Anda di halaman 1dari 52

BAB II

SURVEY VOLUME LALU LINTAS HARIAN

Survey dan Pengumpulan Data


Tahap ini diperlukan sebagai langkah awal dalam menganalisa kondisi
lokasi yang akan di survey serta untuk mengidentifikasi data-data yang
diperlukan dalam memecahkan permasalahan yang timbul. Tujuan utama
dari tahap ini adalah untuk merumuskan dan mengidentifikasikan jenis
serta tipe data yang dibutuhkan untuk analisis yang akan dilakukan.
Berdasarkan fungsinya data yang diperoleh dibedakan menjadi dua
yaitu :
1. Data Teknis
Merupakan data-data yang berhubungan langsung dengan perencanaan
transportasi dan peningkatan fasilitas jalan. Data tersebut antara lain data
lalu lintas harian rata-rata (LHR), peta jaringan jalan, peta topografi,
gambar rencana jalan lingkar, data hambatan samping dan lain-lain.

2. Data Non Teknis


Merupakan data yang bersifat sebagai data penunjang untuk pertimbangan
perkembangan lalu lintas di daerah tersebut seperti arah perkembangan
daerah, kondisi sosial ekonomi masyarakat, dan lain-lain. Berdasarkan sifatnya
data dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

a. Data Primer
Merupakan data yang diperoleh secara langsung dengan cara mengadakan
survey dan pengamatan di lapangan. Pengamatan yang dilakukan adalah :
A. Volume dan komposisi lalu lintas yang ada.
B. Kecepatan lalu lintas
C. Hambatan samping

b. Data Sekunder
Merupakan data yang diperoleh dari berbagai instansi terkait yang
berhubungan dengan materi desain, seperti :
A. Data lalu lintas harian rata-rata (LHR).
B. Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTR Kota).
C. Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dari Kantor Bappeda.
D. Peta jaringan
E. Data statistik kependudukan dari BPS.
F. Peta Topografi
G. Gambar rencana

Pengumpulan data
Pengumpulan data merupakan kegiatan yang sangat penting dan
sangat mempengaruhi terhadap keberhasilan dari analisis yang
dilakukan, hal ini dapat dipahami karena seluruh tahap-tahap dalam
suatu analisis maupun perencanaan transportasi sangat tergantung
pada keadaan data.
Tujuan dari tahapan ini adalah untuk mendapatkan seluruh data
mentah yang akan dipergunakan dalam kajian terhadap kelayakan
teknis pembangunan jalan lingkar di Ambarawa.

Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara-cara


sebagai berikut :
1. Metode Literatur
Yaitu suatu metode untuk mendapatkan data dengan cara
mengumpulkan, mengidentifikasi serta mengolah data tertulis dan
metode kerja yang dapat dipergunakan sebagai input dalam
pembahasan materi.
2. Metode Survey atau Observasi
Yaitu suatu metode yang digunakan untuk mendapatkan data dengan
cara melakukan survey langsung ke lokasi. Hal ini sangat diperlukan
untuk mengetahui kondisi sebenarnya lokasi serta kondisi lingkungan
sekitarnya.
3. Metode Wawancara
Adalah suatu metode yang dipergunakan untuk mendapatkan data
dengan cara menanyakan langsung kepada instansi terkait atau
narasumber yang dianggap mengetahui permasalahan yang terjadi di
lokasi sebagai input dan referensi.

Survey Lalu Lintas


Metode survey yang digunakan dalam pelaksanaan survey adalah
survey volume lalu lintas dengan perhitungan secara manual.
Tahapan-tahapan survey ini adalah survey pendahuluan, dilanjutkan
persiapan pelaksanaan dan kemudian pelaksanaan survey.
1. Survey Pendahuluan
Sebelum penelitian di lapangan dilaksanakan perlu diadakan survey
pendahuluan. Survey ini dilaksanakan bertujuan untuk mendapatkan
data-data awal supaya dalam pelaksanaan nanti tidak menemui
hambatan. Yang termasuk survey pendahuluan adalah :
a. Mengetahui nama ruas jalan atau daerah yang akan dilakukan
survey.
b. Mengetahui jumlah dan posisi titik-titik yang akan disurvey oleh
para
surveyor.

