PENDAHULUAN
Angka kematian akibat leptospirosis tergolong tinggi, mencapai 540%. Infeksi ringan jarang terjadi fatal dan diperkirakan 90% termasuk
dalam kategori ini. Anak balita, orang lanjut usia dan penderita
immunocompromised mempunyai resiko tinggi terjadinya kematian.1
Penderita berusia di atas 50 tahun, risiko kematian lebih besar, bisa
mencapai 56 persen. Pada penderita yang sudah mengalami kerusakan hati
yang ditandai selaput mata berwarna kuning, risiko kematiannya lebih tinggi
lagi.1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1
Definisi
Leptospirosis adalah suatu penyakit zoonosis yang disebabkan oleh
mikroorganisme Leptospira interogans tanpa memandang bentuk spesifik
serotipenya. Penyakit ini pertama sekali ditemukan oleh Weil pada tahun
1886 yang membedakan penyakit yang disertai ikterus ini dengan penyakit
lain yang juga mnyebabkan ikterus. Bentuk beratnya dikenal sebagai Weils
disease. Penyakit ini dikenal dengan berbagai nama seperti mud fever, slamp
fever, swamp fever, autumnal fever, infectious jaundice, dan lain-lain.1
Leptospira acapkali luput didiagnosa karena gejala klinis tidak
spesifik, dan sulit dilakukan konfirmasi diagnosa tanpa uji laboratorium.
Kejadian luar biasa leptospirosis dalam dekade terakhir di beberapa negara
telah menjadikan leptospirosis sebagai salah satu penyakit yang termasuk
emerging infectious disease.1,4
II.2
Etiologi
Etiologi Penyakit yang terdapat di semua negara dan terbanyak
ditemukan di negara beriklim tropis ini, disebabkan oleh Leptospira
interrogansdengan berbagai subgrup yang masing-masing terbagi lagi atas
serotipe bisa terdapat pada ginjal atau air kemih binatang piaraan seperti
anjing, lembu, babi, kerbau dan lain-lain, maupun binatang liar seperti tikus,
musang, tupai dan sebagainya. Manusia bisa terinfeksi jika terjadi kontak
pada kulit atau selaput lendir yang luka atau erosi dengan air, tanah, lumpur
dan sebagainya yang telah terjemar oleh air kemih binatang yang terinfeksi
leptospira.1,2,3
3
Leptospirosis
disebabkan
oleh
genus
leptospira,
family
Gambar 2.1
Bakteri
leptospira
menggunakan
mikroskop
elektron tipe scanning
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Leptospirosis
Genus leptospira terdiri dari 2 kelompok atau kompleks, yang patogen
L.interrogans, dan yang non pathogen atau saprofit L.biflexs kelompok
patogen terdapat pada manusia dan hewan. Kelompok yang patogen atau
L.interrogans terdiri dari sub grup yang masing-masingnya terbagi lagi atas
berbagai serotype (serovar) yang jumlahnya sangat banyak. Saat ini telah
ditemukan 240 serotipe yang tergabung dalam 23 serogrup. Sub grup yang
dapat menginfeksi manusia di antaranya adalah L. icterohaemorrhagiae, L.
javanica, L. celledoni, L. canicola, L ballum, L. pyrogenes, L. cynopteri, L.
automnalis, L. australis, L. pomona, L. grippothyphosa, L. hebdomadis, L.
