Anda di halaman 1dari 18

Resume Askep CA Colon

Wednesday, September 17th, 2014 - Askep Kanker


Askep CA Colon Carsinoma Colon atau kanker colon adalah suatu kanker yang
menyerang colon dan gejalanya seringkali tidak diketahui sampai tingkat yang parah. Kanker
ini merupakan penyakit yang mematikan dan menjadi penyebab kematian tertinggi kedua di
Amerika Serikat setelah penyakit kanker paru-paru. Kanker pada colon kanan umumnya
diderita wanita, sedangkan kanker pada rektum umumnya terjadi pada pria.
Pertumbuhan tumor ini berlangsung secara perlahan dan menyebar dalam sejumlah metode.
Kemungkinan tumor ini menyebar dari lapisan dalam di perut lalu menuju serosa dan
mesenterik fat. Kemudian tumor melekat pada organ yang ada di sekitarnya dan meluas ke
dalam lumen pada usus besar atau menyebar ke limpa dan sistem sirkulasi dan bergerak
menuju liver.
Selain itukanker ini juga dapat melakukan metastase ke paru-paru atau tempat-tempat lain,
seperti kelenjar adrenalin, ginjal, kulit, tulang, maupun ke otak. Sedangkan komplikasi
biasanya terjadi karena adanya perkembangan dimana tumor berada atau melalui penyebaran
metastase.
Penanganan Askep CA Colon
Belum diketahui secara pasti penyebab kanker colon. Namun sejumlah organisasi kanker di
Amerika Serikat menyerukan langkah pencegahan yang tepat dengan diet untuk menekan
peredaran kanker.
Makanan yang mengandung zat-zat kimia dicurigai sebagai penyebab kanker pada usus besar.
Begitu juga makanan yang banyak mengandung lemak, terutama lemak hewan dari daging
merah diperkirakan menjadi penyebab timbulnya sekresi asam dan bakteri anaerob yang
menyebabkan kanker dalam usus besar. Karena itu sebaiknya dihindari makanan pantangan,
seperti daging merah, makanan berlemak terutama lemak dari hewan, karbohidrat yang
disaring, maupun daging dan ikan goreng atau panggang.
Diet dengan karbohidrat murni yang mengandung serat dalam jumlah banyak dapat
mengurangi waktu peredaran kanker dalam usus besar. Juga disarankan diet yang
mengandung sedikit lemak hewan dan tinggi sayuran dan buah-buahan. Sedangkan jenis
makanan yang mesti dikonsumsi meliputi buah-buahan dan sayur-sayuran khususnya
craciferous vegetables dari golongan kubis, meminum air yang cukup, serta butir padi yang
utuh.
Pasien dengan kanker colon mempunyai diagnosa Askep CA Colon meliputi risiko tinggi
terhadap luka dan efek dari tumor hingga kemungkinan terjadinya metastase, ketidakefektifan
koping individu hingga terjadinya gangguan konsep diri, nyeri maupun obstruksi tumor pada
usus besar yang mungkin menekan organ lainnya, terjadinya gangguan pemeliharaan
kesehatan ataupun kurangnya pengetahuan pasien.
Selain itu juga tidak efektifnya koping keluarga terutama ketakutan pasien terhadap kematian,
terjadinya gangguan nutrisi, hingga timbulnya gangguan pada kehidupan seksual pasien.

Askep CA Colon juga mencakup pendampingan saat dilakukannya terapi pembedahan


terhadap pesien.

