Anda di halaman 1dari 5

Yogyakarta,

Slondok Pembawa Berkah

28

November

Oleh:
Tim
Sleman
Dra. Semi
dan
Nur
Aini
Mardiyah,
OSP
5
Provinsi
D.I.
PNPM Mandiri Perkotaan

2012

3
Artati
SE.
Yogyakarta

KSM Sido Rukun adalah salah satu KSM di bawah naungan BKM Setya Bhakti Desa
Pondokrejo, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
(DIY).
Dengan dana BLM APBN-P 2011 di bulan Januari 2012, Koordinator BKM Setya Bhakti Iksan
mengadakan Pelatihan Kewirausahaan dan Pemberian Alat. Suharni adalah salah satu penerima
manfaat di Dusun Jenengan, Desa Pondokrejo, yang menerima alat penggiling slondok dalam
kegiatan sosial.
Ketika adzan subuh berkumandang, seluruh penghuni rumah Suharni terbangun untuk segera
menjalankan salat sebelum memulai aktivitas kegiatan usaha, yang sudah ditekuninya sejak
tahun 1985. Berawal dari membantu usaha kakaknya yang tinggal di Banjarharjo, Desa
Pondokrejo yang sudah terlebih dulu membuat slondok.

Pelaksanaan Pelatihan Kewirausahaan

Pemberian alat giling slondok

Suharni tidak menyangka bahwa usaha slondok yang ditekuninya selama ini ternyata bisa
bertahan sampai sekarang. Usaha tersebut tidak hanya bermanfaat untuk menghidupi
keluarganya saja tetapi juga membantu tetangga kanan-kiri yang masuk kategori miskin dan
menambah penghasilan mereka.
Sepanjang tahun 1985 - 2009 usaha slondok ini hanya dilakukan Suharni beserta putra-putrinya

saja. Slondok adalah nama salah satu jenis makanan ringan yang terbuat dari ketela
pohon/singkong. Makanan ringan ini rasanya gurih dan renyah. Dengan harga murah dan
terjangkau, slondok sangat disukai masyarakat, sehingga membawa keberkahan tersendiri bagi
Suharni dan kelompoknya.
Seiring makin banyaknya pesanan, Suharni mengajak Yuliati, yang berperan sebagai koordinator
produksi, agar bisa membantu menjalankan usaha. Sedangkan Suharni akan lebih berkonsentrasi
ke pemasaran. Sekarang jumlah tenaga yang terlibat dalam pembuatan slondok ini berjumlah 15
orang.
Pesanan slondok membludak biasanya saat Hari Raya Idul Fitri, dimana sehari bisa mencapai 4
kwintal ketela pohon. Sayangnya, ketela ini tidak bisa ditanam di Dusun Jenengan, karena
terkendala hama tikus. Akhirnya bahan baku dibeli dari Pasar Tempel.
Adapun proses pembuatan slondok adalah sebagai berikut:

Ketela Pohon dikupas terlebih dahulu


(gambar 1), dibersihkan dengan air,
direndam sebentar lalu direbus
didandang (gambar 2).

Setelah matang, ketela dipindahkan


dari dandang ke baskom (gambar 3)
guna ditumbuk dan diberi bumbu
bawang, garam dan bumbu masak Gambar 7
(gambar 4 & gambar 5).
Ketela
yang
sudah
ditumbuk
dipindahkan ke meja panjang guna
didinginkan (gambar 6 & gambar 7)
sambil menunggu giliran digiling
(gambar 8).

Gambar 1

Gambar 2

Setelah dingin, ketela yang sudah


ditumbuk baru dapat digiling. Hasil
gilingan berbentuk panjang. Ketela
hasil gilingan tersebut dipotong Gambar 8
dengan panjang yang sama, sekira 25
cm.

Setiap 20 potongan (hasil gilingan


sepanjang 25 cm) ini disebut dengan
soloran
(gambar
8).
Soloran
ditempatkan dalam anyaman bambu
berbentuk bulat, yang disebut tedo.

Soloran itu dibentuk menjadi bulatan


kecil-kecil (dibuat seperti cincin).
Bulatan kecil-kecil itulah yang Gambar 9
disebut dengan slondok (Gambar 9 &
10).
Ada 15 ibu-ibu pembuat bulatan
kecil-kecil (slondok), rata-rata buruh
tani yang diberi kesempatan untuk
menambah penghasilannya. Satu tedo
berisi 100 soloran. Mengingat
keterbatasan alat, ibu-ibu pembuat
bulatan slondok maksimal hanya bisa
Gambar 10
membuat 3 tedo (300 soloran).
Setelah jadi bulatan kecil, slondok
dijemur di bawah terik matahari
(gambar 11). Tempat untuk menjemur
slondok disebut rigen. Setelah kering,
slondok
yang
sudah
dijemur
kemudian digoreng (gambar 12)

Gambar 3

Gambar 4

Gambar 5

Gambar 6

Slondok siap dalam kemasan 5 kg


(gambar 13), juga tersedia kemasan 1 Gambar 11
kg, kg, kg (sesuai pesanan)

Gambar 13

Gambar 12

Dari 4 kwintal ketela pohon menghasilkan kurang lebih 1 kwintal (150 kg) slondok yang siap
dipasarkan. Untuk pemasaran, sudah ada sales yang mengambil setiap harinya dengan rata-rata
penjualan 50-60 kg, selebihnya dititip di Pasar Pakem, Balerante, Ngablak Turi Sleman.
Harga slondok adalah Rp120 per kilogram. Omzet tertinggi bisa mencapai Rp1,8 juta per hari
(hasil penjualan slondok saat lebaran), sedangkan kulit ketela dapat dijual untuk makanan ternak
sapi dengan harga Rp60 per karung. Setelah lebaran rata-rata penjualan mencapai 10 kwintal

slondok per bulan.


