TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Kinerja
Ada beberapa pendapat mengenai pengertian Kinerja (performance),
namun pada prinsipnya adalah sama yaitu hasil pekerjaan yang telah dilakukan
oleh seseorang. Karena itu, kinerja sering diartikan sebagai ukuran keberhasilan
suatu organisasi. Artinya, jika kinerja seseorang optimal, maka dapat dikatakan
orang tersebut memberikan kontribusi terhadap keberhasilan suatu organisasi
tempat dimana ia bekerja. Banyak organisasi yang berhasil atau efektif karena
ditopang oleh kinerja sumber daya manusia yang berkualitas. Sebaliknya, tidak
sedikit organisasi yang gagal karena faktor kinerja sumber daya manusia yang
tidak optimal.
Berbicara tentang kinerja maka akan berhadapan pada penilaian sikap
atau sesuatu yang telah dicapai atau prestasi yang ditunjukkan. Menurut
Simanjuntak (2005:1) pengertian Kinerja adalah tingkat pencapaian hasil atas
pelaksanaan tugas tertentu.
Adapun pengertian kinerja menurut Wibowo (2007:2) Kinerja adalah
tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya. Sedangkan
menurut Indra Bastian dalam Irham Fahmi (2010:2) Kinerja adalah gambaran
mengenai
tingkat
pencapaian
pelaksanaan
suatu
proses
untuk
pencapaian
hasil
pelaksanaan
suatu
B. Pengukuran Kinerja
Berhubungan dengan konsep kinerja, Rummler dan Brache dalam
Sudarmanto (2009:7) mengemukakan ada 3 (tiga) level kinerja, yaitu :
1. Kinerja Organisasi; merupakan pencapaian hasil (outcome) pada
level atau unit analisis organisasi. Kinerja pada level organisasi ini
terkait dengan tujuan organisasi, rancangan organisasi, dan
manajemen organisasi
2. Kinerja proses; merupakan kinerja pada proses tahapan dalam
menghasilkan produk atau pelayanan. Kinerja pada level proses ini
dipengaruhi oleh tujuan proses, rancangan proses, dan manajemen
proses.
3. Kinerja individu/pekerjaan; merupakan pencapaian atau efektivitas
pada tingkat pegawai atau pekerjaan. Kinerja pada level ini
dipengaruhi oleh tujuan pekerjaan, rancangan pekerjaan, dan
manajemen pekerjaan, serta karakteristik individu.
Menurut Dwiyanto (2008:47) mengatakan bahwa penilaian kinerja
merupakan suatu kegiatan yang sangat penting sebagai ukuran keberhasilan
suatu organisasi dalam mencapai misinya. Sedangkan menurut Moeheriono
(2009:61) pengukuran kinerja mempunyai pengertian suatu proses penilaian
tentang kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran dalam pengelolaan
sumber daya manusia untuk menghasilkan barang dan jasa, termasuk informasi
atas efisiensi dan efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan organisasi.
Kinerja selalu terkait dengan pengukuran atau standar kinerja. Kinerja
seseorang bergantung pada indikator-indikator tertentu yang menjadi acuan
organisasi dalam mengukur kinerja seseorang. Terlepas apakah kinerja tersebut
sudah baik atau perlu ditingkatkan lagi. Martin dan Bartol dalam Sudarmanto
(2009:9) menyatakan bahwa : ...untuk menjadi efektif, standar kinerja
seharusnya dikaitkan dengan hasil yang diinginkan dari masing-masing
menyusun
agenda
dan
prioritas
pelayanan,
dan
dan
mengevaluasi
pelaksanaan
kinerja
dan
lagi
dari
berbagai
hasil
penelitian
yang
sebelumnya
yang
ability x motivation
Motivation
= attitude x situation
Ability
knowledge x skill
yang memiliki IQ dan skill yang memadai, maka akan lebih mudah
untuk mencapai kinerja yang maksimal.
2. Faktor motivasi (motivation)
Motivasi merupakan suatu sikap dalam menghadapi situasi kerja di
lingkungan organisasinya. Mereka yang memberikan respon positif
terhadap situasi kerjanya akan menunjukkan motivasi kerja yang
tinggi dan sebaliknya jika mereka bersikap negatif terhadap situasi
kerjanya akan menunjukkan motivasi yang rendah. Situasi kerja
yang dimaksud antara lain hubungan kerja, fasilitas kerja, iklim
kerja, kebijakan pimpinan, pola kepemimpinan kerja dan kondisi
kerja.
Menurut Simamora (1995:500), faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja
antara lain :
1. Faktor individual yang terdiri dari :
a. Kemampuan dan keahlian
b. Latar belakang
c. Demografi
2. Faktor psikologis yang terdiri dari :
a. Persepsi
b. Attitude
c. Personality
d. Pembelajaran
e. Motivasi
3. Faktor organisasi yang terdiri dari :
a. Sumber daya
b. Kepemimpinan
c. Penghargaan
d. Struktur
e. Job design
Kinerja individu adalah hasil kerja karyawan baik dari segi kualitas
maupun kuantitas berdasarkan standar kerja yang telah ditentukan. Kinerja
individu ini akan tercapai apabila didukung oleh atribut individu, upaya kerja
(work effort) dan dukungan organisasi. Lebih lanjut Mangkunegara (2012:15)
mengatakan :
Kinerja individu adalah hasil :
1. Atribut individu, yang menentukan kapasitas untuk mengerjakan
sesuatu. Atribut individu meliputi faktor individu (kemampuan dan
keahlian, latar belakang serta demografi) dan faktor psikologis meliputi
persepsi, attitude, personality, pembelajaran dan motivasi.