Resume Askep Tumor Mammae


Wednesday, September 17th, 2014 - Askep Tumor
Askep Tumor Mammae - Tumor mammae atau kanker payudara pada wanita saat ini
menduduki tempat tertinggi nomor dua setelah tumor serviks uteri. Kasus tumor ini jarang
ditemukan pada usia di bawah 20 tahun dan kurva insiden bergerak sejak usia 30 tahun
dengan angka tertinggi terjadi pada pada usia 45 hingga 66 tahun.
Penyakit tumor atau carcinoma disebabkan karena terjadinya pembelahan sel-sel tubuh secara
tidak teratur sehingga tidak terkendali dan tumbuh menjadi benjolan tumor (cancer). Karena
dikhawatirkan akan berkembang dan menyebar ke dalam jaringan yang sehat, maka tumor ini
harus diambil dan dibuang, Memang tidak ada satupun pnyebab khusus terjadinya tumor ini,
namun terdapat sejumlah faktor genetik, hormonal maupun pengaruh lingkiungan yang
mendorong terjadinya kanker payudara tersebut.
Diagnosis Askep Tumor Mammae
Selama ini tidak mudah mengenali ataupun menemukan gejalanya secara dini. Tanda-tanda
atau gejala sebagai indikasi kanker payudara umumnya ditemukan jika sudah teraba secara
kasat oleh penderita itu sendiri. Gejala ini diantaranya berupa :
Adanya massa utuh atau kenyal pada kuadran atas dan bagian dalam dan di bawah lengan
dengan bentuk yang tidak beraturan dan tidak dapat digerakkan atau terfiksasi.
Adanya rasa nyeri pada daerah massa
Timbulnya lekukan ke dalam atau dimping yang terjadi karena fiksasi tumor pada kulit atau
akibat distorsi ligamentum cooper. Juga terjadinya tarikan dan retraksi pada area mammae.
Gejala ini bisa dirasakan dengan meraba kulit di sekitar area mammae dengan ibu jari dan jari
telunjuk tangan.
Terjadinya edema dengan Peaut doramge skin (kulit di atas tumor berkeriput seperti kulit
jeruk)
Adanya pengelupasan papilla mammae.
Terjadinya kerusakan dan retraksi pada area puting susu serta keluarnya cairan secara
spontan yang kadang disertai dengan darah.
Adanya lesi atau massa pada pemeriksaan mamografi.
Penanganan Askep Tumor Mammae
Penanganan askep Tumor Mammae secara medis dari pasien dengan kanker mamae ada dua
macam, yaitu secara kuratif (dengan pembedahan) maupun secara paliatif (non pembedahan)

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan


sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg.( Smith
Tom, 1995 ) Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan peningkatan tekanan

sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau tekanan diastolic
sama atau lebih besar 95 mmHg ( Kodim Nasrin, 2003 ). Hipertensi dikategorikan
ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 104 mmHg, hipertensi sedang
jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg, dan hipertensi berat bila
tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini berdasarkan
peningkatan tekanan diastolic karena dianggap lebih serius dari peningkatan
sistolik ( Smith Tom, 1995 ).

II.

PENYEBAB
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar
yaitu : ( Lany Gunawan, 2001 )

1.
2.

Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak diketahui


penyebabnya
Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain

Hiperrtensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi,


sedangkan 10 % sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun
hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data
penelitian telah menemukan beberapa factor yang sering menyebabkan
terjadinya hipertensi. Factor tersebut adalah sebagai berikut :
a.

Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih
besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita
hipertensi

b.

Ciri perseorangan
Cirri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur
( jika umur bertambah maka TD meningkat ), jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi
dari perempuan ) dan ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )

c.

Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah
konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr ), kegemukan atau makan
berlebihan, stress dan pengaruh lain misalnya merokok, minum alcohol, minum
obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )

III.

PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak
ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,
neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf
pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor seperti kecemasan
dan ketakutan dapat mempengaruhirespon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa
terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal
mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal
mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan
aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang
pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua factor ini
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan structural dan fungsional
pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan
darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,
hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos
pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan
daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh
jantung ( volume sekuncup ), mengakibatkan penurunan curang jantung dan
peningkatan tahanan perifer ( Brunner & Suddarth, 2002 ).

IV.

TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : ( Edward K Chung, 1995 )

1.

Tidak ada gejala


Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal

ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri
tidak terukur.

2.

Gejala yang lazim


Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri
kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang
mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis.

V.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1.

Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh

2.

Pemeriksaan retina

3.

Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal dan


jantung

4.

EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri

5.

Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa

6.
7.

VI.
1.

2.

Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal, pemeriksaan


fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin.
Foto dada dan CT scan

PENGKAJIAN
Aktivitas / istirahat
Gejala

: kelemahan, letih, napas pendek, gaya hidup monoton

Tanda

: frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea

Sirkulasi

Gejala

: Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner, penyakit


serebrovaskuler

Tanda

: Kenaikan TD, hipotensi postural, takhikardi, perubahan warna kulit, suhu


dingin
3.

Gejala

Integritas Ego
:Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, factor stress
multipel

Tanda

: Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinue perhatian, tangisan


yang meledak, otot muka tegang, pernapasan menghela, peningkatan pola
bicara
4.

