FK UNISSULA
Semester
:7
Modul
LBM
:1
A. SASARAN BELAJAR
1. Melakukan diagnosis henti jantung
2. Melakukan Resusitasi Jantung Paru
3.
Mempelajari teknik penggunaan Automated External Defibrilator (AED)/Manual Defibrilator
B. DASAR TEORI
Tindakan Bantuan Hidup Jantung Dasar merupakan layanan kesehatan dasar yang dilakukan
terhadap penderita yang menderita penyakit yang mengancam jiwa sampai penderita tersebut
mendapat pelayanan kesehatan secara paripurna. Tindakan Bantuan Hidup Jantung Dasar
umumnya dilakukan oleh paramedis, namun dinegara-negara maju seperti Amerika Serikat,
Kanada serta Inggris dapat dilakukan oleh kaum awam yang telah mendapatkan pelatihan
sebelumnya. Tindakan Bantuan Hidup Jantung Dasar secara garis besar dikondisikan untuk
keadaan di luar Rumah Sakit sebelum mendapatkan perawatan lebih lanjut, sehingga tindakan
TindakanBantuanHidup JantungDasar dapat dilakukan
di luar Rumah Sakit tanpa
menggunakan peralatan medis.
Bantuan Hidup Jantung Dasar sebenarnya sudah sering didengar oleh masyarakat awam di
Indonesia dengan nama Resusitasi Jantung Paru (RJP). Umumnya tidak menggunakan obatobatan dan dapat dilakukan dengan baik setelah melalui pelatihan singkat. Pedoman Bantuan
Hidup Jantung Dasar yang sekarang dilaksanakan sekarang telah mengalami perbaikan
dibandingkansebelumnya.Bulan Oktober 2010, AmericanHeart Association(AHA)
mengeluarkan pedoman baru Bantuan Hidup Dasar Dewasa. Dalam Bantuan Hidup Dasar ini,
terdapat beberapa perubahan sangat mendasar dan berbeda dengan Bantuan Hidup Dasar yang
telah dikenal sebelumnya, seperti :
1
Survei Bantuan Hidup Dasar Primer dilakukan baik untuk penderita yang mengalami henti jantung
mendadak atau tidak sadarkan diri yang kita saksikan atau datang ke Rumah Sakit sudah tidak
sadarkan diri. Kita memeriksa respon penderita dengan memanggil dan menepuk-nepuk pundak
atau menggoyangkan badan penderita bertujuan untuk mengetahui respon kesadaran penderita
(Check responsiveness). Setelah yakin bahwa penderita dalam keadaan tidak sadar, maka kita
meminta bantuan orang lain menghubungi ambulans atau sistem gawat darurat Rumah Sakit
terdekat dan meminta bantuan datang dengan tambahan tenaga serta peralatan medis yang
lengkap (Call for Help). Jika saat melakukan pertolongan hanya seorang diri, setelah melakukan
pemeriksaan respon kesadaran, penolong segera menghubungi Rumah sakit terdekat atau ambulans
dan melakukan pertolongan awal kompresi dada dengan dengan cepat dan kuat dengan frekuensi
kali 30
diselingi pemberian bantuan napas 2 kali (1 detik setiap napas bantuan) sampai bantuan
datang.
Sebelum melakukan Survei Bantuan Hidup Dasar Primer , kita harus memastikan bahwa
lingkungansekitar penderita aman
untuk melakukan
pertolongan, dilanjutkan
dengan
memeriksa kemampuan respon penderita, sambil meminta pertolongan untuk mengaktifkan
sistem gawat darurat dan menyediakan AED
Urutan sistematis yang digunakan saat ini adalah C - A t B. Sebelum melakukan Bantuan Hidup Dasar
harus diperhatikan langkah yang tepat dengan melakukan pemeriksaan terlebih dahulu. Setelah
dilakukan pemeriksaan (kesadaran, sirkulasi, pernapasan, perlu tidaknya defibrilasi), harus dianalisis
secara cepat dan tepat tindakan yang perlu dilakukan. Sebagai contoh :
eriksa respon penderita untuk memastikan penderita dalam keadaan sadar atau tidak
P
sadar.
