Anda di halaman 1dari 25

PROFIL KAWASAN RAWAN BENCANA

JL. NAMBANGAN SURABAYA

DISUSUN OLEH:
Indra Jaya Kusuma

(3510100060)

M. Nuryadhi

(3511100004)

Ratna Kusumawardhani

(3512100010)

Lintang Anisah Putri

(3512100029)

Farrel Narendra R.

(3512100041)

Dian Pratama Eka P

(3512100081)

Hanif Khoirul Latif

(3512100082)

Dosen pembimbing:
Ketut Dewi Marta Erli, ST. MT.

TEKNIK GEOMATIKA
FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2013

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kamu panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
limpahan karunia dan nikmat-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Profil Kawasan Rawan
Bencana Jl. Nambangan Surabaya. Laporan ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah
Perencanaan Wilayah pada semester 2 tahun ajaran 2012/2013 serta untuk melaporkan hasil
pengamatan kami.
Selesainya laporan ini tidak lepas dari kerjasama berbagai pihak. Oleh karena itu, kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1.

Ibu Ketut Dewi Marta Erli, ST. MT., selaku dosen pembimbing

2.

Semua pihak yang telah membantu terselesaikannya laporan ini.

Kami sadar laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini.
Semoga laporan ini dapat berguna bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan ilmu
pengetahuan bagi kita semua

Surabaya, 4 Juni 2013


Hormat kami,

Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................................... i


Daftar Isi ........................................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan ............................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................... 2
1.3 Tujuan .................................................................................................................... 2
1.4 Manfaat ................................................................................................................... 2
BAB II Tinjauan Teori/Pustaka ............................................................................................ 3
BAB III Metode Pengumpulan Data...................................................................................... 9
3.1 Prosedur Pengumpulan Data ..................................................................................... 9
3.2 Sumber Data ........................................................................................................... 9
BAB IV PROFIL KAWASAN ................................................................................................ 11
4.1 Batas Administratif ................................................................................................. 11
4.2 Karakteristik Penggunaan Lahan .............................................................................. 11
4.3 Infrastruktur Kawasan ............................................................................................ 12
4.3.1 Infrastruktur Pendidikan ................................................................................ 12
4.3.2 Infrastruktur Perdagangan dan Jasa ............................................................... 12
4.3.3 Infrastruktur Drainase ................................................................................... 14
4.3.4 Infrastruktur Kantor Pemerintahan ................................................................. 14

ii

4.4 Potensi dan Permasalahan Kawasan ........................................................................ 14


4.4.1 Potensi ......................................................................................................... 14
4.4.2 Permasalahan ............................................................................................... 16
4.5 Isu Strategis Pengembangan Kawasan .................................................................... 18
BAB V Penutup ................................................................................................................ 19
5.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 19
5.2 Rekomendasi ......................................................................................................... 19
Lampiran ......................................................................................................................... 20
Daftar Pustaka ................................................................................................................. 21

iii

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bencana banjir dapat dikategorikan sebagai proses alamiah atau fenomena alam,
yang dipicu oleh beberapa faktor penyebab seperti curah hujan, iklim, geomorfologi
wilayah, dan aktivitas manusia yang tidak terkendali dalam mengeksploitasi alam, yang
mengakibatkan kondisi alam dan lingkungan menjadi rusak.
Sejalan dengan proses pembangunan yang berkelanjutan, diperlukan upaya
pengaturan dan pengarahan terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan, dengan
prioritas utama untuk menciptakan kembali keseimbangan ekologis lingkungan.
Sehubungan dengan masalah banjir, langkah yang diambil adalah melalui kegiatan
penataan ruang, dengan penekanan pada pengendalian pemanfaatan ruang, serta tata
cara teknis yang mendukung proses penanganan dan pengendalian.
Kegiatan pengendalian pemanfaatan ruang dikawasan rawan bencana banjir
dilaksanakan melalui upaya penanggulangan untuk meminimalkan dampak akibat
bencana yang mungkin timbul. Kondisi ini tidak bisa dipisahkan dari pola pengendalian
pemanfaatan ruang di bagian hulu, dalam lingkup satuan wilayah sungai. Sasaran yang
akan dicapai adalah terwujudnya pengendalian pemanfaatan ruang di kawasan rawan
bencana banjir termasuk mekanisme perijinan pemanfaatan ruang sesuai dan
mendukung upaya penerapan rencana pemanfaatan ruang, dan prosedur penanganan
yang tepat.
Terkait dengan kawasan rawan bencana banjir (KRB), kegiatan pengendalian
pemanfaatan ruang dilaksanakan melalui upaya penanggulangan untuk meminimalkan
dampak akibat bencana yang mungkin timbul. Kondisi ini tidak bisa dipisahkan dari pola
pengendalian pemanfaatan ruang di bagian hulu, dalam lingkup satuan wilayah sungai
(SWS).
Substansi pedoman mencakup aspek-aspek yang terkait dengan pengendalian
pemanfaatan ruang KRB, yang meliputi : karakteristik dan tipologi KRB, pemanfaatan

