Anda di halaman 1dari 3

Cardiac arrest disebut juga cardiorespiratory arrest, cardiopulmonary arrest, atau

circulatory arrest, merupakan suatu keadaan darurat medis dengan tidak ada atau tidak
adekuatnya kontraksi ventrikel kiri jantung yang dengan seketika menyebabkan kegagalan
sirkulasi (U.S National Heart, Lung, and Blood Institute, 2009; Sudden Cardiac Arrest
Association, 2008; Sovari dan Kocheril: 2009). Terdapat empat jenis ritme yang menyebabkan
henti jantung yaitu ventricular fibrilasi (VF), ventricular takikardia yang sangat cepat (VT),
pulseless electrical activity (PEA), dan asistol. Untuk bertahan dari empat ritme ini memerlukan
kedua bantuan hidup dasar/ Basic Life Support dan bantuan hidup lanjutan/ Advanced
Cardiovascular Life Support (ACLS) (American Heart Association (AHA), 2005).
Pada orang yang mengalami henti jantung dapat ditemukan gejala-gejala yang tiba-tiba
sebagai berikut:

Tidak sadar secara tiba-tiba (collapse)

Nadi tidak teraba, hipotensi (tekanan darah turun drastis/hampir tidak ada)

Tidak bernapas

Hilangnya kesadaran secara tiba-tiba merupakan tanda terjadinya kekurangan oksigen di otak
(cerebral hipoksia). Namun, kadang kita bisa menemukan tanda-tanda peringatan yang dapat
menunjukan akan terjadinya henti jantung yaitu rasa lelah, lemah, pandangan kabur dan
berkunang-kunang, pusing, nyeri dada, napas dangkal dan pendek, berdebar-debar (palpitasi),
atau muntah; walaupun tidak semua kejadian henti jantung memberikan tanda peringatan ini
(Sovari dan Kocheril: 2009).
Henti jantung mendadak (sudden cardiac arrest/ SCA) berbeda dengan serangan jantung
(cardiac arrest). SCA adalah kondisi yang muncul apabila jantung berhenti memompa darah ke
seluruh tubuh yang diakibatkan oleh gangguan elektrifitas internal jantung yang mengatur denyut
jantung. Sedangkan serangan jantung (heart attack) disebabkan karena kurang adekuatnya
vaskularisasi otot jantung akibat tersumbatnya pembuluh darah coroner jantung. Pada serangan
jantung oksigen tidak adekuat untuk mencukupi kebutuhan sel-sel otot jantung sehingga otot
jantung menjadi iskemia (U.S National Heart, Lung, and Blood Institute, 2009; Sudden Cardiac
Arrest Association, 2008; Sovari dan Kocheril: 2009).

Gambar 1. kondisi yang terjadi pada serangan jantung

Gambar 2. kondisi yang terjadi pada sudden cardiac arrest


Walaupun henti jantung dan serangan jantung berbeda, namun terdapat hubungan antara
keduanya. Pada serangan jantung, kerusakan otot jantung akibat iskemia sel jantung dapat
mengganggu sistem elektrik internal jantung. Gangguan sistem elektrik internal ini dapat
menyebabkan gangguan ritme jantung menjadi melambat atau menjadi lebih cepat dan bisa
menjadi henti jantung. Dengan kata lain, orang yang memiliki riwayat serangan jantung memiliki

resiko yang lebih besar henti jantung mendadak dibandingkan orang yang tidak memiliki riwayat
(Sudden Cardiac Arrest Association, 2008).

Anda mungkin juga menyukai