Anda di halaman 1dari 96

Sambutan

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Kuasa,
karena seizin-Nyalah buku ini dapat diselesaikan menjelang dilaksanakannya Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)

Buku ini berjudul Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan


dalam Persiapan Pelaksanaan JKN, yang memberikan gambaran
ketersediaan sumber daya manusia dalam menghadapi pelaksanan JKN.
Seperti kita ketahui bersama bahwa semua upaya kesehatan, 80%
dipengaruhi dengan keadaan SDMnya. Jadi selain dibutuhkan
pembangunan dan pengadaan sarana prasarana, dibutuhkan juga SDM
kesehatan yang perlu ditingkatkan, kalau tidak pelayanan kesehatan akan
buruk.
Manajemen SDM tidak saja penempatan dan pendidikan, tetapi
didalamnya juga termasuk peningkatan mutu, retensi, pengembangan dan
pemberdayaan. Pelaksanaan JKN sudah diprediksi merubah cara kerja dan
kebutuhan tenaga kesehatan. Buku ini akan memberikan gambaran apa
yang dilakukan Badan PPSDM Kesehatan dalam mempersiapkan
pelaksanaan JKN, mulai dari perencanaan, hingga pengendalian mutu dan
pengembangan SDM.
Mudah-mudahan, buku ini dapat dijadikan salah satu referensi yang
bermanfaat bagi para pengambil kebijakan dan seluruh stakeholder yang
turut serta mensukseskan terselenggarannya Jaminan Kesehatan Nasional.
Jakarta, 16 Oktober 2013
Kepala Badan PPSDM Kesehatan

dr. Untung Suseno Sutarjo, M.Kes


NIP. 195810171984031004
Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

ii Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

DAFTAR ISI
BAB

BAB

BAB

II

III

PENDAHULUAN

A.

LATARBELAKANG

B.

KONDISI UMUM

C.

POTENSI DAN PERMASALAHAN SDM KESEHATAN

D.

HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM PERSIAPAN


PELAKSANAAN JKN

PERENCANAAN KEBUTUHAN SDM KESEHATAN

A.

PENGUATAN PERENCANAAN KEBUTUHAN SDM


KESEHATAN

B.

PERENCANAAN KEBUTUHAN

C.

PERENCANAAN KEBUTUHAN SDM KESEHATAN DALAM


PERSIAPAN PELAKSANAAN JKN

10

D.

KEKURANGAN DAN KETERSEDIAAN DOKTER, PERAWAT


DAN BIDAN DI PUSKESMAS

28

PEMENUHAN DAN DISTRIBUSI SDM KESEHATAN

32

A.

PENDAYAGUNAAN

32

B.

PENUGASAN KHUSUS RESIDEN

36

C.

PENUGASAN KHUSUS D-III KESEHATAN

38

D.

PENGANGKATAN DOKTER SPESIALIS/DOKTER GIGI


SPESIALIS/ DOKTER DAN DOKTER GIGI PTT KEMENTERIAN
KESEHATAN

39

PENGANGKATAN BIDAN SEBAGAI PTT KEMENTERIAN


KESEHATAN

41

E.

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

iii

BAB

IV

PENINGKATAN KEMAMPUAN DAN MUTU SDM


KESEHATAN

42

A.

PENINGKATAN MUTU SDM KESEHATAN MELALUI


PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN BERKELANJUTAN

42

1. Program Bantuan Pendidikan Dokter Spesialis/Dokter


Gigi Spesialis

42

2. Program Tugas Belajar SDM Kesehatan

50

3. CPD untuk Dokter Layanan Primer dalam mendukung


Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional

52

B.

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA (PIDI)

56

C.

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TENAGA KESEHATAN

58
58

1. Penyelengaraan Pendidikan dan Pelatihan Tenaga


Kesehatan

D.

2. Kegiatan Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan


dalam rangka Jaminan Kesehatan Nasional

62

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN APARATUR

68

1. Perencanaan Pelatihan
2. Pelaksanaan
3. Quality Kontrol

69
69

4. Pelatihan Aparatur dalam rangka Persiapan


Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional

73

BAB

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN MUTU SDM KESEHATAN

77

BAB

VI

PERAN LINTAS SEKTOR

85

A.

PERAN LINTAS SEKTOR YANG DIHARAPKAN DARI


KEMENTERIAN DALAM NEGERI

85

B.

PERAN LINTAS SEKTOR YANG DIHARAPKAN DARI


KEMENTERIAN KEUANGAN

87

BAB

VII

PENUTUP

DAFTAR SINGKATAN
iv Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

88
89

I. PENDAHULUAN

A.

LATAR BELAKANG
Seiring dengan upaya pemerintah untuk memberikan jaminan
kesehatan kepada seluruh rakyat Indonesia, pada Tahun 2004,
dikeluarkan Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN), yang mengamanatkan bahwa jaminan
sosial wajib bagi seluruh penduduk di antaranya adalah Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN) melalui suatu Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS).
Sistem Jaminan Sosial Nasional bidang kesehatan kemudian disebut
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) akan diselenggarakan oleh BPJS
Kesehatan yang implementasinya dimulai 1 Januari 2014, yang secara
operasional, pelaksanaan JKN dituangkan dalam Peraturan
Pemerintah No. 101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran
(PBI), Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 tentang Jaminan
Kesehatan dan Peta Jalan JKN (Roadmap Jaminan Kesehatan
Nasional).

Mendukung pelaksanaan tersebut, Kemenkes selaku pemerintah yang


bertanggung jawab dalam kesehatan berkewajiban menyiapkan
sarana dan prasarana termasuk SDM Kesehatan yang akan bertugas,
disamping itu harus menyiapkan NSPK.
Berbagai upaya dilakukan untuk peningkatan dan pengembangan
SDM Kesehatan dalam persiapan pelaksanaan SJSN, antara lain
melalui : 1) Perencanaan kebutuhan Nakes; 2) Pemenuhan dan
distribusi Nakes; 3) Peningkatan Mutu kualitas Nakes ; dan 4)
Pembinaan dan Pengawasan Tenaga Kesehatan.

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

B.

KONDISI UMUM
Menurut data yang terkumpul sampai dengan 10 Oktober 2013,
masih adanya Puskesmas yang tidak ada dokternya, dari 9.599
Puskesmas terdapat 1.327 (13,82%), sama hal nya di RS jika dilihat
dari standar kebutuhan tenaga masih kurang, tapi di lain pihak ada
puskesmas dan RS yang tenaga kesehatan melebih standar.
Dalam pembangunan kesehatan, SDM Kesehatan merupakan salah
satu isu utama yang mendapat perhatian terutama yang terkait
dengan jumlah, jenis dan distribusi, selain itu juga terkait dengan
pembagian kewenangan dalam pengaturan SDM Kesehatan (PP No.
38 Tahun 2007 dan PP No. 41 Tahun 2007 ). Oleh karena itu,
diperlukan penanganan lebih seksama yang didukung dengan regulasi
yang memadai dan pengaturan insentif, reward-punishment, dan
sistem pengembangan karier. Kompetensi tenaga kesehatan belum
terstandarisasi dengan baik.
Saat ini baru ada satu standar kompetensi untuk dokter umum dan
dokter gigi serta deskripsi pekerjaan tenaga kesehatan lainnya belum
jelas. Kerangka hukum dalam pendidikan tenaga kesehatan di
Indonesia, terutama dalam hal sertifikasi dan akreditasi di Indonesia
perlu diperkuat, dalam kaitan dengan Undang-undang No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Undang-undang No. 14
Tahun 2005 tentang Dosen. Perekrutan tenaga kesehatan oleh daerah
rendah karena keterbatasan formasi dan dana.

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

C.

POTENSI DAN PERMASALAHAN SDM KESEHATAN


Jumlah dan jenis tenaga kesehatan terus meningkat namun
kebutuhan dan pemerataan distribusinya belum terpenuhi, utamanya
di DTPK. Kualitas tenaga kesehatan juga masih rendah,
pengembangan karier belum berjalan, sistem penghargaan, dan
sanksi belum sebagaimana mestinya.
Masalah kurangnya tenaga kesehatan, baik jumlah, jenis dan
distribusinya menimbulkan dampak terhadap rendahnya akses
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan berkualitas, di samping itu
juga menimbulkan permasalahan pada rujukan dan penanganan
pasien untuk kasus tertentu.

D.

HAL-HAL YANG HARUS


PELAKSANAAN JKN

DIPERHATIKAN

DALAM

PERSIAPAN

1.

Keseragaman data tenaga kesehatan yang tersebar di Indonesia


terutama di fasilitas pelayanan primer.

2.

Pemerataan Tenaga kesehatan terutama di pelayanan primer

3.

Pemahaman Tenaga kesehatan tentang prinsip pelaksanaan JKN


terutama dalam pelayanan primer

4.

Kesepakatan sistem pelayanan primer dalam program JKN

5.

Kerjasama lintas sektor dan lintas organisasi profesi serta


universitas dalam membuat NSPK pelayanan kesehatan

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

II. PERENCANAAN KEBUTUHAN


SDM KESEHATAN

A. PENGUATAN PERENCANAAN KEBUTUHAN SDM KESEHATAN


Perencanaan kebutuhan SDM Kesehatan menjadi salah satu fokus
utama pada pengembangan dan pemberdayaan SDM Kesehatan guna
menjamin ketersediaan, pendistribusian, dan peningkatan kualitas
Sumber Daya Manusia Kesehatan.
Mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang bidang
Kesehatan dan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2010-2014,
bahwa pemenuhan seluruh kebutuhan SDM Kesehatan bagi
pembangunan kesehatan harus sudah tercapai pada tahun 2025,
termasuk kebutuhan tenaga kesehatan strategis untuk Daerah
Tertinggal, Terpencil, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK). Hal ini
menjadi dasar perlunya penguatan perencanaan SDM Kesehatan.
Dengan demikian, perencanaan kebutuhan SDM Kesehatan
diharapkan dapat memberikan gambaran perkiraan kebutuhan SDM
kesehatan saat ini dan proyeksi di masa yang akan datang, agar dapat
SDM kesehatan ditempatkan dan didistribusikan sesuai sesuai dengan
kebutuhan. Penguatan perencanaan dilakukan bertujuan untuk
memperoleh perencanaan kebutuhan SDM kesehatan di setiap unit
organisasi dan di setiap tingkat wilayah propinsi/kabupaten/kota yang
sesuai dengan kebutuhan program pelayanan kesehatan atau upaya
pelayanan yang dilaksanakan.
Perencanaan SDM Kesehatan tentunya tidak terlepas dari dukungan
data dan informasi SDM Kesehatan. Pengembangan untuk
meningkatkan mutu perencanaan SDM kesehatan telah dirilis dengan
ditetapkannya kepmenkes No. 81 Tahun 2004 tentang Pedoman
Penyusunan Perencanaan SDM Kesehatan di Tingkat Propinsi,
Kabupaten/Kota serta Rumah Sakit.
4

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

Kendala yang ditemukan dalam perencanan kebutuhan SDM


Kesehatan, diantaranya :
1. Dalam
penyusunan
rencana
SDM
kesehatan
belum
memperhitungkan kebutuhan untuk melaksanakan program
pelayanan yang harus dilakukan. Beban kerja dalam program
pelayanan menjadi sangat penting untuk dihitung sehingga dapat
ditetapkan
kebutuhan
SDM
Kesehatan
berdasarkan
programManajemen/kerja sama dalam perencanaan SDM
kesehatan belum optimal.
2. Informasi mempunyai peran yang amat penting dalam menyusun
suatu perencanaan SDM kesehatan yang baik Sulitnya memperoleh
data tenaga kesehatan yang bekerja di sektor swasta. Belum ada
mekanisme pengumpulan data yang terkoordinir dan terintegrasi.
Perencanaan SDM kesehatan belum digunakan untuk pengambilan
keputusan di dalam proses pengembangan dan pemberdayaan SDM
kesehatan.
Dalam rangka penguatan perencanaan kebutuhan SDM Kesehatan ,
sejak Tahun 2010 telah dilakukan berbagai upaya seperti :
1.
2.

Fasilitasi
Kabupaten/Kota
untuk
menyusun
dokumen
perencanaan kebutuhan kabupaten/kota
Penyusunan Peta Kebutuhan Tenaga Kesehatan di Indonesia

Target sampai dengan Tahun 2014, kabupaten/kota yang difasilitasi


untuk menyusun dokumen perencanaan kebutuhan SDM Kesehatan
sebanyak 250 kabupaten/kota.
Sampai dengan Tahun 2013 ini telah difasilitasi 200 kabupaten/kota
dari 33 provinsi. Hasil fasilitasi terlihat pada tabel 3.1 :

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

TABEL 2.1
KABUPATEN/KOTA YANG DIFASILITASI UNTUK MENYUSUN
DOKUMEN PERENCANAAN KEBUTUHAN SDM KESEHATAN
NO

TAHUN

JUMLAH
PRO
VINSI

KAB/
KOTA

1.

2010

10

50

2.

2011

10

50

3.

2012

10

36

4.

2013

10

70

SASAR
AN

DOKUMEN HASIL

SDK/
Kepeg
Dinkes
Prov/
Kab/
Kota

Dokumen Perhitungan Kebutuhan


SDM Kesehatan berdasarkan WISN
(Tiap Kab/Kota menghasilkan output
perhitungan WISN untuk 1 puskesmas
di wilayahnya.
Dokumen Perencanaan Kebutuhan
SDM Kesehatan Kab/Kota

Selain melakukan fasilitasi, upaya penguatan perencanaan SDM


Kesehatan adalah melakukan penyusunan peta kebutuhan SDM
Kesehatan di Indonesia telah dilakukan sejak Tahun 2010. Kebutuhan
SDM Kesehatan meliputi fasilitas pelayanan kesehatan seperti di
Rumah Sakit dan Puskesmas. Dari hasil pemetaan dapat diketahui
gambaran kebutuhan SDM Kesehatan di Rumah Sakit dan Puskesmas.
B. PERENCANAAN KEBUTUHAN SDM KESEHATAN
Hasil pemetaan kebutuhan SDM Kesehatan pada tahun 2013 tertuang
dalam Dokumen Rencana Kebutuhan SDM Kesehatan Tahun 2013.
Dokumen ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan informasi
yang diperlukan bagi para pemangku kepentingan yang dapat
dimanfaatkan lebih lanjut untuk membuat perkiraan kebutuhan
formasi pemenuhan SDM Kesehatan melalui PNS, PTT, dan lainnya,
rencana distribusi SDM Kesehatan, rencana penyesuaian kapasitas
produksi tenaga kesehatan dan lainnya, termasuk peningkatan
kompetensi melalui pendidikan dan pelatihan, serta pembinaan dan
pengawasan mutu SDM Kesehatan.
6

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

1. Dalam menyusun rencana kebutuhan SDM Kesehatan tidak


terlepas dari input data dan informasi. Adapun data yang
digunakan dalam menyusun dokumen rencana kebutuhan SDM
Kesehatan Tahun 2013, adalah :Data proyeksi laju pertumbuhan
penduduk bersumber dari Sensus Penduduk 2010, Badan Pusat
Statistik.
2. Data rasio keadaan tenaga medis (dokter umum, dokter gigi,
dokter spesialis, dan dokter gigi spesialis) per 100.000 penduduk
bersumber dari Konsil Kedokteran Indonesia, Desember Tahun
2012.
3. Data jumlah Rumah Sakit (RS kelas A/B/C/D/NK) dan tenaga
kesehatan di Rumah sakit bersumber dari Ditjen Bina Upaya
Kesehatan, SIRS On line per Januari 2013.
4. Data jumlah Puskesmas (Perawatan/ Non Perawatan) dan tenaga
kesehatan di Puskesmas bersumber dari Sekretariat Badan PPSDM
Kesehatan per Januari 2013.
5. Data bidan desa bersumber dari Data KIA 33 Provinsi Tahun 2011
pada Direktorat Jenderal Gizi dan KIA, Kementerian Kesehatan.
6. Rekapitulasi Jumlah Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) Primer PT.
Askes (PERSERO) berdasarkan Kab/ Kota Tahun 2012.
Ruang lingkup dan batasan dokumen rencana kebutuhan SDM
Kesehatan Tahun 2013, adalah :
1. Rencana kebutuhan SDM Kesehatan disusun berdasarkan :

a. Rasio per 100.000 penduduk


b. Standar ketenagaan di RS dan Puskesmas
c. Standar ketenagaan berdasarkan Indikator Kinerja Utama (IKU)
Kementerian Kesehatan.

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

2. Jenis SDM Kesehatan yang disusun :


a. Di Puskesmas berdasarkan status kepegawaian (PNS/ PTT/
kontrak), meliputi : Dokter umum, Dokter gigi, Perawat,
Perawat gigi, Bidan, Tenaga Teknis Kefarmasian, Sarjani Farmasi
dan Apoteker, Kesehatan Masyarakat, Sanitarian, Tenaga gizi,
Analis kesehatan, dan tenaga No.n kesehatan.
b. Di RS, meliputi : 1) Dokter Spesialis yang terdiri dari: Spesialis
Anak, Obgyn, Penyakit Dalam, Bedah, Radiologi, Rehabilitasi
Medis, Anastesi, Mata, THT, dan Dokter Spesialis Gigi; (2)
Dokter Umum; (3) Perawat; (4) Bidan; (5) Farmasi
3. Fasilitas Pelayanan Kesehatan terdiri dari :
a. Puskesmas
b. RS pemerintah dan swasta yang sudah teregistrasi melalui SIRS
On line Ditjen BUK,
Ada berbagai pendekatan dan metode dalam menghitung kebutuhan
SDM Kesehatan, namun demikian dengan keterbatasan input data
maka pendekatan yang dapat digunakan dalam menyusun kebutuhan
SDM Kesehatan saati ni adalah :
1. Target Rasio tenaga kesehatan per 100.00 penduduk berdasarkan
Kepmenkes No. 1202 Tahun2003 tentang Indikator Indonesia
Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator Provinsi Sehat,
dan Kabupaten/ Kota Sehat.
2. Standar Ketenenagaan di RS berdasarkan Permenkes No. 340
Tahun 2010 tentang Klasifikasi RS.
3. Pola Ketenagaan Dalam Upaya Pelayanan Kesehatan Wajib di
Puskesmas (rancangan Tahun 2010)
4. Kepmenkes No. 1099 Tahun 2011 tentang Indikator Kinerja
Utama (IKU) tingkat Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014.