Eliminasi
Gejala

5.
Gejala

: gangguan ginjal saat ini atau yang lalu

Makanan / Cairan
: makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak
dan kolesterol

Tanda

: BB normal atau obesitas, adanya edema


6.

Neurosensori

Gejala

: keluhan pusing/pening, sakit kepala, berdenyut sakit kepala, berdenyut,


gangguan penglihatan, episode epistaksis

Tanda

:, perubahan orientasi, penurunan kekuatan genggaman, perubahan retinal


optik
7.

Gejala

Nyeri/ketidaknyamanan
: Angina, nyeri hilang timbul pada tungkai, sakit kepala oksipital berat, nyeri
abdomen

8.

Pernapasan

Gejala

: dispnea yang berkaitan dengan aktivitas, takipnea, ortopnea, dispnea


nocturnal proksimal, batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok

Tanda

: distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan, bunyi napas


tambahan, sianosis
9.

Gejala

Keamanan
: Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda

: episode parestesia unilateral transien, hipotensi psotural

10. Pembelajaran/Penyuluhan
Gejala

: factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM ,


penyakit ginjal
Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon

VII. PENATALAKSANAAN
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas
akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan

pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.(5) Prinsip pengelolaan


penyakit hipertensi meliputi : (2,8)
1. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan
sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat ini
meliputi :
a.

Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
a). Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
b). Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c). Penurunan berat badan
d). Penurunan asupan etanol

e). Menghentikan merokok


f). Diet tinggi kalium
b.

Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu :

a). Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda,
berenang dan lain-lain
b). Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87
% dari denyut nadi maksimal yang disebut zona latihan. Denyut nadi maksimal
dapat ditentukan dengan rumus 220 umur
c). Lamanya latihan berkisar antara 20 25 menit berada dalam zona

latihan

d). Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu


c.

Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi :
a). Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek
tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap
tidak normal.
Penerapan

biofeedback

terutama

dipakai untuk mengatasi

gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan
psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
b). Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi
ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar
membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
d.

Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )


Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien
tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat
mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.

2.

Terapi dengan Obat


Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi
juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita
dapat bertambah kuat(1). Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan
seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite
Dokter Ahli Hipertensi ( JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION,
EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD PRESSURE, USA, 1988 )
menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau
penghambat ACE dapat digunakan sebagai

obat tunggal pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit


lain yang ada pada penderita(2).
Pengobatannya meliputi :
a.

Step 1
inhibitor

b.

Step 2

1)

Dosis obat pertama dinaikan

2)

Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama

3)

: Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE


: Alternatif yang bisa diberikan

Ditambah obat ke 2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca


antagonis, Alpa blocker, clonidin, reserphin, vasodilator

c.

Step 3

: alternatif yang bisa ditempuh

1)

Obat ke-2 diganti

2)

Ditambah obat ke-3 jenis lain

d.

Step 4

: alternatif pemberian obatnya

1)

Ditambah obat ke-3 dan ke-4

2)

Re-evaluasi dan konsultasi

3.

Follow Up untuk mempertahankan terapi


Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan
komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan
( perawat, dokter ) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan. Hal-hal yang
harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas kesehatan adalah
sebagai berikut :

a.

Setiap kali penderita periksa, penderita diberitahu hasil pengukuran tekanan


darahnya

b.

Bicarakan dengan penderita tujuan yang hendak dicapai mengenai tekanan


darahnya

c.

Diskusikan dengan penderita bahwa hipertensi tidak dapat sembuh, namun


bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan morbiditas dan mortilitas

e.

Yakinkan penderita bahwa penderita tidak dapat mengatakan tingginya


tekanan darah atas dasar apa yang dirasakannya, tekanan darah hanya dapat
diketahui dengan mengukur memakai alat tensimeter

f.

Penderita tidak boleh menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahulu

g.

Sedapat mungkin tindakan terapi dimasukkan dalam cara hidup penderita

h.

Ikutsertakan keluarga penderita dalam proses terapi

i.

Pada penderita tertentu mungkin menguntungkan bila penderita atau keluarga


dapat mengukur tekanan darahnya di rumah

j.

Buatlah sesederhana mungkin pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x sehari


atau 2 x sehari

k.

Diskusikan dengan penderita tentang obat-obat anti hipertensi, efek samping


dan masalah-masalah yang mungkin terjadi

l.

Yakinkan penderita kemungkinan perlunya memodifikasi dosis atau mengganti


obat untuk mencapai efek samping minimal dan efektifitas maksimal

m. Usahakan biaya terapi seminimal mungkin


n.