Pemeriksaan analisis irama jantung sebelum melakukan tindakan kejut lsitrik pada jantung
(defibrilasi).
Perhatikan : selalu melakukan pemeriksaan sebelum melakukan tindakan.
Ketika akan melakukan pertolongan, penolong harus mengetahui dan memahami hak penderita
serta beberapa keadaan yang mengakibatkan RJP tidak perlu dilaksanakan seperti :
Penolong
sudah melakukan Bantuan Hidup Dasar dan Lanjut secara optimal, antara lain: RJP,
defibrilasi pada penderita VF/VT tanpa nadi, pemberian vassopressin
atau epinefrin
intravena, membuka jalan napas, ventilasi dan oksigenasi menggunakan bantuan napas
tingkat lanjut serta sudah melakukan semua pengobatan irama sesuai dengan pedoman
yang ada.
Penolong
sudah merekam melalui monitor adanya asistol yang menetap selama 10 menit
atau lebih
Implementasi penghentian usaha resusitasi ;
Asistol yang menetap atau tidak terdapat denyut nadi pada neonatus lebih dari 10 menit
Penderita yang tidak respon setelah dilakukan Bantuan Hidup Jantung Lanjut minimal 20
menit.
emosional). Juga menerima alasan klinis untuk mengakhiri resusitasi dengan segera (karena
kemungkinan hidup yang kecil).
Menurunnya
kemungkinan keberhasilan resusitasi sebanding dengan makin lamanya waktu
melaksakanan bantuan hidup. Perkiraan kemungkinan keberhasilan resusitasi dan pulang ke
rumah, mulai dari 60-90% dan menurun secara jelas 3-10 % permenit.
Tindakan RJP pada Asistol bisa lebih lama dilakukan pada penderita dengan kondisi sebagai berikut :
Usia Muda
Hipotermia
Overdosis Obat
Permintaan Keluarga
}v]v
^AVA
WlXXXXWlXXXXA
~u]oA uvlA
pundak)......pak....anda baik-]lAiAM_
(Call for Help W uevvjk }avg diekia V ^ Tolong Telpon 118/ambulan, beritahukan ada
pasien cardiac arrest, mohon bantuan tenaga u] AvA_
Cek respon
3. Penilaian denyut nadi
Caranya jika penolong di sebelah kanan penderita, dengan meletakkan jari telunjuk dan jari
tengah pada garis median
leher (trachea), kemudian
geser ke lateral (kearah
penolong)/tidak boleh menyeberangi
garis tengah, lalu raba pulsasi arteri carotisnya.
Periksa teraba nadi atau tidak. Langkah ini tidak boleh lebih dari 10 detik
Untuk berlatih mahasiswa dapat meraba pulsasi arteri carotisnya sendiri terlebih dahulu,
kemudian meraba pulsasi arteri carotis mahasiswa lain secara berpasangan.
Penelitian yang telah dilakukan mengenai resusitasi menunjukkan baik penolong awam
maupun tenaga kesehatan mengalami kesulitan dalam melakukan pemeriksaan pulsasi
arteri carotis. Sehingga untuk hal tertentu pengecekan pulsasi tidak diperlukan, seperti :
Penolong tidak perlu memeriksa nadi dan langsung mengasumsikan penderita
menderita henti jantung jika penderita mengalami pingsan mendadak, atau tidak
berespons tidak bernapas, atau bernapas tidak normal.
Penilaian pulsasi sebaiknya dilakukan kurang dari 10 detik. Jika dalam 10 detik
penolong belum bisa meraba pulsasi arteri, maka segera lakukan kompresi dada.