ruang KRB, perijinan, pengawasan dan penertiban dalam pemanfaatan ruang di KRB,
kelembagaan dan peran masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam laporan ini adalah :
1. Bagaimana penggunaan lahan di kawasan rawan bencana Jl. Nambangan ?
2. Bagaimana ketersediaan infrastruktur di kawasan rawan bencana Jl. Nambangan ?
3. Bagaimana isu strategis kawasan rawan bencana Jl. Nambangan ?
1.3 Tujuan
Tujuan dalam penulisan laporan ini adalah :
1. Mendeskripsikan penggunaan lahan di kawasan rawan bencana Jl. Nambangan
2. Mendeskripsikan ketersediaan infrastruktur di kawasan rawan bencana Jl. Nambangan
3. Mendeskripsikan isu strategis kawasan rawan bencana Jl. Nambangan
1.4

Manfaat
Manfaat dari laporan ini adalah :
Sebagai dokumentasi atas survei kawasan rawan bencana di daerah Jl. Nambangan dan
sebagai pengetahuan bagi pembaca pada umunya.

BAB II
TINJAUAN TEORI / PUSTAKA

Banjir adalah sebuah bencana yang diakibatkan oleh air yang menggenang atau
bahkan mengalir deras tidak pada tempatnya.Inilah yang akrab terjadi di tengah
masyarakat Indonesia, terutama di beberapa tahun terakhir.Warga Indonesia sudah
akrab dengan banjir dan lebih parahnya sudah terbiasa.Contohnya warga Jakarta yang
tiap musim hujan dihantui bencana banjir.
Dampak Banjir bagi masyarakat pada umumnya sudah menjadi musibah yang
dapat datang setiap saat.Banjir yang menggenang seolah menjadi pemandangan yang
lumrah.Terutama pada daerah perkotaan seperti Jakarta dan sebagainya, dan juga
beberapa pedesaan.Masyarakat sudah merasa jenuh dan berharap banjir ditangani
secara serius oleh pemerintah.Namun faktanya menunjukkan upaya yang dilakukan
pemerintah tidak menunjukkan hasil.
Sering disosialisasikan agar masyarakat memperhatikan lingkungan hidup
namun tetap hal tersebut tidak membuat masyarakat tidak menjadi sadar.Padahal
dampak yang terjadi merugikan mereka sendiri.
Banjir juga dapat terjadi di sungai, ketika alirannya melebihi kapasitas saluran
air, terutama di selokan sungai. Banjir sering mengakibatkan kerusakan rumah dan
pertokoan yang dibangun di dataran banjir sungai alami. Meski kerusakan akibat banjir
dapat dihindari dengan pindah menjauh dari sungai dan badan air yang lain, orangorang menetap dan bekerja dekat air untuk mencari nafkah dan memanfaatkan biaya
murah serta perjalanan dan perdagangan yang lancar dekat perairan. Manusia terus
menetap di wilayah rawan banjir adalah bukti bahwa nilai menetap dekat air lebih besar
daripada biaya kerusakan akibat banjir periodik.
Daerah rawan banjir adalah kawasan yang potensial untuk dilanda banjir yang
diindikasikan dengan frekuensi terjadinya banjir (pernah atau berulangkali)