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

Hasil pemetaan kebutuhan SDM Kesehatan Tahun 2013 menunjukkan


bahwa :
1. Ditinjau dari rasio keadaan SDM Kesehatan terhadap
jumlahpenduduk Indonesia, untuk tenaga kesehatan dokter spesialis,
dokter umum, bidan dan tenaga kesehatan masyarakat sudah sesuai
target Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 20102014,
sedangkan untuk jenis tenaga kesehatan dokter gigi dan perawat
kemungkinan besar akan tercapai pada Tahun 2014. Jenis tenaga
kesehatan lainnya yaitu apoteker, tenaga gizi dan sanitarian
kemungkinan masih perlu ditingkatkan lagi capaiannya.
2. Gambaran keadaan tenaga kesehatan menunjukkan masih besarnya
kesenjangan distribusi antar wilayah provinsi. Di tingkat daerah
masalah ketidak seimbangan distribusi tenaga kesehatan juga terjadi
antar Kabupaten dan antar fasilitas pelayanan kesehatan. Hal ini
ditandai dengan masih ada sekitar 14,70% puskesmas yang tidak
mempunyai dokter. Secara keseluruhan persentase puskesmas yang
tidak memiliki tenaga kesehatan 1 dokter, 1 bidan, dan 1 perawat
sesuai Standar Indikator Kinerja Utama Kementerian Kesehatan
adalah 16,76%.
3. Ketidakseimbangan distribusi tenaga kesehatan juga ditunjukkan dari
hasil perhitungan kebutuhan tenaga kesehatan. Rumah sakit dan
puskesmas sudah mengalami kelebihan semua jenis tenaga
kesehatan, namun kenyataannya masih banyak diantara fasilitas
pelayanan kesehatan tersebut juga mengalami kekurangan tenaga
kesehatan.
4. Penggunaan metode perhitungan berdasarkan standar ketenagaan
pada fasilitas pelayanan kesehatan bersifat terlalu umum sehingga
hasil analisis kebutuhan jumlah tenaga yang diindikasikan dengan
oversupply atau undersupply tidak sepenuhnya sesuai dengan kondisi
nyata di fasilitas pelayanan kesehatan.

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

C. PERENCANAAN KEBUTUHAN SDM KESEHATAN DALAM PERSIAPAN


PELAKSANAAN JKN.
Tantangan Pembangunan Kesehatan pada saat ini 2010-2014 adalah:
Pencapaian MDG Tahun 2015 dan Persiapan Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) Tahun 2014 untuk mencapai derajat kesehatan rakyat
yang setinggi-tingginya.
Sebagai salah satu supply side dalam pelaksanaan pembangunan
kesehatan, dokter merupakan tenaga kesehatan yang berperan penting
sebagai gate keeper dalam pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional.
Berdasarkan standar Indonesia Sehat, rasio dokter dengan jumah
penduduk adalah 1 banding 2.500 orang (40 dokter untuk 100 ribu
penduduk). Jumlah dokter per September 2013 adalah 93.624 orang.
Dokter di RS 21.707 orang dan di Puskesmas 7.507 orang. Sehingga
dapat diasumsikan jumlah dokter di PPK 1 lainnya 54.410. Untuk
melayani 111 juta peserta JKN dibutuhkan 48.400 dokter. Dengan
demikian menurut perhitungan dengan metode ratio jumlah dokter
yang ada di layanan primer sudah mencukupi untuk melayani 121 juta
peserta JKN.
Berdasarkan jumlah Rumah Sakit Umum Pemerintah kelas C dan D,
jumlah dokter spesialis 4 dasar saat ini belum mencukupi standar
kebutuhan SDM Kesehatan sesuai dengan Permenkes No. 340 Tahun
2010 tentang klasifikasi Rumah Sakit, lebih rinci dapat dilihat pada tabel
2.2.
Pada Tabel 2.3 dapat dilihat keadaan atau kondisi dokter spesialis di RS
Pemerintah Kelas C dan D bersarkan pemutakhiran data sampai dengan
September 2013 :

10

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

Tabel 2.2
JUMLAH DOKTER 4 SPESIALIS DASAR
PADA RUMAH SAKIT
TAHUN 2013
1. Rumah Sakit Umum Kelas A
Kepemilikan/
Penyelenggara

Jumlah
RS

Jumlah SDM Eksisting


dr.Sp.
Obsgyn

dr. Sp
Anak

dr. Sp. Penyakit


Dalam

dr.Sp.
Bedah

Pemerintah

10

243

197

273

108

Pemda

78

65

88

61

TNI/Polri

23

70

25

90

Swasta

10

Jumlah:

21

348

342

390

265

Kepemilikan/
Penyelenggara

Jumlah
RS

Jumlah SDM Sesuai Standar


dr.Sp.
Obsgyn

dr. Sp
Anak

dr. Sp. Penyakit


Dalam

dr.Sp.
Bedah

Pemerintah

10

60

60

60

60

Pemda

30

30

30

30

TNI/Polri

18

18

18

18

Swasta

18

18

18

18

Jumlah:

21

126

126

126

126

Kepemilikan/
Penyelenggara

Jumlah
RS

Selisih SDM Ekisisting dengan Jumlah SDM Sesuai Standar


dr.Sp.
Obsgyn

dr. Sp
Anak

dr. Sp. Penyakit


Dalam

dr.Sp.
Bedah

Pemerintah

10

183

137

213

48

Pemda

48

35

58

31

TNI/Polri

52

72

Swasta

-14

-8

-14

-12

21

222

216

264

139

Jumlah:

Keterangan:
Untuk Rumah Sakit Umum Kelas A Standar Jumlah Dokter Spesialis Obsgyn , Anak, Penyakit Dalam,
dan Bedah masing-masing 6 Orang

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

11

2. Rumah Sakit Umum Kelas B


Kepemilikan/
Penyelenggara

Jumlah
RS

Jumlah SDM Eksisting


dr.Sp.
Obsgyn

dr. Sp
Anak

dr. Sp. Penyakit


Dalam

dr.Sp.
Bedah

39

39

49

30

Pemda

134

396

480

431

384

TNI/Polri

18

34

42

49

58

BUMN

14

19

19

40

Swasta

93

640

658

665

627

Jumlah:

255

1123

1238

1213

1139

Pemerintah

Kepemilikan/
Penyelenggara

Jumlah
RS

Jumlah SDM Sesuai Standar


dr.Sp.
Obsgyn

dr. Sp
Anak

dr. Sp. Penyakit


Dalam

dr.Sp.
Bedah

12

12

12

12

Pemda

134

402

402

402

402

TNI/Polri

18

54

54

54

54

BUMN

18

18

18

18

Swasta

93

279

279

279

279

Jumlah:

255

765

765

765

765

Pemerintah

Kepemilikan/
Penyelenggara

Jumlah
RS

Selisih SDM Ekisisting dengan Jumlah SDM Sesuai Standar


dr.Sp.
Obsgyn

dr. Sp
Anak

dr. Sp. Penyakit


Dalam

dr.Sp.
Bedah

27

27

37

18

Pemda

134

-6

78

29

-18

TNI/Polri

18

-20

-12

-5

BUMN

-4

22

Swasta

93

361

379

386

348

Jumlah:

255

358

473

448

374

Pemerintah

Keterangan:
Untuk Rumah Sakit Umum Kelas B Standar Jumlah Dokter Spesialis Obsgyn , Anak, Penyakit Dalam, dan Bedah
masing-masing 3 Orang

12

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

3. Rumah Sakit Umum Kelas C


Kepemilikan/
Penyelenggara

Jumlah
RS

Jumlah SDM Eksisting


dr.Sp.
Obsgyn

dr. Sp
Anak

dr. Sp. Penyakit


Dalam

dr.Sp.
Bedah

Pemda

274

367

458

394

365

TNI/Polri

40

56

93

80

82

BUMN

22

43

49

51

35

Swasta

257

654

814

721

727

Jumlah:

594

1120

1414

1246

1209

Pemerintah

Kepemilikan/
Penyelenggara

Jumlah
RS

Jumlah SDM Sesuai Standar


dr.Sp.
Obsgyn

dr. Sp
Anak

dr. Sp. Penyakit


Dalam

dr.Sp.
Bedah

Pemda

274

548

548

548

548

TNI/Polri

40

80

80

80

80

BUMN

22

44

44

44

44

Swasta

257

514

514

514

514

Jumlah:

594

1188

1188

1188

1188

Pemerintah

Kepemilikan/
Penyelenggara

Jumlah
RS

Selisih SDM Ekisisting dengan Jumlah SDM Sesuai Standar


dr.Sp.
Obsgyn

dr. Sp
Anak

dr. Sp. Penyakit


Dalam

dr.Sp.
Bedah

-2

-2

-2

-2

Pemda

274

-181

-90

-154

-183

TNI/Polri

40

-24

13

BUMN

22

-1

-9

Swasta

257

140

300

207

213

594

-68

226

58

21

Pemerintah

Jumlah:

Keterangan:
Untuk Rumah Sakit Umum Kelas C Standar Jumlah Dokter Spesialis Obsgyn , Anak, Penyakit Dalam, dan
Bedah masing-masing 2 Orang

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

13

4. Rumah Sakit Umum Kelas D


Kepemilikan/
Penyelenggara

Jumlah
RS

Jumlah SDM Eksisting


dr.Sp.
Obsgyn

dr. Sp
Anak

dr. Sp. Penyakit


Dalam

dr.Sp.
Bedah

Pemda

126

75

85

78

81

TNI/Polri

73

64

95

80

77

BUMN

11

11

12

16

Swasta

318

473

565

496

502

Jumlah:

529

623

757

670

669

Pemerintah

Kepemilikan/
Penyelenggara

Jumlah
RS

Jumlah SDM Sesuai Standar


dr.Sp.
Obsgyn

dr. Sp
Anak

dr. Sp. Penyakit


Dalam

dr.Sp.
Bedah

Pemda

126

126

126

126

126

TNI/Polri

73

73

73

73

73

BUMN

11

11

11

11

11

Swasta

318

318

318

318

318

Jumlah:

529

529

529

529

529

Pemerintah

Kepemilikan/
Penyelenggara

Jumlah
RS

Selisih SDM Ekisisting dengan Jumlah SDM Sesuai Standar


dr.Sp.
Obsgyn

dr. Sp
Anak

dr. Sp. Penyakit


Dalam

dr.Sp.
Bedah

-1

-1

-1

-1

Pemda

126

-51

-41

-48

-45

TNI/Polri

73

-9

22

BUMN

11

-2

Swasta

318

155

247

178

184

Jumlah:

529

94

228

141

140

Pemerintah

Keterangan:
Untuk Rumah Sakit Umum Kelas D Standar Jumlah Dokter Spesialis Obsgyn , Anak, Penyakit Dalam,
dan Bedah masing-masing 1 Orang

14

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

5. Rumah Sakit Umum NonKelas


Kepemilikan/
Penyelenggara

Jumlah
RS

Jumlah SDM Eksisting


dr.Sp.
Obsgyn

dr. Sp
Anak

dr. Sp. Penyakit


Dalam

dr.Sp.
Bedah

Pemerintah
Pemda

15

12

TNI/Polri

BUMN

Swasta

53

78

86

63

56

Jumlah:

71

88

98

73

65

Kepemilikan/
Penyelenggara

Jumlah
RS

Jumlah SDM Sesuai Standar


dr.Sp.
Obsgyn

dr. Sp
Anak

dr. Sp. Penyakit


Dalam

dr.Sp.
Bedah

Pemerintah
Pemda

15

15

15

15

15

TNI/Polri

BUMN

Swasta

53

53

53

53

53

Jumlah:

71

71

71

71

71

Kepemilikan/
Penyelenggara

Jumlah
RS

Selisih SDM Ekisisting dengan Jumlah SDM Sesuai Standar


dr.Sp.
Obsgyn

dr. Sp
Anak

dr. Sp. Penyakit


Dalam

dr.Sp.
Bedah

Pemerintah
Pemda

15

-6

-3

-7

-8

TNI/Polri

-1

-1

BUMN

-1

-2

-1

-1

Swasta

53

25

33

10

71

17

27

-6

Jumlah:

Keterangan:
Untuk Rumah Sakit Umum Kelas D Standar Jumlah Dokter Spesialis Obsgyn , Anak, Penyakit Dalam, dan
Bedah masing-masing 1 Orang

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

15

6. Rumah Sakit Umum Yang Kelas-nya Tidak Teridentifikasi


Kepemilikan/
Penyelenggara

Jumlah
RS

Jumlah SDM Eksisting


dr.Sp.
Obsgyn

dr. Sp
Anak

dr. Sp. Penyakit


Dalam

dr.Sp.
Bedah

Pemerintah

Pemda

20

12

12

10

11

TNI/Polri

20

BUMN

19

11

Swasta

159

188

215

213

192

Jumlah:

219

217

243

241

216

Kepemilikan/
Penyelenggara

Jumlah
RS

Jumlah SDM Sesuai Standar


dr.Sp.
Obsgyn

dr. Sp
Anak

dr. Sp. Penyakit


Dalam

dr.Sp.
Bedah

Pemerintah

Pemda

20

20

20

20

20

TNI/Polri

20

20

20

20

20

BUMN

19

19

19

19

19

Swasta

159

159

159

159

159

Jumlah:

219

219

219

219

219

Kepemilikan/
Penyelenggara

Jumlah
RS

Selisih SDM Ekisisting dengan Jumlah SDM Sesuai Standar


dr.Sp.
Obsgyn

dr. Sp
Anak

dr. Sp. Penyakit


Dalam

dr.Sp.
Bedah

Pemerintah

-1

-1

-1

-1

Pemda

20

-8

-8

-10

-9

TNI/Polri

20

-14

-11

-11

-15

BUMN

19

-8

-12

-10

-11

Swasta

159

29

56

54

33

Jumlah:

219

-2

24

22

-3

Keterangan:
Untuk Rumah Sakit Umum Kelas D Standar Jumlah Dokter Spesialis Obsgyn , Anak, Penyakit Dalam,
dan Bedah masing-masing 1 Orang

16

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

7. Rumah Sakit Khusus Kelas A


Kepemilikan/
Penyelenggara

Jumlah
RS

Jumlah SDM Eksisting


dr.Sp.
Obsgyn

dr. Sp
Anak

dr. Sp. Penyakit


Dalam

dr.Sp.
Bedah

Pemerintah

15

53

40

20

42

Pemda

16

11

11

BUMN

Swasta

Jumlah:

36

71

54

34

48

Keterangan:
Untuk Rumah Sakit Khusus, Standar Jumlah Dokter sesuai dengan Jenis Kekhususan Rumah Sakit, sehingga untuk saat ini tidak dirinci berdasarkan
standar Jumlah SDM

8. Rumah Sakit Khusus Kelas B


Kepemilikan/
Penyelenggara

Jumlah
RS

Jumlah SDM Eksisting


dr.Sp.
Obsgyn

dr. Sp
Anak

dr. Sp. Penyakit


Dalam

dr.Sp.
Bedah

Pemerintah

Pemda

22

21

19

21

BUMN

Swasta

16

117

166

40

28

Jumlah:

42

147

188

67

35

Keterangan:
Untuk Rumah Sakit Khusus, Standar Jumlah Dokter sesuai dengan Jenis Kekhususan Rumah Sakit, sehingga untuk saat ini tidak dirinci berdasarkan
standar Jumlah SDM

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

17

9. Rumah Sakit Khusus Kelas C


Kepemilikan/
Penyelenggara

Jumlah
RS

Jumlah SDM Eksisting


dr.Sp.
Obsgyn

dr. Sp
Anak

dr. Sp. Penyakit


Dalam

dr.Sp.
Bedah

Pemerintah
Pemda

11

BUMN

Swasta

144

343

483

105

125

Jumlah:

156

347

490

113

131

Keterangan:
Untuk Rumah Sakit Khusus, Standar Jumlah Dokter sesuai dengan Jenis Kekhususan Rumah Sakit, sehingga untuk saat ini tidak dirinci berdasarkan
standar Jumlah SDM

10. Rumah Sakit Khusus Kelas D


Kepemilikan/
Penyelenggara

Jumlah
RS

Jumlah SDM Eksisting


dr.Sp.
Obsgyn

dr. Sp
Anak

dr. Sp. Penyakit


Dalam

dr.Sp.
Bedah

Pemerintah
Pemda
BUMN

Swasta

36

28

43

19

15

Jumlah:

38

29

44

20

16

Keterangan:
Untuk Rumah Sakit Khusus, Standar Jumlah Dokter sesuai dengan Jenis Kekhususan Rumah Sakit, sehingga untuk saat ini tidak dirinci berdasarkan
standar Jumlah SDM

18

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

11. Rumah Sakit Khusus Non Kelas


Kepemilikan/
Penyelenggara

Jumlah
RS

Jumlah SDM Eksisting


dr.Sp.
Obsgyn

dr. Sp
Anak

dr. Sp. Penyakit


Dalam

dr.Sp.
Bedah

Pemda

TNI/Polri

BUMN

Swasta

37

85

120

30

39

Jumlah:

41

88

125

30

39

Keterangan:
Untuk Rumah Sakit Khusus, Standar Jumlah Dokter sesuai dengan Jenis Kekhususan Rumah Sakit, sehingga untuk saat ini tidak dirinci berdasarkan
standar Jumlah SDM

12. Rumah Sakit Khusus Kelas-nya Tidak Teridentifikasi


Kepemilikan/
Penyelenggara

Jumlah
RS

Jumlah SDM Eksisting


dr.Sp.
Obsgyn

dr. Sp
Anak

dr. Sp. Penyakit


Dalam

dr.Sp.
Bedah

Pemda

12

TNI/Polri

BUMN

Swasta

157

195

307

45

59

Jumlah:

174

199

311

47

60

Keterangan:
Untuk Rumah Sakit Khusus, Standar Jumlah Dokter sesuai dengan Jenis Kekhususan Rumah Sakit, sehingga untuk saat ini tidak dirinci
berdasarkan standar Jumlah SDM

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

19

Tabel 2.3
JUMLAH DOKTER 5 SPESIALIS PENUNJANG
PADA RUMAH SAKIT
TAHUN 2013
1. Rumah Sakit Umum Kelas A
Kepemilikan/
Penye
lenggara

Jum
lah
RS

Jumlah SDM Eksisting


dr.Sp.
Radio
logi

dr. Sp
Rehab
Medik

dr. Sp
Anestesi

dr. Sp.
Patologi Klinik

dr.Sp.
Patologi
Anatomi

Pemerintah

10

91

37

105

64

37

Pemda

38

24

44

22

19

TNI/Polri

24

10

21

12

Swasta

Jumlah:

21

155

71

175

98

62

Kepemilikan
/
Penye
lenggara

Jum
lah
RS

Pemerintah

Jumlah SDM Sesuai Standar


dr.Sp.
Radio
logi

dr. Sp
Rehab
Medik

dr. Sp
Anestesi

dr. Sp.
Patologi Klinik

dr.Sp.
Patologi
Anatomi

10

30

30

30

30

30

Pemda

15

15

15

15

15

TNI/Polri

Swasta

Jumlah:

21

63

63

63

63

63

Kepemilikan
/
Penye
lenggara

Jum
lah
RS

Selisih SDM Ekisisting dengan Jumlah SDM Sesuai Standar


dr.Sp.
Radio
logi

dr. Sp
Rehab
Medik

dr. Sp
Anestesi

dr. Sp.
Patologi Klinik

dr.Sp.
Patologi
Anatomi

Pemerintah

10

61

75

34

Pemda

23

29

TNI/Polri

15

12

-3

Swasta

-7

-9

-4

-9

-9

Jumlah:

21

92

112

35

-1

Keterangan:
Untuk Rumah Sakit Umum Kelas A Standar Jumlah Dokter Spesialis Radiologi, Rehab Medik, Anestesi, Patologi Klinik, dan
Patologi Anatomi masing-masing 3 Orang