Catatan : Jika teraba nadi berikan 1 kali napas tiap 5-6 detik. Cek nadi tiap 2 menit
Jika tidak teraba nadi lanjutkan dengan kompresi
4. Kompresi Dada
Dilakukan dengan pemberian tekanan secara kuat dan berirama pada setengah bawah
sternum/ Membuat garis bayangan antara kedua papila mammae memotong mid line pada
sternum kemudian meletakkan tangan kiri diatas tangan kanan/ sebaliknya. Yang dipakai
adalah tumit tangan, bukan telapak tangan. Hal ini menciptakan aliran darah melalui
peningkatan tekanan
intratorakal danpenekananlangsungpada dindingjantung.
Komponen yang perlu diperhatikan saat melakukan kompresi dada :
Pada bayi dan anak, kedalaman minimal sepertiga diameter diding anterposterior
dada, atau 4 cm (1,5 inch) pada bayi dan sekitar 5 cm (2 inch) pada anak.
erikan kesempatan untuk dada mengembang kembali sevara sempurna setelah
B
setiap kompresi.
Melakukan kompresi dada: tekan dengan cepat dan keras, interupsi minimal, dan biarkan
dada recoil. Siku lengan harus lurus dengan sumbu gerakan menekan adalah pinggul bukan
bahu. Tekan dada dengan kedalaman minimal 5 cm.
Beri kesempatan dada recoil sebelum menekan kembali untuk memberi kesempatan venous
return mengisi jantung.
Catatan : untuk membantu penghitungan kompresi :
^ aU daXXXXXXXXXXXXXXXXelh_XXXX aU daU XXXXXX dalhU
XXXXaXXXdaXXXX igalh_
5. Airway (pembukaaan jalan napas)
Dalam teknik ini diajarkan bagaimana cara membuka dan mempertahankan jalan napas
untuk membantu ventilasi dan memperbaiki oksigenasi tubuh. Tindakan ini sebaiknya
dilakukan oleh orang yang sudah menerima pelatihan Bantuan Hidup Dasar atau tenaga
kesehatan profesional dengan menggunakan teknik angkat kepala tangkat dagu (head TiltChin Lift) pada penderita yang diketahui tidak mengalami cedera leher. Pada penderita yang
dicurigai menderita trauma servikal, teknik head tilt chin lift tidak bisa dilakukan. Teknik
yang digunakan pada keadaan tersebut adalah menarik rahang tanpa melakukan ekstensi
kepala (Jaw Thrust). Pada penolong yang hanya mampu melakukan kompresi dada saja,
belum didapatkan bukti ilmiah yang cukup untuk melakukan teknik mempertahankan jalan
napas secara pasif, seperti hiperekstensi leher.
Jaw Thrust
melakukan observasi napas spontan dengan Look, Listen, Feel, karena langkah pelaksanaan
tidak konsisten dan menghabiskan banyak waktu. Hal yang perlu diperhatikan dalam
melakukan bantuan napas antara lain :
combitube, atau sungkup laring), maka napas bantuan diberikan setiap 6-8 detik,
sehingga menghasilkan pernapasan dengan frekuensi 8-6 kali permenit. Tidak
sinkron dengan kompresi : memberikan bantuan napas tiap 6-8 detik selama
kompresi berlangsung, Ingat Interupsi minimal saat kompresi
Penderitadenganhambatan jalan
napas atau komplians paru
yang buruk
10
c. Mulut ke sungkup
d. Dengan Kantung Pernafasan
7.Setelah 5 siklus/ 2 menit, periksa pulsasi arteri carotis, jika pulsasi tidak ada dan bantuan
belum tiba teruskan RJP. Jika bantuan datang dan membawa peralatan (AED/Defibrilator)
segera pasang alat cek irama jantung dengan menggunakan AED atau monitor defibrilator.
Apabila irama jantung shockable lakukan defibrilasi, apabila not shockable teruskan RJP.
Ikuti algoritme.
8. Defibrilasi
Tindakan defibrilasi sesegera mungkin memegang peranan penting untuk keberhasilan
pertolongan penderita henti jantung mendadak berdasarkan alasan berikut :
Irama jantung yang paling sering didapat pada kasus henti jantung mendadak yang
disaksikan di luar rumah sakit adalah Fibrilasi ventrikel
Perubahan irama dari fibrilasi ventrikel menjadi asistol seiring dengan berjalannya
waktu.
