Mentahan Laporan PKL Cuci Motor
Mentahan Laporan PKL Cuci Motor
Mentahan Laporan PKL Cuci Motor
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang dengan jumlah
penduduk lebih dari 200 juta jiwa, seiring bertambahnya penduduk kebutuhan akan
kendaraan bermotor juga semakin bertambah. Dengan jumlah kendaraan bermotor terutama
mobil yang tergolong tinggi memberikan peluang muculnya usaha-usaha atau jasa pencucian
mobil bagi masyarakat.
Munculnya peluang usaha pencucian mobil dianggap dapat menguntungkan, karena
akan meningkatkan perekenomian serta meningkatkan pendapatan daerah melalui pajak
usaha. Namun jika di lihat dari aspek lingkungan, menjamurnya jasa pencucian mobil di
kota-kota besar dapat memperburuk kualitas lingkungan karena kebanyakan dari usaha
pencucian mobil yang ada tidak mengolah terlebih dahulu limbah atau air hasil pencucian
mobil melainkan langsung dibuang ke saluran air atau ke badan air yang ada. apabila limbah
tersebut dibuang di badan air dalam jumlah besar dapat mengakibatkan kadar COD dan
Surfaktan meningkat.
COD dan surfaktan akan membentuk sistem koloid stabil yang dapat membuat air
limbah menjadi keruh. Semakin meningkat COD dan surfaktan maka semakin keruh air
limbah tersebut. Selain COD dan surfaktan adanya debu (padatan) dan pengotor lainnya juga
meningkatkan kekeruhan air limbah.
Dalam beberapa pengukuran kadar COD dalam air limbah dari jasa pencucian mobil
berkisar antara 248 - 776 mg/L dimana menurut SK. Gub. Jatim no. 45 tahun 2002 tentang
baku mutu limbah cair mensyaratkan kadar COD limbah yang dibuang ke badan air kelas IV
tidak boleh melebihi 600 mg/L, sehingga sangat perlu adanya pengolahan terhadap air limbah
pencucian mobil pada umumnya (Fadly, 2010).
Pada penelitian pendahuluan memakai jartest (metoda koagulasi-flokulasi) yang
dilakukan Fadly Rachman Hakim (2010) di Laboratorium Teknik Lingkungan, dimana
limbah jasa pencucian mobil dilakukan pengolahan memakai koagulan alum dan flokulan PE
dengan variasi kombinasi dosis koagulan-flokulan yang beragam. Dari variasi tersebut
didapatkan enam kombinasi dosis optimum yang nilainya diperlihatkan pada Tabel 1.1. Hasil
penelitian pendahuluan.
Tabel 1.1. Hasil penelitian pendahuluan.
Variasi
1
Dosis Alum
Dosis PE
(gr/L)
(gr/L)
0,25
0,006
0,5
0,013
0,025
0,05
0,1
0,2
Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan beberapa permasalahan,
sebagai berikut :
1. Bagaimana kombinasi optimum antara dosis koagulan dan flokulan yang cocok dan sesuai
untuk mengolah air limbah pencucian mobil.
2. Berapa dosis koagulan-flokulan yang efektif dan efisien dari air limbah setelah dan sebelum
pengendapan.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menentukan kombinasi optimum antara dosis koagulan dan flokulan untuk mengolah air
limbah pencucian mobil.
2. Menentukan dosis koagulan-flokulan yang efektif dan efisien dari air limbah setelah dan
sebelum dilakukan pengendapan.
3. Menentukan pengaruh perlakuan pengendapan awal pada pengolahan air limbah pencucian
mobil.
1.4
Ruang Lingkup
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Sistematika Penulisan
Sistematika penyusunan laporan penelitian adalah sebagai berikut:
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang teori-teori yang mendukung penelitian.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi tentang metodologi yang digunakan untuk memperoleh, mengolah dan
menganalisis data penelitian.
BAB IV
Bab ini berisi tentang data hasil penelitian serta pembahasan data yang diperoleh tersebut.
BAB V
Bab ini berisi tentang kesimpulan yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian serta saransaran yang dapat diberikan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pencemaran air dapat didefinisikan sebagai hadirnya pengotor dalam air dalam jumlah
tertentu sehingga mengganggu penggunaan air untuk tujuan tertentu. Salah satu langkah
penting pengolahan untuk mendapatkan air bersih adalah menghilangkan kekeruhan dari air
tersebut. Kekeruhan disebabkan karena adanya partikel-partikel kecil dan koloid.
2.1.1
1.
2.
3.
4.
2.1
Klasifikasi air
Penggolongan Air
Penggolongan air menurut peruntukannya dapat dibedakan menjadi :
Air golongan A : air pada sumber air yang dapat digunakan sebagai air minum secara
langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu.
Air golongan B : air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk diolah menjadi air minum
dan keperluan rumah tanga lainnya.
Air golongan C : air yang dapat dipergunakan untuk keperluan perikanan-perikanan dan
petrnakan.
Air golongan D : air yang dapat dipergunakan untuk keperluan pertanian dan dapat
dimanfaatkan untuk usaha diperkotaan,industry dan lstrik tenaga air.
Pengolongan air yang diatas masih termasuk dalam bagian air badan air atau air
permukaaan,dimana pada air badan air ini memiliki batas syarat yang disesuiakn dengan
peruntukannya.
Selain bahan-bahan beracun,adanhya pencemaran zat organik diketahui antara lain
dengan memeriksa kadar ooksigen terlarut (dissolved oxygen=DO),kebutuhan biologic akan
oksigen (bologycal oxygen demand = BOD), kebutuhan kimiawi akan oksigen (chemical
oxygen demand=COD).
Air badan air mempunyai daya pemurnian alami (self ppurification). Bila kemasukan
bahan pencemar akan diuraikan secara biologi oleh mikroorganisme yang ada di dalam air
dengan
kebutuhan
oksigen
terlarut
menjadi
hasil
uraian
yang
stabil. Dari
zat
organik diuraikan menjadi senyawa nitrat sulfat, karbonat, fosfat dan sebagainya oleh bakteri
aerob. Akan tetapi bila bahan pencemar organiknya terlalu tinggi, oksigen terlarut yang ada
akan makin berkurang sampai menjadi nol. Akibatnya yang bekerja adalah bakteri
anaerob, dengan hasil akhir nitrit, amonia, asam sulfida dan sebagainya yang manimbulkan
bau, dalam hal ini terjadi pembusukan.