20

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

2. Rumah Sakit Umum Kelas B


Kepemilikan/
Penye
lenggara

Pemerintah
Pemda
TNI/Polri
BUMN
Swasta
Jumlah

Jum
lah
RS

4
134
18
6
93
255

Kepemilikan
/
Penye
lenggara

Jum
lah
RS

Pemerintah

Jumlah SDM Eksisting


dr.Sp.
Radio
logi

dr. Sp
Rehab
Medik

dr. Sp
Anestesi

dr. Sp.
Patologi Klinik

dr.Sp.
Patologi
Anatomi

13
194
31
18
271
527

10
75
10
7
121
223

19
257
37
11
390
714

8
144
14
1
89
256

11
62
5
2
50
130

Jumlah SDM Sesuai Standar


dr.Sp.
Radio
logi

dr. Sp
Rehab
Medik

dr. Sp
Anest
esi

dr. Sp.
Patologi Klinik

dr.Sp.
Patologi
Anatomi

Pemda
TNI/Polri
BUMN
Swasta

134
18
6
93

268
36
12
186

268
36
12
186

268
36
12
186

268
36
12
186

268
36
12
186

Jumlah:

255

510

510

510

510

510

Kepemilikan
/
Penye
lenggara

Jum
lah
RS

Pemerintah

Selisih SDM Ekisisting dengan Jumlah SDM Sesuai Standar


dr.Sp.
Radio
logi

dr. Sp
Rehab
Medik

dr. Sp
Anestesi

dr. Sp.
Patologi Klinik

dr.Sp.
Patologi
Anatomi

11

Pemda
TNI/Polri
BUMN
Swasta

134
18
6
93

-74
-5
6
85

-193
-26
-5
-65

-11
1
-1
204

-124
-22
-11
-97

-206
-3
-10
-136

Jumlah:

255

17

-287

204

-254

-380

Keterangan:
Untuk Rumah Sakit Umum Kelas A Standar Jumlah Dokter Spesialis Radiologi, Rehab Medik, Anestesi, Patologi Klinik, dan Patologi Anatomi
masing-masing 3 Orang

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

21

3. Rumah Sakit Umum Kelas C


Kepemilikan/
Penye
lenggara

Pemerintah
Pemda
TNI/Polri
BUMN
Swasta
Jumlah
Kepemilikan/
Penye
lenggara

Jum
lah
RS

1
274
40
22
257
594
Jum
lah
RS

Jumlah SDM Eksisting


dr.Sp.
Radio
logi

dr. Sp
Rehab
Medik

dr. Sp
Anestesi

dr. Sp.
Patologi
Klinik

dr.Sp.
Patologi
Anatomi

0
151
34
28
310
523

0
30
9
6
94
139

0
179
61
32
462
734

0
121
10
9
126
266

0
27
3
4
43
77

Jumlah SDM Sesuai Standar


dr.Sp.
Radio
logi

dr. Sp
Rehab
Medik

dr. Sp
Anest
esi

dr. Sp.
Patologi
Klinik

dr.Sp.
Patologi
Anatomi

Pemda
TNI/Polri
BUMN
Swasta

274
40
22
257

274
40
22
257

274
40
22
257

274
40
22
257

274
40
22
257

274
40
22
257

Jumlah:

594

594

594

594

594

594

Pemerintah

Kepemilikan
/
Penye
lenggara

Jum
lah
RS

Selisih SDM Ekisisting dengan Jumlah SDM Sesuai Standar


dr.Sp.
Radio
logi

dr. Sp
Rehab
Medik

dr. Sp
Anes
tesi

dr. Sp.
Patologi Klinik

dr.Sp.
Patologi
Anatomi

-1

-1

-1

-1

-1

Pemda
TNI/Polri
BUMN
Swasta

274
40
22
257

-123
-6
6
53

-244
-31
-16
-163

-95
21
10
205

-153
-30
-13
-131

-247
-37
-18
-214

Jumlah:

594

-71

-455

140

-328

-517

Pemerintah

Keterangan:
Untuk Rumah Sakit Umum Kelas C Standar Jumlah Dokter Spesialis Radiologi, Rehab Medik, Anestesi, Patologi Klinik, dan
Patologi Anatomi masing-masing 1 Orang

22

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

4. Rumah Sakit Umum Kelas D


Kepemilikan/
Penye
lenggara

Pemerintah
Pemda
TNI/Polri
BUMN
Swasta
Jumlah
Kepemilikan/
Penye
lenggara

Jum
lah
RS

1
126
73
11
318
529
Jum
lah
RS

Jumlah SDM Eksisting


dr.Sp.
Radio
logi

dr. Sp
Rehab
Medik

dr. Sp
Anes
tesi

dr. Sp.
Patologi
Klinik

dr.Sp.
Patologi
Anatomi

0
22
21
6
232
281

0
2
6
2
35
45

0
34
45
5
334
418

0
9
6
2
52
69

0
3
0
0
19
22

Jumlah SDM Sesuai Standar


dr.Sp.
Radio
logi

dr. Sp
Rehab
Medik

dr. Sp
Anes
tesi

dr. Sp.
Patologi
Klinik

dr.Sp.
Patologi
Anatomi

Pemda
TNI/Polri
BUMN
Swasta

126
73
11
318

126
73
11
318

126
73
11
318

126
73
11
318

126
73
11
318

126
73
11
318

Jumlah:

529

529

529

529

529

529

Jum
lah
RS

Selisih SDM Ekisisting dengan Jumlah SDM Sesuai Standar

Pemerintah

Kepemilikan/
Penye
lenggara

Pemerintah

dr.Sp.
Radio
logi

dr. Sp
Rehab
Medik

dr. Sp
Anes
tesi

dr. Sp.
Patologi
Klinik

dr.Sp.
Patologi
Anatomi

-1

-1

-1

-1

-1

Pemda
TNI/Polri
BUMN
Swasta

126
73
11
318

-104
-52
-5
-86

-124
-67
-9
-283

-92
-28
-6
16

-117
-67
-9
-266

-123
-73
-11
-299

Jumlah:

529

-248

-484

-111

-460

-507

Keterangan:
Untuk Rumah Sakit Umum Kelas A Standar Jumlah Dokter Spesialis Radiologi, Rehab Medik, Anestesi, Patologi Klinik, dan
Patologi Anatomi masing-masing 1 Orang

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

23

5. Rumah Sakit Umum Non Kelas


Kepemilikan/
Penye
lenggara

Pemda
TNI/Polri
BUMN
Swasta
Jumlah
Kepemilikan/
Penye
lenggara

15
1
2
53
71
Jum
lah
RS

Jumlah SDM Eksisting


dr.Sp.
Radio
logi

dr. Sp
Rehab
Medik

dr. Sp
Anestesi

dr. Sp.
Patologi
Klinik

dr.Sp.
Patologi
Anatomi

2
0
0
28
30

1
0
0
4
5

12
0
0
50
62

3
0
1
11
15

0
0
0
1
1

Jumlah SDM Sesuai Standar


dr.Sp.
Radio
logi

dr. Sp
Rehab
Medik

dr. Sp
Anest
esi

dr. Sp.
Patologi
Klinik

dr.Sp.
Patologi
Anatomi

Pemda
TNI/Polri
BUMN
Swasta

15
1
2
53

15
1
2
53

15
1
2
53

15
1
2
53

15
1
2
53

15
1
2
53

Jumlah:

71

71

71

71

71

71

Kepemilikan
/
Penye
lenggara

24

Jum
lah
RS

Jum
lah
RS

Selisih SDM Ekisisting dengan Jumlah SDM Sesuai Standar


dr.Sp.
Radio
logi

dr. Sp
Rehab
Medik

dr. Sp
Anestesi

dr. Sp.
Patologi Klinik

dr.Sp.
Patologi
Anatomi

Pemda
TNI/Polri
BUMN
Swasta

15
1
2
53

-13
-1
-2
-25

-14
-1
-2
-49

-3
-1
-2
-3

-12
-1
-1
-42

-15
-1
-2
-52

Jumlah:

71

-41

-66

-9

-56

-70

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

6. Rumah Sakit Umum yang Kelas-nya Tidak Teridentifikasi


Kepemilikan/
Penye
lenggara

Pemerintah
Pemda
TNI/Polri
BUMN
Swasta
Jumlah
Kepemilikan/
Penye
lenggara

Pemerintah
Pemda
TNI/Polri
BUMN
Swasta
Jumlah
Kepemilikan
/
Penye
lenggara
Pemerintah
Pemda
TNI/Polri
BUMN
Swasta
Jumlah

Jum
lah
RS

1
20
20
19
159
219
Jum
lah
RS

Jumlah SDM Eksisting


dr.Sp.
Radio
logi

dr. Sp
Rehab
Medik

dr. Sp
Anestesi

dr. Sp.
Patologi
Klinik

dr.Sp.
Patologi
Anatomi

0
2
2
4
87
95

0
0
0
0
26
26

0
3
6
4
141
154

0
2
0
1
32
35

0
1
0
0
7
8

Jumlah SDM Sesuai Standar


dr.Sp.
Radio
logi

dr. Sp
Rehab
Medik

dr. Sp
Anest
esi

dr. Sp.
Patologi
Klinik

dr.Sp.
Patologi
Anatomi

1
20
20
19
159

1
20
20
19
159

1
20
20
19
159

1
20
20
19
159

1
20
20
19
159

1
20
20
19
159

219

219

219

219

219

219

Jum
lah
RS

1
20
20
19
159
219

Selisih SDM Ekisisting dengan Jumlah SDM Sesuai Standar


dr.Sp.
Radio
Logi

dr. Sp
Rehab
Medik

dr. Sp
Anestesi

dr. Sp.
Patologi Klinik

dr.Sp.
Patologi
Anatomi

-1
-18
-18
-15
-72
-124

-1
-20
-20
-19
-133
-193

-1
-17
-14
-15
-18
-65

-1
-18
-20
-18
-127
-184

0
0
0
0
0
0

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

25

7. Rumah Sakit Khusus Kelas A


Kepemilikan/
Penye
lenggara

Pemerintah
Pemda
BUMN
Swasta
Jumlah

Jum
lah
RS

15
16
2
3
36

Jumlah SDM Eksisting


dr.Sp.
Radio
logi

dr. Sp
Rehab
Medik

dr. Sp
Anes
tesi

dr. Sp.
Patologi
Klinik

dr.Sp.
Patologi
Anatomi

21
7
0
0
28

12
2
0
0
14

37
3
0
4
44

16
7
0
0
23

7
0
0
0
7

8. Rumah Sakit Khusus Kelas B


Kepemilikan/
Penye
lenggara

Pemerintah
Pemda
BUMN
Swasta
Jumlah

Jum
lah
RS

3
22
1
16
42

Jumlah SDM Eksisting


dr.Sp.
Radio
logi

dr. Sp
Rehab
Medik

dr. Sp
Anes
tesi

dr. Sp.
Patologi
Klinik

dr.Sp.
Patologi
Anatomi

3
7
0
16
26

2
4
0
16
22

2
6
0
73
81

3
6
0
4
13

0
1
0
4
5

9. Rumah Sakit Khusus Kelas C


Kepemilikan/
Penye
lenggara

Pemda
TNI/POLRI
Swasta
Jumlah

Jum
lah
RS

11
1
144
156

Jumlah SDM Eksisting


dr.Sp.
Radio
logi

dr. Sp
Rehab
Medik

dr. Sp
Anes
tesi

dr. Sp.
Patologi
Klinik

dr.Sp.
Patologi
Anatomi

5
0
55
60

1
0
20
21

7
0
213
220

2
0
17
19

0
0
3
3

Keterangan:
Untuk Rumah Sakit Khusus, Standar Jumlah Dokter sesuai dengan Jenis Kekhususan Rumah Sakit, sehingga untuk saat ini tidak dirinci berdasarkan
standar Jumlah SDM

26

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

10. Rumah Sakit Khusus Kelas D


Kepemilikan/
Penye
lenggara

Jum
lah
RS

Jumlah SDM Eksisting


dr.Sp.
Radio
logi

dr. Sp
Rehab
Medik

dr. Sp
Anes
tesi

dr. Sp.
Patologi
Klinik

dr.Sp.
Patologi
Anatomi

Pemda

Swasta

36

18

38

19

Jumlah

Keterangan:
Untuk Rumah Sakit Khusus, Standar Jumlah Dokter sesuai dengan Jenis Kekhususan Rumah Sakit, sehingga untuk saat ini tidak dirinci berdasarkan
standar Jumlah SDM

27

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

D. KEKURANGAN DAN KETERSEDIAAN DOKTER, PERAWAT DAN BIDAN


DI PUSKESMAS
1.

KETERSEDIAAN DOKTER
Data Rifaskes Tahun 2011 menunjukan ketersediaan dokter di
Puskesmas per provinsi sebagai berikut :
a.

Masih ada Puskesmas yang tidak memiliki tenaga dokter

b.

Sebagain besar Puskesmas memilki 1 dokter

c.

Sebagain besar Puskesmas di wilayah barat memiliki lebih dari


2 dokter per puskesmas.

Hal yang harus diantisipasi adalah distribusi tenaga dokter


Pemenuhan kekuranga tenaga dokter telah diupayakan melalui
penempatan Dokter PTT maupun pengangkatan Dokter PNS,
sebagai gambaran persen Puskesmas menurut keberadaan per
propinsi, dapat dilihat pada grafik dibawah ini:
Grafik 2.1
PERSEN PUSKESMAS
MENURUT KEBERADAAN DOKTER PER PROVINSI
TAHUN 2011

28

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

Grafik 2.2 dibawah ini, menunjukkan bahwa persebaran tenaga dokter


di perkotaan dan di perdesaaan serta di Puskesmas biasa maupun
Puskesmas dengan perawatan.
Grafik 2.2
JUMLAH DOKTER MENURUT LOKASI DAN JENIS PUSKESMAS
TAHUN 2011

2.

KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN PERAWAT DAN BIDAN DI


PUSKESMAS
Berdasarkan data Rencana Kebutuhan SDM Kesehatan tahun
2013 (Tabel 2.4 dan 2.5), menunjukkan masih terdapat
kekurangan tenaga perawat dan bidan, yang dihitung
menggunakan dua pendekatan yaitu:
a. Mengacu pada standar minimal kebutuhan di Puskesmas
yaitu 6 perawat dan 4 bidan, maka diperkirakan masih
terdapat kekurangan 9.505 perawat dan 5.484 bidan.
b. Mengacu pada standar kebutuhan puskesmas perawatan
yaitu 11 perawat dan 6 bidan, serta puskesmas non
perawatan yaitu 6 perawat dan 4 bidan, maka
diperkirakan masih kekurangan 17.522 perawat dan 7.990
bidan.

29

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

TABEL 2.4
KEBUTUHAN TENAGA PERAWAT PADA PUSKESMAS

NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

PROVINSI
NAD
Sumut
Sumbar
Riau
Jambi
Sumsel
Bengkulu
Lampung
Babel
Kepri
DKI Jakarta
Jabar
Jateng
DIY
Jatim
Banten
Bali
NTB
NTT
Kalbar
Kalteng
Kalsel
Kaltim
Sulut
Sulteng
Sulsel
Sultra
Gorontalo
Sulbar
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
INDONESIA

KEADAAN
4.434
5.852
2.519
2.582
1.584
3.456
1.583
3.030
964
1.901
2.358
8.386
7.151
855
10.062
1.693
1.079
2.569
2.746
5.647
2.527
2.739
2.537
1.852
3.556
4.627
2.226
655
1.062
3.430
1.894
1.470
2.820
101.846

KEKURANGAN
KEKURANGAN
(STANDAR
(STANDAR MINIMAL) REVITALISASI
PUSK)
326
603
759
1.117
231
452
161
272
345
492
275
597
157
255
256
501
15
29
24
81
689
1.389
967
1 482
747
1.397
62
141
620
1.763
368
563
117
183
53
193
587
953
40
273
98
161
56
207
198
390
218
360
78
215
268
772
350
528
84
124
82
155
151
283
43
196
226
294
854
1.101
9.505
17.522

Keterangan:
Kekurangan perawat menurut standar minimal: 6 perawat per puskesmas
-Kekurangan perawat menurut standar revitalisasi puskesmas:
- Puskesmas non perawatan: 6 perawat
- Puskesmas perawatan: 11 perawat

30

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

TABEL 2.5
KEBUTUHAN TENAGA BIDAN PADA PUSKESMAS

NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

PROVINSI
NAD
Sumut
Sumbar
Riau
Jambi
Sumsel
Bengkulu
Lampung
Babel
Kepri
DKI Jakarta
Jabar
Jateng
DIY
Jatim
Banten
Bali
NTB
NTT
Kalbar
Kalteng
Kalsel
Kaltim
Sulut
Sulteng
Sulsel
Sultra
Gorontalo
Sulbar
Maluku
Maluku Utara
Papua Barat
Papua
INDONESIA

KEADAAN
7.048
9.819
3.762
2.963
2.065
3.603
2.018
2.766
617
801
986
9.653
12.616
771
11.109
2.213
1.319
1.631
2.131
1.830
1.480
2.257
1.479
1.025
1.849
3.773
1.378
453
738
950
801
504
1.329
97.737

KEKURANGAN
(STANDAR
MINIMAL)
262
368
55
92
133
111
85
138
2
18
716
205
111
24
139
112
87
29
378
80
83
46
137
134
53
155
239
74
56
253
96
236
777
5.484

Keterangan:
Kekurangan bidan menurut standar minimal: 4 bidan per puskesmas
-Kekurangan bidan menurut standar revitalisasi puskesmas:
- Puskesmas non perawatan: 4 bidan
- Puskesmas perawatan: 6 bidan

31

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

KEKURANGAN
(STANDAR
REVITALISASI
PUSK)
375
509
74
163
206
197
111
215
14
60
832
307
161
36
249
166
106
99
472
183
109
79
286
205
129
354
373
124
134
361
143
282
876
7.990

III.