Sebelum mendapatkan bantuan dari dana BLM APBN-P, ibu-ibu yang membuat bulatan slondok
ini hanya mampu membuat maksimal 300 soloran dan waktu pengerjaan mulai dari mengupas
kulit ketela sampai penggorengan dibutuhkan waktu 15 jam (mulai pukul 05 sampai 20 WIB)
itupun belum termasuk pengepakan.
Dengan melihat potensi yang sudah ada dan adanya keinginan dari kelompok warga miskin yang
ingin meningkatkan kesejahteraannya maka BKM Setya Bhakti mengadakan Pelatihan
Kewirausaahan yang diikuti oleh pengusaha-pengusaha kecil yang tercatat di PS2. Motivator
yang diundang, Bimo dari Tirtoadi, ternyata berdampak positif bagi peserta pelatihan.

Suharni,
menjadi
tumpuan
warga miskin di sekitarnya

ibu-ibu Yuliati
yang
bertanggung
dalam memproduksi slondok

jawab

Kelompok usaha slondok ini masih bisa dikembangkan lagi dengan penambahan alat-alat seperti
tedo (tempat meletakkan soloran), soblok/dandang untuk merebus singkong, wajan untuk
menggoreng, rigen (untuk jemur slondok), luweng (tungku yang terbuat dari semen) agar para
pembuat bulatan slondok bisa lebih banyak penghasilannyayang semula tiga tedo bisa
ditingkatkan menjadi 5 tedo) dan waktu pengerjaannyapun menjadi lebih cepat. Dan, karena
anggota kelompok slondok ini juga termasuk dalam warga PS 2 maka kelompok ini merupakan
prioritas usulan dari BKM untuk mengajukan dana di UPK.
Berawal dari stimulan mesin giling slondok seharga Rp2.1500, dan seller yang telah diberikan
BKM dengan pemanfaatan dana BLM APBN-P dapat memotivasi kelompok Ibu Suharni
membesarkan kelompoknya dengan meminjam dana dari UPK, dan mengadakan pertemuan rutin
setiap bulannya. Semoga usaha slondok semakin berkembang dan kesejahteraan anggotanya pun
dapat meningkat. Aamiin. [DIY BP Sosialisasi]
Penjualan slondok
Penjual kulit ketela
Penerimaan per bulan

1.000
40
(Rata-rata)

12.000
6.000

12.000.000
240.000
12.240.000

Pembelian Bahan Baku


Wawang Putih
Garam
Bumbu masak
Minyak Goreng
Kayu Bakar
Listrik
Upah Tenaga
Plastik, Nyablon
Transport Pemasaran
Total Pengeluaran per bulan
Laba Bersih per bulan

2.700

1.800
5.000
2.500
178.000
8.000

(Rata-rata)

4.860.000
135.000
67.500
67.500
2.314.000
216.000
100.000
2.500.000
75.000
150.000
10.485.000
1.755.000

Informasi lebih lanjut mengenai kegiatan ini silakan menghubungi:


KSM
Sido
Rukun
Dusun
Jenengan,
Kecamatan
Tempel,
Provinsi DI Yogyakarta

(Binaan
Desa

BKM

Setya
Pondokrejo
Kabupaten

Bakti)
Sleman

Contact person Tim Sleman 3:

Dra. Semi Artati, HP. 087738478526


Nur Aini Mardiyah, SE, HP. 087736066606

Editor: Nina Firstavina


(dibaca 3905)
KOMENTAR ANDA:
muhammad,
12
Mei
2013,
jam
13:27:06
Dari namanya sj KSM Sido Rukun " wah,nama aja hebat so pasti rukun anggotanya,,,, hanya
satu yang ku komentari " AMAZING" ini bisa jadi bahan sosialisasi di Baubau-Sulawesi
Tenggara sebagai salah satu makanan ringan yang mendatnagkan rezeki bagi ibu-ibu,,,,, kalau di
Baubau/Buton Slondok macam gini disebut "Tuli-Tuli" namanya anehkan,,, ini bahasa buton,,,,
bentuknya seperti angka 8 tapi disini di goreng lalu di berikan sambal pedas pembuatannya sama
dengan slondok jawa nga ada beda,,, tapi belum merupakan usaha kelompok masih usaha
individual terkendala pasar kalau diproduksi besar-besaran seperti karya KSM Sido Rukun
mungkin spt jawa sdh okelah pembelinya,,,,,selain "Tuli-Tuli tadi ada juga namanya adalah
"Onde-Onde" isi didalmnya gula kelapa dibuat bundar sebesar bijj bakso bahannya dari ketela
pohon juga,,,, tapi terlepas dari info ini semua sy kira ini adalah "Sharring " yang baik,,,,Selamat
buat KSM Sido Rukun ada Pengalaman nih yg bisa di share.

Anda mungkin juga menyukai