BOD adalah banyaknya oksigen yang diperlukan untuk menguraikan zat organik dalam
air secara biologic, sampai menjadi senyawa yang stabil. Makin tinggi kadar zat organik
dalam air, makin tinggi angka BOD nya.begitu pula kadar DO dapat dipakai sebagai petunjuk
adanya pencemaran organik.Sedangkan angka COD menunjukan banyaknya oksidator kuat
yang diperluakan untuk mengoksidasi zat organik dalam air, dihitung sebagai oksigen.
Dalam melakukan pengolangan air kita harus mangetahui bagaimana melakukan
analisa kimia air seyogyanya dikerjakan dengan tepat dan teliti,agar diperoeh hasil yang
benar.tepat (accurate) artinya didapat hasil yang dianggap mendekati hasil atau keadaan yang
sebenarnya. Teliti (precise)artinya sedikit sekali selisih antara hasil beberapa penetapan
dengan cara dan jumlah yang sama.
2.1.2 Standar Kualitas Air
Kualitas air dapat diketahui dengan melakukan pengujian tertentu terhadap air
tersebut. Pengujian yang biasa dilakukan adalah uji kimia, fisik, biologi, atau uji kenampakan
(bau dan warna). Sayangnya, cara-cara pengujian tersebut memerlukan biaya yang cukup
mahal, disamping prosedur pengujian yang tidak mudah. Ada cara praktis yang bisa
dilakukan oleh setiap orang untuk menilai kualitas air, yaitu dengan melihat hewan air
(makroinvertebrata) yang spesifik hidup pada air berkualitas baik.
Pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air diselenggarakan secara
terpadu dengan pendekatan ekosistem. Keterpaduan yang dimaksud adalah dilakukan pada
tahap perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi.
Pengelolaan kualitas air dilakukan untuk menjamin kualitas air yang diinginkan sesuai
peruntukannya agar tetap dalam kondisi alamiahnya. Pengendalian pencemaran air dilakukan
untuk menjamin kualitas air agar sesuai dengan baku mutu air melalui upaya pencegahan dan
penanggulangan pencemaran air serta pemulihan kualitas air.
Upaya pengelolaan kualitas air dilakukan pada :
1. Sumber air yang terdapat di dalam hutan lindung;
2. Mata air yang terdapat di luar hutan lindung; dan
3. Akuifer air tanah dalam.
Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemeliharaan air sehingga tercapai kualitas air
yang diinginkan sesuai peruntukannya untuk menjamin agar kualitas air tetap dalam kondisi
alamiahnya.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Penentuan standar kualitas air minum maupun air limbah berdasarkan pertimbangan bahwa :
Bahan-bahan beracun yang apabila kadarnya dalam air minum melebihi batas akan
membahayakan kesehatan, misalnya timbal, selenium, arsen, kromium, sianida, cadmium, air
raksa.
Bahan-bahan kimia kimia spesifik yang dapat mempengaruhi kesehatan apaila kadarnya
dalam air melebihi batas akan merugikan kesehatan misalnya,flourida, dan nitrat.
Flourida yang kadarnya melebihi batas akan berpengaruh kurang baik terhadap gigi.
Nitrat yang kadarya melebihi batas menimbulkan keracunan darah pada bayi yang disebut
blue babies
Bahan kimia atau sifat fisik yang mempengaruhi air minum yaitu mangan,
tembaga,seng,kalsium fenol.
Bahan kimia yang merupakan pejunjuk adanya pencemaran yaitu zat organik jumlah,
kebutuhan biologic akan oksigen,kebutuhan kimiawi akan oksigen,nitrogen
jummlah,nitrit,fosfat.
Berdasarkan standar peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990
b. bau telur busuk adalah bau dari gas H2S yang meunjukkan adanya senyawa belerang
c.
bau yang mengesatkan dan mengeringkan tenggorokan adalah bau dari gas hasil penguraian
enyawa karbonat
d. bau dari kaporit adalah bau dari gas Cl2 atau HCl
e.
Kekeruhan air disebabkan oleh zat padat yang tersuspensi, baik zat anorganik maupn
organik. Zat anorganik biasanya berasal dari lapukan batuan dan logam, sedangkan zat
organik dapat berasal dari lapukan tanaman atau hewan. Bungan dapat juga menjadi sumber
kekeruhan.
Zat
organik
dapat
menjadi
makanan
bakteri,
sehingga
mendukung
Klorida dan Nitrat dari Magnesium dan Kalsium disamping Besi dan Alumunium.
Konsentrasi kalsium dalam air minum yang lebih rendah dari 75 mg/l dapat menyebabkan
penyakit tulang rapuh, sedangkan konsentrasi yang lebih tinggi dari 200 mg/l dapat
menyebabkan korosifitas pada pipa-pipa air. Dalam jumlah yang lebih kecil magnesium
dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan tulang, akan tetapi dalam jumlah yang lebih besar
150 mg/l dapat menyebabkan rasa mual.
3. Besi
Besi atau ferrum (Fe) adalah logam berwarna putih keperakkan, liat dan dapat
dibentuk. Di alam terdapat sebagai hematite. Di dalam air minu Fe menibulkan rasa, warna
(kuning), pngendapan pada dinding pipa, pertumbuhan bakteri besi, dan kekeruhan. Pada air
permukaan jarang ditemui kadar besi lebuh besar dari 1 mg/L, tetapi didalam air tanah kadar
besi dapat jauh lebih tinggi.
Pada air yang tidak mengandung oksigen, seperti air tanah, besi berada sebagai
2+
Fe yang cukup dapat terlarut, sedangkan pada air sungai yang mengalir dan terjadi aerasi,
Fe2+ teroksidasi menjadi Fe3+ yang sulit larut pada pH 6-8, bahkan menjadi ferrihidroksida
Fe(OH)3 atau salah satu jenis oksida yang merupakan zat padat dan bias mengendap. Dalam
air sungai besi berada sebagai Fe2+, Fe3+ terlarut dan Fe3+ dalam bentuk senyawa organis
berupa koloidal.
4. Aluminium
Batas maksimal yang terkandung didalam air menurut Peraturan Menteri Kesehatan
No 82 / 2001 yaitu 0,2 mg/l. Air yang mengandung banyak aluminium menyebabkan rasa
yang tidak enak apabila dikonsumsi.
5. Zat organik
Larutan zat organik yang bersifat kompleks ini dapat berupa unsur hara makanan
maupun sumber energi lainnya bagi flora dan fauna yang hidup di perairan (Chay, 1995:541)
6. Sulfat
Kandungan sulfat yang berlebihan dalam air dapat mengakibatkan kerak air yang
keras pada alat merebus air (panci/ketel) selain mengakibatkan bau dan korosi pada pipa.
Sering dihubungkan dengan penanganan dan pengolahan air bekas.