PEMENUHAN DAN DISTRIBUSI


SDM KESEHATAN

A. PENDAYAGUNAAN
Pendayagunaan tenaga kesehatan memperhatikan tiga aspek yaitu
pengadaan, pemerataan dan pengembangan tenaga kesehatan.
Pengadaan tenaga kesehatan mencakup pendidikan dan pelatihan
tenaga kesehatan. Upaya pemerataan tenaga kesehatan merupakan
salah satu upaya pemenuhan tenaga kesehatan.
1. Upaya pemenuhan kebutuhan tenaga kesehatan merupakan
upaya untuk meningkatkan pelayanan kesehatan di daerah
dengan mengikutsertakan pemerintah daerah meliputi;
a. Temporer
1) Penugasan Khusus
Pendayagunaan secara khusus tenaga kesehatan dalam
waktu tertentu guna meningkatkan akses dan mutu
pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan di
daerah tertinggal, perbatasan dan kepulauan , daerah
bermasalah kesehatan di RS tipe C dan D di kabupaten
yang memerlukan pelayanan medik spesialistik . Tenaga
kesehatan yang ditempatkan melalui penugasan khusus ini
adalah residen,residen senior, dan D3 kesehatan.
2) Detasering
b. Semi Permanen:
Pengangkatan bidan, dokter, dokter gigi sebagai Pegawai
Tidak Tetap ( PTT ).
c. Permanen :
Pengadaan CPNS Permanen :
Pengadaan CPNS
Dalam rangka pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional dimana dokter
umum sebagai gate keeper berikut ini gambaran pemenuhan dokter di
puskesmas yang tidak mempunyai dokter melalui pengangkatan dokter PTT
Pusat sampai dengan September 2013, dapat dilihat pada tabel 3.1.
32

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

Tabel 3.1
PENGANGKATAN BARU DOKTER PTT
TAHUN 2013
No

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

Nama Provinsi

ACEH
SUMATERA UTARA
SUMATERA BARAT
RIAU
JAMBI
SUMATERA SELATAN
BENGKULU
LAMPUNG
KEPULAUAN BANGKA
BELITUNG
KEPULAUAN RIAU
DKI JAKARTA
JAWA BARAT
JAWA TENGAH
DI YOGYAKARTA
JAWA TIMUR
BANTEN
BALI
NTB
NTT
KALIMANTAN BARAT
KALIMANTAN TENGAH
KALIMANTAN SELATAN
KALIMANTAN TIMUR
SULAWESI UTARA
SULAWESI TENGAH
SULAWESI SELATAN
SULAWESI TENGGARA
GORONTALO
SULAWESI BARAT
MALUKU
MALUKU UTARA
PAPUA BARAT
PAPUA
JUMLAH:

Puskesmas
Tanpa
Dokter per
Januari 2013

Pengangkata
n Baru
Dokter PTT
sd Sep 2013

Asumsi
Puskesmas
Tanpa Dokter
setelah
Pengiriman
Dokter PTT
23
70
1

Puskesmas
Tanpa
Dokter per 8
Oktober
2013

57
96
18
24
41
48
30
37
3

34
26
17
29
21
12
25
18
9

4
27
54
32
2

3
0
0
0
0

1
27
54
32
2

0
17
52
20
1

35
32
22
18
116
43
34
23
29
12
31
60
98
17
14
55
28
73
185
1.398

0
0
0
15
112
42
41
20
32
57
28
40
29
55
13
124
18
26
76
922

35
32
22
3
4
1

8
17
18
12
89
35
19
20
8
5
25
45
87
16
4
44
25
85
136
938

20
36
5
19

3
20
69
1
10
47
109
646

17
26
6
13
12
33
23
17
3

Sumber : Biro Kepegawaian Setjen Kemenkes

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

33

Upaya lain terkait upaya pemenuhan tenaga kesehatan adalah:


a.

Kajian kebutuhan task shifting (pelimpahan kewenangan) untuk


daerah daerah yang belum tersedia tenaga dokter umum. Dari
kajian tersebut akan diketahui adanya kebutuhan task shifting
dari tenaga kesehatan tertentu ke tenaga kesehatan lainnya,
kompetensi yang diperlukan, pelatihan , regulasi, dan tanggung
jawab serta tanggung gugat apabila terjadi adverse effect pada
saat melakukan task shifting. Untuk jenis spesialisasi anak,
obsgyn, anaestesi telah dilakukan pelatihan Dokter dengan
Kewenangan Tambahan.

b.

Kajian ditribusi tenaga kesehatan di daerah tertinggal, perbatasan


dan kepulauan. Dari kajian ini akan diperoleh rancangan
pedoman distribusi tenaga kesehatan sesuai dengan karakteristik
wilayah.
Penyusunan Peraturan Bersama
5 Menteri
(Kemenkes,
Kemendagri, KemenPAN, Kemendikbud dan Kemenkeu) tentang
Perencanaan dan Pemeratan Tenaga Kesehatan di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Milik Pemerintah Daerah.
Penyusunan Peraturan Bersama ini sebagai upaya penataan
tenaga kesehatan. Hal ini dilatarbelakangi oleh adanya masalah
mal distribusi tenaga kesehatan di daerah tertentu yang
menyebabkan ketidakseimbangan tenaga kesehatan. Untuk
mengatasi masalah tersebut maka diperlukan redistribusi tenaga
kesehatan. Redistribusi tidak dapat dilakukan oleh Kementerian
Kesehatan mengingat adanya otoNo.mi daerah, untuk itu
diperlukan regulasi bersama antar kementerian untuk
meningkatkan komitmen pemerintah daerah terhadap penataan
tenaga kesehatan tersebut .

Dalam menentukan target pemenuhan SDM Kesehatan dengan sharing


dengan Pemerintah Daerah, mengingat fasyankes primer bukan hanya milik
kemenkes.

34

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

2. Upaya pengembangan tenaga kesehatan dilakukan melalui:


a. Penyusunan Rencana Pengembangan Tenaga Kesehatan (RPTK).
Sampai saat ini rancangan RPTK dalam proses penandatanganan
legal aspek di Kemenkokesra.
b. Penyusunan rancangan pola karir tenaga kesehatan

c. Penyusunan rancangan pengembangan jenis tenaga kesehatan


pengobat tradisional, alternatif, komplementer
d. Program Internsip Dokter Indonesia (PIDI), yang dimulai sejak
Tahun 2010 dengan jumlah peserta awal 401 orang. Tahun 2011
menjadi 1.542 orang, Tahun 2012 menjadi 4.794 orang, Tahun
2013 kumulatif sejumlah 8.657 orang. Prediksi Tahun 2014
menjadi 11.078 orang.

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

35

B.

PENUGASAN KHUSUS RESIDEN


1. Dasar Hukum
a. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2013 tentang
Penugasan Khusus Tenaga Kesehatan
b. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 53 Tahun 2013 tentang
Program Bantuan Pendidikan Dokter Spesialis/Pendidikan
Dokter Gigi Spesialis
2. Kebijakan Dasar

a. Prioritas Penempatan di RSUD DTPK, DBK, tidak diminati, pulau


terluar, rawan bencana, dan belum ada tenaga spesialis.
b. Pengangkatan disesuaikan dengan kesiapan residen di Fakultas
Kedokteran
c. Jenis Tenaga Residen & Masa Penugasan :
Residen Jenjang I : 6 bulan
Residen Senior
: 3 - 6 bulan
3. Penghasilan Penugasan Khusus Residen
Insentif sebesar Rp. 7.500.000

4. Mekanisme Penugasan Khusus Residen

Sumber : Biro Kepegawaian Setjen Kemenkes

36

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

C. PENGANGKATAN PENUGASAN
KEMENTERIAN KESEHATAN

KHUSUS

D-III

KESEHATAN

1. Dasar Hukum
Keputusan Presiden Nomor 37 Tahun 1991 tentang
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2013 tentang
Penugasan Khusus Tenaga Kesehatan
2. Kebijakan Dasar
a.
b.
c.
d.

Bersifat sukarela.
Periode pengangkatan yaitu April, Juni dan September
Lama penugasan 1 (satu) Tahun.
Penempatan di Puskesmas pada Daerah Tertinggal,
Perbatasan dan Kepulauan (DTPK) dan Daerah
Bermasalah Kesehatan (DBK)

3. Penghasilan Penugasan Khusus D-III Kesehatan


Insentif sebesar Rp. 2.500.000
4. Mekanisme Pengangkatan Penugasan Khusus D-III
Kesehatan
a. Kementerian Kesehatan menetapkan alokasi kebutuhan
Penugasan Khusus D-III Kesehatan berdasarkan analisa
usul kebutuhan dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
b. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan pendaftaran
dan seleksi penerimaan Penugasan Khusus D-III
Kesehatan sesuai dengan alokasi kebutuhan Bidan
sebagai Pegawai Tidak Tetap yang telah ditetapkan
Kementerian Kesehatan.
c. Hasil seleksi pengangkatan Penugasan Khusus D-III
Kesehatan dilaporkan kepada Kementerian Kesehatan
secara berjenjang dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
ke Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Provinsi
mengusulkan ke Kementerian Kesehatan.
d. Kementerian
Kesehatan
menetapkan
Keputusan
pengangkatan Penugasan Khusus D-III Kesehatan.
Sumber : Biro Kepegawaian Setjen Kemenkes
Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

37

D. PENGANGKATAN DOKTER SPESIALIS/DOKTER GIGI SPESIALIS/


DOKTER/DOKTER GIGI SEBAGAI PTT KEMENTERIAN KESEHATAN
1. Dasar Hukum
a. Keputusan Presiden Nomor 37 Tahun 1991 tentang
pengangkatan dokter sebagai Pegawai Tidak Tetap selama masa
bakti
b. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 7 Tahun 2013 tentang
pedoman pengangkatan dan penempatan dokter dan bidan
sebagai PTT
2. Kebijakan Dasar
a. Bersifat sukarela.
b. Periode pengangkatan yaitu April, Juni dan September
c. Lama penugasan

1)

Kriteria Biasa : 3 (tiga) Tahun

2)

Kriteria Terpencil dan Sangat Terpencil : 2 (dua) Tahun


untuk dokter/dokter gigi

3)

Kriteria Terpencil dan Sangat Terpencil : 1 (satu) Tahun


untuk dokter spesialis/dokter gigi spesialis

d. Prioritas penempatan adalah RSUD Provinsi/Kabupaten/Kota


untuk Dokter spesialis /Dokter gigi spesialis PTT dan Puskesmas
untuk dokter/dokter Gigi PTT dengan kriteria Terpencil dan
Sangat Terpencil di luar Jawa dan Bali.
e. Pendaftaran dilaksanakan secara online melalui www.ropegkemenkes.or.id.

38

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

3. Penghasilan Pokok Dokter dan Dokter Gigi PTT


N
O

UNSUR
PENG
HASILAN

a.

Penghasilan
Kotor
Potongan
(Iuran
Kes&PPh)
Penghasilan
Bersih /(a-b)

b.

c.
d.

Insentif

e.

Potongan
(PPh)
Insentif
Bersih / (d-e)

f.

Total Yang
Diterima

DR/DRG SPESIALIS

DR/DRG

ST

ST

2.050.000

2.050.000

2.050.000

2.050.000

2.050.000

2.050.000

297.500

297.500

297.500

297.500

297.500

297.500

1.752.500

1.752.500

1.752.500

1.752.500

1.752.500

1.752.500

7.850.000

8.300.000

3.350.000

5.800.000

588.750

622.500

251.250

435.000

7.621.250

7.677.500

3.098.750

5.365.000

1.752.500

9.373.750

9.430.000

1.752.500

4.851.250

7.117.500

4. Mekanisme Pengangkatan Dokter dan Dokter Gigi PTT


a. Kementerian Kesehatan menetapkan alokasi kebutuhan
dokter/dokter gigi PTT berdasarkan analisa usul kebutuhan dari
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
b. Dokter/Dokter Gigi PTT melakukan Registrasi online melalui
website www.ropeg-kemenkes.or.id
c. Pengiriman berkas pendaftaran ke PO BOX yang sudah
ditentukan.
d. Proses seleksi administrasi dan proses kelulusan.
e. Pengumuman kelulusan.
f. Pembekalan di Provinsi lulusan.
g. Pemberangkatan serentak ke provinsi penugasan
Dalam rangka persiapan JKN dan pemenuhan tenaga medis, serta memperhatikan
ketersediaan alokasi anggaran biaya penempatan dan gaji, maka untuk Terhitung
Mulai Tanggal Desember 2013 direncanakan mengangkat dr/drg PTT sejumlah 294.
Sumber : Biro Kepegawaian Setjen Kemenkes

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

39

E.

PENGANGKATAN BIDAN SEBAGAI PTT KEMENTERIAN KESEHATAN


1. Dasar Hukum
a. Keputusan Keputususan Presiden No. 23 Tahun 1994
sebagaimana diubah dalam Keputusan Presiden No. 77 Tahun
2000 tentang pengangkatan bidan sebagai Pegawai tidak tetap.
b. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 7 Tahun 2013 tentang
pedoman pengangkatan dan penempatan dokter dan bidan
sebagai PTT
2. Kebijakan Dasar
a. Bersifat sukarela.
b. Bersifat sukarela.
c. Periode pengangkatan yaitu April, Juni dan September
d. Lama penugasan 3 (tiga) Tahun untuk kriteria Biasa, Terpencil
dan Sangat Terpencil
e. Penempatan bidan PTT adalah sebagai bidan desa.
3. Penghasilan Pokok Bidan PTT
NO

UNSUR PENGHASILAN

a.

Penghasilan Kotor

B.

Potongan (Iuran
Kes&PPh)
Penghasilan Bersih
/(a-b)

KRITERIA
B

c.

d.

Insentif

e.

Potongan (PPh)

e.

Insentif Bersih / (d-e)

TOTAL YANG DITERIMA

40

ST

1.700.000

1.700.000

1.700.000

247.550

247.550

247.550

1.452.450

1.452.450

1.452.450

1.700.000

2.700.000

127.500

202.500

1.572.500

2.497.500

3.024.950

3.949.950

1.452.450

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

4. Mekanisme Pengangkatan Bidan PTT


1. Kementerian Kesehatan menetapkan alokasi kebutuhan Bidan
PTT berdasarkan analisa usul kebutuhan dari Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota.
2. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan pendaftaran dan
seleksi penerimaan bidan PTT sesuai dengan alokasi kebutuhan
Bidan sebagai Pegawai Tidak Tetap yang telah ditetapkan
Kementerian Kesehatan.
3. Hasil seleksi pengangkatan Bidan sebagai PTT dilaporkan
kepada Kementerian Kesehatan secara berjenjang dari Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota ke Dinas Kesehatan Provinsi dan
Dinas Kesehatan Provinsi mengusulkan ke Kementerian
Kesehatan.
4. Kementerian Kesehatan menetapkan Keputusan pengangkatan
bidan sebagai PTT.
Sumber : Biro Kepegawaian Setjen Kemenkes

41

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

IV.

A.

PENINGKATAN KEMAMPUAN DAN


MUTU SDM KESEHATAN

PENINGKATAN MUTU SDM KESEHATAN MELALUI PROGRAM BANTUAN


PENDIDIKAN BERKELANJUTAN
1.

Program Bantuan Pendidikan Dokter Spesialis/Dokter Gigi Spesialis


Pemerintah melalui kebijakan bidang kesehatan yang tertuang
didalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
menyatakan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam
memperoleh akses atas sumber daya di bidang dan pelayanan
kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Upaya
meningkatkan akses masyarakat pada pelayanan kesehatan yang
bermutu adalah prioritas utama.
Pelayanan kesehatan yang dilaksanakan meliputi upaya kesehatan
dasar dan upaya kesehatan rujukan. Dalam rangka upaya kesehatan
rujukan yang bermutu harus ditunjang dengan SDM Kesehatan yang
memadai, merata dan kompeten.
Berdasarkan data yang disampaikan oleh Direktorat Jenderal Bina
Pelayanan Medik (sekarang Direktorat Jenderal Bina Upaya
Kesehatan) pada Tahun 2007, terdapat kekurangan dokter spesialis
sejumlah 5060 orang di rumah sakit milik pemerintah (dari kelas A
s/d D). Menindaklanjuti hal tersebut, maka pada Tahun 2008
Menteri Kesehatan menerbitkan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 535 Tahun 2008 tentang Program Bantuan Pendidikan
Dokter Spesialis/Dokter Gigi Spesialis dalam Rangka Percepatan
Peningkatan Akses dan Mutu Pelayanan Medik Spesialistik. Saat ini
untuk menyesuaikan dengan perkembangan regulasi terkait
keuangan dan regulasi lainnya, Permenkes 535 Tahun 2008 tersebut
sudah direvisi menjadi Permenkes 53 Tahun 2013 tentang Program
Bantuan Pendidikan Dokter Spesialis/Dokter Gigi Spesialis.

42

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

Pelaksanaan Program Bantuan PDS/PDGS pada saat ini sudah


bekerja sama dengan 14 Fakultas Kedokteran dan 4 Fakultas
Kedokteran Gigi. Fakultas Kedokteran yang sudah bekerja sama
sampai saat ini adalah Universitas Syahkuala, Universitas
Sumatera Utara, Universitas Andalas, Universitas Sriwijaya,
Universitas Indonesia, Universitas Pajajaran, Universitas Gajah
Mada, Universitas Negeri Sebelas Maret, Universitas Diponegoro,
Universitas Airlangga, Universitas Brawijaya, Universitas
Udayana, Universitas Hasanudin dan Universitas Sam Ratulangi.
Sedangkan 4 Fakultas Kedokteran Gigi yang bekerja sama dalam
pelaksanaan program bantuan PDGS, yaitu
Universitas
Indonesia, Universitas Pajajaran, Universitas Gajah Mada dan
Universitas Airlangga.
Program Bantuan PDS/PDGS tersebut dilaksanakan melalui
proses rekrutmen dan seleksi peserta (dr/drg) yang berasal dari
daerah dan UPT Kemenkes untuk selanjutnya mengikuti
pendidikan di Fakultas Kedokteran/Fakultas Kedokteran Gigi
penyelenggara PDS/PDGS. Pelaksanaan rekrutmen dan seleksi
tersebut dilaksanakan dua kali dalam seTahun, setiap semester
atau berdasarkan periode penerimaan di FK/FKG. Pada Tahun
2008 ditetapkan target pemenuhan kebutuhan dokter spesialis
sejumlah 6000 peserta yang proses penerimaan pesertanya
dilaksanakan sampai Tahun 2014. Jumlah peserta Program
Bantuan PDS/PPDGS perangkatan dari angkatan I s/d X dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.

43

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

Tabel 4.1
JUMLAH KEPESERTAAN PPDS/PPDGS
Angkatan I s/d X
PERIODE
PENERIMAAN
Ex HWS-DHS
1. Juli 2008
2. Jan 2009
3. Juli 2009
4. Jan 2010
5. Juli 2010
6. Jan 2011
7. Juli 2011
8. Jan 2012
9. Juli 2012
10. Jan 2013
11. Juli 2013 estm
12. Jan 2014 estm
13. Juli 2014 estm
GRAND TOTAL

SK
TOTAL
103
700
388
688
520
528
473
316
231
364
435
414
420
420
6.000

TARGET
700

CAPAIAN

REALISASI

Lanjutan Bank Dunia = 103


700
100%

1040

1076

>100%

1040

1048

>100%

750

789

>100%

687

595

< 100%

840

849

> 100%

840

840

6.000

6.000

Sejak Tahun 2008 sampai dengan saat ini sudah ditetapkan sejumlah
4.746 peserta program. Dari 4.746 peserta tersebut telah dinyatakan
lulus menjadi dokter spesialis sejumlah lebih dari 568 peserta dan
sudah mengabdi ke daerah pengusul. Sebaran peserta tersebut
menurut Provinsi/Unit pengusul dapat dilihat pada tabel 4.2.