2.Persiapan Survey
Untuk mendapatkan data yang akurat maka perlu diadakan persiapan
penelitian yaitu dengan mengadakan pengecekan dan memberikan
penjelasan kepada para surveyor agar mengetahui tugas dan
tanggung jawab masing-masing.

3.Pelaksanaan Survey
Setelah diadakan survey pendahuluan dan persiapan penelitian,
langkah selanjutnya adalah melaksanakan penelitian. Dalam
pelaksanaan penelitian ini hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
sebagai berikut :
a. Mencatat jumlah kendaraan yang lewat pada setiap titik yang
dilalui
b. Melakukan survey atau wawancara langsung kepada instansi yang
terkait

Peralatan-peralatan yang diperlukan pada


pelaksanaan survey antara lain :
1.Tally Counter
Alat ini digunakan untuk menghitung arus lalu lintas tiap jenis
kendaraan.

2.Formulir survey perhitungan lalu lintas


Digunakan untuk pencatatan hasil survei oleh surveyor. Formulir yang
digunakan dapat seperti formulir yang ada di lembar lampiran MKJI
1997 maupun formulir-formulir lain yang dibuat sesuai kebutuhan.

3.Stopwatch / jam tangan


Untuk menghitung waktu (jam) sehingga perpindahan waktu dapat
diketahui. Dalam hal ini masing-masing surveyor harus membawa jam
tangan.

Analisa Data
Pada tahap ini dilakukan proses pengolahan data dari data yang
diperoleh baik dari data sekunder maupun data primer yang
diperoleh dari survey langsung ke lapangan maupun yang didapat
dari instansi terkait. Hasil pengumpulan data dianalisa sebagai
pertimbangan atas kelayakan pembangunan jalan.

Ketentuan umum
Perijinan
Pelaksanaan survai pencacahan lalu lintas harus meminta ijin
kepada instansi setempat yang berwenang memberi ijin, minimal
pembina jalan, dan melakukan koordinasi dengan kepolisian.

Keselamatan dan kesehatan


Selama melakukan survai, petugas survai diharuskan :
a. mengikuti ketentuan keselamatan kerja yang berlaku;
dalam keadaan sehat badan dan rohani;
b. mendapatkan perlindungan yang memadai dari cuaca, seperti
terik
sinar matahari atau hujan;
c. mengantisipasi kemungkinan terhadap tabrakan, karena
adanya
kendaraan atau lalu lintas yang hilang kendali;
d. menyediakan satu orang personil yang mampu melakukan
pertolongan
pertama pada kecelakaan.

Pelaksanaan survai
Dalam keadaan normal, survai harus diupayakan tidak terputus
selama periode yang telah direncanakan. Untuk menghindarkan
gangguan terhadap kesinambungan survai, petugas harus
memastikan seluruh perlengkapan dan peralatan pencacahan bekerja
dengan baik.

Ketentuan teknis
Organisasi survai dan uraian tugas
Organisasi survai diperlukan untuk memudahkan pelaksanaan
pekerjaan dan memastikan seluruh komponen pekerjaan telah
ditangani dengan baik. Ketentuan pengorganisasian sesuai
pencacahan lalu lintas dijelaskan dalam butir-butir sebagai berikut :
besar kecilnya struktur organisasi survai pencacahan lalu lintas
tergantung dari skala pekerjaan satu tim survai, sekurangkurangnya terdiri atas :
koordinator survai, ketua kelompok/pos dan tenaga petugas
survai. Apabila dianggap perlu, koordinator dapat menunjuk
seorang staf yang berfungsi sebagai tenaga administrasi sekaligus
pembantu umum tim survai

tanggung jawab dan uraian tugas dari komponen dalam organisasi


survai pencacahan lalu lintas :

a) Koordinator survai
bertanggung jawab atas pelaksanaan survai, mengontrol aktifitas
petugas survai dan mengadakan koordinasi dengan petugas lapangan
lainnya; mempelajari tujuan, kaidah, dan tata cara pelaksanaan survai
dan menjelaskannya kepada seluruh personil yang terlibat dalam
survai;
menentukan saat mulai, penghentian sementara dan akhir survai;
mengambil keputusan di lapangan dan mengatasi setiap
permasalahan yang timbul selama pelaksanaan survai kemudian
mencatat dalam berita pelaksanaan survai;
membuat agenda (catatan harian) tentang berbagai masalah yang
timbul selama pelaksanaan survai, misalnya hambatan atau
penghentian pelaksanaan survai beserta alasan-alasannya