7. Nitrat dan nitrit
Pencemaran air dari nitrat dan nitrit bersumber dari tanah dan tanaman. Nitrat dapat
terjadi baik dari NO2 atmosfer maupun dari pupuk-pupuk yang digunakan dan dari oksidasi
NO2 oleh bakteri dari kelompok Nitrobacter. Jumlah Nitrat yang lebih besar dalam usus
cenderung untuk berubah menjadi Nitrit yang dapat bereaksi langsung dengan hemoglobine
dalam daerah membentuk methaemoglobine yang dapat menghalang perjalanan oksigen
didalam tubuh.
8. Klorida
Dalam konsentrasi yang layak, tidak berbahaya bagi manusia.Klorida dalam jumlah
kecil dibutuhkan untuk desinfektan namun apabila berlebihan dan berinteraksi dengan ion
Na+ dapat menyebabkan rasa asin dan korosi pada pipa air.
9. Zink atau Zn
Batas maksimal Zink yang terkandung dalam air adalah 15 mg/l.penyimpangan
terhadap standar kualitas ini menimbulkan rasa pahit, sepet, dan rasa mual. Dalam jumlah
kecil, Zink merupakan unsur yang penting untuk metabolisme, karena kekurangan Zink dapat
menyebabkan hambatan pada pertumbuhan anak.
c. Secara Biologis
1. Colli
Air minum tidak boleh mengandung bakteri-bakteri penyakit (patogen) sama sekali
tidak boleh mengandung bakteri coli melebihi batasbatas yang telah ditentukan yaitu 1
coli/100 ml air (Sutrisno, 1991 : 23).
2. COD (Chemical Oxygen Demand)
COD yaitu suatu uji yang menentukan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bahan
oksidan misalnya kalium dikromat untuk mengoksidasi bahan-bahan organik yang terdapat
dalam air (Nurdijanto, 2000 : 15). Kandungan COD dalam air bersih berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan RI No 82 / 2001 mengenai baku mutu air minum golongan B maksimum
yang dianjurkan adalah 12 mg/l. apabila nilai COD melebihi batas dianjurkan, maka kualitas
air tersebut buruk.
3. BOD (Biochemical Oxygen Demand)
Adalah jumlah zat terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk memecah
bahan-bahan buangan didalam air (Nurdijanto, 2000 : 15). Nilai BOD tidak menunjukkan
jumlah bahan organik yang sebenarnya tetepi hanya mengukur secara relatif jumlah oksigen
yang dibutuhkan. Penggunaan oksigen yang rendah menunjukkan kemungkinan air jernih,
mikroorganisme tidak tertarik menggunakan bahan organik makin rendah BOD maka kualitas
air minum tersebut semakin baik. Kandungan BOD dalam air bersih menurut Peraturan
Menteri Kesehatan RI No 82/2001 mengenai baku mutu air dan air minum golongan B
maksimum yang dianjurkan adalah 6 mg/l.
2.2
2.2. 1
Air Limbah
disimpulkan bahwa air buangan adalahair yang tersisa dari kegiatan manusia, baik kegiatan
rumah tanggamaupun kegiatan lain seperti industri, perhotelan, dan sebagainya. Meskipun
merupakan air sisa, namun volumenya besar, karena kuranglebih 80% dari air yang
digunakan bagi kegiatan-kegiatan manusia sehari-hari tersebut dibuang lagi dalam bentuk
yang sudah kotor (tercemar). Selanjutnya air limbah ini akhirnya akan kembali ke sungai dan
laut danakan digunakan oleh manusia lagi. Oleh karena itu, air buangan ini harus dikelola dan
atau diolah secara baik.
Menurut Sugiharto (1987), Air Limbah (waste water) adalah kotoran dari masyarakat
dan rumah tangga dan juga yang berasal dari industri, air tanah, air permukaan serta buangan
lainnya. Dengan demikian air buangan ini merupakan hal yang bersifat kotoran umum.
Menurut Okun & Ponghis ( Nurhasanah, 2009) menyatakan ... the word wastewater
... should be taken to mean all liguid domestic wastes (including sewage) and all industrial
wastes discharged to public sewerage system, but not rain water or surface drainage. yang
artinya ... kata limbah cair ... seharusnya dipakai untuk mengartikan semua limbah industri
yang dibuang ke sistem saluran limbah cair, kecuali air hujan atau drainase permukaan.
Menurut Tchobanoglous & Elliassen (Nurhasanah,2009) mendefinisikan limbah cair
sebagai berikut : ... a combination of the liquid or water carried wastes romoved from
residences, institutions, and commeraal and industrial establishments, together with such
ground water, surface water, and strom water as may be present. yang artinya gabungan
atau cairan sampah yang terbawah air dari tempat tinggal, kantor, bangunan, perdagangan,
industri, serta air tanah, air permukaan, dan air hujan yang mungkin ada.
Menurut Willgooso (Nurhasanah, 2009). Wastewater is Water Carrying Wasts from
Homes,Businesses and Industries that is Mixture of Water and Disolued or suspended Solids
yang artinya : Limbah cair adalah air yang membawah sampah dari tempat tinggal,
bangunan perdagangan, dan industri berupa campuran air dan bahan padat terlarut atau bahan
tersuspensi.
Menurut Environmental protectian Agensi (Nurhasanah, 2009) Wastewater is Water
carrying discoived or suspended solids from homes, farms, businesses, and industries yang
artinya : Limbah cair adalah air yang membawa bahan padat terlarut atau tersuspensus dari
tempat tinggal, kebun, bangunan perdagangan dan industri.
Dari beberapa defenisi limbah air tersebut, dapat disimpulkan bahwa limbah cair
merupakan gabungan atau campuran dari air dan bahan-bahan pencemaran yang terbawa oleh
air, baik dalam keadaan terlarut maupun tersuspensi yang terbuang dari sumber domestik
(perkantoran, perumahan dan perdagangan), sumber industri, dan pada saat tertentu
tercampur dengan air tanah, air permukaan dan air hujan.
2.2. 2
limbah
Secara
umum didalam limbah rumah tangga tidak terkandung zat-zatberbahaya, sedangkan didalam
limbah industri harus dibedakan antara limbah yangmengandung zat-zat yang berbahaya
dan yang tidak. Untuk yang mengandung zat-zat yang berbahaya harus dilakukan
penanganan khusus tahap awal sehingga kandungannya bisa di minimalisasi terlebih dahulu
sebelum dialirkan ke sewage plant, karena zat-zat berbahaya itu bisa memetikan fungsi
mikroorganisme yang berfungsi menguraikan senyawa-senyawa di dalam air limbah.