Untuk penderita yang kurang patuh, usahakan kunjungan lebih sering

o.

Hubungi segera penderita, bila tidak datang pada waktu yang ditentukan.
Melihat pentingnya kepatuhan pasien dalam pengobatan maka sangat
diperlukan sekali pengetahuan dan sikap pasien tentang pemahaman dan
pelaksanaan pengobatan hipertensi.

VIII. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1.
Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular
Tujuan : Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi, tidak terjadi iskemia
miokard
Intervensi keperawatan :
a.

Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat

b.

Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer

c.

Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas

d.

Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler

e.

Catat edema umum

f.

Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas.

g.

Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditemapt tidur/kursi

h.

Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan

i.

Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan punggung dan leher

j.

Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan

k.

Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah

l.

Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi

m. Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi

Hasil yang diharapkan :


Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD
Mempertahankan TD dalam rentang yang dapat diterima
Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil

2.

Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler


serebral
Tujuan : Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat
Intervensi keperawatan :

a.

Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan

b.

Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan

c.

Batasi aktivitas

d.

Hindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotin

e.

Beri obat analgesia dan sedasi sesuai pesanan

f.

Beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi seperti kompres es, posisi
nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi, hindari konstipasi

Hasil yang diharapkan :


Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala dan tampak nyaman

3.

Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan


dengan gangguan sirkulasi
Tujuan : sirkulasi tubuh tidak terganggu
Intervensi :

a.
b.

Pertahankan tirah baring; tinggikan kepala tempat tidur


Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan
pemantau tekanan arteri jika tersedia

c.

Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai pesanan

d.

Amati adanya hipotensi mendadak

e.

Ukur masukan dan pengeluaran

f.

Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai pesanan

g.

Ambulasi sesuai kemampuan; hibdari kelelahan

Hasil yang diharapkan :


Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti ditunjukkan
dengan : TD dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala,
pusing, nilai-nilai laboratorium dalam batas normal.
Haluaran urin 30 ml/ menit
Tanda-tanda vital stabil

4.

Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang


proses penyakit dan perawatan diri
Tujuan ;Klien terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi

a.

Jelaskan sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan prosedur

b.

Jelaskan pentingnya lingkungan yang tenang, tidak penuh dengan stress

c.

Diskusikan tentang obat-obatan : nama, dosis, waktu pemberian, tujuan dan


efek samping atau efek toksik

d.

Jelaskan perlunya menghindari pemakaian obat bebas tanpa pemeriksaan


dokter

e.

Diskusikan gejala kambuhan atau kemajuan penyulit untuk dilaporkan dokter :


sakit kepala, pusing, pingsan, mual dan muntah.

f.

Diskusikan pentingnya mempertahankan berat badan stabil

g.

Diskusikan pentingnya menghindari kelelahan dan mengangkat berat

h.

Diskusikan perlunya diet rendah kalori, rendah natrium sesuai pesanan

i.

j.

Jelaskan penetingnya mempertahankan pemasukan cairan yang tepat, jumlah


yang diperbolehkan, pembatasan seperti kopi yang mengandung kafein, teh
serta alcohol
Jelaskan perlunya menghindari konstipasi dan penahanan

Hasil yang diharapkan :


Pasien mengungkapkan
perawatan dini

pengetahuan

dan

ketrampilan

penatalaksanaan

Melaporkan pemakaian obat-obatan sesuai pesanan

DEFINISI
AIDS adalah sindroma yang menunjukkan defisiensi imun seluler pada seseorang tanpa
adanya penyebab yang diketahui untuk dapat menerangkan tejadinya defisiensi, tersebut
seperti keganasan, obat-obat supresi imun, penyakit infeksi yang sudah dikenal dan
sebagainya.

