Anda di halaman 1dari 10

A.

Aspek Dinamika Kelompok Sosial

Menurut Floyd D, dinamika kelompok atau group dynamics merupakan analisis


hubungan kelompok-kelompok sosial di mana tingkah laku dalam kelompok adalah
hasil interaksi yang dinamis antara individu dalam situasi sosial tertentu. Kehidupan
kelompok akan ditandai dengan pembentukan struktur, norma, solidaritas, rasa
memiliki dan internalisis.Ruth Benedict, mengemukan pendapat bahwa aspek yang
dipelajari dalam dinamika kelompok sosial adalah sebagai berikut :

a.
Kohesi atau Persatuan
Aspek kohesi akan Nampak jelas dari tingkah laku para anggota kelompok, missal
proses pengelompokan, intensitas anggota, arah pilihan, dan nilai-nilai dalam
kelompok.
b.
Motif atau Dorongan
Aspek motif berkaitan erat dengan perhatian anggota terhadap kehidupan kelompok,
missal kesatuan kelompok, tujuan bersama, dan orientasi diri terhadap kelompok.
c.
Struktur
Aspek ini nampak sekali pada bentuk pengelompokan, bentuk hubungan, perbedaan
kedudukan antaranggota dan pembagian tugas.

d.

Pimpinan
Aspek pimpinan memiliki peran penting dalam kehidupan
kelompok sosial. Hal ini nampak dari bentuk kepemimpinan, tugas
pimpinan, dan sistem kepemimpinan.
e.

Perkembangan Kelompok
Aspek perkembangan kelompok dapat diamati dari perubahan
dalam kelompok dan sebagainya.Perkembangan masyarakan yang
makin lama makin kompleks, mempengaruhi keberadaan kelompok
sosial yang ada. Oleh karena memiliki peran penting, maka banyak
pihak menyadari peran penting mempelajari dinamika kelompok
sosial dengan alas an sbb ; Kelompok sosial merupakan kesatuan
sosial yang selalu ada dalam setiap masyarakat. Dinamika kelompok
sosial berkaitan dengan perubahan sosial dan kebudayaan
masyarakat, sehingga relevan dengan kebijakan pemerintah dalam
proses pembangunan daerah.

BAB 5 : PERKEMBANGAN
KELOMPOK SOSIAL DALAM
MASYARAKAT MULTIKULTRAL

B. FAKTOR PENDORONG DINAMIKA KELOMPOK SOSIAL

Dinamika kelompok sosial dalam masyarakat menyebabkan perubahan dan


perkembangan kelompok sosial yang makin kompleks. Perkembangan tersebut tidak lepas
dari factor pendorong yaitu sebagai berikut.
1.Faktor Pendorong dari Luar
Faktor pendorong dari luar atau ekstern merupakan pengaruh dari luar yang
menyebabkan dinamisnya suatu kelompok sosial, yang meliputi berikut.
Perubahan Situasi Sosial
Terjadinya situasi sosial yang berubah, missal pembentukan kabupaten baru atau provinsi
baru, industrialisasi, ruralisasi, dan sebagainya dapat mendorong perkembangan kelompok
sosial. Misal akibat industrialisasi, pola masyarakat paguyuban yang berdasarkan nilai
kebersamaan/gotong royong bergeser menjadi kelompok patembayan yang berpegang pada
nilai individualistis.
b.
Perubahan Situasi Ekonomi
Situasi ekonomi masyarakat yang berubah, mendorong pula terjadinya perubahan pada
kelompok sosial. Misal perubahan dari masyarakat pedesaan dengan segala karakterya
menjadi masyarakat perkotaan yang memiliki karakteristik yang beerlainan.
c.
Perubahan situasi politik
terjadinya pergantian pemegang kekuasaan atau sekitar elite kekuasaan atau perubahan
kebijaksanaan penguasa dapat menyebabkan perkembangan kelompok sosial dalam
masyarakat.

2.