Sebagian zat-zat berbahaya bahkan kalau dialirkan ke sawage plant hanya melewatinya
tanpaterjadi perubahan yang berarti, misalnya logam berat. Penanganan limbah industri tahap
awal ini biasanya dilakukan secara kimiawi dengan menambahkan zat-zat kimia yang bisa
mengeliminasi zat-zat yang berbahaya.
Berdasarkan komposisinya air limbah mengandung berbagai macam bahan atau zatzat yang dapat mengganggu dan membahayakan lingkungan dan kehidupan manusia.
Kandungan zat-zat berbahaya yang terdapat dalam air limbah tersebut tergantung dari sumber
air limbah itu sendiri.
a.
perumahan dan daerah perdagangan. Adapun sumber lainnya yang tidak kalah pentingnya
adalah daerah perkantoran atau lembaga serta daerah fasilitas rekreasi.
b. Limbah Industri
Jumlah aliran air limbah yang berasal dari industri sangat bervariasi tergantung dari
jenis dan besar-kecilnya industri, pengawasan pada proses industri, derajat penggunaan air,
derajat pengolahan air limbah yang ada. Untuk memperkirakan jumlah air limbah yang
dihasilkan oleh industri yang tidak menggunakan proses basah diperkirakan sekitar
50m3/Ha/hari. Sebagai patokan dapat dipergunakan pertimbangan bahwa 85-95% dari jumlah
air yang dipergunakan adalah berupa air limbah apabila industri tersebut tidak menggunakan
kembali air limbah. Apabila industri tersebut memanfaatkan kembali air limbahnya, maka
jumlahnya lebih kecil.
c.
masuk ke dalam saluran pengering atau saluran air hujan. Apabila saluran ini tidak mau
menampungnya, maka limpahan air hujan akan digabung dengan saluran air limbah, dengan
demikian akan merupakan tambahan yang sangat besar. Oleh karena itu, perlu diketahui
curah hujan yang ada sehingga banyaknya air yang akan ditampung melalui saluran air hujan
atau
saluran
pengering
dan
saluran
air
limbah
dapat
diperhitungkan.
Selain air yang masuk melalui limpahan, maka terdapat air hujan yang menguap, diserap oleh
tumbuh-tumbuhan dan ada pula yang merembes ke dalam tanah. Air yang merembes ini akan
masuk ke dalam tanah yang akhirnya menjadi air tanah. Apabila permukaan air tanah bertemu
dengan saluran air limbah, maka bukanlah tidak mungkin terjadi penyusupan air tanah
tersebut ke saluran air limbah melalui sambungan-sambungan pipa atau melalui celah-celah
yang ada karena rusaknya pipa saluran.
2.2. 3
A.
b.
Warna semu (apparent collor) yang selain disebabkan oleh bahan-bahan terlarut, juga karena
bahan-bahan tersuspensi, termasuk diantaranya yang bersifat koloid.
4. Kekeruhan
Kekeruhan disebabkan oleh zat padat tersuspensi, baik yang bersifat organik maupun
anorganik yang mengapung dan terurai dalam air. Kekeruhan menunjukan sifat optis air, yang
mengakibatkan pembiasan cahaya kedalam air. Kekeruhan membatasi masuknya cahaya
dalam air
5. Temperatur
Merupakan parameter yang sangat penting dikarenakan efeknya terhadap reaksi
kimia, laju reaksi, kehidupan organisme air dan penggunaan air untuk berbagai aktivitas
sehari hari. Naiknya suhu atau temperatur air akan menimbulkan akibat berikut :
a.
6. Bau
Disebabkan oleh udara yang dihasilkan pada proses dekomposisi materi atau
penambahan substansi pada limbah. Sifat bau limbah disebabkan karena zat-zat organik yang
telah berurai dalam limbah dan mengeluarkan gas-gas seperti sulfide atau amoniak yang
menimbulkan penciuman tidak enak. Hal ini disebabkan adanya pencampuran dari nitrogen,
sulfur dan fosfor yang berasal dari pembusukan protein yang dikandung limbah.
Pengendalian bau sangat penting karena terkait dengan masalah estetika.
7. Minyak dan Lemak
Minyak dan lemak yang mencemari air sering dimasukan ke dalam kelompok
padatan, yaitu padatan yang mengapung di atas permukaan air. Minyak dan lemak merupakan
bahan organis bersifat tetap dan sukar diuraikan oleh bakteri. Karena berat jenisnya lebih
kecil dari pada air maka minyak tersebut membentuk lapisan tipis di permukaan air dan
menutup permukaan yang mengakibatkan terbatasnya oksigen masuk ke dalam air.
B.
Sifat Kimia
1. Biological Oxygen Demand (BOD)
Menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang dibutuhkan oleh organisme hidup untuk
menguraikan atau mengoksidasi bahanbahan buangan di dalam air. Jadi nilai BOD tidak
menunjukan jumlah bahan organik yang sebenarnya, tetapi hanya mengukur secara relativ
jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan buangan tersebut. Jika
konsumsi oksigen tinggi, yang ditunjukan dengan semakin kecilnya sisa oksigen terlarut
didalam air, maka berarti kandungan bahan buangan yang membutuhkan oksigen adalah
tinggi.
BOD dapat diterima bilamana jumlah oksigen yang akan dihabiskan dalam waktu
lima hari oleh organisme pengurai aerobik dalam suatu volume limbah pada suhu 20 0C.
Hasilnya dinyatakan dengan ppm.
2. Chemical Oxygen Demand (COD)
COD Merupakan jumlah kebutuhan oksigen dalam air untuk proses reaksi secara
kimia guna menguraikan unsur pencemar yang ada. COD dinyatakan dalam ppm (part per
milion) atau ml O2/ liter.(Alaerts dan Santika, 1984). Pengukuran kekuatan limbah dengan
COD adalah bentuk lain pengukuran kebutuhan oksigen dalam air limbah. Pengukuran ini
menekankan kebutuhan oksigen akan kimia dimana senyawa-senyawa yang diukur adalah
bahan-bahan yang tidak dapat dipecah secara biokimia.
Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat anorganik. Dalam
laboratorium,
pengukuran
COD
dilakukan
sesaat
dengan
membuat
pengoksidasi
Tembaga (Cu)
Tembaga dengan nama kimia cupprum dilambangkan dengan Cu. Unsur logam ini
berbentuk kristal dengan warna kemerahan.Unsur tembaga
bentuk logam bebas, akan tetapi lebih banyak ditemukan dalam bentuk persenyawaan atau
senyawa padat dalam bentuk mineral, seperti dari peristiwa pengikisan (erosi) dari batuan
mineral.
