karena gambaran histopatologis tidak spesifik, biopsi
hanya berguna dalam menghilangkan diagnosis banding yang mungkin dan tidak
bermanfaat untuk sampai pada diagnosis definitif.

4. Diagnosis
Recurrent aphtous mayor (SAR Mayor)

• Single ulcer, denngan berdiameter > 1 cm, dalam, dan menimbulkan rasa sakit

21
• Mengganggu fungsi bicara dan pengunyahan
• Ketika sembuh, akan meninggalkan bekas luka
• Bentuk nya irregular

5. Diagnosis Banding
a. Eritema Multiform
EM adalah kondisi mukokutaneus akut, sembuh sendiri, biasanya ringan, dan
sering kambuh yang biasanya memiliki gejala prodromal ringan atau tidak ada. Erupsi
kulit muncul tiba-tiba sebagian besar dalam distribusi simetris. Daerah yang paling
umum terlibat adalah ekstremitas atas, wajah, dan leher. Lesi kulit dapat terjadi
dalam beberapa bentuk — multiforme.

Lesi kulit klasik terdiri dari lepuh sentral atau nekrosis dengan cincin
konsentris warna bervariasi yang disebut lesi "target" atau "iris" khas yang bersifat
patognomonik EM; varian disebut lesi “target atipikal” . Kulit mungkin terasa gatal
dan terbakar. Hiperpigmentasi pascainflamasi umum terjadi pada individu berkulit
gelap dan dapat diperburuk oleh paparan sinar matahari.

Keterlibatan oral terlihat pada hingga 70% pasien dengan EM . Daerah


predileksi untuk lesi mukosa adalah bibir pada kedua sisi kulit dan mukosa dan situs
intraoral non-keratin, terutama di bagian anterior mulut . Tampilan lesi oral sangat
bervariasi mulai dari eritema oral difus hingga ulserasi superfisial multifokal. Bibir
menjadi bengkak dan pecah-pecah dengan pengerasan kulit hemoragik yang khas
(Gbr. 45).

Eritema Multiform :

• Acute
• Adanya erythema
• Adanya lesi kulit di ekstremtas atas, wajah dan leher, bentuk bulla
• Bisa sembuh sendiri & kambuh
• Sering mengenai di mukosa nonkeratin  mukosa bukal
b. Drug Reaction
Mukosa yang terkena mungkin menunjukkan beberapa zona eritema atau
multiple ulser seperti aphthous. Keadaan mukosa akibat reaksi dari obat muncul

22
sebagai area lokal eritema dan edema, yang dapat berkembang menjadi lesi
vesiculoerosive dan terletak paling sering pada mukosa labial.

c. Pemfigus paraneoplastik
Gambaran klinis
- Pasien dengan PNPP mengalami lepuh dan erosi parah pada mukosa dan
kulit.
- Lesi akut, dan lesi oral dan konjungtiva sering terjadi dan sering parah.
- Lesi pada telapak tangan dan telapak disarankan oleh PNPP
- Pada kondisi parah. kasus, lesi dapat menyerupai TEN dan sering juga
melibatkan epitel pernapasan.
- Tidak seperti EM atau TEN, lesi PNPP terus berkembang dari minggu ke
bulan. Keterlibatan paru progresif terjadi pada hingga 40% pasien dengan
PNPP.
d. Recrudescent intraoral HSV (RIH)
Pada pasien imunokompeten terjadi terutama pada mukosa keratin dari
mukosa palatum durum, attached gingiva, dan dorsum lidah. Adanya ulser tunggal
atau bergerombol 1-5 mm yang nyeri dengan batas eritematosa yang jelas.

Salah satu gejala umum adalah keluhan nyeri di gingiva satu sampai dua
hari setelah scaling dan profilaksis atau pengobatan gigi lainnya. Kadang –
kadang Lesi muncul dalam bentuk vesikel 1-5 mm, dengan nyeri tetapi lebih
sering ulser pada gingiva marginal.

6. Perawatan
a. Topikal Anestesi
o TOPICAL Anastesi untuk pain control Benzocaine 10% : aplikasikan
pada daerah lesi 3-4kali sehari
o Benzidamine Hydroclorite 0,15% : kumur2, 5-15mL , 3-4 x sehari
b. Topical Imunosuppresive agent
o Triamcinolone 0,1% in methylcellulose paste / Gel Clobetasol 0,05% /
Gel Betamethasone 0,05% / gel fluocinole 0,05%  aplikasikan pada
lesi 2-3x sehari, jgn minum / makan selama 20-30 menit setelah
diaplikasikan

23
o Dexamethasone 0,5mg/5mL (sediaan larutan) / Clobetasol 0,05%
(larutan)  dipakai 300mL, kumur2 5mL 3-4menit lalu buang, gunakan
3-4x sehari, tidak makan&minum selama 20-30 menit setelah
diaplikasikan
c. Sistemic Treatment Immunomodulatory / Anti-inflamatory
o 1.3-1.6 betaglucan, dosis : 10mg 2x sehari selama 20 hari
o Vit. B12 1000mcg, diminum sehari-hari selama 6 bulan
Referensi :

1. Cawson RA, Odell EW. Essential of Oral Pathology and Oral Medicine.p:258
2. Neville BW., et al. Oral and Maxillofacial Pathology. Saunders. p: 307

24

Anda mungkin juga menyukai