4
dengan
reservoir
tikus,
L.canicola,
dengan
Epidemiologi
Dikenal pertama kali sebagai penyakit occupational (penyakit yang
diperoleh akibat pekerjaan) pada beberapa pekerja pada tahun 1883. Pada
tahun 1886 Weil mengungkapkan manifestasi klinis yang terjadi pada 4
penderita yang mengalami penyakit kuning yang berat, disertai demam,
perdarahan dan gangguan ginjal. Sedangkan Inada mengidentifikasikan
penyakit ini di jepang pada tahun 1916. Penyakit ini dapat menyerang
semua usia, tetapi sebagian besar berusia antara 10-39 tahun. Sebagian besar
kasus terjadi pada laki-laki usia pertengahan, mungkin usia ini adalah faktor
resiko tinggi tertular penyakit occupational ini. 1
Angka kejadian penyakit tergantung musim. Di negara tropis sebagian
besar kasus terjadi saat musim hujan, di negara barat terjadi saat akhir
musim panas atau awal gugur karena tanah lembab dan bersifat alkalis. 2
Angka kejadian penyakit Leptospira sebenarnya sulit diketahui.
Penemuan kasus leptospirosis pada umumnya adalah underdiagnosed,
unrreported dan underreported sejak beberapa laporan menunjukkan gejala
asimtomatis dan gejala ringan, self limited, salah diagnosis dan nonfatal. 2
Di Amerika Serikat (AS) sendiri tercatat sebanyak 50 sampai 150
kasus leptospirosis setiap tahun. Sebagian besar atau sekitar 50% terjadi di
Hawai. Di Indonesia penyakit demam banjir sudah sering dilaporkan di
daerah Jawa Tengah seperti Klaten, Demak atau Boyolali.2
5
II.4
Patogenesis
Leptospira masuk ke dalam tubuh melalui kulit atau selaput lendir,
memasuki aliran darah dan berkembang, lalu menyebar secara luas ke
jaringan tubuh. Kemudian terjadi respon imunologi baik secara selular
maupun humoral sehingga infeksi ini dapat ditekan dan terbentuk antibodi
spesifik. Walaupun demikian beberapa organisme ini masih bertahan pada
daerah yang terisolasi secara imunologi seperti di dalam ginjal dimana
sebagian mikroorganisme akan mencapai convoluted tubules, bertahan di
sana dan dilepaskan melalui urin.4
Leptospira dapat dijumpai dalam air kemih sekitar 8 hari sampai
beberapa minggu setelah infeksi dan sampai berbulan-bulan bahkan
bertahun-tahun kemudian. Leptospira dapat dihilangkan dengan fagositosis
dan mekanisme humoral. Kuman ini dengan cepat lenyap dari darah setelah
terbentuknya aglutinin. Setelah fase leptospiremia 4-7 hari, mikroorganisme
hanya dapat ditemukan dalam jaringan ginjal dan okuler. Leptospiruria
berlangsung 1-4 minggu. Tiga mekanisme yang terlibat pada patogenese
leptospirosis; invasi bakteri langsung, faktor inflamasi non spesifik, dan
reaksi imunologi.4
- Hati
- Paru
- Otot lurik
: nekrosis fokal
10
II.5
- Jantung
- Mata
Penularan(1,2,3)
Manusia dapat terinfeksi melalui kontak dengan tanah, air, atau
lumpur yang telah terkontaminasi oleh urine binatang yang telah terinfeksi
leptospira. Infeksi tersebut terjadi jika terdapat luka/erosi pada kulit ataupun
selaput lendir. Air tergenang atau mengalir lambat yang terkontaminasi urine
binatang infeksius memainkan peranan dalam penularan penyakit ini,
bahkan air yang deras pun dapat berperan. Kadang-kadang penyakit ini
terjadi akibat gigitan binatang yang sebelumnya terinfeksi leptospira, atau
kontak dengan kultur leptospira di laboratorium. Ekspos yang lama pada
genangan air yang terkontaminasi terhadap kulit yang utuh juga dapat
menularkan leptospira. Orang-orang yang mempunyai resiko tinggi
mendapat penyakit ini adalah pekerja-pekerja di sawah, pertanian,
perkebunan, peternakan, pekerja tambang, pekerja di rumah potong hewan,
atau orang-orang yang mengadakan perkemahan di hutan, dokter hewan.9
II.6
Manifestasi Klinis
11
bawah, spina
secara spontan dalam satu minggu / lebih. Uveitis dapat terjadi selama
fase ini, uveitis ini dapat bilateral / unilateral dan biasanya sembuh
sendiri, jarang menyebabkan gangguan penglihatan permanen.
b. Leptospirosis ikterik (Penyakit Weil / Weil Disease)
Bentuk leptospirosis berat ini terjadi pada < 10 % anak yang terkena.