Faktor Pendorong dari Dalam

Faktor dari dalam (intern) kelompok yang menyebabkan timbulnya dinamika


kelompok sosial adalah sebagai berikut.

a.
Konflik Antarangggota Kelompok

Konfik yang terjadi antar anggota dalam kelompok sosial dapat membawa pengaruh
keretakan dan berubahnya pola hubungan sosial. Akibat konflik teersebut akan
menyebabkan teerpecahnya sebuah kelompok sosial.mial seseorang yang menjadi
anggota kelompok sosial, karena merasatidak cocok dengan angggota lain (in group)
maka menjadi out group dari kelompok sosial tersebut.

b.
Perbedaan kepentingan

Dasar terbentuknya kelompok sosial adalah kepentingan yang sama. Begitu terjadi
perbedaan kepentingan, maka kelangsunganhidup kelompok soaial tersebut akan
teerpecah.anggota kelompok yang merasa tidak lagi sepaham berusaha memisahkan
diri dan bergabung dengan kelompok lain yang sepaham.

c.

Perbedaan Paham

Perbedaan paham diantara anggota kelomp-ok sosial dapat mempengaruhi


kelangsungan kelompok tersebut. Perbedaan paham tersebut akan berpengaruh
terhadap keberadaan kelompok sosial dalam mayarakat.

c. Dinamika dalam Masyarakat Pedesaan


Secara sosiologis, mentalitas individu dominan dibentuk oleh situasi tata pergaulan dalam
masyarakat, termasuk di dalamnya tekanan hidup. Masyarakat tradisional yang tinggal di desa pada
umumnya masih lugu, polos, jujur, lemah dan pamrih, semangat solidaritas tinggi dan murni. Adapun
factor yang mempengaruhi mentalitas tersebut adalah sbb.
1)
2)
3)
4)

Tekanan hidup terasa lebih ringan.


Masih memiliki waktu yang cukup dan seimbang antara rohaniah dengan keduniawian.
Letaknya di perdalaman berakibat belum banyak dicemari pengaruh media masa.
Kehidupan paguyuban menjadikan warga saling mengenal dan akrab.

Masyarakat perdesaan atau rural community merupakan masyarakat yang pada umumnya memiliki
mata pencaharian bertani, berkebun, berladang. System kehidupan biasanya berkelompok atas dasar
kekeluargaan dan mempunyai hubungan yang erat serta mendalam di antara anggotanya.
Cara bertani masih dilakukan dengan tradisional dan tidak efisien karena belum dikenal mekanisasi
dalam pertanian. Kegiatan bertani hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga atau
masyarakatnya sendiri, bukan untuk dijual.
Ditinjau dari aspek kepemimpinan, hubungan antara pemimpin dan rakyat berlangsung secara
informal. Seorang pimpinan memiliki beberapa kedudukan dan peranan yang sulit dipisahkan,
sehingga segala sesuatu dipusatkan pada seorang kepala desa.
Perubahan pada masyarakat pedesaan sulit dilakukan karena pola piker masyarakat (terutama
generasi tua) masih didasarkan pada tradisi. Disamping itu juga kurang meratanya proses
pembangunan dan informasi sehingga menimbulkan kondisi ang kontras antara masyarakat
perdesaan dengan masyarakat perkotaan.

Dengan berkembangnya iptek, informasi melalui media masa mulai masuk


ke masyarakat perdesaan. Hal ini berakibat perubahan karakter/watak,
bahkan menghilangkan karakter masyarakat perdesaan. Meskipun pengaruh
media masa tidak selalu negatif.
Di Indonesia, desa memiliki peran penting, mengingat mayoritas penduduk
tinggal di perdesaan. Menurut bintarto, desa memiliki fungsi berikut.
1) Hinterland atau daerah dukung yang berperan sebagau daerah
pemberi makanan pokok yang tidak dapat dihasilkan kota.
2) Dari sudut ekonomi, berfungsi sebagai lumbung bahan mentah (raw
material) dan tenaga kerja (man power).
3) Dari segi kegiatan/okupasi, desa merupakan desa agraris, manufaktur,
industry, dan sebagainya.
Masyarakat perdesan memiliki keyakinan yang mendalam terhadap
norma sosial, sehingga mereka memiliki sifat sulit berubah. Hal ini
menguntungkan dalam pembakuan akhlak dan budi perkerti, namum
merugikan dalam perkembangan iptek. Kepatuhan warga bukan karena takut