Tipologi kawasan rawan banjir (KRB) ditentukan berdasarkan parameter :


a) karakteristik kawasan
b) tingkat resiko bahaya banjir
Karakteristik KRB secara garis besar terbagi menjadi 4 (empat) tipe, yaitu :
a) Daerah pesisir / pantai
b) Daerah dataran banjir (floodplain)
c) Daerah sempadan sungai
d) Daerah cekungan
Tingkat resiko KRB terbagi menjadi :
a) kawasan rawan banjir (KRB) beresiko tinggi
b) kawasan rawan banjir (KRB) beresiko sedang
c) kawasan rawan banjir (KRB) beresiko rendah
TIPOLOGI BANJIR
1.

Tipologi banjir daerah pesisir


Daerah pantai menjadi rawan banjir disebabkan daerah tersebut merupakan

dataran rendah yang elevasi muka tanahnya lebih rendah atau sama dengan elevasi air
laut pasang rata-rata (Mean Sea Level / MSL). Potensi banjir berasal dari aliran sungai
yang bermuara di pantai dan terjadinya pasang air laut.
2. Tipologi banjir daerah sempadan sungai & daerah dataran banjir (floodplain)
Daerah sempadan sungai merupakan daerah rawan bencana banjir yang
berada sekitar 100 m di kiri - kanan sungai besar, dan 50 m di kiri - kanan anak sungai
atau sungai kecil. Daerah dataran banjir (floodplain area) adalah daerah dataran rendah
di kiri dan kanan alur sungai, yang elevasi muka tanahnya sangat landai dan relatif
datar, sehingga aliran air menuju sungai sangat lambat, yang mengakibatkan daerah
tersebut rawan terhadap banjir, baik oleh luapan air sungai maupun karena hujan lokal
di daerah tersebut.

3. Tipologi banjir daerah daerah cekungan


Daerah cekungan merupakan daerah yang relatif cukup luas baik di daerah
dataran rendah maupun dataran tinggi (hulu sungai) dapat menjadi daerah rawan
bencana banjir, bila penataan kawasan atau ruang tidak terkendali dan mempunyai
sistem drainase yang kurang memadai. Daerah cekungan yang dilalui sungai,
pengelolaan bantaran sungai harus benar-benar dibudidayakan secara optimal, sehingga
bencana dan masalah banjir dapat dihindarkan. Sebagai contoh daerah cekungan di
dataran tinggi yang sering bermasalah dengan bencana banjir apabila terjadi hujan
dengan intensitas tinggi dan waktu yang lama, adalah Cekungan Bandung di Kabupaten
Bandung.
Faktor penyebab kawasan rawan bencana banjir
Faktor penyebab terjadinya Tipologi banjir daerah adalah :
a) Faktor kondisi alam
b) Faktor peristiwa alam
c) Faktor aktivitas manusia
Dampak primer
Kerusakan fisik - Mampu merusak berbagai jenis struktur, termasuk jembatan,
mobil, bangunan, sistem selokan bawah tanah, jalan raya, dan kanal.

Dampak sekunder
Persediaan air Kontaminasi air. Air minum bersih mulai langka.
Penyakit - Kondisi tidak higienis. Penyebaran penyakit bawaan air.
Pertanian dan persediaan makanan - Kelangkaan hasil tani disebabkan oleh
kegagalan panen.Namun, dataran rendah dekat sungai bergantung kepada
endapan sungai akibat banjir demi menambah mineral tanah setempat.

Dampak tersier/jangka panjang


Ekonomi - Kesulitan ekonomi karena penurunan jumlah wisatawan, biaya
pembangunan kembali, kelangkaan makanan yang mendorong kenaikan harga,
dll.