II. Etiologi
Penyebab adalah golongan virus retro yang disebut human immunodeficiency virus
(HIV). HIV pertama kali ditemukan pada tahun 1983 sebagai retrovirus dan disebut HIV-1.
Pada tahun 1986 di Afrika ditemukan lagi retrovirus baru yang diberi nama HIV-2. HIV-2
dianggap sebagai virus kurang pathogen dibandingkaan dengan HIV-1. Maka untuk
memudahkan keduanya disebut HIV.
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu :
1. Periode jendela. Lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak ada gejala.
2. Fase infeksi HIV primer akut. Lamanya 1-2 minggu dengan gejala flu likes illness.
3. Infeksi asimtomatik. Lamanya 1-15 atau lebih tahun dengan gejala tidak ada.
4. Supresi imun simtomatik. Diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat malam hari,
B menurun, diare, neuropati, lemah, rash, limfadenopati, lesi mulut.
5. AIDS. Lamanya bervariasi antara 1-5 tahun dari kondisi AIDS pertama kali
ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada berbagai system
tubuh, dan manifestasi neurologist.
AIDS dapat menyerang semua golongan umur, termasuk bayi, pria maupun wanita. Yang
termasuk kelompok resiko tinggi adalah :
1. Lelaki homoseksual atau biseks.

5. Bayi dari ibu/bapak terinfeksi.

2. Orang yang ketagian obat intravena


3. Partner seks dari penderita AIDS
4. Penerima darah atau produk darah (transfusi).

IV. Pemeriksaan Diagnostik


1. Tes untuk diagnosa infeksi HIV :
-

ELISA

Western blot

P24 antigen test

Kultur HIV

2. Tes untuk deteksi gangguan system imun.

Hematokrit.

LED

CD4 limfosit

Rasio CD4/CD limfosit

Serum mikroglobulin B2

Hemoglobulin

Asuhan Keperawatan
I.

Pengkajian.

3. Riwayat : tes HIV positif, riwayat perilaku beresiko tinggi, menggunakan obat-obat.
4. Penampilan umum : pucat, kelaparan.
5.

Gejala subyektif : demam kronik, dengan atau tanpa menggigil, keringat malam hari
berulang kali, lemah, lelah, anoreksia, BB menurun, nyeri, sulit tidur.

6.

Psikososial : kehilangan pekerjaan dan penghasilan, perubahan pola hidup, ungkapkan


perasaan takut, cemas, meringis.

7. Status mental : marah atau pasrah, depresi, ide bunuh diri, apati, withdrawl, hilang interest
pada lingkungan sekitar, gangguan prooses piker, hilang memori, gangguan atensi dan
konsentrasi, halusinasi dan delusi.
8. HEENT : nyeri periorbital, fotophobia, sakit kepala, edem muka, tinitus, ulser pada bibir atau
mulut, mulut kering, suara berubah, disfagia, epsitaksis.
9.

Neurologis :gangguan refleks pupil, nystagmus, vertigo, ketidakseimbangan , kaku kuduk,


kejang, paraplegia.

10. Muskuloskletal : focal motor deifisit, lemah, tidak mampu melakukan ADL.
11. Kardiovaskuler ; takikardi, sianosis, hipotensi, edem perifer, dizziness.
12. Pernapasan : dyspnea, takipnea, sianosis, SOB, menggunakan otot Bantu pernapasan, batuk
produktif atau non produktif.
13. GI : intake makan dan minum menurun, mual, muntah, BB menurun, diare, inkontinensia,
perut kram, hepatosplenomegali, kuning.
14. Gu : lesi atau eksudat pada genital,
15. Integument : kering, gatal, rash atau lesi, turgor jelek, petekie positif.
II. Diagnosa keperawatan

1.

Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola hidup yang
beresiko.

2.

Resiko tinggi infeksi (kontak pasien) berhubungan dengan infeksi HIV, adanya infeksi
nonopportunisitik yang dapat ditransmisikan.

3.

Intolerans aktivitas berhubungan dengan kelemahan, pertukaran oksigen, malnutrisi,


kelelahan.

4.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang kurang,
meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi.

5. Diare berhubungan dengan infeksi GI


6.

Tidak efektif koping keluarga berhubungan dengan cemas tentang keadaan yang orang
dicintai.

III. Perencanaan keperawatan.


Diagnosa
Keperawatan

Perencanaan Keperawatan
Tujuan dan criteria
Intervensi
Rasional
hasil
Resiko
tinggi Pasien akan bebas infeksi Monitor tanda-tanda infeksiUntuk pengobatan dini
infeksi
oportunistik
danbaru.
Mencegah pasien terpapar oleh
berhubungan
komplikasinya
dengan gunakan teknik aseptik padakuman patogen yang diperoleh di
dengan
kriteria tak ada tanda-setiap tindakan invasif. Cucirumah sakit.
imunosupresi,
tanda infeksi baru, labtangan sebelum meberikan
malnutrisi dan pola tidak
ada
infeksitindakan.
Mencegah bertambahnya infeksi
hidup
yang oportunis, tanda vital Anjurkan pasien metoda
beresiko.
dalam batas normal,mencegah terpapar terhadap
tidak ada luka ataulingkungan yang patogen.
eksudat.
Kumpulkan spesimen untukMeyakinkan diagnosis akurat dan
pengobatan
tes lab sesuai order.
Atur pemberian antiinfeksi
Mempertahankan kadar darah
sesuai order
yang terapeutik
Resiko
tinggi
infeksi
(kontak
pasien)
berhubungan
dengan
infeksi
HIV,
adanya
infeksi
nonopportunisitik
yang
dapat
ditransmisikan.