44

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

Tabel 4.2
DISTRIBUSI PENERIMA BANTUAN PENDIDIKAN DR/DRG SPESIALIS
BERDASARKAN PROVINSI-UPT PUSAT ANGKATAN 1-10
(JUL 2008-JAN 2013)
NO PROVINSI

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35

4 DASAR
4 PENUNJANG
LAIN
Sp BM
Sp.
Sp.O
NYA
Sp.A Sp.B
Sp.An Sp.PK Sp.R Sp.RM
PD
G

39
ACEH
5
BABEL
10
BALI
8
BANTEN
16
BENGKULU
18
DIY
9
GORONTALO
13
JABAR
23
JAMBI
32
JATENG
33
JATIM
17
KALBAR
16
KALSEL
6
KALTENG
20
KALTIM
9
KEPRI
13
LAMPUNG
12
MALUKU
5
MALUT
10
NTB
20
NTT
12
PAPUA
PAPUA BARAT 10
16
RIAU
10
SULBAR
35
SULSEL
15
SULTENG
11
SULTRA
14
SULUT
34
SUMBAR
16
SUMSEL
36
SUMUT
7
KEMENKES
19
KEMHAN
4
POLRI
573
TOTAL

33
8
10
6
14
11
6
20
14
37
45
19
17
8
19
7
12
8
1
12
20
16
9
20
8
25
10
13
12
37
10
50
2
4
0
543

19
6
3
7
12
10
7
12
18
18
16
17
10
8
19
8
10
9
8
6
20
22
9
14
12
30
13
9
10
27
14
17
2
25
2
449

35
7
8
7
18
9
10
14
19
22
20
20
22
15
17
5
12
9
10
11
36
10
7
15
9
21
12
9
8
26
23
18
3
7
4
498

19
4
8
6
8
6
5
14
10
24
26
10
9
5
17
10
10
8
6
5
15
10
11
17
10
27
8
7
11
21
6
15
3
15
4
390

16
7
5
7
7
9
2
15
3
22
32
7
15
6
16
7
9
2
2
7
10
4
2
8
3
27
5
7
3
24
4
26
3
17
2
341

5
6
7
4
2
7
4
17
3
34
38
7
11
6
15
6
11
4
2
7
7
5
3
6
3
33
9
10
1
10
3
13
5
7
4
315

2
3
2
3
1
3
3
8
3
12
13
2
9
1
7
1
0
0
1
2
3
2
2
3
4
2
3
0
3
4
2
2
3
2
1
112

JML

6
75
249
4
9
59
1
37
91
4
26
78
2
28
108
2
27
102
2
23
71
37
4
154
39
2
134
106
8
315
88
4
315
20
5
124
66
3
178
21
3
79
55
8
193
19
6
78
19
5
101
19
3
74
6
2
43
34
2
96
17
4
152
28
1
110
6
0
59
50
3
152
33
3
95
121
2
323
2
47
124
35
1
102
22
0
84
105
3
291
30
0
108
90
2
269
42
0
70
32
10
138
4
2
27
109 1.416 4.746

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

45

Selain 4 spesialisasi dasar dan 4 spesialisasi penunjang tersebut,


masih memungkinkan untuk diterima spesialisasi lainnya
mengingat ada kebutuhan kita dalam pemenuhan standar dan
klasifikasi rumah sakit sesuai yang ditetapkan dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 340 Tahun 2010 tentang Klasifikasi
Rumah Sakit.
Selain hal tersebut, tentunya ada prioritas nasional yang disusun
berdasarkan angka morbiditas dan mortalitas, prevalensi
penyakit, epidemiologi dan karakteristik/ endemisitas penyakit di
daerah tertentu dalam penyusunan prioritas kebutuhan dokter
spesialis yang dibutuhkan.
Sampai Tahun 2013, peserta tersebut telah dinyatakan lulus
menjadi dokter spesialis sejumlah lebih dari 568 peserta, sebaran
lulusan peserta penerima bantuan Program Pendidikan
PDS/PDGS menurut Provinsi dan menurut universitas dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
menurut universitas dapat dilihat pada tabel 4.3.

46

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

Tabel 4.3
DISTRIBUSI LULUSAN PENERIMA BANTUAN PENDIDIKAN DR/DRG
SPESIALIS BERDASARKAN PROVINSI-UPT PUSAT ANGKATAN 1-10
(JUL 2008-JAN 2013)
NO.

PROVINSI

4 DASAR

4 PENUNJANG

LAINNYA

JUMLAH

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35

ACEH
BABEL
BALI
BANTEN
BENGKULU
DIY
GORONTALO
JABAR
JAMBI
JATENG
JATIM
KALBAR
KALSEL
KALTENG
KALTIM
KEPRI
LAMPUNG
MALUKU
MALUT
NTB
NTT
PAPUA
PAPUA BARAT
RIAU
SULBAR
SULSEL
SULTENG
SULTRA
SULUT
SUMBAR
SUMSEL
SUMUT
KEMENKES
KEMHAN
POLRI
TOTAL

4
0
2
5
6
5
10
3
20
2
4
21
3
4
17
2
6
0
1
1
12
0
0
4
6
27
10
3
2
32
4
5
1
2
0
224

1
1
1
6
4
8
3
14
3
13
11
5
6
3
14
3
6
0
1
2
2
2
2
3
4
20
5
9
1
10
2
5
2
1
0
173

8
0
0
1
7
3
10
1
5
6
3
0
4
2
5
3
1
2
0
3
1
1
0
5
8
37
19
7
1
12
2
7
6
1
0
171

13
1
3
12
17
16
23
18
28
21
18
26
13
9
36
8
13
2
2
6
15
3
2
12
18
84
34
19
4
54
8
17
9
4
0
568

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

47

Tabel 4.4
DISTRIBUSI LULUSAN PENERIMA BANTUAN PENDIDIKAN DR/DRG
SPESIALIS BERDASARKAN UNIVERSITAS ANGKATAN 1-10
(JUL 2008-JAN 2013)

NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

48

UNIVERSITAS
FKG UGM
FKG UI
FKG UNAIR
FKG UNPAD
UGM
UI
UNAIR
UNAND
UNDIP
UNHAS
UNIBRAW
UNPAD
UNS
UNSRAT
UNSRI
UNUD
USU
UNSYIAH
TOTAL

4 DASAR

4 PENUNJANG

LAINNYA

JUMLAH

0
0
0
0
32
11
0
34
4
69
2
11
4
6
30
10
11
0
224

0
0
0
0
24
21
15
5
12
58
0
24
8
0
3
0
3
0
173

0
0
0
0
12
29
5
18
7
86
1
2
0
0
1
0
10
0
171

0
0
0
0
68
61
20
57
23
213
3
37
12
6
34
10
24
0
568

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

Pada Tahun 2014 direncanakan akan ada beberapa peserta


penerima bantuan Program PDS/PDGS yang lulus. Perkiraan
lulusan peserta penerima bantuan Program Pendidikan
PDS/PDGS sampai Tahun 2014 sebanyak 2.824 orang, untuk
jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.5 dibawah ini.
Tabel 4.5
JUMLAH PERKIRAAN LULUSAN
PENERIMA BANTUAN PROGRAM PDS/PDGS
SAMPAI TAHUN 2014

NO.

PERIO
DE

SK
TOTAL

PERIODE
PENERIMAAN

ANGKA
TAN

LAMA

JUMLAH

PENDIDIKAN
(TAHUN)

YANG
LULUS

1.

HWS

103

Jan-08

Jan-14

6,5 th

103

2.

700

Jun-08

Jan-14

6 th

700

3.

388

Jan-09

Jan-14

5,5 th

388

4.

688

Jul-09

Jan-14

5 th

688

5.

520

Jan-10

Jan-14

4,5 th

494

6.

528

Jul-10

Jan-14

4 th

JUMLAH PREDIKSI LULUS

451

KET

Lulus
Semua

Non
Bedah

2824

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

49

Agar pelaksanaan program dapat berjalan selaras dan


berkesinambungan maka dalam tiap-tiap pelaksanaannya
dibutuhkan kerja sama, komitmen, dukungan serta implementasi
secara riil di lapangan sesuai dengan tugas dan fungsi serta
kewenangan masing-masing pihak terkait.
Keberadaan program ini memang diperlukan dalam pemerataan
pemenuhan kebutuhan dr/drg spesialis khususnya di Rumah Sakit
milik pemerintah terutama dalam mendukung pelaksanaan
Sistem Jaminan Sosial Nasional yang akan dilaksanakan pada
Tahun 2014.
Selain itu diharapkan para dokter/dokter gigi yang akan kita
berikan bantuan biaya pendidikan melalui program ini nanti
dapat menjadi salah satu unsur yang dapat mewujudkan
pencapaian pembangunan kesehatan dalam menurunkan angka
kematian ibu, angka kematian bayi dan meningkatkan usia
harapan hidup masyarakat.
2. Program Tugas Belajar SDM Kesehatan
SDM Kesehatan dalam melaksanakan tugasnya, terbagi antara
yang bekerja di pelayanan kesehatan secara langsung maupun
yang bekerja dalam manajemen kesehatan/administrasi
kesehatan baik di tingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota
atau di bidang manajemen pelayanan kesehatan di RS rujukan.
SDM Kesehatan di bidang manajemen/administrasi tersebut juga
perlu terus ditingkatkan kemampuannya untuk mendukung
kebijakan kesehatan di tingkat pusat maupun daerah, antara lain
dalam rangka mendukung pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN). Peningkatan kapasitas SDM Kesehatan melalui
pendidikan berkelanjutan melalui pemberian bantuan pendidikan
Program Tugas Belajar SDM Kesehatan yang telah dimulai sejak
Tahun 2008 dan hingga Tahun 2012 telah mencapai 5.268
peserta untuk program S1, S2 dan S3, dapat dilihat pada tabel
4.6.
50

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

Tabel 4.6
TUGAS BELAJAR SDM KESEHATAN
PROGRAM
STUDI

2008

2009

2010

110

259

609

572

204

1.754

57

64

147

84

352

51

153

170

53

427

(S-2)
DOKTOR (S-3)

113
359
29

111
644
58

62
137
8

142
649
11

63
341
8

491
2.130
114

TOTAL

719

1.289

1.133

1.511

616

5.268

D.IV MITRA
SPESIALIS
D.IV KES.
LAINNYA
S1 KEBIDANAN
KOMUNITAS
(S-1)

2011

2012

JUMLAH

Diharapkan melalui Program Tugas Belajar SDM kesehatan dapat


ditingkatkan kualitas dan kompetensi SDM kesehatan dalam
pelaksanaan pelayanan dan manajemen kesehatan. Program
studi yang banyak dibutuhkan di tingkat manajerial seperti Ilmu
Kesehatan Masyarakat (termasuk Kesehatan Reproduksi/KIA,
Epidemiologi, Biostatistik), Administrasi dan Kebijakan Kesehatan
(termasuk Administrasi Rumas Sakit), Ekonomi Kesehatan dan
berbagai program studi lain yang sangat dibutuhkan di birokrasi
kesehatan Pusat dan Daerah. Selain untuk peningkatan kapasitas
dan pemenuhan kebutuhan SDM kesehatan yang bermutu,
program tugas belajar ini diharapkan dapat menjadi reward bagi
para SDM kesehatan di Pusat maupun Daerah yang sudah
mengabdikan dirinya di bidang kesehatan.
Dinas Kesehatan Provinsi dan Unit Utama di lingkungan
Kemenkes diharapkan dapat mendayagunakan secara tepat guna
para peserta tugas belajar SDM Kesehatan setelah yang
bersangkutan lulus pendidikan dengan memberikan tugas dan
tanggungjawab yang lebih besar kepada mereka agar wawasan
dan kapasitas mereka berkembang.

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

51

3. CPD Untuk Dokter Layanan Primer Dalam Mendukung


Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional
Menurut Pasal 1 Butir 9 UU 20 Tahun 2013 tentang Pendidikan
Kedokteran, Dokter adalah dokter, dokter layanan primer, dokter
spesialis-subspesialis lulusan pendidikan dokter, baik di dalam
maupun di luar negeri, yang diakui oleh Pemerintah.
Setiap dokter yang berpraktik wajib mengikuti pendidikan dan
pelatihan kedokteran atau kedokteran gigi berkelanjutan yang
diselenggarakan oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan lembaga
lain yang diakreditasi oleh IDI dalam rangka penyerapan
perkembangan ilmu pengetahuan dan tekNo.logi kedokteran
atau kedokteran gigi.
Pendidikan dan pelatihan kedokteran berkelanjutan dilaksanakan
sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh IDI. Continuing
Professional
Development/
Pengembangan
Pendidikan
Keprofesian Berkelanjutan adalah semua aktifitas yang dilakukan
oleh semua dokter, baik formal, antara lain temu pakar,
pembahasan kasus, temu audit; maupun informal, dalam rangka
mempertahankan,
meningkatkan,
mengembangkan
dan
menambah pengetahuan, keterampilan dan sikap (attitude)
sebagai tanggapan (response) atas kebutuhan pasien.
Ranah Kegiatan yang bernilai kegiatan dalam P2KB:
a. Kegiatan pembelajaran: mengikuti seminar, kursus, baca
artikel, evidence based mediine session
b. Kegiatan profesional (sebagai dokter): menangani pasien
(termasuk edukasi pasien), mbantu penyidikan, identifikasi
korban bencana
c. Kegiatan pengabdian masyarakat/profesi: kerja sosial
(bencana, dan lain-lain), penyuluhan, kegiatan organisasi
profesi

52

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

Kemampuan Menapis bagi dokter layanan primer:


a. Penyakit yang dapat ditangani di pelayanan primer
b. Penyakit yang harus dirujuk ke pelayanan sekunder atau
tersier secara berjenjang
Saat ini Badan PPSDM Kesehatan sedangkan menyiapkan CPD
untuk dokter layanan primer dengan muatan CPD yang dapat
memenuhi kompetensi dalam pelayanan primer. Konsep CPD
untuk dokter layanan primer masih sedang dalam pembahasan
dari berbagai pihak diantaranya FK dengan akreditasi tertinggi
(UI, UGM dan lainnya), IDI, Kementerian Kesehatan. Area
kompetensi dokter layanan primer yang diusulkan oleh FK antara
lain:
1. Pemahiran Kompetensi SKDI (Standar Kompetensi Dokter
Indonesia) level mandiri dan Magang Klinis di Fasyankes
2. Kemampuan Skrining USG, EKG, Tes darah dan Urin, BLS
GELS, ATLS, ACLS, Hiperkes, PONED, Panduan Skrining
Penyakit Kelompok Umur Bayi-Balita-Anak-Remaja-DewasaUsila, Penguasaan Daftar DiagNo.sis Banding
3. Public Health (Epidemiologi, Demografi, Budaya Indonesia,
Promosi Prevensi) dan Generalis (Primary care Management,
Holistic Care (Bio-psycho-social), Continuity Care,
Comprehensive Care, Community oriented, Specific Problem
Solving
4. Rekam Medis, Pelatihan Audit Klinik (penting untuk diketahui
Dokter Layanan Primer),
5. Pelatihan Asuransi Kesehatan sebagai pengetahuan yang
berbasis pada sistem pelayanan kesehatan (BPJS) yang ada
dan pelatihan lainnya

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

53

Kemampuan Menapis bagi dokter layanan primer:


a. Penyakit yang dapat ditangani di pelayanan primer
b. Penyakit yang harus dirujuk ke pelayanan sekunder atau
tersier secara berjenjang
Saat ini Badan PPSDM Kesehatan sedangkan menyiapkan CPD
untuk dokter layanan primer dengan muatan CPD yang dapat
memenuhi kompetensi dalam pelayanan primer. Konsep CPD
untuk dokter layanan primer masih sedang dalam pembahasan
dari berbagai pihak diantaranya FK dengan akreditasi tertinggi
(UI, UGM dan lainnya), IDI, Kementerian Kesehatan. Area
kompetensi dokter layanan primer yang diusulkan oleh FK antara
lain:
1. Pemahiran Kompetensi SKDI (Standar Kompetensi Dokter
Indonesia) level mandiri dan Magang Klinis di Fasyankes
2. Kemampuan Skrining USG, EKG, Tes darah dan Urin, BLS
GELS, ATLS, ACLS, Hiperkes, PONED, Panduan Skrining
Penyakit Kelompok Umur Bayi-Balita-Anak-Remaja-DewasaUsila, Penguasaan Daftar DiagNo.sis Banding
3. Public Health (Epidemiologi, Demografi, Budaya Indonesia,
Promosi Prevensi) dan Generalis (Primary care Management,
Holistic Care (Bio-psycho-social), Continuity Care,
Comprehensive Care, Community oriented, Specific Problem
Solving
4. Rekam Medis, Pelatihan Audit Klinik (penting untuk diketahui
Dokter Layanan Primer),
5. Pelatihan Asuransi Kesehatan sebagai pengetahuan yang
berbasis pada sistem pelayanan kesehatan (BPJS) yang ada
dan pelatihan lainnya

54

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

Untuk menetapkan konsep CPD bagi dokter layanan primer


memerlukan pertemuan konsinyasi/koordinasi dengan berbagai
pemangku kepentingan dengan membahas hal-hal yang harus
disepakati bersama diantaranya:
a. Apakah sebatas mengumpulkan angka kredit (SKP)
Sertifikat Kompetensi Layanan Primer?
b. Sertifikasi Layanan Primer (Certified) atau Prodi Layanan
Primer (Degree)?
c. Pendidikan Akademik (Strata-Tubel) atau Profesi (Dikjut)
Dasar Hukum-Juknis Pelaksanaan
d. Durasi P2KB
e. Institusi Penyelenggara:
1) FK Perlu dibentuk Tim tdd (UI, UGM, UNHAS, USU,
UNDIP, UP dan lain-lain)
2) IDI-Perhimpunan Dokter Seminat3) Dinkes
4) Anggaran: Terpusat (Pustanserdik) atau Dekonsentrasi.

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

55

B.

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA (PIDI)


1. Dasar Hukum
a.
a.
b.
c.
d.
e.
f.

UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.


UU No. 29/2004 tentang Praktik Kedokteran.
UU No 36/2009 tentang Kesehatan.
UU No. 44/2009 tentang Rumah Sakit
UU No. 20/2013 tentang Pendidikan Dokter.
UU No 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi.
Pemenkes
RI
No
299/Menkes/Per/1/2010
tentang
Penyelenggaraan Program Internsip dan Penempatan Dokter
Paska Internsip.
g. Per Konsil No 1/KKI/PER/I/2010 tentang Registrasi Dokter
Program Internsip
Kebijakan Dasar
a. PIDI wajib dilaksanakan oleh lulusan Fakultas Kedokteran yang
telah melaksanakan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK)
mengacu pada standar kompetensi dokter yang disahkan KKI
pada Tahun 2006.
b. PIDI dilaksanakan pertama kali pada bulan Maret 2010 dari
lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Andalas yang telah
menerapkan KBK.
c. Penempatan dokter peserta internsip dilaksanakan 4 (empat)
kali dalam seTahun oleh Komite Internsip Dokter Indonesia
(KIDI) setelah Uji Kompetensi Dokter Indonesia yaitu di awal
bulan Februari, Mei, Agustus, dan November.
d. Pelaksanaan PIDI adalah 1 Tahun, yaitu 8 bulan di Rumah Sakit
dan 4 bulan di Puskesmas.

56

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

3. Hak Peserta Peserta


a. Mendapat pendampingan dari dokter pendamping PIDI dengan
ratio 1:5 (1 dokter pendamping akan mendampingi 5 orang
dokter peserta internsip).
b. Pembiayaan pelaksanaan PIDI yang terdiri atas komponen
transport keberangkatan dan pemulangan dari FK asal sampai
ke wahana/Kabupaten, dan Bantuan Biaya Hidup (BBH) yang
besarannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Saat ini BBH
sebesar Rp. 1.200.000,-/bulan, kenaikan BBH menjadi Rp.
2.500.000,-/bulan sedang dalam proses ijin prinsip dari
Kementerian Keuangan.
c. Memperoleh Surat Tanda Selesai Internsip (STSI) setelah selesai
mengikuti PIDI.
4. Wahana Internsip
a. RS setara Kelas C dan D, dilakukan pada:
1) Unit yang memberikan pelayanan primer secara
komprehensif, selain memberikan pelayanan kuratif juga
melakukan kegiatan promotif dan preventif.
2) Unit Gawat Darurat.
b. RS Kelas B yang memungkinkan peserta PIDI melaksanakan
praktik kedokteran
c. Puskesmas/Balkesmas dengan atau tanpa perawatan.
d. Klinik Layanan Primer lainnya milik Pemerintah dan Swasta
(apabila memungkinkan).
8.000

6.074
5.004

6.000

3.653

4.000
2.000

401

1.141

2010

2011

2012

2013

2014
(Est)

Peserta
internsip
Tahun
2010
sebanyak 401 orang, 2011 sebanyak
1.141 orang, 2012 sebanyak 3.653
orang, 2013 sebanyak 5.004 orang,
prediksi 2014 sebanyak 6.074 orang.
Sampai dengan Oktober 2013, Jumlah
wahana : RS 429, Puskesmas 598,
tersebar di 26 provinsi.