MASYARAKAT MULTIKULTURAL DAN MULTIKULTURALISME

D. Ciri- Ciri Masyarakat Multikultural

Masyarakat Multikultural

Pada hakikatnya masyarakat multikultural adalah masyarakat yang terdiri atas berbagai
macam suku yang masing-masing mempunyai struktur budaya (culture) yang berbedabeda. Dalam hal ini masyarakat multikultural tidak bersifat homogen, namun memiliki
karakteristik heterogen di mana pola hubungan sosial antarindividu di masyarakat
bersifat toleran dan harus menerima kenyataan untuk hidup berdampingan secara damai
(peace co-exixtence) satu sama lain dengan perbedaan yang melekat pada tiap entitas
sosial dan politiknya.
Indonesia merupakan masyarakat multikultural. Hal ini terbukti di Indonesia memiliki
banyak suku bangsa yang masing-masing mempunyai struktur budaya yang
berbedabeda. Perbedaan ini dapat dilihat dari perbedaan bahasa, adat istiadat, religi,
tipe kesenian, dan lain-lain. Pada dasarnya suatu masyarakat dikatakan multikultural
jika dalam masyarakat tersebut memiliki keanekaragaman dan perbedaan. Keragaman
dan perbedaan yang dimaksud antara lain, keragaman struktur budaya yang berakar
pada perbedaan standar nilai yang berbeda-beda, keragaman ras, suku, dan agama,
keragaman ciri-ciri fisik seperti warna kulit, rambut, raut muka, postur tubuh, dan lainlain, serta keragaman kelompok sosial dalam masyarakat. Selain itu, masyarakat
kultural dapat diartikan sebagai berikut.

a. Pengakuan terhadap berbagai perbedaan dan kompleksitas kehidupan


dalam masyarakat.
b. Perlakuan yang sama terhadap berbagai komunitas dan budaya, baik yang
mayoritas maupun minoritas.
c. Kesederajatan kedudukan dalam berbagai keanekaragaman dan perbedaan,
baik secara individu ataupun kelompok serta budaya.
d. Penghargaan yang tinggi terhadap hak-hak asasi manusia dan saling
menghormati dalam perbedaan.
e. Unsur kebersamaan, kerja sama, dan hidup berdampingan secara damai
dalam perbedaan.
2. Multikulturalisme
Multikulturalisme adalah sebuah ideologi yang mengakui dan
mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan baik secara individual
maupun secara kebudayaan. Dalam multikulturalisme, sebuah masyarakat
(termasuk juga masyarakat Indonesia) dilihat sebagai sebuah kebudayaan
yang berlaku umum dalam masyarakat tersebut yang coraknya seperti
sebuah mozaik. Di dalam mozaik tercakup semua kebudayaan dari masingmasing suku bangsa yang sangat jelas dan belum tercampur oleh warna
budaya lain membentuk masyarakat yang lebih besar.
inti multikulturalisme adalah kesediaan menerima kelompok lain secara
sama sebagai
kesatuan, tanpa memedulikan perbedaan budaya, etnis, gender, bahasa,
ataupun agama. Sedangkan fokus multikulturalisme terletak pada
pemahaman akan hidup penuh

dengan perbedaan sosial budaya, baik secara individual maupun


kelompok dan masyarakat. Dalam hal ini individu dilihat sebagai refleksi
dari kesatuan sosial dan budaya. Bagi Indonesia, multikultural
merupakan suatu strategi dan integrasi sosial di mana keanekaragaman
budaya benar diakui dan dihormati, sehingga dapat difungsikan secara
efektif dalam mengatasi setiap isu-isu separatisme dan disintegrasi
sosial. Multikulturalisme mengajarkan semangat kemanunggalan atau
ketunggalan (tunggal ika) yang paling potensial akan melahirkan
persatuan kuat, tetapi pengakuan adanya pluralitas (Bhinneka) budaya
bangsa inilah yang lebih menjamin persatuan bangsa.
Keragaman struktur budaya dalam masyarakat menjadikan
multikulturalisme terbagi menjadi beberapa bentuk, yaitu:
a. Multikulturalisme Isolasi
Masyarakat jenis ini biasanya menjalankan hidup secara otonom
dan terlibat dalam interaksi yang saling mengenal satu sama lain.
Kelompok-kelompok tersebut pada dasarnya menerima keragaman,
namun pada saat yang sama berusaha mempertahankan budaya
mereka secara terpisah dari masyarakat lain umumnya.

Anda mungkin juga menyukai