b) Ketua kelompok
bertugas membimbing dan mengawasi pelaksanaan
survai, serta bertanggung jawab terhadap kualitas data kepada
koordinator;
menentukan penempatan petugas survai dengan pertimbangan
penuh terhadap faktor keselamatan;
mengatur waktu istirahat bagi petugas pencacah;
memeriksa apakah petugas pencacah mengisi formulir survai dengan
cara yang benar dan dengan tulisan yang dapat dibaca;
mengumpulkan dan menyimpan formulir survai yang telah diisi oleh
petugas pencacah;
mengatasi setiap permasalahan yang timbul selama pelaksanaan
survai kemudian mencatat dan melaporkannya kepada koordinator.

c) Petugas pencacah
bertugas melakukan kegiatan pencacahan kendaraan berdasarkan
jenis, atau kelompok golongan jenis kendaraan, arah lalu-lintas, dan
periode waktu pengamatan yang telah ditentukan;
menuliskan hasil pencacahan kendaraan setiap periode waktu yang
telah ditentukan ke dalam formulir survai.

d) Pembantu umum
bertugas membantu koordinator demi kelancaran survai dan
bertanggung jawab kepada koordinator;
menyiapkan segala kebutuhan yang diperlukan selama kegiatan
survai yang terdiri dari perijinan survai, surat tugas, formulir survai,
absensi, daftar petugas pencacah dan peralatan

Kemampuan petugas survey


Setiap petugas mempunyai keterbatasan, untuk menjaga keakuratan
data, maka harus diperhatikan halhal sebagai berikut :
a. jumlah maksimum golongan kendaraan yang dicacah oleh satu
orang
petugas pencacah adalah 3 golongan untuk satu arah;
b. petugas survai dalam melakukan pencacahan lalu lintas secara
menerus, tidak lebih dari 8 jam (1 shift);
c. apabila survai lalu lintas memerlukan waktu lebih dari 8 jam
(satu shift),
maka waktu pencacahan dibagi-bagi dalam shift,
dan dalam keadaan
tertentu (misalnya makan, dan buang air),
petugas harus digantikan
hingga petugas tersebut dapat bertugas
kembali.

Lokasi pos
Pos pencacahan ditempatkan dengan memperhatikan kondisi lokasi survai sebagai
berikut :
1) survai pada jaringan jalan antar kota.
Pos harus ditempatkan pada ruas jalan, dimana :
lalu lintas tidak dipengaruhi oleh lalu lintas ulang alik (commuter traffic).
pos mempunyai jarak dan kebebasan pandang yang cukup untuk kedua arah.
karakter pergerakan lalu lintas mewakili pergerakan lalu lintas pada ruas jalan.
2) survai pada jaringan jalan perkotaan.
Pos harus ditempatkan pada ruas jalan, dimana :
lalu lintas yang dicacah tidak dipengaruhi oleh pergerakan lalu lintas dari persimpangan.
pos harus mempunyai jarak pandang yang cukup untuk mengamati kedua arah.
3) survai pada persimpangan.
Pos harus ditempatkan pada lengan persimpangan, dimana :
pos mempunyai jarak pandang yang cukup untuk mengawasi pergerakan pada lenganlengan yang ditinjau.
pos tidak mengganggu kebebasan pandang pengemudi.
lokasi pos dapat memberikan ruang pengamatan yang jelas untuk melihat lintasan dan
arah pergerakan lalu lintas.
4) Pos sebaiknya ditempatkan di lokasi yang berdekatan dengan lampu penerangan
dan tempat berteduh.