Keuntungan
Ada berbagai dampak negatif banjir terhadap permukiman manusia dan aktivitas
ekonomi. Namun, banjir (khususnya banjir rutin/kecil) juga dapat membawa
banyak keuntungan, seperti mengisi kembali air tanah, menyuburkan serta
memberikan nutrisi kepada tanah. Air banjir menyediakan air yang cukup di
kawasan kering dan semi-kering yang curah hujannya tidak menentu sepanjang
tahun. Air banjir tawar memainkan peran penting dalam menyeimbangkan
ekosistem di koridor sungai dan merupakan faktor utama dalam penyeimbangan
keragaman makhluk hidup di dataran banjir. Banjir menambahkan banyak sekali
nutrisi untuk danau dan sungai yang semakin memajukan industri perikanan pada
tahun-tahun mendatang, selain itu juga karena kecocokan dataran banjir untuk
pengembangbiakan ikan (sedikit predasi dan banyak nutrisi).Ikan seperti ikan
cuaca memanfaatkan banjir untuk berenang mencari habitat baru. Selain itu,
burung juga mendapatkan manfaat dari produksi pangan yang meledak setelah
banjir surut.
Pepohonan' - Spesies yang tidak sanggup akan mati karena tidak bisa bernapas.
Transportasi - Jalur transportasi hancur, sulit mengirimkan bantuan darurat
kepada orang-orang yang membutuhkan.

Mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana,


baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan
menghadapi ancaman bencana. Mitigasi bencana merupakan suatu aktivitas yang
berperan sebagai tindakan pengurangan dampak bencana, atau usaha-usaha yang
dilakukan untuk megurangi korban ketika bencana terjadi, baik korban jiwa maupun
harta. Dalam melakukan tindakan mitigasi bencana, langkah awal yang kita harus

lakukan ialah melakukan kajian resiko bencana terhadap daerah tersebut. Dalam
menghitung resiko bencana sebuah daerah kita harus mengetahui Bahaya (hazard),
Kerentanan (vulnerability) dan kapasitas (capacity) suatu wilayah yang berdasarkan
pada karakteristik kondisi fisik dan wilayahnya
Bahaya (hazard) adalah suatu kejadian yang mempunyai potensi untuk
menyebabkan terjadinya kecelakaan, cedera, hilangnya nyawa atau kehilangan harta
benda. Bahaya ini bisa menimbulkan bencana maupun tidak. Bahaya dianggap sebuah
bencana (disaster) apabila telah menimbulkan korban dan kerugian.
Kerentanan (vulnerability) adalah rangkaian kondisi yang menentukan apakah
bahaya (baik bahaya alam maupun bahaya buatan) yang terjadi akan dapat
menimbulkan bencana (disaster) atau tidak. Rangkaian kondisi, umumnya dapat berupa
kondisi fisik, sosial dan sikap yang mempengaruhi kemampuan masyarakat dalam
melakukan pencegahan, mitigasi, persiapan dan tindak-tanggap terhadap dampak
bahaya.
Jenis-Jenis kerentanan:
1. Kerentanan fisik

: Bangunan, infrastruktur, konstruksi yang lemah

2. Kerentanan sosial

: Kemiskinan, lingkungan, konflik, tingkat pertumbuhan


yang tinggi, anak-anak dan wanita, lansia

3. Kerentanan mental

: ketidaktahuan, tidak menyadari, kurangnya percaya diri,


dan lainnya.

Resiko bencana (Risk) adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat


bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian, luka,
sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau kehilangan harta,
dan gangguan kegiatan masyarakat. , akibat kombinasi dari bahaya, kerentanan, dan
kapasitas dari daerah yang bersangkutan.
Menghitung Resiko bencana di suatu wilayah berdasarkan pada penilaian
bahaya, kerentanan dan kapasitas di wilayah tersebut. Menghitung resiko bencana
menggunakan

persamaan

sebagai

berikut

Risk (R) = H xV/ C

Keterangan:
R = Resiko Bencana
H = Bahaya
V = Kerentanan
C = Kapasitas
Setelah melakukan resiko bencana, yang harus kita lakukan ialah melakukan
tindakan untuk mengurangi resiko bencana tersebut. Tindakan yang dilakukan bertujuan
untuk mengurangi kerentanan dan menambah kapasitas sebuah daerah.