Sesuai dengan sifat kelogamannya, Cu dapat membentuk alloy dengan bermacammacam logam. Dalam bidang industri, senyawa Cu banyak digunakan, seperti pada industri
cat sebagai antifoling, industri insektisida dan fungisida, dan lain-lain. Pada manusia, efek
keracunan utama yang ditimbulkan akibat terpapar oleh debu atau uap logam Cu adalah
terjadinya gangguan pada jalur penafasan sebelah atas.
b.
Cadmium (Cd)
Logam Cd mempunyai penyebaran yang sangat luas di alam, namun hanya satu jenis
mineral Cd di alam, yaitu greennockite (CdS) yang selalu ditemukan bersamaan dengan
mineral spalerite (ZnS). Logam ini bersifat lunak, ductile, berwarna putih seperti putih
perak. Prinsip utama dalam penggunaan cadmium adalah sebagai bahan stabilisasi sebagai
bahan pewarna dalam industri plastik dan pada elektroplating. Namun sebagian besar dari
substansi logam cadmium ini juga digunakan pada baterai.
Keracunan yang diakibatkan oleh Cd dapat bersifat akut dan kronis.Keracunan akut
oleh logam Cd menimbulkan penyakit paru-paru. Sedangkan keracunan kronik yang
diakibatkan logam Cd adalah kerusakan pada banyak sistem fisiologis tubuh.
C.
Sifat Biologi
Karakteristik biologi digunakan untuk mengukur kualitas air terutama air yang
dikonsumsi sebagai air minum dan air bersih. Parameter yang biasa digunakan adalah
banyaknya mikroorganisme yang terkandung dalam air limbah.
2.2.4
padatan tersuspensi dan minyak dalam aliran air limbah. Beberapa proses pengolahan yang
berlangsung pada tahap ini ialah screen and grit removal, equalization and storage, serta oil
separation.
2.
dengan pengolahan awal. Letak perbedaannya ialah pada proses yang berlangsung. Proses
yang terjadi pada pengolahan tahap pertama ialah neutralization, chemical addition and
coagulation, flotation,sedimentation, dan filtration.
3.
limbah yang tidak dapat dihilangkan dengan proses fisik biasa. Peralatan pengolahan yang
umum
digunakan
pada
pengolahan
tahap
ini
ialah activated
sludge, anaerobic
4.
yang
terlibat
dalam
pengolahan
air
limbah
tahap
ketiga
ialah coagulation and sedimentation, filtration, carbon adsorption, ion exchange, membrane
separation, serta thickening gravity or flotation.
5.
kemudian
diolah
filtration, vacuum
kembali
melalui
proses digestion
filtration,centrifugation, lagooning
or
or
wet
combustion, pressure
drying
bed, incineration,
atau landfill.
2.2.5
Pemilihan Teknologi
Pemilihan proses yang tepat didahului dengan mengelompokkan karakteristik
kontaminan dalam air limbah dengan menggunakan indikator parameter yang sudah
ditampilkan di tabel di atas. Setelah kontaminan dikarakterisasikan, diadakan pertimbangan
secara detail mengenai aspek ekonomi, aspek teknis, keamanan, kehandalan, dan kemudahan
peoperasian. Pada akhirnya, teknologi yang dipilih haruslah teknologi yang tepat guna sesuai
dengan karakteristik limbah yang akan diolah. Setelah pertimbangan-pertimbangan detail,
perlu juga dilakukan studi kelayakan atau bahkan percobaan skala laboratorium yang
bertujuan untuk:
1.
Memastikan bahwa teknologi yang dipilih terdiri dari proses-proses yang sesuai
Menyediakan informasi teknik dan ekonomi yang diperlukan untuk penerapan skala
sebenarnya.
Bottomline, perlu kita semua sadari bahwa limbah tetaplah limbah. Solusi terbaik dari
pengolahan limbah pada dasarnya ialah menghilangkan limbah itu sendiri. Produksi bersih
(cleaner production) yang bertujuan untuk mencegah, mengurangi, dan menghilangkan
terbentuknya limbah langsung pada sumbernya di seluruh bagian-bagian proses dapat dicapai
dengan penerapan kebijaksanaan pencegahan, penguasaan teknologi bersih, serta perubahan
mendasar pada sikap dan perilaku manajemen. Treatment versus Prevention? Mana yang
menurut teman-teman lebih baik?? Saya yakin kita semua tahu jawabannya. Reduce, recyle,
and reuse.
2.3 Teori Koagulasi-Flokulasi
Pengadukan (mixing) merupakan suatu aktivitas operasi pencampuran dua atau lebih
zat agar diperoleh hasil campuran yang homogen. Pada media fase cair, pengadukan
ditujukan untuk memperoleh keadaan yang turbulen (bergolak). Aplikasi pada bidang
teknologi lingkungan pengadukan digunakan untuk proses fisika seperti pelarutan bahan
kimia dan proses pengentalan (thickening), proses kimiawi seperti koagulasi-flokulasi dan
disinfeksi, proses biologis untuk mencampur bakteri dan air limbah. Pada bab ini akan
difokuskan
pada
teori
pengadukan
untuk
proses
koagulasi
dan
flokulasi. Koagulasimerupakan proses destabilisasi koloid dan partikel dalam air dengan
menggunakan bahan kimia (disebut koagulan) yang menyebabkan pembentukan inti
gumpalan
(presipitat).
Proses
koagulasi
hanya
dapat
berlangsung
bila
ada
pengadukan. Flokulasi adalah proses penggabungan inti flok sehingga menjadi flok
berukuran lebih besar. Proses flokulasi hanya dapat berlangsung bila ada pengadukan.
Pengadukan pada proses koagulasi dan flokulasi merupakan pemberian energi agar terjadi
tumbukan antar partikel tersuspensi dan koloid agar terbentuk gumpalan (flok) sehingga
dapat dipisahkan melalui proses pengendapan dan penyaringan.
Partikel yang tersuspensi dalam air dapat berupa partikel bebas dan koloid dengan
ukuran sangat kecil yaitu 10-7 mm - 10-1 mm. Karena dimensinya ini maka partikel tidak
dapat diendapkan secara langsung (lihat Tabel 2.1). Di samping itu partikel dan koloid
umumnya bermuatan listrik sama yang menyebabkan terjadinya tumbukan antar partikel
(terjadi gerak Brown). Hal ini berakibat terjadinya suatu suspensi yang sangat stabil.