Jenis kendaraan
Pencacahan lalu lintas secara garis besar dibagi dalam 8 golongan, yang
masing-masing golongan terdiri atas beberapa jenis kendaraan

Formulir survai
Formulir survai terdiri atas formulir lapangan (ruas jalan dan persimpangan)
dan formulir himpunan, formulir harus dilengkapi identitas, seperti berikut ini :
adanya logo/nama instansi/lembaga dan atribut lainnya yang dituangkan di
sebelah kiri bagian atas formulir;
adanya keterangan mengenai lokasi, pelaksanaan survai dan kondisi cuaca,
meliputi :

a. jumlah lembar
b. nomor propinsi
c. nama propinsi
d. nomor pos
e. lokasi pos
f. tanggal
g. arah lalu lintas
h. keterangan / cuaca
i. pencatat / pengawas

Peralatan
Survai pencacahan lalu lintas dengan cara manual tidak memerlukan peralatan
secara khusus, peralatan yang diperlukan meliputi :
1) peralatan utama, yang terdiri atas :
a. formulir pencacahan dan himpunan
b. alat tulis pensil, disarankan menggunakan pensil mekanik untuk
menghindari
terjadinya gangguan, karena patahnya ujung pensil, sebaiknya
setiap petugas
pencacah membawa pensil cadangan;
c. alat penghapus, digunakan oleh petugas pencacah apabila terjadi
kesalahan
penulisan pada formulir survai;
d. hand board, sebagai alas menulis dan penjepit bundel data;
e. peralatan bantu yaitu alat cacah genggam

Alat Cacah Genggam

2) peralatan pendukung, yang terdiri atas :


a. jas hujan;
b. lampu senter;
c. alat penerangan lain, seperti lampu minyak;
d. tas plastik.
3) seluruh peralatan yang digunakan harus dipastikan berfungsi dengan baik,
tidak
mudah rusak, mudah dioperasikan dan memenuhi persyaratan untuk
mencatat.

5. Cara pengerjaan
Persiapan

Hal - hal yang harus diperhatikan dalam persiapan


1. mobilisasi jumlah pos, tenaga dan peralatan
yang diperlukan;
2. pembentukan organisasi survai, sesuai dengan
sub-bab 4.2.1;
3. pembuatan jadual pelaksanaan survai beserta
penugasan/nama petugas survai;
4. pembuatan tabel monitoring data, digunakan
untuk mengecek data yang masuk dan data
yang belum masuk beserta kelengkapannya.

Survai pendahuluan
Hal yang perlu dilakukan dan diperhatikan
dalam survai pendahuluan
1. pengurusan surat ijin atau
pemberitahuan/koordinasi dengan pembina
jalan setempat;
2. pengamatan dan penentuan penempatan
pos survai, sesuai sub-bab 4.2.3;
3. perekrutan/mobilisasi tenaga/petugas survai;
4. pelatihan bagi petugas survai, sebagai
pembekalan dalam tata cara survai

Pelaksanaan pencacahan
Cara pengisian formulir lapangan
untuk ruas jalan
1) Lembar ke , dari ,
diisi dengan angka yang menunjukkan lembar ke
berapa (berurutan mulai angka 1 s/d n) dari jumlah
lembar total formulir survai pencacahan lalu lintas.
contoh :
lembar ke 1 dari 15
lembar ke 2 dari 15
lembar ke 15 dari 15.

2) Nama Propinsi :
diisi dengan nama propinsi dimana survai
pencacahan lalu lintas tersebut dilakukan
(nama propinsi sesuai dengan ketentuan
yang berlaku).
contoh :
Nama Propinsi : J
A
W B
R T
maksudnya : Jawa Barat

3) Nomor Propinsi :
diisi dengan nomor propinsi dimana
survai pencacahan lalu lintas tersebut
dilakukan (nomor propinsi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku).
Nomor Propinsi : 0 15
contoh : Propinsi Jawa Barat mempunyai
urutan No. 015 secara Nasional.

4) Nomor Pos :
diisi dengan nomor urut pos pencacahan
lalu lintas untuk pos yang bersangkutan.
contoh : 0
3

5) Lokasi Pos / Nomor Ruas :


untuk ruas jalan, diisi dengan nomor ruas jalan yang
menunjukkan lokasi pos pencacahan lalu lintas tersebut.
contoh :
lokasi pos : 0 2 2 3 6 5
maksudnya : pos pencacahan lalu lintas tersebut terletak pada
jaringan jalan yang ada di Propinsi Jawa Barat ( 022 ), dengan
no ruas 365.
untuk persimpangan, diisi dengan nomor
simpang/simpul jalan yang menunjukkan lokasi pos
pencacahan lalu lintas tersebut.
contoh :
lokasi pos : 0 2 2 0 2 3
maksudnya : pos pencacahan lalu lintas tersebut terletak pada
jaringan jalan yang ada di Propinsi Jawa Barat (022), dengan
nomor simpang/simpul 023.