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

57

C.

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TENAGA KESEHATAN


1. Penyelenggaran Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan
a.

Penyelenggaraan Poltekkes Kemenkes


Poltekkes Kemenkes merupakan UPT Badan PPSDM
Kesehatan yang ditetapkan melalui Permenkes No.mor
1988/Menkes/Per/IX/2007
tentang
Perubahan
atas
Permmenkes No.mor 890/Menkes/Per/VIII/2011 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Polteknik Kesehatan.
Poltekkes Kemenkes menyelenggarakan berbagai jenis
pendidikan kesehatan, yaitu Keperawatan, Kebidanan,
Farmasi, Gizi, Kesehatan Lingkungan, Analis Kesehatan,
Keperawatan Gigi, Teknik Elektromedik (TEM), Teknik
Radiologi dan Radio DiagNo.stik (TRR), Promosi Kesehatan,
Fisioterapi, Perekam dan Informasi Kesehatan (PIKES), Analisa
Farmasi & Makanan (Anafarma), Refraksi Optisi (RO), Teknik
Gigi, Akupunktur, Okupasi Terapi (OT), Terapi Wicara (TW),
Ortotik Prostetik (OP), Teknik Kardiovaskuler, Program
Pendidikan TekNo.logi Transfusi Darah (PTTD), dan Jamu.
Sampai saat ini jumlah Poltekkes Kemenkes adalah 38
Poltekkes dengan 13 Jurusan dan 394 Program Studi (262
Program studi D-III dan 131 Program Studi D-IV) yang tersebar
di 33 Propinsi. Jumlah lulusan Poltekkes Kemenkes Tahun
2010: 14.612; Tahun 2011: 20.866; Tahun 2012: 20.766;
Tahun 2013: 20.966.
Selain Poltekkes, Badan PPSDM Kesehatan pada Tahun 20102012 juga melakukan pembinaan penyelenggaraan pendidikan
Non Poltekkes milik Swasta, TNI, POLRI, dan milik PEMDA
yang telah meluluskan tenaga kesehatan pada Tahun 2010 :
57.081, Tahun 2011 : 47.894 dan Tahun 2012 : 53.662. Lebih
rinci jumlah dan jenis lulusan dapat dilihat pada Lampiran 4.7.

58

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

Tabel 4.7
JUMLAH LULUSAN DIKNAKES BERDASAR JENIS NAKES
TAHUN 2010 -- 2102
TAHUN 2010
NO

JENIS NAKES

TAHUN 2011

NON

TAHUN 2012

NON

POLTEKKES POLTEK JUMLAH POLTEKKES POLTEK


KES

JUMLAH

KES

NON
POLTEK POLTEK
KES

JUMLAH

KES

KEPERAWATAN

KEPERAWATAN

4.835

30.795

35.630

7.276 26.880

34.156

7.183 26.967

34.150

KEBIDANAN

4.012

13.816

17.828

5.025 10.938

15.963

5.652 15.735

21.387

KEPERAWATAN GIGI

1.068

SUB TOTAL

9.915

44.611

54.526

1.068

1.655

1.655

13.956 37.818

1.641

40

1.681

51.774 14.476 42.742

57.218

KEFARMASIAN

FARMASI DAN MAKANAN

90

1.545

1.635

125

1.200

1.325

125

1189

1.314

FARMASI

439

2.740

3.179

625

2.181

2.806

885

2.501

3.386

SUB TOTAL

529

4.285

4.814

750

3.381

4.131

1010

3.690

4.700

KES. MASYARAKAT

KESEHATAN LINGKUNGAN

1.157

1.020

2.177

2.065

613

2.678

2.089

795

2.884

SUB TOTAL

1.157

1.020

2.177

2.065

613

2.678

2.089

795

2.884

GIZI

GIZI

1.458

605

2.063

2.265

490

2.755

2.068

490

2.558

SUB TOTAL

1.458

605

2.063

2.265

490

2.755

2.068

490

2.558

153

1.140

1.293

190

975

1.165

123

978

1.101

80

50

50

52

52

100

160

40

50

90

36

32

68

120

120

101

101

33

101

134

293

1.360

1.653

280

1.126

1.406

244

1.111

1.355

772

1.705

2.477

1105

1.431

2.536

1.125

1.629

2.754

44

200

244

100

150

250

92

110

202

160

160

130

130

130

130

KETERAPIAN FISIK

FISIOTERAPI

OKUPASI TERAPI

80

TERAPI WICARA

60

AKUPUNKTUR
SUB TOTAL

KETEKNISIAN MEDIS

ANALIS KESEHATAN

TEKNIK GIGI

TEKNIK TRANSFUSI DARAH


TEK. RADIODIAGNOSTIK & RADIO

TERAPI

PEREKAM MEDIS

199

TEKNIK ELEKTROMEDIK

REFRAKSI OPTISI

ORTOTIK PROSTETIK

KARDIOVASKULER

SUB TOTAL
TOTAL

185

650

849

1.285

1.285

480

665

720

720

60

60
60

60

1.260

5.200

6.460

14.612

57.081

71.693

100

225

499

599

285

669

954

1.056

1.056

1.136

1.136

450

675

225

510

735

690

690

590

590

20

16

16

60

60

4.466

6.016

1.743

4.774

6.517

68.760 21.630 53.602

75.232

20

1.550

20.866 47.894

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

59

b. Akreditasi Poltekkes Kemenkes


Dalam rangka mempertahankan kualitas penyelenggaraan
pendidikan dan kualitas lulusan, Badan PPSDM Kesehatan
melakukan akreditasi pada institusi pendidikan Poltekkes
Kemenkes. Dari 394 Program Studi pada Poltekkes, 38,58 %
Akreditasi A, 44,42 % Akreditasi B,dan 17,01 % Akreditasi C.
Adapun indikator akreditasi institusi pendidikan Poltekkes
meliputi : Keorganisasian, Sumber Daya Manusia, Manajemen
Pembelajaran, Sarana Prasarana, Administrasi Umum,
Kemahasiswaan, Situasi Umum, dan Pengembangan Institusi.
Grafik 4.1
HASIL AKREDITASI POLTEKKES
TAHUN 2012

60

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

c. Pelatihan Pendidik dan Tenaga Kependidikan


Pelatihan bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan ditujukan untuk
meningkatkan kapasitas dan kompetensi Dosen dan tenaga
penunjang. Pada Tahun 2012, telah dilatih tenaga pendidik dan
kependidikan sejumlah 2.595 orang dan target Tahun 2013 adalah
2.725 orang, pelatihan tersebut meliputi:
1) Jumlah tenaga kesehatan dan masyarakat yang mengikuti
pelatihan, adalah: Pelatihan manajemen puskesmas bagi tenaga
kesehatan didaerah terpencil, perbatasan dan kepulauan;
2) Jumlah tenaga pendidik dan kependidikan yang ditingkatkan
kemampuannya melalui pelatihan, adalah:
a) Pelatihan implementasi kurikulum berbasis kompetensi bagi
tenaga pendidikan dan kependidikan diknakes;
b) Pelatihan komunikasi
mahasiswa;

interpersonal

antara

dosen

dan

c) Pelatihan Basic Trauma Cardiac Life Support;


d) Pelatihan Manajemen HIV bagi tenaga pendidik;
e) Pelatihan penanganan bayi baru lahir dengan asfiksia dan BBLR
bagi tenaga pendidik;

f) Pelatihan manajemen laboratorium bagi tenaga pendidik dan


kependidikan;
g) Pelatihan penyusunan bahan ajar bagi tenaga pendidik
diknakes;
h) Pelatihan penguatan sistem
penguatan pelayanan prima;

manajemen

rujukan

dan

i) Pelatihan ICU;
j) Pelatihan item development bagi tenaga pendidik di institusi
diknakes;
k) Pelatihan item review bagi tenaga pendidik di institusi
diknakes.
Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

61

c. Pelatihan bagi tenaga kesehatan dan masyarakat.


Pelatihan bagi tenaga kesehatan dan masyarakat ditujukan kepada
tenaga kesehatan No.n aparatur yaitu tenaga kesehatan penugasan
khusus DTPK dan PTT. Sedangkan pelatihan masyarakat ditujukan
untuk meningkatkan kemampuan kader kesehatan di masyarakat.
Pelatihan-pelatihan tersebut adalah Pelatihan manajemen puskesmas
bagi tenaga kesehatan didaerah terpencil, perbatasan dan kepulauan;
b) Pelatihan Pokestren bagi kader kesehatan; c) Pelatihan revitalisasi
bagi kader posyandu; d) Pelatihan manajemen pelayanan kesehatan
bagi dokter dan dokter gigi PTT. Pada Tahun 2012 telah dilatih 880
orang.

2. Kegiatan Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan dalam


rangka Jaminan Kesehatan Nasional
a. Kuliah Umum JKN di Poltekkes.
Kuliah umum JKN dilaksanakan di Poltekkes Kemenkes sebagai
Institusi Pendidikan Kesehatan dengan tujuan agar seluruh
mahasiswa sebagai calon tenaga kesehatan memahami JKN
sebagai suatu sistem yang tidak terpisahkan dari JKN.
Kuliah umum sudah dilaksanakan di 30 dari 38 Poltekkes
Kemenkes (78,95%) dan dijadwalkan sampai akhir 2013 sudah
terlaksana di seluruh Poltekkes Kemenkes.
b. Menyusun Kurikulum dan modul serta pelaksanaan
pelatihan tenaga kesehatan dalam menyongsong JKN.
Dalam rangka penyiapan pelatihan terkait JKN pada Tahun
2013 telah disusun kurikulum dan modul Sistem Manajemen
Rujukan dan Penguatan Layanan Prima serta telah
dilaksanakan pelatihan bagi 300 pendidik di Poltekkes
Kemenkes.
c. Mengembangkan program pendidikan tenaga kesehatan.
Mengembangkan program pendidikan tenaga kesehatan
melalui pengembangan substansi kurikulum/bahan kajian JKN
dan pengembangan Program Studi Promosi Kesehatan.
62

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

d.

Poltekkes Kemenkes menyiapkan sarana prasarana sebagai


tempat pelatihan Poltekkes Kemenkes sebagai Perguruan Tinggi
Bidang Kesehatan memiliki tugas utama dalam peningkatan
kapasitas SDM Kesehatan melalui penyelenggaraan pendidikan,
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Dalam rangka
peningkatan kapasitas SDM Kesehatan selain melalui pendidikan,
Poltekkes juga memiliki kapasitas mengembangan pelatihan.
Sarana prasarana yang telah dimiliki oleh Poltekkes perlu
disiapkan untuk mendukung pelatihan SDM Kesehatan.
Persentase jenis peralatan laboratorium pada 38 Poltekkes
adalah 51,13 % yang disyaratkan oleh standar laboratorium,
artinya apabila di laboratorium tersebut harusnya terdapat 100
macam alat berarti alat yang ada 51 jenis alat. Upaya untuk
pemenuhan kekurangan peralatan laboratorium dan sarana
prasarana lainnya melalui pengadaan.

e.

Mengembangkan program affirmative melalui peningkatan


kualifikasi pendidikan tenaga kesehatan.
Sejak Tahun 2007, untuk mengakomodasi tuntutan dan
kebutuhan tenaga profesional Ahli Madya Kesehatan
dikembangkan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga kesehatan
melalui Program Khusus. Program ini merupakan program
akselerasi untuk memfasilitasi tenaga kesehatan lulusan Jenjang
Pendidikan Menengah (JPM) dan Diploma I yang masih besar,
yaitu berjumlah 146.542 orang yang bekerja di sarana pelayanan
kesehatan. Sejak Tahun 2007-2012 Jumlah Ahli Madya yang telah
diluluskan melalui Program Khusus sebanyak 124.514 tenaga
kesehatan.

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

63

Program peningkatan kualifikasi tenaga kesehatan melalui


Program Khusus saat ini tidak sesuai lagi dengan ketentuan
penyelenggaraan pendidikan tinggi yang berlaku di Indonesia.
Sejak Tahun 2013 untuk meningkatkan kualifikasi pendidikan bidan
dan perawat minimal setingkat Ahli Madya atau setara Diploma 3
sesuai Permenkes 17/2013 Tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik
Perawat dan Permenkes 1464/2012 Tentang Izin dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan) maka dikembangkan Program
Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) yang memungkinkan tenaga
kesehatan yang bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan
dengan tanpa meningggalkan tempat bekerjanya. Pada Tahun
2013, kegiatan PJJ dilaksanakan bagi tenaga kesehatan
(perawat dan bidan)

64

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

Tahap pertama pada Tahun 2013 dikembangkan PJJ di


Poltekkes Kemenkes Kupang untuk Provinsi NTT dengan 2
USBJJ, Poltekkes Kalimantan Timur untuk Provinsi Kalimantan
Timur dengan 1 USBJJ dan Poltekkes Sorong untuk Provinsi
Papua Barat dengan 2 USBJJ.
Dalam rangka percepatan peningkatan kualifikasi selain melalui
PJJ, Poltekkes Kemenkes melalui kelas reguler juga
menyelenggarakan pendidikan tenaga kesehatan yang berasal
dari daerah dan dibiayai sepenuhnya oleh Pemerintah Daerah
asal, yaitu Poltekkes Kemenkes Kupang, Ternate, Jayapura,
Sorong, Jogyakarta, dan Jakarta III.

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

65

Untuk memenuhi kebutuhan baik jenis, kualifikasi dan jumlah


tenaga kesehatan di DTPK dan daerah tidak diminati telah
diberikan beasiswa bagi mahasiswa keluarga miskin dan
berprestasi. Pada Tahun 2013 Badan PPSDM Kesehatan telah
memberikan beasiswa bagi mahasiswa dari keluarga miskin
sejumlah 980 orang dengan anggaran 3 milyar rupiah dan
beasiswa mahasiswa berprestasi sejumlah 1.560 orang dengan
anggaran 8,8 milyar rupiah di 29 Poltekkes Kemenkes.
g. Melaksanakan
masyarakat.

pelatihan

bagi

tenaga

kesehatan

dan

Pelatihan bagi tenaga kesehatan dan masyarakat bertujuan


untuk meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan pre services
dan tenaga kesehatan di sektor pelayanan kesehatan swasta,
seperti RS, Klinik, Poskestren dll. Sampai Tahun 2013 telah
dilatih sebanyak 1.589 orang, meliputi Pelatihan Manajemen
Pelayanan Puskesmas bagi Tenaga Kesehatan di Daerah
Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan (DTPK), serta pelatihan
Manajemen Pelayanan Kesehatan Bagi Dokter dan Dokter Gigi
PTT .
h.

Melakukan persiapan pelaksanaan pelatihan Dokter Layanan


Primer (DLP) bekerjasama dengan pemangku kepentingan
terkait.
Pelaksanaan JKN akan mengubah sistem layanan kesehatan di
Indonesia, dimana sistem rujukan harus benar-benar berjalan.
Artinya 85% persoalan kesehatan harus bisa diselesaikan di
layanan kesehatan primer, baik di puskesmas maupun dokter
keluarga. Pelatihan Dokter Layanan Primer (DLP) ditujukan agar
pengelolaan sistem rujukan dan pelayanan prima dapat
berjalan dengan baik.

66

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

Sedangkan kurikulum dan modul pelatihan akan dibedakan atas


dokter yang telah berpengalaman & dokter baru meliputi:
1) Upgrade 155 kompetensi SKDI level 4 melalui dengan
Graduate Training Sistematis dan Terstruktur selama
selama kurun waktu 40 minggu berkala (UGM)/8 bulan
(UI)/satu Tahun/2 semester (UNHAS);
2) Magang Klinik di Poliklinik RS Tipe C/D terdekat dengan
wilayah praktek, UGD RS Tipe C/D terdekat, Puskesmas, RS
Pendidikan, Klinik Layanan Primer (PRATAMA/UTAMA)
sebagai penguatan kemampuan klinis;
3) Penguasaan Rekam Medis DLP (termasuk fungsi-fungsi
individu dan keluarga);

4) Pengayaan prinsip-prinsip Public Health in Primary Care in


(Epidemiologi (Host-Disease-Environment), Demografi,
Budaya Indonesia, Promosi dan Prevensi);
5) Pengayaan prinsip-prinsip Generalis (Person Centered,
Primary care Management, Holistic Care (Bio-psychosocial), Continuity Care, Comprehensive Care, Community
oriented, Specific Problem Solving);
6) Paket Pelatihan Tambahan untuk kemampuan Skrining:
USG, EKG, Tes darah dan Urin, BLS GELS, ATLS, ACLS,
Hiperkes, PONED, Panduan Skrining Penyakit Kelompok
Umur
Bayi-Balita-Anak-Remaja-Dewasa-Usila,
dan
Penguasaan Daftar DiagNo.sis Banding

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

67

D.

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN APARATUR


Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh jumlah
dan mutu tenaga kesehatan dalam peranannya sebagai perencana,
pelaksana dan pegendali pembangunan kesehatan. Salah satu upaya
peningkatan mutu tenaga kesehatan tersebut adalah melalui
pendidikan dan pelatihan.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi tersebut, Kemenkes perlu
menjawab tantangan yang ada. Untuk itu program pelatihan harus
responsif terhadap perkembangan kebutuhan program serta ilmu
pengetahuan dan tekNo.logi.
Adapun proses pelatihan tenaga kesehatan dilakukan dengan
beberapa tahap sebagai berikut;
1. Perencanaan Pelatihan
a.

b.

c.

d.

e.

68

Melakukan TNA terhadap pelatihan yang menunjang


pelayanan kesehatan secara umum dan pelatihan yang
mendukung pelaksanaan JKN serta menyusun kurikulum
modul pelatihan.
Membuat pertemuan koordinasi dengan lintas sektor terkait
dalam menyusun perencanaan pelatihan dengan BBPK dan
Bapelkes.
Mengembangan kurikulum dan modul pelatihan teknis,
fungsional, manajemen dan kepemimpinan bagi SDM
Kesehatan.
Merancang pengembangan diklat teknis, fungsional dan
manajemen kesehatan dengan sistem Pelatihan Jarak Jauh
(PJJ).
Dalam hal mendukung pelayanan primer dalam sistem JKN,
Kemenkes merancang kesepakatan dalam meningkatkan
ketrampilan dokter pelayanan primer (DPP) dalam
meningkatkan kemampuan penanganan pasien di fasilitas
pelayanan primer, bekerjasama dengan Organisasi profesi dan
Fakultas Kedokteran.