Manifestasi awal serupa dengan manifestasi awal yang digambarkan
pada leptospirosis anikterik. Namun, fase imun, berbeda, ditandai dengan
bukti adanya disfungsi hati dan ginjal secara klinis dan laboratorium.
Pada kasus yang mendadak berat, fenomen hemorragik dan kolaps
kardiovaskular juga terjadi. Kelainan hati meliputi nyeri kuadran atas,
hepatomegali, hiperbilirubinemia direk dan indirek, dan kenaikan sedang
enzim hati serum. Demam biasanya menetap antara fase septikemia dan
fase imun. Demam pada fase imun lebih tinggi dan lebih lama daripada
demam leptospirosis anikterik. Ikterus tampak mulai hari ke-3 atau mulai
pada minggu ke -2. Kadar bilirubin dapat mencapai 60-80 mg/dl, tapi
sebagian besar kurang dari 20 mg/dl. 6
Manifestasi ginjal lazim ada, dapat mendominasi gambaran klinis,
dan merupakan penyebab utama kematian pada kasus yang mematikan,
semua penderita mempunyai tanda-tanda kelainan pada analisis urin
(hematuria, proteinuria dan silinder ) dan azotemia sering ada, disertai
dengan oligouria dan anuria.6
II.7
Diagnosis
Pada umumnya diagnosis awal leptospirosis sulit, karena pasien
biasanya datang dengan meningitis, hepatitis, nefritis, pneumonia, influenza,
syndrome syok toksik, demam yang tidak diketahui asalnya dan diathesis
hemoragik, bahkan beberapa kasus datang sebagai pancreatitis. Pada
anamnesis, penting diketahui tentang riwayat pekerjaan pasien, apakah
termasuk kelompok resiko tinggi. Gejala/keluhan didapati demam yang
muncul mendadak, sakit kepala terutama di bagian frontal, nyeri otot, mata
merah/fotofobia, mual atau muntah. Pada pemeriksaan fisik dijumpai
demam, bradikardi, nyeri tekan otot, hepatomegali dan lain- lain. Pada
pemeriksaan laboratorium darah rutin bisa dijumpai lekositosis, normal atau
sedikit menurun disertai gambaran neutrofilia dan laju endap darah yang
14
meninggi. Pada urin dijumpai proteinuria, leukosituria dan torak (cast). Bila
organ
hati
terlibat,
bilirubin
direk
meningkat
tanpa
peningkatan
transaminase. BUN, ureum, dan kreatinin juga bisa meninggi bila terjadi
komplikasi pada ginjal. Trombositopeni terdapat pada 50% kasus. Diagnosis
pasti dengan isolasi leptospira dari cairan tubuh dan serologi.5
Anamnesis
Pada anamnesis identitas pasien, keluhan yang dirasakan dan data
epidemiologis penderita harus jelas karena berhubungan dengan
lingkungan pasien, serta jangan lupa menanyakan ada riwayat kontak
langsung dengan binatang atau dengan tanah atau air yang terkontaminasi
dengan kencing binatang. Keluhan-keluhan khas yang dapat ditemukan,
yaitu ; demam mendadak, keadaan umum lemah tidak berdaya, mual,
muntah, nafsu makan menurun, dan merasa mata makin lama makin
bertambah kuning dan sakit otot hebat terutama daerah betis dan paha.5,6
Pemeriksaan Fisik
- Gejala klinik menonjol : ikterik, demam, mialgia, nyeri sendi serta
conjungtival suffusion.