Pelaksanaan defibrilasi bisa dilakukan dengan menggunakan defibrilator manual atau
menggunakan Automated External Defibrilator (AED). Penderita dewasa yang mengalami
11
fibrilasi ventrikel atau ventrikel takikardi tanpa nadi diberikan energi kejutan 360 J pada
defibrilator monofasik atau 200 J pada bifasik. Pada anak, walaupun kejadian henti jantung
mendadak sangat jarang, energi kejutan listrik diberikan dengan dosis 2-4 J/Kg, dapat
diulang dengan dosis 4-10 J/Kg dan tidak melebihi energi yang diberikan kepada penderita
dewasa. Pada neonatus, penggunaan defibrilator manual lebih dianjurkan.
Penggunaan defibrilator untuk tindakan kejut listrik tidak diindikasikan pada penderita
dengan asistol atau pulseless electrical activity (PEA)
Shockable Waves
a. PULSELESS VENTRICULAR TACHYCARDIA
b. VENTRICULAR FIBRILLATION
12
Hidupkan
AED dengan menekan sakelar ON atau beberapa alat dengan membuka
tutup AED
Jangan melakukan kontak langsung dengan penderita saat sedang dilakukan analisis
irama penderita oleh alat AED
Tekan tombol SHOCK jika alat AED memerintahkan tindakan kejut listrik, atau
langsung lakukan RJP 5 siklus petugas kesehatan terlatih tanpa mencek nadi terlebih
dahulu jika alat tidak memerintahkan tundakan kejut listrik
Tindakan tersebut terus diulang sampai tindakan RJP boleh dihentikan sesuai
indikasi.
Tekan
tombol ON atau putar saklar ke arah gambaran EKG untuk menghidupkan
monitor
Lihat irama di monitor. Bila akan melakukan tindakan kejut listrik, berikan gel di
pedal defibrilator atau dada penderita untuk mencegah luka bakar yang berat serta
memperbaiki hantaran listrik dari pedal ke tubuh penderita
13
Bila irama yang terlihat pada monitor adalah fibrilasi ventrikel dan ventrikel takikardi
tanpa nadi, maka lakukan pemberian kejut lsitrik dengan energi 360 J pada alat
defibrilator monofasik atau 200 J pada alat bifasik. Lakukan pengisian (charge)
sampai ke energi yang diinginkan (biasanya ditandai dengan bunyi alarm. satu pedal
diletakkan di apeks jantung dan yang lain diletakkan di sternum dengan disertai
pemberian tekanan sebesar 12,5 kg saat ditempelkan ke dinding dada. Listrik
dialirkan dengan menekan tombol discharge(bergambar listrik) yang berada di kedua
gagang
Sebelum melakukan shock berikan aba-aba pada seluruh anggota tim untuk tidak
dengan pasien maupun tempat tidurnya sambil memastikan diri sendiri juga tidak
bersentuhan. Contoh aba-aba:
I[u g}ivg } h}ck }v heeW
o
Untuk terakhir kali lihat secara visual apakah semua sudah tidak bersentuhan
dengan pasien, lihat ke monitor untuk pastikan irama belum berubah
Segera lakukan RJP selama 2 menit atau 5 siklus. Setelah 2 menit lakukan evaluasi.
Bila irama yang terlihat dimonitor adalah irama yang harus diberikan kejut listrik
(Shockable rhytm) yaitu VT tanpa nadi atau VF, maka lakukan pemberian kejut listrik
kembali. Bila irama yang terlihat adalah PEA atau Asistol, maka lakukan pemberian
RJP selama 2 menit atau 5 siklus danpenatalaksanaan
sesuai algoritma
PEA/Asystole.
