Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan termasuk rumpun ilmu yang mengkaji aktivitas manusia
sebagai individu dalam lingkup sosial, budaya, pendidikan dan pemerintahan.
Aktivitas manusia menjadi sebuah kajian salah satunya dalam bidang pendidikan
karakter, kecakapan, pribadi dari peserta didik untuk pencapaian tujuan
pendidikan.

Tujuan pendidikan bisa menyangkut kepada kepentingan peserta

didik sendiri maupun kepentingan masyarakat.


Pendidikan adalah suatu proses untuk mempengaruhi peserta didik agar
dapat menyesuaikan dirinya sebaik mungkin dengan lingkungan, mempunyai
potensi dan karakteristik yang dapat dikembangkan menurut UU NO 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 36 ayat 1 dan 2 sebagai berikut :
1. Pengembangan

kurikulum

mengacu

pada

Standar

Nasional

Pendidikan untuk mewujudkan Tujuan Pendidikan Nasional.


2. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan dikembangkan
dengan prinsip dan diversifikasi sesuai dengan Satuan Pendidikan,
potensi daerah dan peserta didik.1
Di era globalisasi ini lembaga pendidikan adalah tempat nomor dua siswa
untuk menggali

ilmu pengetahuan dalam proses pembelajaran, lembaga

pendidikan juga sebagai suatu lembaga formal yang secara sistematis


menyediakan kesempatan bagi peserta didik untuk melakukan berbagai kegiatan

E Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung : Remaja Rosdakarya,


2007), hal. 20.

belajar, mendorong, mengembangkan dan mengarahkan peserta didik kepada


tujuan yang dicita-citakan. Lembaga pendidikan juga tidak terlepas dari tatanan
kurikulum untuk melaksanakan proses belajar-mengajar.
Dalam proses kegiatan belajar-mengajar guru sangat berperan penting, dan
memiliki posisi yang sangat menentukan keberhasilan proses belajar-mengajar
terhadap peserta didik. Fungsi utama guru adalah merancang, mengelola,
melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran juga sebagai mediator antara siswa
dan bacaannya, guru ibarat pondasi dalam membangun kegiatan pembelajaran
bagi siswa dan harus mampu mentransfer ilmu secara lugas, memiliki wibawa,
mampu memikat siswa untuk mau membaca dan menjadi teladan yang baik bagi
siswa-siswanya.2
Penerapan keteladanan yang dilakukan seorang pendidik kepada peserta
didik sangat berpengaruh kepada keinginan peserta didik dalam merespon
pelajaran yang diajarkan karena minat siswa menggali informasi dengan membaca
sangat kurang. Oleh karena itu, guru dan siswa berperan aktif dalam kesuksesan
proses belajar-mengajar. Dalam hal mensukseskan proses belajar-mengajar guru
harus sedikit mentrasendensi proses belajar-mengajar tersebut, mencoba
memandangnya sebagai sesuatu yang lebih dari sekedar mentransfer ilmu dengan
menerapakan unsur kasih sayang, kepedulian, kesabaran, kreativitas, kerendahan
hati, komitmen, kebijaksanaan dan kejujuran yang harus dimiliki seorang guru
dalam dirinya di dalam mengajar.3
Menurut hasil pengkajian penulis, minat membaca siswa MIN I Bandar
2

Fahim Mustafa, Agar Anak Anda Gemar Membaca, (Bandung : Hikmat, 2005), hal. 23
Dani Roni M, The Power of Emotional and Adversity Question for Teacher, (Jakarta :
Nizan Publika, 2006), hal. 18.
3

Baru Kabupaten Pidie Jaya rendah. Peneliti menduga salah satu penyebab
rendahnya minat membaca siswa MIN I Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya
dikarenakan kurangnya sarana dan prasarana yang dapat menunjang minat peserta
didik untuk membaca bahan bacaan serta tatanan pelaksanaan pendidikan yang
dipraktekkan di MIN tersebut tidak seperti yang dituntut oleh pemerintah dalam
PP RI NO 19 ayat 1 dan 2 yang berbunyi :
1. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara
interatif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik
untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas dan kemandirian sesusai dengan bakat, minat dan
perkembangan fisik serta psikologi peserta didik.
2. Selain itu dalam proses pembelajaran pendidik memberikan keteladanan.4
Hal ini bisa kita lihat dari segi ketidaksesuaian cara mengajar guru dan
belajar siswa sehingga siswa mengalami hambatan dalam hal penyerapan materi
yang diberikan, kurangnya perhatian dari pendidik juga berpengaruh terhadap
minat membaca peserta didik.
Mengingat pentingnya keteladanan yang harus diterapkan oleh pendidik
terhadap peserta didik untuk meningkatkan minat membaca dan dihadapkan pada
kenyataan bahwa keinginan untuk membaca para peserta didik sekarang ini
berkurang, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian karya ilmiah
terhadap permasalahan ini dengan judul "Strategi Guru Bahasa Indonesia
Dalam Meningkatkan Minat Membaca Siswa (Studi Keteladanan Guru MIN I
4

Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005, Tentang Standar


Nasional Pendidikan, (Jakarta : Lembaga Kajian Pendidikan Keislaman dan Sosial (LeKDiS),
2005), hal. 23

Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya)".

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraiankan diatas, yang
menjadi pokok permasalahan karya ilmiah ini yaitu :
1. Bagaimanakah strategi guru Bahasa Indonesia dalam meningkatkan minat
membaca siswa melalui penerapan keteladanan di MIN I Bandar Baru
Kabupaten Pidie Jaya.
2. Apa faktor penghambat yang menghalangi dalam upaya meningkatkan
minat membaca siswa MIN I Bandar Baru Kabupaten Pidie Jaya.
C. Tujuan Penelitian

Dalam sebuah karya ilmiah mempunyai tujuan dalam pencapaian hasil


penelitian yang akurat, penulis menyatakan bahwa tujuan dari karya ilmiah ini
yaitu :
1. Untuk mengetahui strategi guru Bahasa Indonedia dalam meningkatkan
minat membaca siswa melalui penerapan keteladanan
2. Untuk mengetahui factor penghambat apa saja yang menghalangi dalam
upaya meningkatkan minat membaca siswa Kabupaten Pidie Jaya.
D. Manfaat Penelitian
Dengan adanya karya ilmiah ini, di harapkan dapat memberi manfaat yang
dapat dipetik. adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu :
a. Teoritis
1. Sebagai

pemahaman

terhadap

metode

pembelajaran

yang

digunakan di MIN I Bandar Baru.


2. Sebagai bahan pertimbangan guru-guru tentang materi keteladanan

di dalam meningkatkan minatn membaca


b. Praktis
1. Dari penelitian ini, penulis mendapatkan adanya kejelasan tentang

manfaat membaca sehingga menambah keinginan baru dalam


meningkatkan minat membaca siswa, menumbuhkan budaya
membaca dikalangan masyarakat umumnya, guru, dan siswa MIN I
Bandar Baru khususnya.
2. Adanya bahan kajian untuk mempelajari permasalahan ini lebih
lanjut dan menambah wawasan ilmu pengetahuan, yang dapat
diwujud nyatakan dalam tindakan akademik maupun kelembagaan.

BAB II
TINJAUAN PERPUSTAKAAN

A. Strategi

Strategi berasal dari bahasa yunani strategi yang diartikan sebagai the art
of the general atau seni seorang panglima yang biasanya digunakan dalam
peperangan. Karl von clausewitz (1780-1831) berpendapat bahwa pengertian
strategi

adalah

pengetahuan

tentang

penggunaan

pertempuran

untuk

memenangkan peperangan. Dalam abad modern ini, penggunaan istilah strategi


tidak lagi terbatas pada konsep atau seni seorang panglima dallam peperangan,
tetapi sudah digunakan secara luas hampir dalam semua bidang ilmu. Dalam
pengertian umum, strategi adalah cara untuk mendapat kemenangan atau
pencapaian tujuan.
Seiring dengan perkembangan disiplin ilmu, pengertian strategi menjadi
bermacam-macam sebagaimana dikemukakan oleh para ahli dalam buku karya
mereka masing- masing. Menurut Stephanie K.Marrus, pengertian strategi adalah
suatu proses penuntuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan
jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana
agar tujuan tersebut, ada juga pengertian strategi yang lebih khusus, seperti yang
diungkapkan oleh dua pakar strategi, hamel dan prahala.
Menurut hamel dan prahala pengertian strategi adalah tindakan yang
bersifat incremental (senantiasa meningkat)dan terus-menerus, serta dilakukan
berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para pelanggan di
masa depan. Dengan demikian, strategi hampir dimulai dari apa yang terjadi dan
bukan dimulai dari apa yang terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi.
Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan pola konsumen