- Gejala klinis yang paling sering ditemukan : conjungtival suffusion dan
mialgia.
- Conjungtival suffusion bermanifestasi bilateral dipalpebra pada hari ketiga
selambatnya hari ke-7 terasansakit dan sering disertai perdarahan
konjungtiva unilateral ataupun bilateral yang disertai fotofobia dan infeksi
faring, faring terlihat merah dan bercak-bercak.
- Mialgia dapat snagat hebat, pemijatan otot betis akan menimbulkan nyeri
IgM elisa merupakan tes yang berguna untuk mendiagnosa secara dini,
tes akan positif pada hari ke-2 sakit ketika manifestasi klinis mungkin
tidak khas. Tes ini sangat sensitive dan efektif (93%). Tes penyaring
yang sering dilakukan di Indonesia adalah lepto Dipstik asay, lepto
tekanan dridot dan lepto tekanan lateral flow.10
Kultur
Dengan mengambil specimen dari darah atau CSS selama 10 hari
pertama perjalanan penyakit. Dianjurkan untuk melakukan kultur ganda dan
mengambil specimen pada fase leptospiremia serta belum diberi antibiotic.
Kultur urine diambil setelah 2-4 minggu onset penyakit. Kadng-kadang
kultur urin masih positif selama memerapa bulan atau tahun setelah sakit.
Untuk isolasi leptospira dari cairan atau jaringan tubuh, digunakan medium
Ellinghausen-McCullough-Johnson-Harris; atau medium Fletcher dan
medium Korthof. Spesimen dapat dikirim ke laboratorium untuk dikultur ,
karena leptospirosis dapat hidup dalam heparin, EDTA atau sitrat sampai 11
hari. Pada specimen yang terkontaminasi, inokulasi hewan dapat
digunakan.10
Serologi
16
Pencegahan
Pencegahan leptospirosis khususnya di daerah tropis sangat sulit.
Banyaknya hospes perantara dan jenis serotype sulit untuk dihapuskan. Bagi
mereka yang mempunyai resiko tinggi untuk tertular leptospirosis harus
diberikan perlindungan berupa pakaian khusus yang dapat melindunginya
dari kontak dengan bahan-bahan yang telah terkontaminasi dengan kemih
binatang reservoir. Pemberian doksisiklin 200 mg perminggu dikatakan
bermanfaat untuk mengurangi serangan leptospirosis bagi mereka yang
mempunyai resiko tinggi dan terpapar dalam waktu singkat. Penelitian
terhadap tentara amerika di hutan panama selama 3 minggu, ternyata dapat
mengurangi serangan leptospirosis dari 4-2 % menjadi 0,2%, dan efikasi
pencegahan 95%.7
Vaksinasi terhadap hewan-hewan tersangka reservoir sudah lama
direkomendasikan tetapi vaksinasi terhadap manusia belum berhasil
dilakukan, masih memrlukan penelitian lebih lanjut.7
II.9
Terapi
- Kuratif
Terapi pilihan (drug of choice) untuk leptospirosis sedang dan berat
adalah penilicin G parenteral 6-8 juta u/m2 / 24 jam, terbagi dalam 6 dosis
selama 7 hari.5,6
Pada penderita yang alergi terhadap penisilin, tetrasiklin (10-20 mg/kg/24
jam) harus diberikan secara oral/intravena terbagi dalam 4 dosis selama 7
hari. Selain itu hal yang perlu diperhatikan adalah perawatan suportif.
Pemasukan cairan dan balans elektrolit harus diperhatikan. Keadaan seperti
gagal ginjal akut, dehidrasi dan kegagalan sirkulasi memerlukan
penanganan yang spesifik dan cermat.5,6
Antibiotik sebaiknya diberikan sebelum organisme merusak
endotel pembuluh darah dari berbagai organ atau jaringan. Leptospira
merupakan penyakit self limiting dengan prognosis yang cukup baik.