Tabel 2.1 Pengendapan partikel dalam air
Diameter
Tipe
Waktu Pengendapan
Partikel (mm)
Partikel
10
Kerikil
1 detik
Pasir
10 detik
-1
Pasir Halus
2 menit
10
-2
Lempung
2 jam
10-3
Bakteri
8 hari
10-4
Koloid
2 tahun
10-5
Koloid
20 tahun
-6
Koloid
200 tahun
10
10
b.
Penurunan tegangan permukaan (zeta potensial) melalui proses netralisasi muatan dan
adsorpsi.
a.
Thermal motion yang dikenal dengan brownian motion atau difusi atau disebut sebagai
flokulasi perikinetik.
Perikinetik
Perubahan konsentrasi partikel terhadap waktu pada perikinetik (Jpk) dapatdituliskan
sebagai berikut:
(2.1)
Ortokinetik
Pada ortokinetik, perubahan konsentrasi dirumuskan:
(2.3)
Persamaan tersebut menyatakan bahwa untuk partikel yang sangat kecil, perikinetik
lebih dominan. Untuk partikel dengan diamter d=1 m dan G = 10 per detik akan dicapai Jok
= Jpk. Partikel dengan ukuran < 1 m akan memerlukan G yang lebih besar, misal untuk d
=0,1 membutuhkan G = 10.000 per detik yang secara teoritis sukar untuk dicapai sehingga
perlu dibantu dengan flokulasi perikinetik. Laju tumbukan partikel setara dengan gradien
kecepatan (G). Jumlah total tumbukan partikel proporsional dengan produk gradien
kecepatan (G) dan waktu tumbukan (t),
Ntumbukan G * t
2.3.1
(2.5)
Jenis Pengadukan
Jenis pengadukan dalam pengolahan air dapat dikelompokkan berdasarkan
kecepatan pengadukan dan metoda pengadukan. Berdasarkan kecepatannya, pengadukan
dibedakan menjadi pengadukan cepat dan pengadukan lambat. Kecepatan pengadukan
dinyatakan dengan gradien kecepatan, yang merupakan fungsi dari tenaga yang disuplai (P):
(2.6)
Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai P sangat bergantung pada metoda
pengadukan yang digunakan.
Berdasarkan metodanya, pengadukan dibedakan menjadi pengadukan mekanis,
pengadukan hidrolis, dan pengadukan pneumatis.
1. Pengadukan mekanis
Pengadukan mekanis adalah metoda pengadukan menggunakan alat pengaduk
berupa impeller yang digerakkan dengan motor bertenaga listrik. Umumnya pengadukan
mekanis terdiri dari motor, poros pengaduk, dan gayung pengaduk (impeller).
Berdasarkan pada bentuknya, telah dikenal tiga macam impeller, yaitupaddle (pedal),
turbine, dan propeller (baling-baling). Bentuk ketiga impeller tersebut dapat dilihat pada
Gambar 2.2 dan Gambar 2.3 Kriteria impeller dapat dilihatpada Tabel.
Gambar 2.2 tipe paddle (a) tampak atas, (b) tampak samping (Qasim, et al., 2000)
Gambar 2.3 tipe turbine dan propeller. (a) turbine blade lurus, (b) blade dengan piringan, (c turbin dengan
blade menyerong, (d) propeller 2 blade, (e) propeller 3 blade (Qasim, et al., 2000)
(anonim, 2008)
2. Pengadukan hidrolis
Pengadukan mekanis
2.
Pengadukan hidrolis
3.
Pengadukan pneumatis
Pengadukan mekanis merupakan satu metoda yang paling umum digunakan untuk
pengadukan cepat karena sangat efektif dan lebih fleksibel dalam operasi. Pengadukan
mekanis yang sering digunakan dalam pengadukan cepat menggunakan ketiga macam
impeller di atas. Faktor penting dalam perancangan alat pengaduk mekanis adalah kedua
parameter pengadukan, yaitu G dan td. Sekadar patokan, Tabel 2.3 dapat digunakan dalam
pemilihan nilai G dan td.
Tabel 2.3 Nilai Gradien Kecepatan dan Waktu Pengadukan
Jenis pengadukan hidrolis yang digunakan pada pengadukan cepat haruslah aliran air
yang menghasilkan energi hidrolik yang besar. Dalam hal ini dapat dilihat dari besarnya
kehilangan energi (headloss) atau perbedaan muka air. Dengan tujuan menghasilkan
turbulensi yang besar tersebut, maka jenis aliran yang sering digunakan sebagai pengadukan
cepat adalah terjunan, loncatan hidrolik, dan parshall flume. Aliran udara yang digunakan
untuk pengadukan cepat harus mempunyai tekanan yang cukup besar sehingga mampu
menekan dan menggerakkan air.
2.3.3
G = 10 - 75 detik-1
GT = 48.000 - 210.000
G = 10 - 50 detik-1
Untuk air waduk/reservoir:
Waktu = 30 menit
G = 10 - 75 detik-1
G = 10 - 50 detik-1
G = 20 - 75 detik-1
GT = 10.000 - 100.000
Gambar 2.5 Flokulator pedal dengan blade tegak lurus aliran air (tipe horizontal
shaft)
(anonim, 2008)
Besarnya
energi/tenaga
yang
diterima
oleh
fluida
akibat
putaran paddle
wheeltergantung pada gaya drag dan kecepatan relatif fluida terhadap pedal. Tenaga yang
diperlukan untuk pengadukan sistem pedal dapat dihitung dengan rumus berikut:
(2.13)
Keterangan:
P = tenaga, N-m/det
CD= koefisien drag
A = luas permukaan paddle wheel, m2
= rapat massa air, kg/ m3
v = kecepatan relatif putaran paddle, m/det
Nilai CD dapat dilihat pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Nilai Koefisien Drag
(anonim, 2008)
Keterangan:
L = panjang paddle
W = lebar paddle
Bila paddle whell tersusun oleh lebih dari satu pasang paddle (dengan ukuran yang
sama), maka persamaan (2.13) berubah menjadi:
(2.14)
i = 1, 2, 3 ..n
Jenis pengadukan hidrolis yang digunakan pada pengadukan lambat berbeda dengan
pengadukan cepat. Pada pengadukan lambat, energi hidrolik yang diharapkan cukup kecil
dengan tujuan menghasilkan gerakan air yang mendorong kontak antar partikel tanpa
menyebabkan pecahnya gabungan partikel yang yelah terbentuk. Jenis aliran yang sering
digunakan sebagai pengadukan lambat adalah baffle channel.
dimana :
h = head loss (m)
v = kecepatan fluida (m/det)
g = konstata gravitasi ( 9,81 m/det 2)
k = konstanta empiris ( 2,5 4)
n = jumlah sekat
H = kedalaman air dalam kanal (m)
L = panjang bak flokulator (m)
G = gradien kecepatan (1/det)
Q = debit aliran (m3/det)
t = waktu flokulasi (det)
= Kekenatalan dinamis air (kg/m.det)
= Berat jenis air (kg/m3)
f = koefisien gesek sekat
Koagulan Primer
Alumunium sulfat (Al2(SO4)3.14H2O)
Biasanya disebut tawas, bahan ini sering dipakai karena efektif untuk menurunkan
kadar karbonat. Tawas berbentuk kristal atau bubuk putih, larut dalam air, tidak larut dalam
alkohol, tidak mudah terbakar, ekonomis, mudah didapat dan mudah disimpan. Penggunaan
tawas memiliki keuntungan yaitu harga relatif murah dan sudah dikenal luas oleh operator
water treatment. Namun Ada juga kerugiannya, yaitu umumnya dipasok dalam bentuk
padatan sehingga perlu waktu yang lama untuk proses pelarutan.