6) Tanggal :
diisi dengan tanggal, bulan dan tahun
dimana penghitungan lalu lintas tersebut
dilakukan.
contoh :
tanggal : 1 5 0 5 0 4
maksudnya : pencacahan lalu lintas
tersebut dilakukan pada tanggal 15 Mei
2004.

7) Nama Jalan
contoh : S U C I
maksudnya : nama jalan tempat lokasi
survai adalah jalan SUCI

8) Arah
pada ruas jalan antar kota, diisi dengan nama kota tujuan arah
lalu lintas;
pada ruas jalan perkotaan, diisi dengan arah mata angin;
pada persimpangan, diisi dengan nomor lengan simpang ke
berapa.

BANDUNG

CI ANJ UR

artinya : arah lalu lintas yang dihitung adalah dari Bandung ke


Cianjur.
nomor lengan simpang A pada sketsa yang menunjukkan letak
lengan simpang dengan posisi di Utara, selanjutnya lengan B,
C, D sesuai arah sesuai arah jarum jam.

9) Periode
diisi sesuai dengan periode pencacahan,
misalnya periode 1 antara pukul 06.00
sampai dengan 14.00 (satuan periode 8
jam).

10) Waktu
diisi dengan lamanya waktu pengukuran
dalam hal periode / shift. contoh :
Waktu : 06.00 14.00 (periode 1)
atau
14.00 21.00 (periode 2) dan seterusnya

11) Petugas pencacah :


diisi dengan identitas/nama petugas survai
yang melakukan pencacahan lalu lintas
bersangkutan.
contoh :
pencatat : Pulan

12) Pengawas
diisi dengan identitas/nama petugas
pengawas survai yang melakukan
pencacahan lalu lintas bersangkutan.
contoh :
pengawas : Ansari

13) Pencacahan :
pencacahan dilakukan setiap kurun waktu 15 menit, diisi dengan
cara membubuhkan garis-garis yang menunjukkan setiap adanya
satuan kendaraan yang melewati pos pencacahan tersebut.
Contoh :
a) pengisian menggunakan atau membubuhkan garis-garis.
maksudnya : pada pukul 06 00 06 15, jumlah lalu lintas golongan 2
yang melewati pos tersebut adalah 13 buah dan pada pukul 06 15
06 30 adalah 10 buah.
b) pengisian menggunakan alat bantu ( tally counter )
maksudnya : pada pukul 06 00 06 15, jumlah lalu lintas golongan 1
yang melewati pos tersebut adalah 18 buah dan pada pukul 06 15
06 30 adalah 23 buah.13) Golongan 2, 3 . s/d 8 :

Cara pengisian formulir


lapangan untuk persimpangan
Pada dasarnya teknik pengisian formulir lapangan
untuk simpang dan ruas jalan adalah sama,
perbedaan terletak pada data identifikasi lengan
persimpangan yang harus diisi pada formulir ini untuk
menjelaskan lengan mana yang dicacah oleh petugas
pencacah yang menggunakan formulir tersebut.
Identifikasi lengan diisi dengan nama jalan (ruas)
yang dicacah, misalnya untuk pencacahan lengan
jalan Merdeka yang bersinggungan dengan jalan
Aceh, identifikasi ditulis sebagai berikut :
Lengan
M E R D E K A

Cara pengisian formulir himpunan


Lakukan langkah yang sama dengan cara
pengisian formulir lapangan survai, kecuali
penulisan jumlah kendaraan setiap golongan
ditulis dalam kolom sesuai jumlah kendaraan
setiap jam.
Jumlah kendaraan tiap jam tersebut didapat dari
penjumlahan tiap jam dari volume lalu lintas
golongan 1 yang dicatat pada formulir survai
pencacahan lalu lintas yang bersangkutan.