memerlukan kompetensi inti (core competencies). Perusahaan perlu mencari


kompetensi intidi dalam bisnis yang dilakukan5

B. MINAT
Minat adalah kecenderungan dalam diri individu untuk tertatik pada
sesuatu objek atau menyenangi sesuatu objek ( Sumadi Suryabrata, 1988 : 109 ).
Menurut Crow and Crow minat adalah pendorong yang menyebabkan seseorang
memberi perhatian terhadap orang, sesuatu, aktivitas-aktivitas tertentu. ( Johny
Killis, 1988 : 26 )
1. Definisi Minat
Berdasarkan pendapat Crow and Crow dapat diambil pengertian bahwa
individu yang mempunyai minat terhadap belajar, maka akan terdorong untuk
memberikan perhatian terhadap Belajar tersebut. Karateristik minat menurut Bimo
Walgito :
a. Menimbulkan sikap positif terhadap sesuatu objek.
b. Adanya sesuatu yang menyenangkan yang timbul dari sesuatu objek
itu.
c. Mengandung suatu pengharapan yang menimbulkan keinginan atau
gairah untuk mendapatkan sesuatu yang menjadi minatnya ( 1977 ; 4 )
Menurut pendapat diatas yang perlu diperhatikan adalah aspek terakhir
yaitu unsur pengharapan menimbulkan keinginan untuk mendapatkan sesuatu
yang menjadi minatnya. Ahli lain mengatakan bahwa minat sebagai sesuatu hasil
5

Umar, Husein. 2001. Strategic Management in action. Jakarta:


Gramedia Pustaka Utama

pengalaman yang tumbuh pada dan dianggap bernilai oleh individu adalah
kekuatan yang mendorong seseorang itu untuk berbuat sesuatu ( Winarno
Surachmad, 1980 : 90 ). Jadi pengalaman yang dianggap bernilai merupakan
faktor yang turut membuat minat pada diri individu. Pengalaman memberikan
motivasi serta kekuatan pada diri individu untuk melakukan sesuatu.
Menurut H.C. Witherington yang dikutip Suharsini Arikunto, Minat
adalah kesadaran seseorang terhadap suatu objek, suatu masalah atau situasi yang
mengandung kaitan dengan dirinya. (1983 : 100 ). Batasan ini lebih
memperjelas pengertian minat tersebut dalam kaitannya dengan perhatian
seseorang. Perhatian adalah pemilihan suatu perangsang dari sekian banyak
perangsang yang dapat menimpa mekanisme penerimaan seseorang. Orang,
masalah atau situasi tertentu adalah perangsang yang datang pada mekanisme
penerima seseorang , karena pada suatu waktu tertentu hanya satu perangsang
yang dapat disadari. Maka dari sekian banyak perangsang tersebut harus dipilih
salah satu. Perangsang ini dipilih karena disadari bahwa ia mempunyai sangkut
paut dengan seseorang itu. Kesadaran yang menyebabkan timbulnya perhatian
itulah yang disebut minat. Berdasarkan pengertian dimuka maka unsur minat
adalah perhatian, rasa senang, harapan dan pengalaman.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Timbulnya Minat
Menurut Crow and Crow, ada tiga faktor yang menimbulkan minat yaitu
Faktor yang timbul dari dalam diri individu, faktor motif sosial dan faktor
emosional yang ketiganya mendorong timbulnya minat, (Johny Killis, 1988 : 26 ).

Pendapat tersebut sejalan dengan yang dikemukakan Sudarsono, faktor-faktor


yang menimbulkan minat dapat digolongkan sebagai berikut :
a. Faktor kebutuhan dari dalam. Kebutuhan ini dapat berupa kebutuhan
yang berhubungan dengan jasmani dan kejiwaan.
b. Faktor motif sosial, Timbulnya minat dalam diri seseorang dapat
didorong oleh motif sosial yaitu kebutuhan untuk mendapatkan
pengakuan, perhargaan dari lingkungan dimana ia berada.
c. Faktor emosional. Faktor ini merupakan ukuran intensitas seseorang
dalam menaruh perhatian terhadap sesuat kegiatan atau objek tertentu (
1980 : 12 )
Jadi berdasarkan dua pendapat diatas faktor yang menimbulkan minat ada
tiga yaitu dorongan dari diri individu, dorongan sosial dan motif dan dorongan
emosional. Timbulnya minat pada diri individu berasal dari individu, selanjutnya
individu mengadakan interaksi dengan lingkungannya yang menimbulkan
dorongan sosial dan dorongan emosional.
3. Proses Timbulnya Minat
Menurut Charles yang dikutip oleh Slamet Widodo dideskripsikan sebagai
berikut : Pada awalnya sebelum terlibat di dalam suatu aktivitas, siswa
mempunyai perhatian terhadap adanya perhatian, menimbulkan keinginan untuk
terlibat di dalam aktivitas ( Slamet Widodo, 1989 : 72 ). Minat kemudian mulai
memberikan daya tarik yang ada atau ada pengalaman yang menyenangkan
dengan hal-hal tersebut.
4. Fungsi Minat