BAB III
Metode Pengumpulan Data

3.1

Prosedur Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data terbagi menjadi dua bagian yaitu metode pengumpulan
data primer dan metode pengumpulan data sekunder. Survei primer sebagai metode
pengumpulan data wawancara atau interview dengan sumber terkait. Teknik-teknik
yang digunakan dalam survei primer pada studi ini adalah observasi dan wawancara.
Sedangkan survei sekunder yang dilakukan dengan cara mencari data-data terkait yang
telah tersedia pada lembaga atau instansi, hasil studi-studi yang ada, maupun
kebijakan-kebijakan serta peraturan perundangan yang berlaku.

3.2

Sumber Data
a. Data Primer
Yaitu, data yang diperoleh berdasarkan hasil survey yang dilakukan secara
langsung di lokasi penelitian atau studi. Survei dilakukan dua kali pada hari Rabu,
15 Mei 2013 dan pada Senin, 20 Mei 2013.
b. Data Sekunder
Yaitu data yang diperoleh dari instansi-instansi yang terkait, (instansi
pemerintah maupun swasta) yang relevan dengan permasalahan objek penelitian.
Data yang dikumpulkan berupa data sekunder yaitu data-data yang sudah tersedia
baik berupa gambar/peta, tabel, grafik maupun dokumen perencanaan. Instansiinstansi yang terkait yaitu Badan Pusat Statistik Kabupaten Sidoarjo dan Kantor
Kecamatan Tanggulangin.

Survey Lokasi

Pengambilan Data

Data Primer

Data Sekunder

Dokumen

Subyek

Fisik

Analisa Kawasan

Penyajian Data

Selesai

10

BAB IV
PROFIL KAWASAN

4.1 Batas Administratif


Jalan Nambangan terletak di Kecamatan Bulak, Kota Surabaya,Provinsi Jawa Timur.
Kawasan ini memiliki koordinat geografis 7o1738 S dan 112o4352 E. Jalan ini merupakan
jalan utama dari dua desa yakni desa Kedung Cowek dan Kedinding. Adapun batas administratif
Jalan Nambangan sebagai berikut:
1.

Batas Selatan

: Kelurahan Bulak dan Kelurahan Kedinding, dengan koordinat


696977,57 ; 9201092,58

2.

Batas Utara

: Kelurahan Kedung Cowek, dengan koordinat 696421,85 ;


9201537,78

3.

Batas Timur

: Jalan menuju Suramadu, dengan koordinat 697357,25 ;


9201274,88

4.

Batas Tenggara

: dengan koordinat 697356,93 ; 92011555,74

5.

Batas Barat

: Jalan Nambangan, dengan koordinat 696159,91 ; 920117787

6.

Batas Barat Laut : dengan koordinat 696236,26 ; 9201537,6

4.2 Karakteristik Penggunaan Lahan


Penggunaan lahan suatu kawasan adalah upaya dalam merencanakan penggunaan
lahan dalam suatu kawasan yang meliputi pembagian wilayah untuk pengkhususan fungsifungsi tertentu, misalnya fungsi pemukiman, perdagangan, industri, dan lain - lain. Rencana
tata guna lahan merupakan kerangka kerja yang menetapkan keputusan-keputusan terkait
tentang lokasi, kapasitas dan jadwal pembuatan jalan, saluran air bersih dan air limbah, gedung
sekolah, pusat kesehatan, taman dan pusat-pusat pelayanan serta fasilitas umum lainnya. Tata
guna lahan merupakan salah satu faktor penentu utama dalam pengelolaan lingkungan.

11

Hampir 80% penggunaan lahan di Jalan Nambangan diperuntukkan sebagai tempat


perdagangan dan jasa. Sisanya adalah kawasan pemukiman penduduk dan juga ada beberapa
institusi pendidikan.

4.3 Infrastruktur Kawasan


4.3.1

Infrastruktur Pendidikan
Di kawasan Jalan Nambangan terdapat infrastruktur pendidikan berupa
sebuah sekolah menengah atas.