Contoh :

WAKTU
1

06.00-07.00

45

100

15

07.00-08.00

58

95

21

08.00-09.00

74

89

30

09.00-10.00

91

102

14

penjelasan : angka 45 pada kolom golongan 1 pada pukul 06. 00


07.00, didapat dari hasil pencatatan dari kolom golongan 1 untuk
jam sesuai (06.00 07.00) pada formulir survai pencacahan lalu
lintas (Lampiran A.1).
1) Total :
diisi dengan angka yang merupakan jumlah total selama 24 jam
pencacahan untuk tiap golongan lalu lintas pada ruas jalan
yang bersangkutan.
2) Catatan :
diisi hal-hal yang perlu diutarakan dalam pelaksanaan
pencacahan lalu lintas.

Pelaporan
Laporan harus disampaikan oleh koordinator, terdiri atas :
1. berkas formulir survai volume lalu lintas;
2. berkas formulir himpunan pencacahan volume lalu lintas;
3. laporan dibundel dengan baik sehingga tidak mudah lepas dan
dikelompokkan berdasarkan golongan lalu lintas pada masingmasing ruas jalan;
4. setelah diperiksa dan ditandatangani ketua kelompok dan
koordinator secepatnya paling lambat dua hari untuk
disampaikan kepada pemberi tugas;
5. kumpulan data survai disarankan dipisahkan ke dalam map
yang berbeda berdasarkan arah lalu lintas. Pada survai
pencacahan lalu lintas di persimpangan pengumpulan formulir
berdasarkan nama lengan dan arah lalu lintas pada lengan
tersebut.

Prosedur keadaan darurat


Langkah-langkah penting yang harus dilakukan.
1.
memberi perintah penghentian pencacahan pada petugas
pencacah;
2.
mencatat kejadian penyebab penghentian pada laporan kegiatan
harian dan melaporkan kejadian tersebut pada koordinator survai;
3.
mengumpulkan data survai terakhir dari petugas pencacah dalam
satu gabungan data (map) sesuai arah dan waktu pencacahan;
4.
memerintahkan petugas pencacah untuk membereskan seluruh
peralatan;
5.
menempatkan atau memindahkan petugas pencacah le tempat
yang tidak membahayakan;
6.
apabila ada personil yang mengalami cidera dan memerlukan
pengobatan, ketua kelompok harus memberikan pertolongan
pertama, apabila cukup membahayakan, koordinator harus
mengantar dan mengurus pengobatan ke rumah sakit;
7.
jika kondisi telah memungkinkan untuk memulai survai kembali,
ketua kelompok memerintahkan petugas pencacah untuk
menyiapkan seluruh peralatan dan memberi tahu waktu (periode)
awal survai dimulai.

Analisis data tersebut meliputi :


1. Analisa kecepatan arus bebas.
2. Analisa kapasitas ruas jalan.
3. Analisa derajat kejenuhan ruas jalan.
4. Analisa kecepatan dan waktu tempuh
kendaraan ringan.
5. Analisa pembebanan distribusi lalu lintas.
6. Analisa struktur lapis perkerasan jalan.

Analisa Kelayakan
Setelah didapatkan analisa data maka
langkah selanjutnya adalah menganalisis
kelayakan dari pembangunan jalan lingkar
Ambarawa terhadap permasalahan yang
ditinjau berdasarkan aspek teknis yaitu
kapasitas lalu lintas baik yang melewati jalan
lingkar (lalu lintas antar kota) dan jalan
Jendral Sudirman (lalu lintas dalam kota),
sehingga perencanaan yang dibuat dapat
memecahkan permasalahan yang ada.

BAB III
HAMBATAN SAMPING
Hambatan samping adalah dampak terhadap kinerja lalu lintas yang
berasal dari aktivitas samping segmen jalan. Hambatan samping yang
umumnya sangat mempengaruhi kapasitas jalan adalah pejalan kaki,
angkutan umum, dan kendaraan lain berhenti, kendaraan tak bermotor,
kendaraan masuk dan keluar dari fungsi tata guna lahan di samping jalan.
Kesalahan para pejalan kaki pada umumnya karena kelengahan,
ketidakpatuhan pada peraturan perundang-undangan dan mengabaikan
sopan-santun. Contohnya:
Menyeberang tidak pada tempatnya atau tiba-tiba
Berjalan memakai jalur kendaraan (karena lalai atau karena terpaksa)
Banyaknya Pedagang Kaki Lima yang memakai bahu jalan, sehingga
tidak ada tempat untuk berjalan bagi pejalan kaki.