10

Crow and Crow ( 1973 : 153 ) menyatakan ....the word interested may be
used to the motivatoring force which courses and individual to give attenrion
force person a thing or activity. Pendapat disini dmaksudkan bahwa perhatian
kepada seseorang, sesuatu maupun aktivitas tertentu, sementara ia kurang atau
bahkan tidak menaruh perhatian terhadap seseorang , sesuatu atau aktivitas
tertentu sementara ia kurang atau bahkan tidak menaruh perhatian terhadap
seseorang, sesuatu atau aktivitas yang lain. Dari uraian tersebut dengan adanya
minat memungkinkan adanya keterlibatan yang lebih besar dari objek yang
bersangkutan. Karena minat berfungsi sebagai pendorong yang kuat.
Berdasarkan berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa minat
adalah kecenderungan seseorang untuk memilih dan melakukan aktivitas
dibandingkan aktivitas yang lain karena ada perhatian, rasa senang dan
pengalaman.
5. Macam-Macam Minat
Minat dibagi 2 yaitu:
a. Minat primitif atau biologis adalah Minat yang timbul dari kebutuhankebutuhan jasmani berkisar pada soal makanan, comfort, dan aktifitas.
Ketiga hal ini meliputi kesadaran tentang kebutuhan yang terasa akan
sesuatu yang dengan langsung dapat memuaskan dorongan untuk
mempertahankan organisme.
b. Minat cultural atau social
adalah minat yang berasal dari perbuatan belajar yang lebih tinggi
tarafnya. Orang yang benar benar terdidik ditandai dengan adanya

11

minat yang benar benar luas terhadap hal hal yang bernilai
(Witherington, H. C,1999)
6. Proses minat
Proses minat tersedia dalam: :
a. Motif (alasan, dasar, pendorong)
b. Perjuangan motif
Sebelum mengambil keputusan pada batin terdapat beberapa motif
yang bersifat hukum dan rendah dan disini harus dipilih.
c. Keputusan
Inilah yang sangat penting yang berisi pemilihan antara motif
motif yang ada dan meninggalkan kemungkinan yang lain sebab
tidak sama mungkin seseorang mempunyai macam macam
keinginan pada waktu yang sama.
d. Bertindak sesuai dengan keputusan yang diambil (Heri, P, 1998)
7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi minat seseorang adalah
pekerjaan, sistem pendukung, pribadi individu (Heri P, 1998).6

C. MEMBACA
Heri, P. (1998). Pengantar Perilaku Manusia. Jakarta : EGC.
Witherngton, H. C. (1999). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Aksara Baru.
Sugiyono. 2006. Statistik untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
6

12

Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh


pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis
melalui media kata-kata/bahasa tulis (H.G. Tarigan, 1986:7).
Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu
kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas, dan agar makna kata-kata
secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, maka pesan
yang tersurat dan yang tersirat tidak akan tertangkap atau dipahami, dan proses
membaca itu tidak terlaksana dengan baik (Hodgson dalam Tarigan, 1986:7).
Membaca merupakan kegiatan merespons lambang-lambang tertulis dengan
menggunakan pengertian yang tepat (Ahmad S. Harjasujana dalam St.Y. Slamet,
2008:67). Hal tersebut berarti bahwa membaca memberikan respons terhadap
segala ungkapan penulis sehingga mampu memahami materi bacaan dengan baik.
Sumber yang lain juga mengungkapkan bahwa membaca merupakan
perbuatan yang dilakukan berdasarkan kerja sama beberapa keterampilan, yakni
mengamati, memahami, dan memikirkan (Jazir Burhan dalam St.Y. Slamet,
2008:67). Secara singkat dapat dikatakan bahwa reading adalah bringing
meaning to and getting meaning from printed or written material, memetik serta
memahami arti atau makna yang terkandung di dalam bahan tertulis (Finochiaro
and Bonomo dalam H.G. Tarigan, 1986:8). Kegiatan membaca merupakan
penangkapan dan pemahaman ide, aktivitas pembaca yang diiringi curahan jiwa
dalam menghayati naskah. Proses membaca diawali dari aktivitas yang bersifat
mekanis yakni aktivitas indera mata bagi yang normal, alat peraba bagi yang tuna