14
C. ALGORITMA
15
Rekomendasi
Komponen
Dewasa
Pengenalan Awal
Anak
Bayi
Urutan BHD
CAB
Frekuensi Kompresi
CAB
CAB
Kedalaman kompresi
Minimal 5 cm (2 inci)
Interupsi bantuan
Head tilt Chin lift (untuk kecurigaan trauma leher lakukan jaw thrust)
Kompresi
30: 2
Defibrilasi
Pasang dan tempelkan AED sesegera mungkin, Interupsi kompresi minimal baik sebelum atau sesudah kejut
listrik. Lanjutkan RJP diawali dengan kompresi setelah kejut listrik
16
17
D. KESIMPULAN
Langkah-langkah kritis yang perlu diperhatikan dalam melaksanakan Bantuan Hidup Jantung
Dasar Adalah pengenalan keadaan serta aktivasi sistem gawat darurat segera, RJP segera serta
defibrilasi segera.
Tindakan tersebut harus dilakukan oleh orang di sekitar yang paling dekat jika menyaksikan
seseorang tidak sadarkan diri secara mendadak. Tidak seperti mitos yang kita dengar, untuk
kondisi penderita seperti di atas, RJP merupakan tindakan yang tidak berbahaya. Lebih
berbahaya bagi penderita jika penolong tidak bertindak apa-apa.
Kualitas RJP harus kita perhatikan, kompresi dada harus dikerjakan dengan baik melalui
menekan cepat dan kuat di bagian setengah bawah tulang dada. Petugas kesehatan memegang
peranan penting dalam perkembangan sistem pelayanan kegawatdaruratan
kardiovaskular
(emergency cardioascular care system)serta pendidikan kepada masyarakat dan tampilan
Bantuan Hidup Dasar (Performance of BLS) pada berbagai situasi klinis.
18
E. CHECK LIST
No
Nilai
0
Setelah yakin bahwa penderita dalam keadaan tidak sadar, maka kita
meminta bantuan orang lain menghubungi ambulans atau sistem gawat
darurat Rumah Sakit terdekat dan meminta bantuan datang dengan
tambahan tenaga serta peralatan medis yang lengkap
Penilaian denyut nadi,
Jika teraba nadi berikan 1 kali napas tiap 5-6 detik. Cek nadi tiap 2
menit
Kompresi Dada
pada setengah bawah sternum/ Membuat garis bayangan antara kedua
papila mammae memotong mid line pada sternum kemudian meletakkan
tangan kiri diatas tangan kanan/ sebaliknya.
19
Pada kondisi terdapat dua orang penolong atau lebih, dan telah
berhasil memasukkan alat untuk mempertahankan jalan napas
(seperti pipa endotrakheal, combitube, atau sungkup laring), maka
napas bantuan diberikan setiap 6-8 detik, sehingga menghasilkan
pernapasan dengan frekuensi 8-6 kali permenit. Tidak sinkron
dengan kompresi : memberikan bantuan napas tiap 6-8 detik selama
Setelah 5 siklus/ 2 menit, periksa pulsasi arteri carotis, jika pulsasi tidak
ada dan bantuan belum tiba teruskan RJP. Jika bantuan datang dan
7
20
21
Bila irama yang terlihat pada monitor adalah fibrilasi ventrikel dan
ventrikel takikardi tanpa nadi, maka lakukan pemberian kejut lsitrik
dengan energi 360 J pada alat defibrilator monofasik atau 200 J pada
alat bifasik. Lakukan pengisian (charge) sampai ke energi yang
diinginkan(biasanya ditandai dengan
bunyi alarm. satu
pedal
diletakkan di apeks jantung dan yang lain diletakkan di sternum
dengan disertai pemberiantekanan sebesar 12,5 kg saat
22
F.
DAFTAR PUSTAKA
1. American Heart Association: Management of Cardiac Arrest.Circulation
2010;112;IV-58-IV66. Lippincott Williams & Wilkins, a division of Wolters Kluwer Health, 351 West Camden
Street, Baltimore.
th
2. Colquhoun MC, Handley AJ, Evans TR. ABC of Resuscitation
edition. BMJ
5 Publishing
Group 2004.
3. Buku Panduan Kursus Bantuan Hidup Dasar edisi 2012, BCLS Indonesia, Perhimpunan
Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PP-PERKI) 2012
23