Infrastruktur pendidikan berupa Sekolah Menengah


Atas yang terletak di Jl. Nambangan

4.3.2

Infrastruktur perdagangan dan jasa


Terdapat infrastruktur perdagangan dan jasa berupa gudang gudang
industri dan juga terdapat pasar swalayan.Banyak pula usaha kecil masyarakat
dan

umumnya

usaha

kecil

tersebut

berkaitan

hasil

laut.Infrastruktur

perdagangan dan jasa adalah infrastruktur yang paling banyak di jumpai di


sepanjang Jalan Nambangan.

12

Infrastruktur perdagangan berupa


indomaret yang terdapat di Jl. Nambangan

4.3.3

Infrastruktur drainase
Pada Jalan Nambangan drainase yang terdapat adalah drainase sekunder.
Drainase ini tidak cukup besar dan banyak sampah yang terdapat di dalamnya.

Infrastruktur drainase yang terdapat


banyak sampah

13

4.3.4

Infrastruktur kantor pemerintahan


Kantor pemerintahan yang terdapat pada Jalan Nambangan adalah kantor
kelurahan Kedung Cowek.

Infrastruktur pemerintahan berupa kantor


kelurahan kedung cowek

4.4 Potensi dan Permasalahan Kawasan


4.4.1 Potensi
Tempat pengeringan ikan
Pada sisi-sisi Jl. Nambangan terdapat usaha kecil masyarakat berupa
tempat pengeringan ikan. Bila potensi ini dimaksimalkan maka tak ayal pada
kemudian hari daerah sepanjang jalan nambangan bisa menjadi sentra jual
beli ikan kering.

14

Salah satu usaha warga berupa


pengeringan dan pengasapan ikan

Daerah pergudangan industri


Pada kawasan Jl. Nambangan terdapat beberapa gudang gudang
industri dari beberapa perusahaan , dengan adanya gudang ini tentu memiliki
imbas positif pada perekonomian desa dan juga sedikit banyak bisa menyerap
tenaga kerja.

Salah satu pergudangan industri yang


terdapat di daerah Jl. Nambangan

15

4.4.2

Permasalahan
Banjir Rob
Pada kawasan Jl. Nambangan sering terjadi Banjir Rob atau banjir yang
diakibaatkan oleh air laut yang pasang kemudian menggenangi daratan,
merupakan permasalahan yang terjadi di daerah yang lebih rendah dari
permukaan air laut.

Spot Banjir di Jl. Nambangan

Sampah
Pada

kawasan

Jl.

Nambangan

terdapat

banyak

sampah

yang

menggunung, terutama sampah sisa hasil laut, misalnya sampah kulit kerang
yang dbiarkan teronggok di pinggir pinggir jalan . Perlu adanya penyadaran
terhadap masyarakat akan pentingnya membuang sampah pada tempatnya.

16

Karena sampah yang dibuang sembarangan dan akhirnya masuk pada saluran
air bisa memperparah bencana banjir rob yang sering melanda.

Sampah hasil laut yang banyak


terdapat di Jl. Nambangan

Penempatan Usaha Warga yang Kurang Tertata


Pada kawasan Jl. Nambangan terdapat beberapa usaha yang dilakukan
oleh masyarakat di daerah tersebut, contohnya pengeringan ikan asin.
pengeringan ikan asin biasa dilakukan di pinggir pinggir jalan. Hal ini
tentunya akan sangat mengganggu pengguna jalan dan juga merusak
keidahan kawasan tersebut.

Belum tertatanya penempatan


usaha warga

17

Belum optimalnya Drainase Sekunder


Drainase sekunderterdapat di sepanjang Jalan Nambangan tetapi drainase
ini belum bisa menyelesaikan masalah banjir rob, karena kurangnya daya
tampung ditambah lagi dengan banyaknya sampah di daerah tersebut.
4.5 Isu Strategis Pengembangan Kawasan

Pembangunan KKJS (Kawasan Kaki Jembatan Suramadu)