13

netra. Setelah proses tersebut berlangsung, maka nalar dan institusi yang bekerja,
berupa proses pemahaman dan penghayatan.
Selain itu aktivitas membaca juga mementingkan ketepatan dan kecepatan
juga pola kompetensi atau kemampuan bahasa, kecerdasan tertentu dan referen
kehidupan yang luas. Dari berbagai pengertian membaca di atas, dapat ditarik
simpulan bahwa kegiatan membaca adalah memahami isi, ide atau gagasan baik
yang tersurat maupun tersirat dalam bahan bacaan. Dengan demikian, pemahaman
menjadi produk yang dapat diukur dalam kegiatan membaca, bukan perilaku fisik
pada saat membaca.
Hakikat atau esensi membaca adalah pemahaman (St.Y. Slamet, 2008:68)
membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca
untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media
kata-kata/bahasa tulis (Hodgson dalam Tarigan 1979:7). Membaca pada
hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya
sekadar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir,
psikolinguistik, dan metakognitif (Crawley dan Mountain dalam Rahim 2007:2).
Membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang termasuk di dalam
retorika seperti keterampilan berbahasa yang lainnya (berbicara dan menulis)
(Haryadi 2007:4).
Senada dengan pernyataan di atas, beberapa penulis beranggapan bahwa
membaca adalah suatu kemampuan untuk melihat lambang-lambang tertulis
tersebut melalui fonik menjadi membaca lisan (oral reading) (Tarigan 1979:8).
Dalam kegiatan membaca ternyata tidak cukup hanya dengan memahami apa

14

yang tertuang dalam tulisan saja, sehingga membaca dapat juga dianggap sebagai
suatu proses memahami sesuatu yang tersirat dalam yang tersurat (tulisan).
Artinya memahami pikiran yang terkandung dalam kata-kata yang tertulis.
Hubungan antara makna yang ingin disampaikan penulis dan interpretasi pembaca
sangat menentukan ketepatan pembaca. Makna akan berubah berdasarkan
pengalaman yang dipakai untuk menginterpretasikan kata-kata atau kalimat yang
dibaca (Anderson dalam Tarigan 1979:8).
Jadi, membaca merupakan kegiatan mengeja atau melafalkan tulisan
didahului oleh kegiatan melihat dan memahami tulisan. Kegiatan melihat dan
memahami merupakan suatu proses yang simultan untuk mengetahui pesan atau
informasi yang tertulis. Membutuhkan suatu proses yang menuntut pemahaman
terhadap makna kata-kata atau kalimat yang merupakan suatu kesatuan dalam
pandangan sekilas.

a. Tujuan Membaca
Tujuan utama membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi
dari sumber tertulis. Informasi ini diperoleh melalui proses pemaknaan terhadap
bentuk-bentuk yang ditampilkan. Secara lebih khusus membaca sebagai suatu
ketrampilan bertujuan untuk mengenali aksara dan tanda-tanda baca, mengenali
hubungan antara aksara dan tanda baca dengan unsur linguistik yang formal, serta
mengenali hubungan antara bentuk dengan makna atau meaning (Broughton et al
dalam Sue 2004:15). Dengan demikian, kegiatan membaca tidak hanya berhenti
pada pengenalan bentuk, melainkan harus sampai pada tahap pengenalan makna

15

dari bentuk-bentuk yang dibaca. Makna atau arti bacaan berhubungan erat dengan
maksud,

tujuan

atau

keintensifan

dalam

membaca

(Tarigan

1979:9).

Berdasarkan maksud, tujuan atau keintensifan serta cara dalam membaca di


bawah ini, Anderson dalam Tarigan (1979:9-10) mengemukakan beberapa tujuan
membaca antara lain:
1. Membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading
for details or facts). Membaca tersebut bertujuan untuk menemukan atau
mengetahui penemuan-penemuan telah dilakukan oleh sang tokoh, untuk
memecahkan masalah-masalah yang dibuat oleh sang tokoh.
2. Membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas).
Membaca untuk mengetahui topik atau masalah dalam bacaan. Untuk
menemukan ide pokok bacaan dengan membaca halamn demi halaman.
3. Membaca untuk mengetahui ukuran atau susunan, organisasi cerita
(reading for sequenceor organization). Membaca tersebut bertujuan untuk
mengetahui bagian-bagian cerita dan hubungan antar bagian-bagian cerita.
4. Membaca untuk menyimpulkan atau membaca inferensi (reading for
inference). Pembaca diharapkan dapat merasakan sesuatu yang dirasakan
penulis.
5.