2.
3.
4.
Chlorinated copperas.
Dibuat dengan menambahkan klorin untuk mengioksidasi Ferrous Sulfate.
Keuntungan penggunaan koagulan ini adalah dapat bekerja pada jangkauan pH 4,8 hingga 11.
5.
6.
Jartest
Jar Test
adalah
suatu
percobaan
skala
laboratorium
untuk
flokulasi
untuk
menghilangkan
padatan
tersuspensi
(suspended solid) dan zat zat organik yang dapat menyebabkan masalah kekeruhan, bau,
dan rasa.
Jar Test
mensimulasikan
beberapa
tipe
pengadukan
dan
kecepatan putar pengaduk yang dapat mengontrol energi yang diperlukan untuk proses.
Prinsip Kerja Jar Test
Pada metode Jar Test, terdapat dua tahap proses yaitu koagulasi dan
flokulasi.
JarTest dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut dengan Flocculator (seperti
ditunjukkan pada Gambar 2.7).
Flokulator adalah alat yang digunakan untuk flokulasi. Saat ini
banyakkita menjumpai berbagai macam flokulator, tetapi berdasarkan cara
kerjanya
flokulator dibedakan menjadi 3 macam : yaitu pneumatic, mekanik, dan baffle. Flokulator
padaprinsipnya bertugas untuk melakukan
pengadukan lambat agar jangan sampai mikro flokyang sudah menggumpal
pecah kembali menjadi bentuk semula, maka perlu adanyadesain khusus bentuk flokulator
tersebut.
secara
pneumatic
misalnya,
dirancang
dengan
cara
mensuplai udarake dalam bak flokulasi, cara kerjanya sama seperti yang
dilakukan pada aerasi, bedanya suplai udara yang diberikan ke bak
flokulasi tidak sebesar pada bakaerasi. Jenis flokulator ini jarang sekali
kita temukan saat ini, tetapi yang palingsering adalah flokulator secara
mekanis. Flokulator secara mekanis paling banyak kita jumpai saat ini,
bentuk serta desainnyapun bermacam-macam. Prinsip kerja jenisflokulator
ini adalah dengan cara pengadukan (mixing), karena bentuknya yang
bermacam-
macam inilah maka bentuk ini sangat familiar bagi seorang engineer. Bentuk yang ter
mempunyai
netralisasimuatan.
Tujuan Jartest
Pada pengolahan air bersih atau air limbah dengan proses kimia selalu dibutuhkan
bahan kimia tertentu pula untuk menurunkan kadar polutan yang ada di dalam air atau air
limbah. Penambahan bahan kimia tidak dapat dilakukan sembarang, harus dengan dosis yang
tepat dan bahan kimia yang cocok serta harus memperhatikan pHnya. Sehingga jartest
Koagulasi
Air mengandung partikel-partikel koloid yang terlalu ringan untuk mengendap dalam
waktu singkat. Partikel-partikel koloid tersebut tidak dapat menyatu menjadi partikel yang
lebih besar karena pada umumnya partikel-partikel tersebut bermuatan elektris yang sama,
sehingga dibutuhkan penambahan bahan kimia seperti koagulan yang dapat mendestabilkan
partikel-partikel koloidal. Koagulasi adalah proses adsorpsi dari koagulan terhadap partikel
koloid sehingga menyebabkan destabilisasi partikel. Proses ini biasa disebut proses
netralisasi.
Pada proses koagulasi Jartest digunakan untuk mencari bahan kimia apa yang cocok
untuk air limbah tertentu dan beberapa dosis yang dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang
optimal. Proses koagulasi ini dengan pengadukan cepat supaya terjadi turbulensi yang baik
agar bahan kimia dapat menangkap partikel-partikel koloid. Pengadukan cepat hanya
dilakukan sebentar saja 30-60 detik(Dian, 2007).
Faktor faktor yang mempengaruhi koagulasi :
a.
1. Suhu
2. pH
3. Alkalinitas
4. Kekeruhan
5. Warna
Efek karakteristik air baku yang akan diolah terhadap koagulan adalah:
Suhu
berpengaruh
terhadap
daya
koagulasi
dan
memerlukan
pada kasus demikian, mungkin memerlukan penambahan alkalinitas ke dalam air, melalui
sedikit
partikel, makin jarang terjadi tumbukan antar partikel/flok, oleh sebab itu makin sedikit
senyawa
organik,
dimana zat
organic
bereaksi
koagulasi
semakin
dimana
terjadi
optimum berulang-ulang.
c.
Penentuan pH optimum
Penambahan garam aluminium atau garam besi, akan menurunkan
pH air,disebabkan oleh reaksi hidrolisa garam tersebut, seperti yang telah diterangkan di
atas. Koagulasi optimum bagaimanapun juga akan berlangsung pada nilai pH tertentu.
B.
Flokulasi
Setelah selesai dengan proses koagulasi, proses yang terjadi dilanjutkan pada tahap ke
dua yaitu proses flokulasi dimana terjadi penggabungan partikel-partikel yang tidak stabil
sehingga membentuk flok yang lebih besar dan lebih cepat dapat dipisahkan. Sering kali flok
yang terbentuk tidak begitu bagus sehingga dibutuhkan bahan kimia tambahan yang dapat
membantu penggabungan flok-flok tersebut sehingga menjadi flok yang lebih besar.
Flokulasi dilakukan pada pengadukan lambat dengan waktu 5-30 menit. Proses koagulasi,
flokulasi dapat dijelaskan dengan teori jembatan kimia (Dian, 2007).