FASILITAS PEJALAN KAKI


MENURUT UNDANG-UNDANG
Kami beranggapan bahwa pengemudi atau pengendara kendaraan adalah pengguna jalan
yang utama di Indonesia, kelompok terbesar justru sebenarnya adalah Pejalan kaki. Korban
jiwa dalam kecelakaan didunia 65 % (persen) adalah Pejalan kaki, Ahli jalan raya /perekayasa
wajib memperhitungkan keselamatan pejalan kaki dijalan mereka.
Pasal 25: Setiap jalan yang digunakan untuk lalu lintas umum WAJIB dilengkapi dengan
perlengkapan jalan berupa: Rambu lalu lintas; Marka jalan; Alat pemberi isyarat lalu lintas; Alat
penerangan jalan; Alat pengendali dan pengaman pengguna jalan; Alat pengawasan dan
pengamanan jalan; Fasilitas untuk sepeda, PEJALAN KAKI, dan PENYANDANG CACAT; dan
Fasilitas pendukung kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan yang berada di jalan dan diluar
badan jalan.
UU no.22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, di pasal 131 :
Pejalan Kaki berhak atas ketersediaan fasilitas pendukung yang berupa trotoar, tempat
penyeberangan, dan fasilitas lain. Pejalan Kaki berhak mendapatkan prioritas pada saat
menyeberang Jalan di tempat penyeberangan.
Pasal 275 :
Setiap orang yang melakukan perbuatan yang mengakibatkan gangguan pada fungsi Rambu
Lalu Lintas, Marka Jalan, Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas, fasilitas Pejalan Kaki, dan alat
pengaman Pengguna Jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (2) dipidana dengan
pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp250.000,00 (dua ratus
lima puluh ribu rupiah).

TROTOAR
Trotoar adalah jalur pejalan kaki yang umumnya sejajar dengan jalan
dan lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan yang berfungsi untuk
meningkatkan keamanan pejalan kaki yang bersangkutan.
Penempatan trotoar
Fasilitas pejalan kaki dapat ditempatkan disepanjang jalan atau pada
suatu kawasan yang akan mengakibatkan pertumbuhan pejalan kaki dan
biasanya diikuti oleh peningkatan arus lalu lintas serta memenuhi syaratsyarat atau ketentuan-ketentuan untuk pembuatan fasilitas tersebut.
Tempat-tempat tersebut antara lain :
Daerah perkotaan secara umum yang tingkat kepadatan penduduknya
tinggi
Jalan yang memiliki rute angkutan umum yang tetap
Daerah yang memiliki aktivitas kontinyu yang tinggi, seperti misalnya jalanjalan dipasar, pusat perkotaaan, daerah industri
Lokasi yang memiliki kebutuhan/permintaan yang tinggi dengan periode
yang pendek, seperti misalnya stasiun-stasiun bis dan kereta api, sekolah,
rumah sakit, lapangan olah raga
Lokasi yang mempunyai permintaan yang tinggi untuk hari-hari tertentu,
misalnya lapangan/gelanggang olah raga, masjid

Kriteria Pemilihan Jenis Penyeberangan

Rekomendasi pemilihan Jenis


penyeberangan

Menyeberangi Jalan

Metode umum yang digunakan untuk mengidentifikasikan permasalahanpermasalahan yang mungkin terjadi pada saat pejalan kaki menyeberangi jalan
adalah melalui pengukuran konflik kendaraan/pejalan kaki, baik PV maupun PV 2,
dimana:
P =volume pejalan kaki yang menyeberangi jalan pada jarak 100 - 150 meter.
V =volume kendaraan setiap jam 2 arah pada jalan 2 arah yang tidak dibagi (tidak
ada median).
Survei harus dilakukan minimal untuk selama 6 jam pada periode jam sibuk. dihitung
untuk masing masing jam, dan 4 nilai tertinggi PV 2 rata rata. Gambar di samping
memberikan kriteria untuk zebra cross, pelican, dan penyeberangan tidak sebidang.