Infeksi
HIV
tidak Anjurkan pasien atau orangPasien dan keluarga mau dan
ditransmisikan,
timpenting
lainnya
metodememerlukan informasikan ini
kesehatan
mencegah transmisi HIV dan
memperhatikan universalkuman patogen lainnya.
Mencegah transimisi infeksi HIV ke
precautions
dengan Gunakan darah dan cairanorang lain
kriteriaa kontak pasientubuh
precaution
bial
dan tim kesehatan tidakmerawat pasien. Gunakan
terpapar
HIV,
tidakmasker bila perlu.
terinfeksi patogen lain
seperti TBC.

Intolerans aktivitas
berhubungan
dengan kelemahan,
pertukaran
oksigen,
malnutrisi,
kelelahan.

Pasien
berpartisipasi Monitor respon fisiologisRespon bervariasi dari hari ke hari
dalam kegiatan, denganterhadap aktivitas
kriteria bebas dyspnea Berikan bantuan perawatanMengurangi kebutuhan energi
dan takikardi selamayang pasien sendiri tidak
aktivitas.
mampu
Ekstra istirahat perlu jika karena
Jadwalkan perawatan pasienmeningkatkan kebutuhan metabolik
sehingga tidak mengganggu
isitirahat.

Perubahan nutrisi
kurang
dari
kebutuhan tubuh
berhubungan
dengan intake yang
kurang,
meningkatnya
kebutuhan
metabolic,
dan
menurunnya
absorbsi zat gizi.

Pasien mempunyai intake


Monitor
kemampuanIntake
menurun
dihubungkan
kalori dan protein yangmengunyah dan menelan.
dengan nyeri tenggorokan dan
adekuat untuk memenuhi Monitor BB, intake dan mulut
kebutuhan metaboliknyaouput
Menentukan data dasar
dengan kriteria mual dan Atur antiemetik sesuai order Mengurangi muntah
muntah dikontrol, pasien Rencanakan diet denganMeyakinkan
bahwa
makanan
makan TKTP, serumpasien dan orang pentingsesuai dengan keinginan pasien
albumin dan proteinlainnya.
dalam batas n ormal, BB
mendekati
seperti
sebelum sakit.

Diare berhubungan Pasien merasa nyaman


Kaji konsistensi danMendeteksi adanya darah dalam
dengan infeksi GI dan mengnontrol diare,frekuensi feses dan adanya feses
komplikasi
minimaldarah.
dengan kriteria perut Auskultasi bunyi usus
Hipermotiliti mumnya dengan
lunak, tidak tegang, feses Atur agen antimotilitas dandiare
lunak dan warna normal,psilium (Metamucil) sesuaiMengurangi motilitas usus, yang
kram perut hilang,
order
pelan, emperburuk perforasi pada
Berikan ointment A dan D,intestinal

Tidak
efektif
koping
keluarga
berhubungan
dengan
cemas
tentang
keadaan
yang
orang
dicintai.

vaselin atau zinc oside


Untuk menghilangkan distensi
Keluarga atau orang Kaji koping keluargaMemulai suatu hubungan dalam
penting
lainterhadap sakit pasein danbekerja secara konstruktif dengan
mempertahankan suportperawatannya
keluarga.
sistem
dan
adaptasi
Biarkan
keluargaMereka tak menyadari bahwa
terhadap perubahan akanmengungkapkana
perasaanmereka berbicara secara bebas
kebutuhannya
dengansecara verbal
Menghilangkan kecemasan tentang
kriteria
pasien
dan Ajarkan kepada keluaragatransmisi
melalui
kontak
keluarga
berinteraksitentang
penyakit
dansederhana.
dengan
cara
yangtransmisinya.
konstruktif

Anda mungkin juga menyukai