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

2. Pelaksanaan
a. Kemenkes melakukan pelaksanaan Training of Trainer (ToT)
pelatihan teknis, fungsional, manajemen pelayanan kesehatan
yang mendukung JKN.
b. Pelaksanaan pelatihan teknis, fungsional, manajemen
kesehatan termasuk pelayanan yang mendukung JKN di BBPK
dan Bapelkes.
c. Berkoordinasi dengan BBPK, Bapelkes dan Bapelkes milik
pemerintah daerah dalam proses perencanaan pelatihan.
d. Melakukan kerjasama dengan luar negeri dalam rangka
peningkatan kompetensi tenaga yankes di rumah sakit vertikal
milik Kemenkes dan RSUD prov, BBPK, Bapelkes dan Poltekkes.
3.

Quality kontrol
a. Melakukan akreditasi institusi (Balai Besar Pelatihan Kesehatan
dan Bapelkes) sebagai penyelenggara pelatihan.
b. Melakukan akreditasi pelatihan.
c. Berkoordinasi dengan BBPK, Bapelkes dan Bapelkes milik
pemerintah daerah dalam
proses
pelatihan yang
diselenggarakan, yang berfokus pada Jaminan Mutu pelatihan.
d. Merancang BBPK dan Bapelkes supaya berfungsi sebagai
Quality kontrol pelatihan yang akan dilaksanakan oleh
Poltekkes.
e. Menyiapkan akreditasi institusi pelatihan, jika Poltekkes yang
berfungsi sebagai Badan Layanan Umum Kemenkes dan
Fakultas Kedokteran akan melakukan pelatihan.

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

69

Sejak 2010 Kemenkes telah melatih 71.864 tenaga kesehatan dalam


bidang kepemimpinan, manajemen, teknis, dan fungsional kesehatan
yang dilaksanakan bersama-sama Bapelkes Kemenkes yang berada di
daerah. Pelatihan tenaga kesehatan yang dilaksanakan oleh Kemenkes
bekerja sama dengan kementerian terkait lainnya, pemerintah daerah
provinsi dan kabupaten/kota serta organisasi profesi kesehatan dan
Fakultas Kedokteran atau Fakultas Kesehatan Masyarakat yang ada di
Indonesia.
Pelatihan teknis kesehatan dilaksanakan kepada 60.589 tenaga
kesehatan. Jenis pelatihan teknis kesehatan antara lain mendukung;
1) Program kesehatan Ibu dan anak seperti PONED, PONEK,
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), dan Dokter Kewenangan
Tambahan (DKT),
2) Program PP & PL seperti pelatihan teknis laboratorium,
3) Program Bina Upaya Kesehatan seperti pelatihan Teknis perkesmas
di Puskesmas, Perawat klinik (PK) di Rumah Sakit, Tim Pelayanan
Kesehatan Bergerak (TPKB), pelatihan petugas TB, Juru malaria
desa (JMD), Juru Pemantau Jentik (Jumantik).
Pelatihan tenaga fungsional kesehatan dilaksanakan terhadap 3.082
tenaga fungsional, antaralain; Dokter, Dokter gigi, Perawat, Bidan,
Epidemiolog, Sanitarian, Penata rontgen, Fisikawan Medik, Pranata
laboratorium,
Nutritionist,
Perancang
perundang-undangan,
Administrator kesehatan (adminkes), Penyuluh kesehatan, dan tenaga
kesehatan lainnya.
Pelatihan jarak jauh yang sudah dilaksanakan adalah pelatihan jarak
jauh PAEL (Pelatihan Asisten Epidemiologi Lapangan). Pengembangan
atau perintisan pelatihan jarak jauh (PJJ) dilaksanakan pada Tahun
2012 dan akan ditingkatkan diTahun-Tahun selanjutnya.

70

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

Dokter pelayanan primer (DPP) merupakan dokter yang akan


memberikan pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan primer dalam
mendukung JKN. Pelatihan DPP akan terus dilaksanakan untuk
meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan yang berhubungan
dengan pelayanan primer. Selain dokter, perawat dan bidan yang
bekerja di pelayanan primer juga akan dilatih.
Pembangunan dan pelayanan kesehatan tidak dapat diselenggarakan
dengan berhasil-guna tanpa didukung oleh SDM Kesehatan yang
mencukupi baik jumlah, jenis, distribusi maupun mutunya.
Aparatur Kesehatan merupakan unsur SDM Kesehatan yang
didayagunakan di instansi pemerintah dan berkarya di bidang
kesehatan. Aparatur kesehatan didayagunakan di berbagai
kementerian dan lembaga di semua tingkat adminstrasi
pemerintahan, serta TNI/Polri. Dalam melaksanakan tugasnya,
Aparatur kesehatan dapat berfungsi sebagai tenaga pelayanan
kesehatan, tenaga regulator, tenaga administrator, tenaga pendidik,
tenaga peneliti dan tenaga pemberdaya masyarakat.
Dalam upaya meningkatkan kompetensi dan profesionalisme aparatur
kesehatan, pendidikan dan pelatihan mempunyai peran yang
strategis. Mengingat aparatur kesehatan bekerja di semua lini dari
pusat sampai daerah secara lintas sektor, maka pendidikan dan
pelatihan aparatur kesehatan perlu mendapatkan perhatian dari
semua pemangku kepentingan.
Pendidikan dan pelatihan aparatur kesehatan yang saat ini
diselenggarakan di berbagai kementerian dan lembaga diharapkan
dapat dilaksanakan secara sinergis, dengan kualitas yang terstandar.

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

71

Tabel 4.8
SEBARAN PELATIHAN MANAJEMEN BAGI APARATUR
TAHUN 2010 - 2013
2010
NO
1

2
3
5
6

NAMA PELATIHAN

JML (ORG)

PELATIHAN FASILITATOR PROV. BAGI


PETUGAS PKM DALM
PENGEMBANGAN DESA SIAGA
PEL. MANAJEMEN BLU
TOT PEL. MANAJEMEN OBAT
PEL. MANAJEMEN RS
PEL. MANAJEMEN PKM
PEL. KOMPETENSI PEJABAT PKM
PEL. KOMPETENSI PEJABAT RS

2011
JML
(ORG)

2012
JML
(ORG)

2013
JML
(ORG)

128

30
27
60
57
89
74

30
45

Tabel 4.9
SEBARAN PELATIHAN TEKNIS BAGI APARATUR
TAHUN 2010 - 2013
NO

NAMA PELATIHAN

2010

2011

JML (ORG)

JML (ORG)

1457
305
88
85
97

679
304

2012
JML
(ORG)
585
295

72
77

50
0

300

462
240

7
8
9
10
11

TKHI
PPIH
Pel.Petugas UTDRS
Pel. Bagi Tenaga RS
Pel. Yankes profesional ke Singapura
DOKTER DG KEWENANGAN
TAMBAHAN
PONED
APN
TUTOR DAN ADMIN PJJ
PJJ KADINKES
PJJ PAEL
TIM YANKES BERGERAK
TEKNIS LAINNYA

72

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

1
2
3
4

5
6

25
23

130

235

2013
JML
(ORG)
1456
306
14
105

990
26

10
114
438

97
73
60

Tabel 4.10
SEBARAN PELATIHAN WAJIB BAGI APARATUR (DIKLAT STRUKTURAL)
TAHUN 2010 - 2013
NO

NAMA PELATIHAN

2010

2011

2012

2013

JML (ORG)

JML
(ORG)

JML
(ORG)

JML
(ORG)

1. DIKLAT PRAJABATAN

1.140

2.629

578

2. DIKLAT FUNGSIONAL

266

435

611

372

4. Pelatihan Aparatur dalam rangka Persiapan Pelaksanaan JKN


Pelaksanaan JKN yang dicanangkan pada Tahun 2013 berdampak
pada berubahnya sistem pelayanan dan pengelolaan program
kesehatan. Karenanya diperlukan upaya yang sistematis untuk
mempersiapkan tenaga kesehatan dalam menyongsong
pelaksanaan JKN 2013.
Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh Kemenkes dalam
meningkatkan kualitas aparatur di sarana pelayanan kesehatan,
baik di fasilitas pelayanan primer maupun rujukan.
Pada Tahun 2013 telah dilaksanakan Pelatihan Jaminan Kesehatan
bagi tenaga Puskesmas, Pelatihan Jaminan Kesehatan bagi tenaga
kesehatan Rumah sakit, Pelatihan jaminan kesehatan bagi tenaga
administrasi rumahsakit dan puskesmas. Diharapkan dengan
pelatihan ini seluruh aparatur di fasilitas pelayanan kesehatan
telah terpapar dengan sistem pelaksanaan JKN.

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

73

Pelatihan dilaksanakan secara berjenjang mulai dari Training of


trainer (TOT) Nasional sebanyak 391 orang, TOT Provinsi di 33
provinsi, dan pelaksanaan pelatihan di kabupaten/kota.
Diharapkan seluruh daerah di Indonesia dapat melaksanakan
pelatihan khusus JKN dengan menggunakan anggaran daerah.
Pelatihan aparatur dalam pelaksanaan JKN akan diprioritas pada
pelaksanaan pelayanan primer di puskesmas. Setidaknya
diperlukan
pelatihan
dokter,
perawat,
bidan,
dan
tenagakesling/gizi pada 9.600 Puskesmas yang ada di Indonesia.
Jumlah peserta yang banyak dan waktu yang singkat mendorong
Kementerian Kesehatan mengembangkan beberapa metode
pelaksanaan pelatihan, mulai dari pengembangan Pelatihan Jarak
Jauh (PJJ), sampai dengan pelaksanaan pelatihan secara
berjenjang.
Tahun
2013
ini
dilaksanakan
penilaian
kebutuhan
pelatihan/Training Need Assessment (TNA) untuk JKN dan Evaluasi
Pasca Pelatihan (EPP) dengan melibatkan lintas program dan
sektor.
a. Pengembangan program pelatihan aparatur dalam menunjang
JKN
Pengembangan program pelatihan aparatur diarahkan pada
pengembangan pelatihan untuk meningkatkan kompetensi
aparatur di sarana pelayanan kesehatan, baik pelatihan untuk
teknis, fungsional maupun manajemen kesehatan. Pelatihan
teknism fungsional, dan manajemen akan terus dikembangkan
dengan sistem pelatihan jarak jauh.

74

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

b. Dukungan Lintas Sektor

Dalam pelaksanaan pelatihan aparatur, Kemenkes akan lebih


berperan pada pengembangan pelatihan strategis dan iNo.vatif,
serta menjamin mutu pelatihan melalui pemberian akreditasi
pelatihan dan akreditasi institusi pelatihan. Dengan demikian
peran lintas sektor, daerah, serta swasta/LSM diharapkan dalam
pencapaian pelatihan untuk seluruh institusi.
Pengembangan pelatihan jarak jauh merupakan salah satu
terobosan yang dilaksanakan oleh Kemenkes, agar sasaran dan
aksesibilitas pelatihan bagi seluruh aparatur kesehatan di
Indonesia dapat dilaksanakan dan terjangkau.
Dalam pelaksanaannya, perlu dikembangkan sistem yang akan
mendukung kelanjutan pelatihan jarak jauh dengan melibatkan
sektor terkait lainnya termasuk pemerintah daerah.
Pengembangan sistem pendukung pelatihan jarak jauh antara
lain menyangkut penyiapan legal aspek bidang pendidikan dan
pelatihan seperti status tutor dan pengelola yang harus dikelola
dengan baik dan menarik baik dalam bentuk materi maupun
penghargaan lainnya.
Upaya untuk mendorong partisipasi peserta dalam pelatihan
jarak jauh juga perlu ditingkatkan dengan memasukkan
pelatihan jarak jauh sebagai salah satu aspek dalam jenjang
karir aparatur.

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

75

V.

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN


SDM KESEHATAN.

Pelaksanaan Sistem Kesehatan Nasional ditekankan pada peningkatan


perilaku dan kemandirian masyarakat, profesionalisme sumber daya
manusia kesehatan, serta upaya promotif dan preventif tanpa
mengesampingkan upaya kuratif dan rehabilitatif.
Selain itu Pemerintah melalui kebijakan bidang kesehatan yang tertuang
didalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
menyatakan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam
memperoleh akses atas sumber daya di bidang dan pelayanan kesehatan
yang aman, bermutu, dan terjangkau. Upaya meningkatkan akses
masyarakat pada pelayanan kesehatan yang bermutu merupakan prioritas
utama dalam pembangunan kesehatan.
Upaya pemenuhan kebutuhan sumber daya manusia kesehatan belum
memadai, baik jumlah, jenis, maupun kualitas tenaga kesehatan yang
dibutuhkan. Masalah strategis sumber daya manusia kesehatan yang
dihadapi dewasa ini dan di masa depan adalah:
1. Pengembangan dan pemberdayaan sumber daya manusia kesehatan
belum dapat memenuhi kebutuhan sumber daya manusia untuk
pembangunan kesehatan terutama di daerah terpencil, perbatasan,
dan kepulauan serta daerah bermasalah kesehatan;
2. Perencanaan kebijakan dan program sumber daya manusia kesehatan
masih lemah dan belum didukung dengan tersedianya sistem informasi
terkait sumber daya manusia kesehatan yang memadai;

76

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

3. Masih kurang serasinya antara kebutuhan dan pengadaan berbagai jenis


sumber daya manusia kesehatan, kualitas hasil pendidikan sumber daya
manusia kesehatan dan pelatihan kesehatan pada umumnya masih belum
merata;
4. Pendayagunaan sumber daya manusia kesehatan, pemerataan sumber
daya manusia kesehatan berkualitas masih kurang, pengembangan karier,
sistem penghargaan, dan sanksi belum sebagaimana mestinya, regulasi
untuk mendukung sumber daya manusia kesehatan masih terbatas; dan
5. Pembinaan dan pengawasan mutu sumber daya manusia kesehatan
masih kurang, dan dukungan sumber daya kesehatan pendukung masih
kurang.

Terhadap permasalahan tersebut, Pemerintah terus berupaya dalam


pemberdayaan dan pengembangan SDM Kesehatan melalui penguatan fungsi
perencanaan SDM Kesehatan, sinkronisasi antara upaya pemenuhan
kebutuhan dengan pengadaan SDM kesehatan, pendistribusian SDM
kesehatan secara merata dan pembinaan serta pengawasan mutu SDM
Kesehatan melalui proses registrasi, sertifikasi dan lisensi tenaga kesehatan.
Dalam rangka menjalankan amanat Undang-Undang, Pemerintah, dalam hal
ini Kementerian Kesehatan, telah menyusun regulasi mengenai tenaga
kesehatan melalui proses sertifikasi, registrasi dan lisensi. Awal dari proses
sertifikasi, registrasi dan lisensi adalah uji kompetensi di masa akhir
pendidikan. Selanjutnya sertifikasi tenaga kesehatan dilakukan dengan
pemberian Surat Tanda Registrasi, yang merupakan surat tanda pengakuan
terhadap kompetensi seorang tenaga kesehatan untuk dapat menjalankan
praktik dan/atau pekerjaan profesinya di seluruh Indonesia.
Jumlah Surat Tanda Registrasi(STR) per 16 Oktober 2013 yang dikeluarkan
Konsil Kedokteran Indonesia (KKI), sebanyak 144.426 STR, yakni dokter:
93.600, Dokter Gigi: 24.573, Dokter Spesialis: 24.096 dan Dokter Gigi Spesialis:
2.157.
Jumlah surat tanda registrasi dokter, dokter gigi, dokter spesialis dan drg
spesialis yang diterbitkan KKI per provinsi, dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

77

Tabel 5.1
SURAT TANDA REGISTRASI DOKTER, DOKTER GIGI,
DOKTER SPESIALIS DAN DRG SPESIALIS
YANG DITERBITKAN KKI PER PROVINSI
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34

PROVINSI/KABUPATEN/
KOTA
ACEH
SUMATERA UTARA
SUMATERA BARAT
RIAU
JAMBI
SUMATERA SELATAN
BENGKULU
LAMPUNG
KEP. BANGKA BELITUNG
KEPULAUAN RIAU
DKI JAKARTA
JAWA BARAT
JAWA TENGAH
DI YOGYAKARTA
JAWA TIMUR
BANTEN
BALI
NUSA TENGGARA BARAT
NUSA TENGGARA TIMUR
KALIMANTAN BARAT
KALIMANTAN TENGAH
KALIMANTAN SELATAN
KALIMANTAN TIMUR
KALIMANTAN UTARA
SULAWESI UTARA
SULAWESI TENGAH
SULAWESI SELATAN
SULAWESI TENGGARA
GORONTALO
SULAWESI BARAT
MALUKU
MALUKU UTARA
PAPUA BARAT
PAPUA
Jumlah

DOKTER
2.175
6.759
2.393
2.246
832
2.209
474
1.468
309
619
15.290
14.778
9170
2801
12.011
4442
2.925
701
511
766
491
972
1.316
166
1.953
408
3.541
341
254
110
224
148
190
607
93.600

DR SPESIALIS DOKTER GIGI


347
1.398
500
374
141
580
57
242
54
150
5.216
3.512
2.431
931
3.520
919
865
119
77
165
86
218
328
35
350
106
1.012
86
53
24
43
28
34
95
24.096

214
1.585
591
579
186
324
91
237
70
182
5.127
3.819
1591
951
3.698
1.442
817
163
144
165
90
189
359
47
81
77
1.310
139
37
55
55
34
33
91
24.573

DRG
SPESIALIS
15
58
12
14
2
10
1
8
3
6
684
378
106
159
478
98
30
6
1
6
4
6
18
2
8
1
33
1
2
0
3
1
0
3
2.157

TOTAL
2.751
9.800
3.496
3.213
1.161
3123
623
1.955
436
957
26.317
22.487
13.298
4842
19.707
6901
4.637
989
733
1.102
671
1385
2021
250
2392
592
5.896
567
346
189
325
211
257
796
144.426

Sumber : Konsil Kedokteran Indonesia

Sedangkan STR Tenaga Kesehatan di luar dokter/dokter gigi dan tenaga farmasi
yang sudah dikeluarkan oleh Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI) mulai
dari Tahun 2011 sampai dengan Agustus 2013 sejumlah 440.662 tenaga
kesehatan. Sebaran data STR per provinsi dapat dilihat pada tabel 5.2 :
78

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

Tabel 5.2
JUMLAH SURAT TANDA REGISTRASI
TENAGA KESEHATAN MENURUT PROVINSI
NO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.

PROVINSI

JUMLAH

Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Jambi
Riau
Kep. Riau
Bangka Belitung
Sumatera Selatan
Bengkulu
Lampung
Banten
DKI Jakarta
Jawa Barat
Jawa Tengah
DIY
Jawa Timur
Bali
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Kalimantan Tengah
Sulawesi Utara
Gorontalo
Sulawesi Tengah
Sulawesi Barat
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Maluku Utara
Maluku
Papua Barat
Papua
Jumlah

24.512
24.194
14.828
5.400
23.639
2.077
3.160
13.141
6.706
17.730
11.553
31.673
38.319
70.471
11.260
22.782
6.984
7.205
8.821
9.579
10.044
3.124
6.135
3.603
2.129
1.460
2.092
42.086
4.905
1.059
4.862
1.780
3.349
440.662
Sumber : Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

79

Sebaran data STR per jenis tenaga kesehatan dapat dilihat pada tabel 5.3,
dibawah ini :

Tabel 5.3
JUMLAH STR TENAGA KESEHATAN MENURUT JENIS
TENAGA KESEHATAN
NO.