17
Ampisilin
75
Leptospirosis Ikterik
100 -
Penisilin
100,000
mg/kgBB/hari.
U/kgBB/hari, intravena, tiap 6
-Amoksisilin
50mg/kgBB/hari,
jam,
oral, tiap 6-8 jam, selama 7 hari
- Ampisilin 200mg/kgBB/hari,
intravena, tiap 6 jam
-Amoksisilin 200mg/kgBB/hari,
intravena, tiap 6 jam
Pilihan
-Doksisiklin
kedua
intravena
Alergi
-Doksisiklin
- Eritromisin 50 mg /kgBB/hari,
Penisilin
40mg/kgBB/hari,oral,2x
selama
(tidak
direkomendasikan
hari
untuk
umur
dibawah 8 tahun)
- Penanganan khusus6
1. Hiperkalemia : diberikan kalsium glukonas 1 gram atau glukosa insulin
(10-20 u regular insulin dalam infuse dextrose 40%)
Merupakan keadaan yang harus segera ditangani karena menyebabkan
cardiac arrest.
2. Asidosis metabolic : diberikan natrium bikarbonat dengan dosis (0,3 x
kgBB x deficit HC03 plasma dalam MEq/L)
3. Hipertensi : diberikan antihipertensi
4. Gagal jantung : pembatasan cairan, digitalis dan diuretic
18
5. Kejang
Dapat terjadi karena hiponatremia, hipokalsemia, hipertensi ensefalopati
dan
sirkulasi.
Penting
untuk
menangani
kausa
primernya,
II.10
Komplikasi4,5,6
normal.
Encepalopathy
Didapatkan gejala meningitis atau meningoenchepalitis, nyeri kepala, pada
cairan cerebrospinalis (LCS) didapatkan pleositosis, santokrom, hitung sel
leukosit 10-100/mm3, sel terbanyak sel leukosit neutrofil atau sel
mononuclear, glukosa dapat normal atau rendah, protein meningkat (dapat
mencapai 100mg%). Kadang-kadang didapatkan tanda-tanda meningismus
tanpa ada kelainan LCS, sindroma Gullian Barre. Pada pemeriksaan
20
patologi didapatkan: infiltrasi leukosit pada selaput otak dan LCS yang
pleositosis.
II.11
Prognosis
Jika tidak ada ikterus, penyakit jarang fatal. Pada kasus dengan
ikterus, angka kematian 5% pada umur di bawah 30 tahun, dan pada usia
lanjut
mencapai
30-40%.
Leptospirosis
selama
kehamilan
dapat
BAB III
KESIMPULAN
21
22
4. Sumarmo, Herry, Sri Rejeki, etal. 2008. Leptospirosis. Buku Ajar Infeksi
dan Pediatri Tropis edisi kedua hal. 364-369. Ikatan dokter Anak
Indonesia.
5. Arvin, et al. infeksi spiroketa. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15, vol.
2. Hal : 1055-1057. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
6. Hadinegoro. S. R. et.al. 2007. Leptospirosis Ikterik, manisfestasi berat
infkesi Leptospira. Diagnosa dan Tatalaksana Penyakit Anak dengan
Gejala Kuning. FK.UI : Jakarta. Hal : 78-86.
7. Dutta TK,Christoper.,M. Leptospirosis An Overview. [Online: 03 maret
2015]. Vol 53. 2005.
8. Jacobs RA. Infectious Diseases: Spirochetal. In: Tierney LM (Jr), McPhee
SJ, Papadakis MA. Eds. Current Medical Diagnosis & Treatment. 43nd
edition, Mc Graw Hill, New York. 2004.
9. Soetanto T,Soeroso S, Ningsih S (editor) : Pedoman tatalaksana kasus dan
Pemeriksaan Laboratorium Leptospirosis di Rumah Sakit, Rumah Sakit
Penyakit
Infeksi
Prof.DR.
Sulianti
Saroso,Direktorat
Jenderal
23