Faktor faktor yang mempengaruhi flokulasi :
Untuk mencapai kondisi flokulasi yang dibutuhkan, ada beberapa
faktor
yang
Presipitasi
Presipitasi adalah proses pengendapan dari garam-garam solid yang terbentuk karena
adanya reaksi kimia. Presipitasi biasanya untuk penurunan logam berat. Pada presipitasi ini
Jartest digunakan untuk mencari kondisi optimum dimana pada kondisi ini diharapkan
logam-logam berat yang ada di air limbah dapat diendapkan bersama-sama (Dian, 2007).
D.
industri sisa klor yang berlebihan dapat merusak system penukar ion dengan menutup poripori resin penukar ion (Dian, 2007).
2.4.3
ditetapkan dalam SNI 19-6449-2000 termasuk prosedur umum untuk pengolahan dalam
rangka mengurangi bahan-bahan terlarut, koloid dan yang tidak mengendap dalam air dengan
menggunakan bahan kimia dalam proses koagulasi flokulasi, yang dilanjutkan dengan
pengendapan secara gravitasi.
Uji koagulasi flokulasi dilaksanakan untuk menentukan dosis bahan-bahan kimia dan
persyaratan yang digunakan untuk memperoleh hasil yang optimum. Variabelvariabel utama
yang dikaji sesuai dengan yang disarankan, termasuk :
1.
2.
pH
3.
Temperatur
4.
pada proses pengolahan air bersih dan air limbah. Pengaruh konsentrasi koagulan dan
flokulan dapat juga dievaluasi dengan metode ini (Dian, 2007).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Umum
Sebuah penelitian membutuhkan metodologi yang sistematis, dimana metode ini
b.
Penelitian berjalan secara sistematis sehingga dapat diselesaikan secara tepat waktu.
c.
Mengurangi atau memperkecil kesalahan yang mungkin terjadi pada saat penelitian.
d.
menyeluruh.
Metode penelitian ini berisi:
a.
Kerangka penelitian yang meliputi: penetapan obyek yang akan diteiti, penetapan
sampel air limbah yang akan digunakan dan pemilihan variabel penelitian.
b.
3.2
3.2.1
3.2.1
3.3
Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Pengolahan Limbah Industri Jurusan
3.4
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan dalam analisa air limbah pencucian mobil adalah
penelitian skala laboratorium (Labour Experiment) dengan cara batch dari sumber limbah
yaitu limbah sebuah jasa pencucian mobil di daerah Jl. Surya Sumantri, Bandung.
3.5
Variabel Penelitian
3.5.1 Variabel Bebas (Independent Variable)
Dalam melakukan penelitian ini, yang merupakan variabel bebas adalah variasi
flokulan berupa FeCl3. Bahan tambahan berupa asam klorida atau kapur.
3.6.2 Peralatan Penelitian
Peralatan yang digunakan dalam proses koagulasi dan flokulasi limbahpencucian
mobil terdiri dari peralatan utama yaitu peralatan yang digunakan dalam proses utama, dan
peralatan pendukung yaitu peralatan yang digunakan dalam proses analisa air.
a) Peralatan utama
Kerucut in-hoff
6 buah
b) Peralatan pendukung
Peralatan pendukung yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada tabel:
Tabel 3.3 Peralatan yang digunakan dalam proses analisa kombinasi dosis
optimum koagulan-flokulan limbah pencucian mobil
No
Alat yang digunakan
Spesifikasi
1
pH meter
2
Gelas Ukur
1000 ml
3
Turbidimeter
4
Bola isap
5
Gelas Kimia
100 ml, 1000ml
6
Pipet ukur
10 ml
3.7
Jumlah
Satu unit
Satu unit
Satu unit
Satu unit
Dua unit, enam
Satu unit
Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan secara langsung menggunakan ember dan jerigen air.
Sumber air limbahnya diambil dari sebuah jasa pencucian mobil didaerah .
3.8
koagulan tawas dan flokulan aquaclear. Untuk menentukan kombinasi dosis optimum
koagulan-flokulan yang digunakan dilakukan tahap-tahap penelitian sebagai berikut. Untuk
menentukan kombinasi dosis optimum penggunaan tawas- aquaclear menggunakan analisa
jar test. Tahapan yang dilakukan dalam analisa jar test adalah sebagai berikut:
a) Mengukur pH dan kekeruhan awal air limbah.
b) Mengisi tabung pengujian wadah aparat dengan air sampel limbah masing-masing
sebanyak 1000 ml. Mengubah pH air sampel limbah menjadi sekitar 5-7 dengan penambahan
kapur jika limbah memiliki pH dibawah 5 atau asam jika limbah memiliki pH diatas 7. Hal
ini dilakukan karena koagulan yang digunakan yaitu tawas yang hanya dapat bekerja pada
range pH 5 sampai 7.
c) Menambahkan
enam beaker
glass dengan
variasi
dosis
koagulan 0,25gr/L; 0,5gr/L; 1gr/L; 2gr/L; 4gr/L dan 0,5gr/L. Lalu aduk dengan mixer pada
alat jartest dengan kecepatan 100 rpm selama 1 menit. Tahap campuran cepat membantu
untuk membubarkan koagulan sepanjang masing-masing kontainer. Koagulan adalah
tambahan kimia, seperti garam logam, yang membantu menyebabkan agregat lebih kecil
untuk membentuk partikel yang lebih besar.
d) Menambah flokulan aquaclear kedalam beaker glass yang berisi air limbah yang sudah
dikoagulasi tersebut dengan variasi dosis 0,006gr/L; 0,013gr/L; 0,025gr/L; 0,05gr/L; 0,1gr/L
dan 0,2gr/L. Lalu aduk dengan mixer pada alat jartest dengan kecepatan 40 rpm
selama 20 menit. Berbeda dengan koagulasi yang membutuhkan pengadukan cepat, pada
flokulasi diberikan pengadukan yang lebih rendah.Kecepatan pencampuran yang lebih
Mengukur kekeruhan terakhir dan pH masing-masing air sampel limbah di kerucut inhoff.
Kekeruhan akhir diukur dengan turbidimeter. Catat tinggi endapan dari masing-masing
kerucut.
DAFTAR PUSTAKA
Hakim, Fadly Rachman. 2010. Penelitian Pengolahan Limbah Pencucian Mobil Dengan KoagulasiFlokulasi Secara Batch. Surabaya: Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Alaert,G. & Sri Sumesti. 1987. Metode Penelitian Air. Surabaya: Usaha Nasional
Anonim.
2010. Makalah
Kimia
Air
(Penggolongan
dan
Klasifikasi
Air).
2007.
Tersedia http://id.scribd.com/doc/56379118/Proses-Penjernihan-Air-dengan-
2010.
Tersedia http://kidalnarsis.blogspot.com/2010/12/jenis-koagulan-dan-koagulan-