Anda di halaman 1dari 8

Pada percobaan kali ini, logam yang digunakan adalah stainless steel.

Stainless steel
adalah logam yang berupa campuran 12%-30% kromium dengan besi. Terdapat tiga tipe dari
stainless steel, yang diklasifikasikan berdasarkan struktur kristal yang terbentuk oleh atom
besi, yaitu (Anusavice, 2003):
1. Ferritic Stainless Steel
Ferritic Stainless Steel mempunyai ketahanan korosi yang baik, dan menunjukkan
bahwa kekuatan yang tinggi tidak dibutuhkan. karena perubahan suhu menginduksi tidak ada
perubahan fase dalam keadaan padat, baja-baja stainless tidak mengeras oleh heat treatment.
Akibatnya, meskipun stainless steel memiliki banyak kegunaan industri, tetapi aplikasinya
kecil dalam kedokteran gigi.
2. Martensitic Stainless Steel
Martensitic Stainless Steel dapat dipanaskan dengan cara yang sama seperti baja
karbon, dengan hasil yang sama. Karena kekuatan dan kekerasan yang cukup tinggi,
Martensitic Stainless Steel digunakan untuk pembedah dan pemotongan Ketahanan korosi
dari martensitic stainless steel kurang jika dibandingkan dengan jenis lainnya dan berkurang
lebih banyak sesuai dengan heat treatment. Heat treatment menurunkan daktilitas, yang
mungkin hanya 2% untuk martensitic stainless steel berkarbon tinggi.
3. Austenitic Stainless Steel
Austenitic Stainless Steel adalah yang paling tahan korosi jika dibandingkan dengan
kedua stainless steel yang lainnya, dan merupakan stainless steel yang digunakan untuk
orthodontic, endodontik, dan mahkota pediatrik di kedokteran gigi.
Kenaikan sifat elastisitas dari kawat stainless steel dapat dicapai dengan memanaskan
suhu sampai kira kira 400C dan 500C setelah dikerjakan dalam keadaan dingin. Proses ini
menyebabkan terjadinya annealing stage, yang melepaskan tekanan residual pada saat
memanipulasi kawat, dan menstabilkan bentuk dari kawat tersebut. Secara klinis hal ini
penting karena tekanan residual yang dihasilkan akan menyebabkan fraktur ketika restorasi
dipasangkan ke pasien. (Anusavice, 2003).
Stainless steel dapat kehilangan ketahannya terhadap korosi jika dipanaskan antara
400C sampai 900C, temperatur yang pastinya tergantung pada kandungan karbonnya.
Alasan berkurangnya ketahanan terhadap korosi adalah terpresipitasinya kromium karbid
pada batas butiran pada temperatur yang tinggi. Atom-atom karbon yang kecil dan berdifusi
dengan cepat akan bermigrasi ke batas butiran dari semua bagian kristal untuk berkombinasi

dengan atom kromium yang besar dan berdifusi lambat pada tepi butiran, dimana terdapat
energy yang paling besar. Pembentukan Cr3C terjadi paling cepat pada 650oC. Di bawah
temperature ini kecepatan difusi berkurang, sementara di atas temperature ini akan terjadi
dekomposisi Cr3C. Jika kromium berkombinasi dengan karbon menggunakan cara ini,
kualitas pasifnya akan hilang dan akibatnya, ketahan terhadap korosi dari abja akan
berkurang. (Anusavice, 2003).
Daftar Pustaka:
Anusavice, Kenneth J. 2003. Phillips Science of Dental Materials 11th ed. Elsevier.pp 638642.

Anda mungkin juga menyukai