PELICAN CROSSING
Pelican Crossing adalah penyeberangan pejalan kaki yang
dikontrol lampu lalu lintas dan dioperasikan oleh pejalan kaki.
Dimana pejalan kaki harus menekan tombol untuk meminta
waktu hijau pada pengendara kendaraan sehingga pengendara
kendaraan berhenti dan pejalan kaki dapat menyebrangi jalan.

ZEBRA CROSS

Zebra cross adalah tempat penyeberangan di jalan yang diperuntukkan


bagi pejalan kaki yang akan menyeberang jalan, dinyatakan dengan marka
jalan berbentuk garis membujur berwarna putih dan hitam yang tebal
garisnya 300 mm dan dengan celah yang sama dan panjang sekurangkurangnya 2500 mm, menjelang zebra cross masih ditambah lagi dengan
larangan parkir agar pejalan kaki yang akan menyeberang dapat terlihat
oleh pengemudi kendaraan di jalan. Pejalan kaki yang berjalan di atas
zebra cross mendapatkan perioritas terlebih dahulu.

Terowongan Penyeberangan
Salah satu cara lain yang digunakan untuk memberikan kemudahan
bagi pejalan kaki adalah dengan menyediakan terowongan dibawah
jalan. Terowongan kalau ditinjau dari aestetika lebih baik dari
jembatan penyeberangan namun dari aspek keamanan lebih buruk
dan terkadang digunakan untuk buang air kecil. Oleh karena itu
terowongan perlu diawasi dengan baik dan bila diperlukan
diperlengkapi dengan kamera pengintai.

Persimpangan/Di simpang

Pada saat mendesain suatu sistim pengendalian persimpangan, pejalan


kaki harus dipertimbangkan terutama kemudahan bagi para pejalan kaki di
daerah alat pemberi isyarat lalu lintas pada saat menyeberang jalan
dengan suatu fase khusus, atau isyarat pada penyeberang jalan bila salah
satu kaki persimpangan menyala merah.
Suatu fase yang terpisah bagi pejalan kaki dapat diterapkan pada alat
pemberi isyarat lalu lintas :
Arus pejalan kaki yang menyeberangi setiap kaki simpang lebih besar dari
500/jam.
Lalu lintas yang membelok ke setiap kaki simpang mempunyai waktu
antara (headway) rata-rata kurang dari 5 detik, tepat pada saat lalu lintas
tersebut bergerak dan terjadi konflik dengan arus pejalan kaki yang
besarnya lebih dari 150 orang/jam.
Arus ini harus merupakan rata-rata dari 4 jam sibuk dalam 1 hari.
Kecepatan pejalan kaki dapat diasumsikan sebesar ;
Pada jalan datar : 1.5 meter/detik
Pada kemiringan : 1.2 meter/detik
Pada tangga : 0.2 meter/detik

Penanganan Masalah

Permasalahan transportasi perkotaan dapat diselesaikan dengan


beberapa langkah. Alternatif- alternarif penyelesaian yang dapat
dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah melalui
beberapa langkah, antara lain (Tamin 2000 : 519-520):
Memperlancar sistem pergerakan melalui penerapan kebijaksanaan
rekayasa dan manajemen lalulintas.
Meningkatkan pertumbuhan prasarana transportasi terutama dengan
memaksimalkan pemanfaatan prasarana yang ada dan belum
berfungsi dengan semestinya. Misalnya dengan membangun jaringan
jalan baru atau melebarkan jalan yang sudah ada. Cara ini tidak
mungkin dilakukan terus menerus sesuai dengan kebutuhan.
Pelebaran jalan ada batasnya, karena pada batas tertentu akan
berhadapan dengan masalah ekonomi, sosial, dan budaya yang
sangat berat, kecuali dengan pengorbanan yang sangat besar
Memperlambat tingkat pertumbuhan kebutuhan transportasi dengan
cara mengatasi tingkat urbanisasi yang tinggi dengan pembangunan
kotakota satelit atau kota baru, serta pengaturan pusat kegiatan yang
membangkitkan pergerakan

Anda mungkin juga menyukai