Anda di halaman 1dari 4

INTISARI

Reaktor tangki berpengaduk merupakan reaktor yang paling sering dijumpai dalam
industri kimia. Hal ini dikarenakan kemampuan operasinya yang dapat diatur kapasitasnya.
Untuk itu perlu dilakukan percobaan reaktor alir kontinyu dengan tujuan untuk mengetahui
hubungan orde reaksi dengan harga konstanta reaksi penyabunan (k) etil asetat dengan NaOH
untuk menghitung harga konstanta reaksi penyabunan (k) etil asetat dengan NaOH, mengetahui
pengaruh perbedaan konsentrasi terhadap konstanta reaksi penyabunan atil asetat dengan
NaOH, , membandingkan hasil percobaan dengan perhitungan model matematis reaksi
penyabunan pada reaktor ideal aliran kontinyu.
Pengoperasian reaktor alir tangki berpengaduk meliputi 3 tahap, yaitu pengisian reaktor
tinggi overflow, kondisi kontinyu belum steady state, dan kondisi kontinyu steady state. Faktorfaktor yang mempengaruhi harga k sesuai persamaan Archenius yaitu frekuensi tumbukan,
energi aktivasi, suhu, dan katalis.
Pada percobaan ini dilakukan 2 proses yaitu batch dan kontinyu. Variabel berubahnya
adalah konsentrasi etil asetat yaitu 0.15N, 0.2N, dan 0.25N. Tahapan percobaannya dimulai
dengan proses batch dan dilanjutkan dengan proses kontinyu. Pada proses batch dimasukkan
etil asetat 0,15N dan NaOH 0,15N sampai ketinggian 7 cm, nyalakan pengadukan, ambil sampel
pada t=0 dan tiap 1.5 menit titrasi sampel dengan HCl 0,1N sampai warna merah orange
sehingga didapat volume titran 3 kali konstan.
Berdasarkan hasil percobaan kami, didapatkan bahwa konsentrasi NaOH sisa
cenderung menurun pada variabel konsentrasi. Hal ini disebabkan karena NaOH telah bereaksi
dengan etil asetat, sehingga konsentrasinya semakin lama semakin berkurang, begitu juga
dengan variabel waktu. Orde yang didapatkan semuanya adalah orde 2 dikarenakan
perbandingan yang sama antar reaktan. Ca percobaan lebih kecil dari Ca model dikarenakan
pembentukan produk tidak dapat berjalan secara optimal. Harga konstanta kecepatan reaksi (k)
paling optimum saat konsentrasi 0.2 N etil asetat karena tidak ada inhibitor reaksi. Konversi
reaktan pada system kontinu berjalan lebih steady. Hal tersebut dikarenakan oleh system kontinu
bergerak terus menerus dengan kondisi yang hampir sama tiap waktunya, sementara kondisi
steady state yang dicapai oleh system kontinu lebih cepat dari system batch karena factor
tumbukan yang lebih besar.
Kesimpulan dari percobaan kami adalah konsentrasi NaOH sisa cenderung menurun
pada variabel konsentrasi dan variabel waktu, orde yang didapatkan semuanya adalah orde 2,
Ca percobaan lebih kecil dari Ca model, harga konstanta kecepatan reaksi (k) paling optimum
saat konsentrasi 0.2 N etil asetat, konversi reaktan pada system kontinu berjalan lebih steady.
Saran dari kami adalah pada proses kontinu, usahakan reaktan etil asetat lebih banyak

daripada NaOH, pengaturan pengadukan harus sesuai antara batch dan kontinyu, sebelum dan
sesudah menggunakan reactor terlebih dahulu dialiri dengan aquadest, pada proses kontinyu
pastikan aliran masuk sama dengan aliran keluar, pastikan semua alat bersih sebelum
digunakan.

BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
1. Konsentrasi NaOH sisa cenderung menurun pada variabel konsentrasi dan variabel waktu
karena NaOH telah bereaksi dengan etil asetat, sehingga konsentrasinya semakin lama
semakin berkurang.
2. Orde yang didapatkan semuanya adalah orde 2 dikarenakan perbandingan yang sama
antar reaktan.
3. Ca percobaan lebih kecil dari Ca model dikarenakan pembentukan produk tidak dapat
berjalan secara optimal.
4. Harga konstanta kecepatan reaksi (k) paling optimum saat konsentrasi 0.2 N etil asetat
karena tidak ada inhibitor reaksi.
5. Konversi reaktan pada system kontinu berjalan lebih steady. Hal tersebut dikarenakan
oleh system kontinu bergerak terus menerus dengan kondisi yang hampir sama tiap
waktunya.
V.2 Saran
1. Pada proses kontinu, usahakan reaktan etil asetat lebih banyak daripada NaOH.
2. Pengaturan pengadukan harus sesuai antara batch dan kontinyu.
3. Sebelum dan sesudah menggunakan reactor terlebih dahulu dialiri dengan aquadest agar
tidak ada NaOH yang mengendap.
4. Pada proses kontinyu pastikan aliran masuk sama dengan aliran keluar .
5. Pastikan semua alat bersih sebelum digunakan.

DAFTAR PUSTAKA
Abu Khalaf, A.M., 1994, Chemical Engineering Education. Mc. Graw Hill Book Ltd., New
York.
Anonim. 2009. Kinetika Reaksi. Dikutip dari http://www.chemistry.org/materi_kimia/kimia_sma1/kelas-1/orde-reaksi/
Bustan, Muhammad Djoni. 2010. Pengaruh Proses Pengintegrasian Panas Terhadap Konversi
Amoniak Pada Intercooler Reaktor Amoniak Dengan Analisis Eksergi Dan Pinch.
Dikutip dari http://eprints.unsri.ac.id/1569/1/Pengaruh_proses_penginteg.pdf
Charles, E. R, Harold, SM and Thomas K.S., 1987, Applied Mathematics in Chemical
Engineering 2

nd

ed., Mc. Graw Hill Book Ltd., New York.

Hill, G.C., 1977, An Introduction to Chemical Engineering Kinetika and Reactor Design 1

st

ed, John Willey, New York, N.Y.


rd
Levenspiel. O., 1999, Chemical Reaction Engineering 3 ed, Mc. Graw Hill Book
Kogakusha Ltd, Tokyo.
Sufiyanto, dkk. 2014. Simulasi Model Karakteristik Self Excited Vibrations Dalam Aliran Fluida
Dengan Ansys. Dikutip dari http://repository.akprind.ac.id/sites/files/B143150%20Sufiyanto.pdf

Suherman, dkk. Studi Kinetika Pengeringan Bunga Rosella (Hibis Cus Sabdariffti)
Menggunakan Pengering Rak Udara Resirkulasi. Dikutip dari
http://eprints.undip.ac.id/39318/1/31._Pengeringan_Bunga_Rosella_204-210.pdf

Widjaja, Tri, dkk. 2010. Teknologi Immobilisasi Sel Ca-Alginat Untuk Memproduksi Etanol
Secara Fermentasi Kontinyu Dengan Zymomonas Mobilis Termutasi. Dikutip dari
http://eprints.undip.ac.id/22744/1/B-14.pdf
Yulianto, Mohamad Endy, dkk. 2012. Pengembangan Proses Enzimatis Gelombang Mikro
Untuk Produksi Asam Lemak Dari Buah Sawit Secara In Situ. Dikutip dari
http://ejournal.undip.ac.id/index.php/metana/article/view/3854/3537

Anda mungkin juga menyukai