TENAGA KESEHATAN

JUMLAH

Perawat

167.423

Bidan

186.854

Fisioterapis

3.767

Perawat Gigi

11.603

Refraksionis Optisien

Terapis Wicara

Radiografer

Okupasi Terapis

Ahli Gizi

10

Perekam Medis dan Informasi Kesehatan

11

Teknisi Gigi

12

Ahli Kesehatan Lingkungan

13

Ahli Elektromedis

2.509

14

Ahli Teknik LabKes

18.876

15

Perawat Anestesi

2.291

16

Akupunturis

215

17

Fisikawan Medis

174

18

Ortotik Prostetik

146

19

Teknisi Transfusi Darah


Jumlah

2.794
720
5.353
644
18.462
5.414
535
11.842

1.058
440.662
Sumber : Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia

80

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

Pembinaan dan pengawasan mutu tenaga kesehatan melalui


registrasi,sertifikasi dan lisensi tenaga kesehatan tidaklah dimaksudkan
untuk mempersulit, bahkan regulasi tersebut diharapkan dapat:
1. Meningkatkan mutu pelayanan yang diberikan tenaga kesehatan;
melindungi masyarakat atas tindakan yang dilakukan tenaga
kesehatan, dan;
2. Memberikan kepastian hukum bagi masyarakat dan tenaga kesehatan.
Peran MTKI dan MTKP dalam proses pengurusan dan penerbitan Surat
Tanda Registrasi tenaga kesehatan diharapkan dapat lebih ditingkatkan.
Peran MTKP diharapkan dapat melaksanakan pembinaan organisasi profesi
di wilayahnya masing-masing.
Peran Dinas Kesehatan Provinsi/Kabupaten/ Kota dalam penerbitan lisensi
tenaga kesehatan sangat diperlukan untuk menjamin mutu pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada masyarakat. Pembinaan dan pengawasan
Dinas Kesehatan terhadap tenaga kesehatan di wilayahnya melalui
pemberian/pemantauan surat izin praktik/surat izin kerja dapat
dilaksanakan demi terwujudnya pelayanan kesehatan yang optimal.
Sebagaimana tertera dalam Lampiran PP No 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan
Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, Kewenangan
dalam pemberian izin adalah sebagai berikut :
1. Pemerintah Pusat : Memberikan izin tenaga kesehatan asing sesuai
perundang-undangan yang berlaku
2. Pemerintah Propinsi : Pemberian rekomendasi izin tenaga kesehatan
asing.
3. Pemerintah Kabupaten/ Kota : Pemberian izin praktik tenaga
kesehatan tertentu.

81

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

Khusus untuk pemberian izin kerja/ praktek tenaga kesehatan, diatur


tersendiri oleh peraturan menteri kesehatan untuk masing - masing tenaga
kesehatan, Permenkes yang sudah disahkan antara lain :
1. Permenkes No 58 Tahun 2013 tentang penyelenggaraan pekerjaan
perawat gigi
2. Permenkes Nomor 22 Tahun 2013 tentang Pekerjaan Dan Praktik
Ortotis Prostetis

3. Permenkes Nomor 23 Tahun 2013 tentang Pekerjaan Dan Praktik


Okupasi Terapis
4. Dan lain-lain
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan tersebut dinyatakan bahwa
Pemerintah Daerah terutama Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
diberikan tugas dan kewenangan dalam memberikan izin kerja dan atau
praktek bagi tenaga kesehatan yang telah memiliki Permenkes.

Alur dan proses pengurusan dan penerbitan Surat Tanda Registrasi tenaga
kesehatan dapat dilihat pada bagan dibawah ini.

82

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

Menurut bagan di atas dapat dijelaskan bahwa berdasarkan Undang - Undang


Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan Pasal Pasal 23 ayat (3) bahwa dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan wajib memiliki izin
dari pemerintah. Dalam rangka menjalankan amanat undang - undang
tersebut maka tenaga kesehatan sebelum mendapatkan izin wajib
melaksanakan Registrasi tenaga kesehatan yang dimulai dari proses Sertifikasi.
Adapun proses sertifikasi kompetensi mengacu kepada UU Nomor 12 Tahun
2012 tentang Pendidikan Tinggi, yang menjelaskan bahwa proses Sertifikasi
melalui penerbitan Sertifikat Kompetensi merupakan kewenangan dari
perguruan tinggi. Sebelum sertifikat kompetensi diterbitkan, seorang peserta
didik harus terlebih dahulu lulus uji kompetensi yang diselenggarakan sebagai
bagian dari proses evaluasi hasil belajar.
Secara teknis, pelaksanaan uji kompetensi diselenggarakan oleh perguruan
tinggi bekerja sama dengan MTKI, hal tersebut diatur dalam Peraturan
Bersama Menteri Kesehatan Nomor 36 Tahun 2013 dan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 1/IV/PB/2013 tanggal 30 April 2013 tentang Uji
Kompetensi Bagi Mahasiswa Perguruan Tinggi Bidang Kesehatan. Sertifikat
kompetensi adalah prasyarat bagi seorang tenaga kesehatan untuk
mendapatkan Surat Tanda Registrasi (STR), sedangkan STR yang merupakan
salah satu persyaratan bagi penerbitan Surat Izin Praktik/Kerja.
Proses registrasi dilaksanakan di MTKI, sedangkan penerbitan izin (lisensi)
dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota dalam hal ini dilaksanakan oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Hal tersebut diatur dalam Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2013 tentang Registrasi Tenaga
Kesehatan.
Dinas Kesehatan Provinsi, kiranya dapat menjadi perpanjangan tangan
Kementerian Kesehatan dalam bersama-sama menjaga mutu tenaga
kesehatan melalui pembinaan dan pengawasan terhadap tenaga kesehatan
dalam memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat.

83

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

Selain itu, dalam pelaksanaan Program Tugas Belajar (tubel) SDM


kesehatan dan Program Bantuan PDS/PDGS, Dinas Kesehatan Provinsi
dapat menjadi sebagai gerbang awal dalam menyeleksi peserta
program berdasarkan perencanaan kebutuhan yang didasarkan pada
kondisi dan peta SDM Kesehatan yang ada.
Dinas Kesehatan Provinsi, kiranya dapat menjadi perpanjangan tangan
Kementerian Kesehatan dalam bersama-sama menjaga mutu tenaga
kesehatan melalui pembinaan dan pengawasan terhadap tenaga
kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat.
Selain itu, dalam pelaksanaan Program Tugas Belajar (tubel) SDM
kesehatan dan Program Bantuan PDS/PDGS, Dinas Kesehatan Provinsi
dapat menjadi sebagai gerbang awal dalam menyeleksi peserta
program berdasarkan perencanaan kebutuhan yang didasarkan pada
kondisi dan peta SDM Kesehatan yang ada.

84

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

VI.

PERAN LINTAS SEKTOR

Peranan sangat diperlukan untuk merencanakan kebutuhan,


pemenuhan, peningkatkan kemampuan dan mutu serta pembinaan
dan pengawasan SDM Kesehatan, terutama dalam menjelang JKN ini,
berikut peran Lintas Sektor yang sangat diharapkan untuk mewujudkan
hal tersebut:
A. PERAN LINTAS SEKTOR YANG DIHARAPKAN DARI KEMENTERIAN
DALAM NEGERI
NO
1.

85

KEGIATAN
Perencanaan
Rekrutmen
daerah

dan
CPNS

PERAN SERTA
Adanya Peraturan Bersama Menteri (PBM) antara
Mendagri,
Menpan,
dan
Menkes
tentang
perencanaan dan rekrutmen PNS tenaga kesehatan
(nakes) di daerah, berupa dukungan untuk:
a. Mendorong Pemda untuk menyusun rencana
kebutuhan nakes secara berjenjang di kab/kota
dan provinsi untuk jangka pendek (tahunan),
jangka menengah (5 tahunan), dan jangka
panjang, dan melaporkan secara berjenjang.
b. Memprioritaskan rekrutmen CPNS daerah untuk
mengisi fasilitas pelayanan kesehatan yang belum
terisi tenaga kesehatan utamanya dokter
termasuk di DTPK dalam wilayah daerah tersebut.
c. Mensosialisasikan dan mendorong Pemda
mengusulkan Formasi Khusus CPNS sesuai PP
56/2012, bagi dokter spesialis/dokter gigi spesialis
penerima bantuan Program Pendidikan Dokter
Spesialis (PPDS)/ Program Pendidikan Dokter Gigi
Spesialis (PPDGS) Kemenkes.

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

NO
2.

86

KEGIATAN

PERAN SERTA

Penempatan
(pemerataan
dan
retensi
Tenaga
Kesehatan)

Surat Edaran Menteri Dalam Negeri, berupa


perintah/himbauan kepada Pemerintah Daerah
untuk:
a. Melakukan penataan, penempatan, pemerataan
nakes antara kabupaten/kota oleh Gubernur dan
lintas provinsi oleh Kemenkes (prioritas dokter
spesialis) sebagai Implementasi PP 38/2007.
b. Mendorong
Pemerintah
Daerah
untuk
menyelenggarakan PTT Daerah untuk tenaga
kesehatan strategis (dokter, dokter gigi, perawat,
bidan, sanitarian, tenaga gizi, tenaga promkes,
dan lainnya) sesuai dengan rencana kebutuhan
SDM kesehatan dan kemampuan daerah.
c. Mendorong Pemda untuk melaksanakan strategi
peningkatan retensi nakes melalui pemberian
beasiswa/bantuan biaya pendidikan bagi putera
daerah setempat melalui ikatan dinas maupun
non ikatan dinas, pemberian paket insentif baik
material maupun non material, serta mekanisme
pengembangan karir yang jelas berbasis
kompetensi.
d. Mengingatkan Pemda, pengangkatan pejabat ke
dalam jabatan kesehatan agar mengacu pada
Peraturan Menkes No. 971/2009 tentang Standar
Kompetensi Pejabat Struktural Bidang Kesehatan.

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

NO
3.

KEGIATAN
Pendidikan
Pelatihan

PERAN SERTA
dan

a. Dukungan sarana prasarana, anggaran bapelkes


daerah
dan
mendorong
optimalisasi
penyelenggaraan diklat bagi nakes di daerah.\
b. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri, berupa
perintah/himbauan kepada Pemerintah Daerah
untuk meningkatkan mutu tenaga kesehatan
melalui:
1) Penyelenggaraan
diklat
untuk
dokter
pelayanan primer maupun diklat program
prioritas lain sesuai dengan standar yang
ditetapkan Kemenkes.
2) Pelaksanaan
pendidikan
profesi
berkelanjutan.
3) Pelaksanaan Pendidikan dan Pelatihan Jarak
Jauh (PJJ) bagi tenaga kesehatan di daerahnya.
4) Pembiayaan berbagai pelatihan nakes daerah
sebagai suplementasi dan komplementasi
pembiayaan pusat untuk mendukung
penyelenggaraan JKN/SJSN.
5) Mendorong Pemda memberikan bantuan
pendidikan dalam rangka meningkatkan
kualifikasi nakes PNS Daerah agar mencapai
kualifikasi minimal D3.

B. PERAN LINTAS SEKTOR YANG DIHARAPKAN DARI KEMENTERIAN


KEUANGAN
NO
1.

87

PERMASALAHAN

PERAN SERTA

Belum
tersedianya
standar biaya khusus
untuk
insentif
dan
tunjangan
fungsional
tenaga
kesehatan,
pelatihan, pendidikan dan
fungsi pendidikan.

Kebijakan besaran Standar Biaya Khusus terkait


insentif finansial untuk PNS dan non PNS
kesehatan di fasyankes pemerintah pada daerah
terpencil/sangat terpencil, tunjangan fungsional
tenaga kesehatan, pelatihan, pendidikan, dan
fungsi pendidikan.

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

VII. PENUTUP
Peranan Kementerian Kesehatan dalam menghadapi JKN, sangat jelas
dan memegang peranan penting dalam pengembangan dan
pemberdayaan SDM Kesehatan.
Ketersediaan data yang terkini dan akurat, sangat menentukan
kebijakan dalam pemenuhan tenaga kesehatan baik dalam pengadaan
maupun distribusi tenaga kesehatan.
Untuk selanjutnya kesiapan SDM Kesehatan dalam menghadapi JKN,
dimana masih adanya puskesmas yang belum ada dokternya, perlu
disikapi dengan kebijakan yang nyata antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota.
Penyusunan NSPK sangat penting, untuk menjamin ketersediaan
tenaga kesehatan di pelayanan kesehatan dan peningkatan kualitas
dokter pelayanan kesehatan primer dan tenaga kesehatan lainnya
khususnya bidan dan perawat.

Peningkatan kemampuan pelayanan kesehatan primer dapat dilakukan


melalui pelatihan yang dikoordinasikan oleh Pusdiklat Aparatur,
dengan menggunakan kemampuan sumber daya pelatihan yang ada
melalui pemberdayaan BBPK, Bapelkes dan Politeknik Kesehatan,
dengan terlebih dahulu dilakukan sertiikasi dan akreditasi.

88

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN


ACLS
ADMINKES
ANAFARMA
APN
ATLS
BALKESMAS
BAPELKES
BBH
BBPK
BLS
BLU
BPJS
BPPSDMK

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

BUK
CPD
CPNS
DBK
DHS
DIKJUT
DKT
DLP
DPP
DR
DRG
DTPK
EKG
EPP
FK
FKG
GELS
HIPERKES
HWS

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

89

Advanced Cardiac Life Support


Administrator Kesehatan
Analisa Farmasi & Makanan
Asuhan Persalinan Normal
Advanced Trauma Life Support
Balai Kesehatan Masyarakat
Balai Pelatihan Kesehatan
Bantuan Biaya Hidup
Balai Besar Pelatihan Kesehatan
Basic Life Support
Badan Layanan Umum
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM
Kesehatan
Bina Upaya Kesehatan
Continuous Professional Development
Calon Pegawai Negeri Sipil
Daerah Bermasalah Kesehatan
District Health Services
Pendidikan Berkelanjutan
Dokter dengan Kewenangan Tambahan
Dokter Layanan Primer
Dokter Pelayanan Primer
Dokter
Dokter Gigi
Daerah Tertinggal, Perbatasan dan Kepulauan
Echo Kardio Grafi
Evaluasi Pasca Pelatihan
Fakultas Kedokteran
Fakultas Kedokteran Gigi
General Emergency Life Support
Hygiene Perusahaan, Ergonomi dan Kesehatan
Health Work Force & Services

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

IDI
IKU
JKN
JMD
JPM
JUMANTIK
KADINKES
KBK
KIA
KIDI
KKI
LABKES
LSM
MDG
MENDAGRI
MENKES
MENPAN
MTBS
MTKI
MTKP
NSPK
NTT
OBGYN
OP
OT
P2KB
Berkelanjutan
PAEL
PBM
PEMDA
PERMENKES
PIDI
PIKES
PJJ
PK
PNS
POLRI
90

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

Ikatan Dokter Indonesia


Indikator Kinerja Utama
Jaminan Kesehatan Nasional
Juru Malaria Desa
Jenjang Pendidikan Menengah
Juru Pemantau Jentik
Kepala Dinas Kesehatan
Kurikulum Berbasis Kompetensi
Kesehatan Ibu dan Anak
Komite Internsip Dokter Indonesia
Konsil Kedokteran Indonesia
Laboratorium Kesehatan
Lembaga Swadaya Masyarakat
Millenium Development Goals
Menteri Dalam Negeri
Menteri Kesehatan
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
Manajemen Terpadu Balita Sakit
Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia
Majelis Tenaga Kesehatan Provinsi
Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria
Nusa Tenggara Timur
Obstetri Ginekologi
Ortotik Prostetik
Okupasi Terapi
Pengembangan Pendidikan Keprofesian

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

Pelatihan Asisten Epidemiologi Lapangan


Peraturan Bersama Menteri
Pemerintah Daerah
Peraturan Menteri Kesehatan
Program Internsip Dokter Indonesia
Perekam Medis dan Informatika Kesehata
Pendidikan Jarak Jauh
Perawat Klinik
Pegawai Negeri Sipil
Kepolisian Republik Indonesia

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

POLTEKKES
PONED
PONEK

: Politeknik Kesehatan
: Pelayanan Obstetrik Neonatal Emergensi Dasar
: Pelayanan Obstetrik Neonatal Emergensi
Komprehensif
PP
: Peraturan Pemerintah
PP & PL
: Pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan
PPDGS
: Program Bantuan Pendidikan Dokter Spesialis
PPDS
: Program Bantuan Pendidikan Dokter Gigi Spesialis
PPh
: Pajak Penghasilan
PPIH
: Petugas Penyelenggara Ibadah Haji
PPK
: Pemberi Pelayanan Primer
PRODI
: Program Studi
PTT
: Pegawai Tidak Tetap
PTTD
: Pendidikan Teknologi Transfusi Darah
PUSDIKLAT APARATUR : Pusat Pendidikan dan Pelatihan Aparatur
PUSDIKLAT NAKES
: Pusat Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan
PUSKESMAS
: Pusat Kesehatan Masyarakat
PUSRENGUN SDMK
: Pusat Perencanaan dan Pendayagunaan Sumber Daya
Manusia Kesehatan
PUSTANSERDIK SDMK : Pusat Standardisasi, Sertifikasi dan Pendidikan
Berkelanjutan Sumber Daya Manusia Kesehatan
RO
: Refraksi Optisien
ROPEG
: Biro Kepegawaian
RPTK
: Rencana Pengembangan Tenaga Kesehatan
RS
: Rumah Sakit
RSUD
: Rumah Sakit Umum
SDK
: Sumber Daya Kesehatan
SDM KESEHATAN
: Sumber Daya Manusia Kesehatan
SIK
: Surat Izin Kerja
SIP
: Surat Izin Praktek
SIRS ONLINE
: Sistem Informasi Rumah Sakit Online
SJSN
: Sistem Jaminan Sosial Nasional
SKDI
: Standar Kompetensi Dokter Indonesia
SKP
: Sistem Kinerja Pegawai
STR
: Surat Tanda Registrasi
91

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

STSI
TEM
THT
TKHI
TNA
TNI
TOT
TPKB
TRR
TUBEL
TW
UGM
UI
UNAIR
UNAND
UNDIP
UNHAS
UNIBRAW
UNPAD
UNS
UNSRAT
UNSRI
UNSYIAH
UNUD
UPT
USBJJ
USG
USU
UTDRS
WISN
YANKES

92

:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:

Surat Tanda Selesai Internsip


Teknik Elektro Medik
Telinga Hidung Tenggorok
Tenaga Kesehatan Haji Indonesia
Training Need Assessment
Tentara Nasional Indonesia
Training of Trainers
Tim Pelayanan Kesehatan Bergerak
Teknik Radiologi dan Radio Diagnostik
Tugas Belajar
Terapi Wicara
Universitas Gajah Mada
Universitas Indonesia
Universitas Airlangga
Universitas Andalas
Universitas Diponegoro
Universitas Hasanuddin
Universitas Brawijaya
Universitas Padjajaran
Universitas Sebelas Maret
Universitas Sam Ratulangi
Universitas Sriwijaya
Universitas Syah Kuala
Universitas Udayana
Unit Pelaksana Teknis
Unit Sumber Belajar Jarak Jauh
Ultra Sono Grafi
Universitas Sumatera Utara
Unit Transfusi Darah Rumah Sakit
Workload Indicator Staff Need
Pelayanan Kesehatan

Peran BPPSDM Kesehatan dalam Menghadapi JKN

Anda mungkin juga menyukai