Kawasan di sekitar jalan Nambangan ini terletak disekitar jembatan Suramadu,
yang merupakan salah satu akses menuju Pulau Madura. Hal ini memungkinkan
kawasan disekitar Suramadu akan menjadi kawasan yang disibukkan dengan aktifitas
industri, dimana akan terdapat kendaraan-kendaraan yang memuat barang melewati
jalan Nambangan tersebut.
Kawasan disekitar jalan Nambangan itu sendiri direncanakan akan menjadi
kawan perindustrian, sehingga infrastruktur seperti jalan harus memadai agar bisa
dilewati oleh kendaraan-kendaraan yang melakukan aktifitas pengiriman barang, baik
yang dari Surabaya Madura maupun sebaliknya.
Dengan melihat kondisi jalan Nambangan yang apabila terjadi air laut pasang
akan menyebabkan banjir, maka hal itu dapat mengganggu aktifitas perindustrian yang
ada di sekitar kawan jalan Nambangan.

Pembangunan Gedung Terminal Kedung Cowek


Saat ini dishub kota Surabaya tengah melakukan pembangunan gedung terminal
Kedung Cowek. Gedung terminal ini nantinya akan menjadi tempat transit bagi
penumpang angkutan kota dengan tujuan Surabaya Madura. Terminal yang sedang
dibangun ini memiliki konsep Green Terminal, sehingga disekitar terminal akan ditanami
pohon-pohon dan tanaman hijau. Selain itu, gedung yang memiliki2 lantai ini memiliki
fasilitas seperti musholla, lahan parkir yang luas dan CCTV untuk keamanan.

18

BAB V
PENUTUP

5.1

Kesimpulan

Permasalahan yang terdapat disepanjang jalan Nambangan diantaranya, tingkat elevasi


jalan yang kurang sesuai, kurang pedulinya masyarakat terhadap sampah sehingga
terdapat beberapa titik terjadi penumpukan sampah, serta kurang memadainya drainase
untuk mengalirkan air pada saat terjadi banjir air laut pasang(banjir rob).

Potensi di sekitar jalan Nambangan adalah masyarakatnya yang sebagian besar


berprofesi

sebagai

nelayan,

sehingga

terdapat

kemungkinan

menjadin

tempat

bertransaksi hasil-hasil laut nelayan sekitar. Selain itu bisa menjadi kawasan industri,
dikarenakan berada di sekitar jembatan Suramadu.

Terdapat rencana pembangunan-pembangunan seperti gedung terminal berkonsep


Green Terminal di jalan Nambangan serta perencanaan KKJS (Kawasan Kaki Jembatan
Suramadu).

5.2

Rekomendasi

Melakukan rekonstruksi jalan Nambangan dengan memperhatikan elevasinya agar pada


saat terjadi air laut pasang tidak akan menyebabkan banjir.

Melakukan sosialisasi yang intensif kemasyarakat di sekitar jalan Nambangan untuk


menjaga kebersihan dengan tidak membuang sampah sembarangan agar tidak terjadi
penumpukan sampah.

Melakukan penataan atau membangun tempat khusus untuk pengeringan ikan bagi
masyarakat di sepanjang jalan Nambangan, sehingga nantinya bisa menjadi tempat
bertransaksi ikan-ikan hasil tngkapan nelayan sekitar secara terkoordinir.

Memperbaiki system drainase di jalan Nambangan agar bisa

mengalirkan air yang

datang ketika banjir rob dari Selat Madura datang. Perbaikannya adalah dengan
memperlebar drainase sehingga bias menampung air lebih banyak. GOT

19

LAMPIRAN

20

DaftarPustaka
o Undang UndangNomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
o Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 3 Tahun 2007 tentang Rencana Tata ruang Wilayah
Kota Surabaya
o Pengendalian Pemanfaatan Ruang Di Kawasan Rencana Banjir oleh Departemen Pekerjaan
Umum (http://ciptakarya.pu.go.id/pbl/doc/sni/Pengendalian_PR_Kaw_RBBanjir.pdf) diakses
pada tanggal 24 Mei 2013
o Rob (http://id.wikipedia.org/wiki/Rob ) diakses pada tanggal 24 Mei 2013

21

Anda mungkin juga menyukai