Membaca untuk mengelompokkan atau mengklasifikasikan (reading for


classify). Membaca jenis ini bertujuan untuk menemukan hal-hal yang
tidak wajar mengenai sesuatu hal (Anderson dalam Tarigan 1979:10).

16

6. Membaca untuk menilai atau mengevaluasai (reading to evaluate). Jenis


membaca tersebut bertujuan menemukan suatu keberhasilan berdasarkan
ukuran-ukuran tertentu. Membaca jenis ini memerlukan ketelitian dengan
membandingkan dan mengujinya kembali.
7.

Membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan (reading to


compare or contrast). Tujuan membaca tersebut adalah untuk menemukan
bagaimana cara, perbedaan atau persamaan dua hal atau lebih.

Dengan rumusan yang berbeda, Blanton, dkk. serta Irwin yang dikutip oleh
Burns dkk. (1996) dalam Rahim (2007:11) menyebutkan tujuan membaca
mencakup
1. kesenangan,
2. menyempurnakan membaca nyaring,
3.

menggunakan strategi tertentu,

4. memperbaharui pengetahuan tentang suatu topik,


5. mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahui,
6. memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis,
7.

mengkonfirmasikan atau menolak prediksi,

8. menampilkan suatu eksperimen atau mengaplikasikan informasi yang


diperoleh dari suatu teks dalam beberapa cara lain dan mempelajari
tentang struktur teks, dan
9.

menjawabpertanyaan-pertanyaanyang spesifik

17

b. Jenis Membaca
Menurut Soedjono dalam Sue (2004:18-21) ada lima macam membaca, yaitu:
membaca bahasa, membaca cerdas atau membaca dalam hati, membaca
teknis, membaca emosional, dan membaca bebas.
1. Membaca bahasa
Membaca bahasa adalah membaca yang mengutamakan bahasa bacaan.
Membaca bahasa mementingkan segi bahasa bacaan. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam membaca bahasa adalah kesesuian pikir dengan bahasa,
perbendaharaan bahasa yang meliputi kosa kata, struktur kalimat, dan ejaan.

2. Membaca cerdas atau membaca dengan hati


Membaca cerdas adalah membaca yang mengutamakan isi bacaan sebagai
ungkapan pikiran, perasaan, dan kehendak penulis. Bila hanya ingin mengetahui
isinya, membaca cerdas bersifat lugas. Akan tetapi, bial maksudnya untuk
memahami dan memilki isi bacaan, maka disebut membaca belajar.
3. Membaca teknis
Membaca teknis adalah membaca dengan mengarahkan bacaan secara
wajar. Wajar maksudnya sesuai ucapan, tekanan, dan intonasinya. Pikiran,
perasaan, dan kemauan yang tersimpan dalam bacaan dapat diaktualisasikan
dengan baik.
4. Membaca emosional

18

Membaca emosional adalah membaca sebagai sarana untuk memasuki


perasaan, yaitu keindahan isi, dan keindahan bahasanya.
5. Membaca bebas
Membaca bebas adalah membaca sesuatu atas kehendak sendiri tanpa
adanya unsur paksaan dari luar. Unsur dari luar misalnya guru, orang tua, teman,
atau pihak-pihak lain.
Sesuai dengan pengertian jenis-jenis membaca yang telah diuraikan di
atas, maka membaca puisi termasuk ke dalam membaca teknis karena membaca
puisi harus memperhatikan ucapan, tekanan, dan intonasinya, sehingga dapat
mengaktualisasikan pembacaan puisi dengan baik. 7

Ismail, Nanang. 2009. Peningkatan Kemampuan Membaca Puisi dengan Metode


Latihan Berjenjang Menggunakan media Audo Visual Siswa kelas VII SMP Islam AlIrsyad Kota Semarang. Skripsi. Semarang: Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia
FBS Unnes. Hal. 13 - 18.
7

19

BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang
menggunakan tampilan, yang merupakan kata-kata lisan atau terlisan yang
dicermati oleh peneliti

Anda mungkin juga menyukai