2. Upaya kerja (work effort), yang membentuk keinginan untuk mencapai
sesuatu.
3. Dukungan organisasi, yang memberikan kesempatan untuk berbuat
sesuatu. Dukungan organisasi meliputi sumber daya,kepemimpinan,
lingkungan kerja, struktur organisasi dan job design.
Kinerja
Untuk meningkatkan kinerja aparatur tidak bisa hanya sekali langkah saja.
Akan tetapi memang diperlukan kekonsistenan dalam melakukan peningkatan
tersebut secara berkesinambungan. Dengan begitu akan didapatkan fungsifungsi kerja yang esensial bagi aparatur yang berkontribusi terhadap
peningkatan kinerja. Oleh karena itu, proses komunikasi yang terus menerus
dilakukan dalam kerangka kerja sama antara bawahan dan atasannya langsung
(yang melibatkan penetapan motivasi dan pengertian tentang fungsi kerja
pegawai yang paling mendasar, bagaimana pekerjaan pegawai memberikan
kontribusi pada sasaran organisasi, makna dalam arti konkret untuk melakukan
pekerjaan dengan baik, bagaimana prestasi kerja akan diukur, rintangan yang
mengganggu kinerja dan cara untuk meminimalkannya) memegang peranan
penting dalam meningkatkan kinerja pegawai.
akhirnya bukan hanya dirasakan oleh pihak intern, tetapi pihak ekstern
juga akan merasakan dampak keefektivan penerapan SOP suatu
2.
organisasi.
Konsisten, menurut Tambunan (2013:91) penerapan SOP haruslah
diterapkan secara standar dan sama untuk semua prosedur yang sama
dan di semua fungsi (bagian) organisasi yang menerapkan prosedur
tersebut. Artinya, SOP harus diterapkan secara konsisten. Baik untuk hal
yang sama di tempat yang sama, maupun untuk hal yang sama di tempat
3.
yang berbeda.
Standar, dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu standar prosedural dan
standar pemahaman. Prosedur yang secara standar sudah dianggap baik,
ternyata sering dipahami berbeda dari penggunannya. Tambunan
(2013:100) mengemukakan ada 3 (tiga) penyebab utamanya yaitu :
a.
Kurangnya pelatihan terkait dengan penerapan prosedurprosedur;
b.
Kurangnya sosialisasi sehubungan dengan penerapan prosedurprosedur; dan/atau
c.
Prosedur-prosedur yang standar tersebut sama sekali tidak
sesuai kebutuhan pengguna
4.
3.
4.
5.
6.
D. Umpan Balik
Pelaksanaan kinerja dalam proses pencapaian tujuan organisasi perlu
dimonitor dan dikendalikan, untuk dapat mengetahui secara lebih dini apabila terjadi
penyimpangan dari rencana. Untuk keperluan tersebut, diperlukan adanya umpan balik
dari proses pelaksanaan sehingga pemimpin dapat membuat pertimbangan dan
langkah yang diperlukan untuk mengoreksi penyimpangan agar tujuan organisasi tetap
dapat dicapai sesuai dengan target yang ditetapkan.
Wibowo (2012:165) mendefinisikan umpan balik sebagai informasi tentang
perilaku masa lalu, disampaikan sekarang, yang mungkin memengaruhi perilaku di
waktu yang akan datang. Pandangan lain dari Kreitner dan Kinicki (2001:273) bahwa
umpan balik adalah merupakan informasi obyektif tentang kinerja individual atau
kolektif. Kinerja setiap orang dimonitor, didata, dan dilaporkan kepada atasan sebagai
umpan balik.
Dari pandangan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya,
umpan balik adalah informasi tentang proses pelaksanaan kinerja baik individu,
kelompok, maupun organisasi dalam mencapai tujuannya. Wibowo (2012:166)
mengatakan :
Umpan balik pada tingkat organisasi berkenaan dengan monitoring apakah
terjadi deviasi antara rencana dengan pelaksanaan dan memprediksi
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Apabila terjadi deviasi,
perlu ditetapkan tindakan yang harus dilakukan untuk mengoreksinya sehingga
tujuan tetap dapat dicapai.
Gambar 2.2
Proses Umpan Balik
UMPAN BALIK yang
tepat waktu dan
instruktif
SKA (Skills,
Knowledge,
Attitude)
USAHA
HASIL :
pengembangan
pribadi, prestasi
kerja yang stabil dan
kuat
PENGHARGAAN
yang diatur dengan
tepat
Sumber : Kreitner dan Kinicki (2005) dalam Noor Fuad dan Gofur Ahmad (2009:94)
Umpan balik yang baik akan menginspirasi organisasi untuk melakukan koreksi
atas usaha yang telah dilakukannya ketika usaha tersebut belum mencapai hasil yang
maksimal. Sebaliknya, apabila telah mencapai hasil yang maksimal, peranan umpan
balik adalah untuk memacu prestasi menjadi lebih baik lagi hingga batasan yang paling
maksimal.
Umpan balik dimaksudkan untuk memperbaiki kinerja dimasa yang akan
datang, sehingga harus diberikan dalam bentuk dan cara yang benar. Umpan balik
yang disampaikan tersebut diharapkan akan memberikan dampak yang positif. Ken
Lawson (2005:98) mengemukakan beberapa ciri umpan balik yang efektif :
1. Constructive (konstruktif)
2. Relates exclusively to work (menghubungkan pada pekerjaan secara
eksklusif)
3. Assesses performance, not personality (menilai kinerja, bukan kepribadian)
4. Specific (spesifik)
5. Accounts for perceptual differences (memperhitungkan perbedaan
persepsi)
6. Objectives (objektif)