SKIZOFRENIA
DISUSUN OLEH
Rizki Ovianti
2010730093
PEMBIMBING
Dr. Metta Desvini P Siregar. Sp.KJ
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT karena hanya dengan kekuasaan dan kehendak-Nya
tugas laporan kasus ini dapat terlaksana dan terselesaikan pada waktunya. Shalawat serta
salam juga penulis haturkan ke junjungan besar Nabi Muhammad SAW yang telah membawa
umat manusia dari zaman Jahilliyah menuju zaman yang penuh cahaya bagi umat yang
bertaqwa kepada-Nya.
Tugas Presentasi kasus yang berjudul Skizofrenia Paranoid ini saya buat dengan
tujuan untuk memenuhi tugas kepaniteraan di stase Psikiatri di RS Jiwa Klender. Dan juga
agar dapat secara utuh tercipta hubungan yang harmonis antara antara ilmu teoritis yang saya
dapat dengan aplikasi nyata dalam praktek klinis kehidupan sehari-hari.
Rasa terima kasih yang begitu dalam ingin saya sampaikan kepada pembimbing
kami, Dr. Metta Desvini P Siregar. Sp.KJ, yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk
memberikan bimbingan selama kami bertugas di RSIJ Klender. Selain itu, karena telah
memberikan tauladan serta nasehat moral yang begitu berharga kepada kami selama ini.
Saya menyadari ketidaksempurnaan Tugas Laporan kasus ini.. Untuk itu saya sangat
mengharapkan saran, kritik, dan koreksi untuk perbaikan. Semoga Laporan kasus ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
BAB I
STATUS PSIKIATRI
I.
II.
IDENTITAS
Nama
Usia
Jenis kelamin
Agama
Alamat
Masuk RS
Dokter
Status
ANAMNESIS
: Ny. M
: 53 tahun
: Perempuan
: Islam
: Sukapura RT 5/5 No.14 Cilincing
: 20 Maret 2015
: dr. H.M.Muadz, Sp.KJ
: Menikah
Berdasarkan:
Keluhan utama: Pasien menyiram suami dengan minyak panas sejak 2 jam SMRS.
Keluhan tambahan: pasien mengamuk, dan ingin membunuh suami dengan pisau
Riwayat Psikiatri
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke RSJ Islam Klender dibawa oleh suami dengan keluhan
menyiram suami dengan minyak panas sejak 2 jam SMRS. Pasien mengatakan bahwa
ia mendengar bisikan yang menyuruhnya menyiramkan minyak panas ke suami nya.
Pasien beberapa kali ingin membunuh suaminya. Menurut pasien, ia yakin bahwa
suami nya ingin membunuhnya. Pasien mengaku sering mendengar suara-suara
bisikan laki-laki di telinga kanan yang muncul tiba-tiba saja dan orang lain tidak
mendengarnya.
3 hari SMRS, kakak pasien meninggal, pasien merasa sedih dengan kepergian
kakaknya. Pagi hari SMRS, pasien diam saja dan mengerjakan pekerjaan rumah
1
tangga seperti biasa. Setelah memasak sarapan pagi, pasien memanggil suami untuk
makan dan kemudian menyiramkan minyak panas dari penggorengan menggunakan
tangan kanan ke arah kaki suami dan tangan kiri pasien memegang pisau. Suami
pasien kemudian langsung mengambil pisau yang di tangan pasien dengan paksa
sehingga melukai jari telunjuk tangan kiri pasien. Kemudian pasien langsung di bawa
ke RSJ klender.
Hari pertama masuk RS, pasien sulit diajak berkomunikasi dan terlihat
murung. Sering mendengar bisikan-bisikan, salah satu nya mengatakan bahwa kedua
anaknya di PHK dan pasien tidak memiliki rumah lagi sehingg pasien merasa sedih.
Hari perawatan ke-7 di RS, pasien mencoba menyakiti diri sendiri dengan
memukulkan kepala ke tembok, meja, dan ember sehingga pasien masuk ke dalam
ruang isolasi. Pasien mengaku bahwa ada bisikan yang menyuruhnya bunuh diri agar
masuk surga.
Riwayat Penyakit Dahulu :
SKEMA PERJALANAN PENYAKIT
Skema
1998
2000
2002
2004
2006
2008
2010
2012
2014
2016
Pasien pernah mengalami gangguan jiwa, sejak tahun 2000. Pertama kali di
diagnosa dengan skizofrenia paranoid dengan keluhan sulit tidur, dan mendengar
bisikan-bisikan yang tidak bisa di dengar oleh orang lain.
Pada Februari 2010 : pasien sering mengamuk, memang sebelumnya pasien
putus obat dan mulai mendengar suara-suara bisikan, kemudian pasien di rawat di
RSJ klender.
Pada Oktober 2013 : pasien di rawat di RSJ klender karena tidak tidur,
bingung, bicara sendiri, bicara kacau, mendengar bisikan-bisikan dan perilaku
mencuci tangan berulang-ulang karena najis dan merasa semua yang disentuh najis.
Pasien tidak mau minum obat secara teratur.
Pada juli tahun 2014 : pasien di rawat di RSJ klender karena gelisah, curigaan,
selalu mondar-mandir, tidak bisa tidur, tidak mengakui anaknya, bicara kacau,dan
mendengar bisikan-bisikan. Sebelumnya pasien tidak minum obat dan tidak kontrol
secara rutin.
Riwayat Pribadi
o Masa Prenatal
Pasien merupakan anak kedua dari sembilan bersaudara. Lahir cukup bulan, lahir di
bidan, tidak ada masalah saat persalinannya.
o Masa kanak-kanak dini (0-3 tahun)
Menurut pasien, saat usia ini pasien seperti anak seusianya. Tidak pernah ada riwayat
kejang ataupun sakit sampai dirawat. Makan teratur, pasien diberikan ASI sampai usia
1 tahun. Bicara lancar saat usianya mencapai 1,5 tahun, tidak cadel. Senang bermain
dengan mainan yang baru. Tidak pernah merusak mainannya.
o Masa kanak-kanak pertengahan (4-11 tahun)
Pasien mulai masuk sekolah dasar saat usianya7 tahun. Pasien mengaku menyelesaikan
sekolah nya sebisanya saja.
o Masa pubertas
o Hubungan sosial
Hubungan pasien dengan kedua orangtua dan saudara nya cukup baik. Hanya saja
pasien sedikit pendiam.
o Riwayat pendidikan
Pasien melakukan pendidikan formal dari mulai SD. Pasien hanya tamatan SD dan
tidak melanjutkan ke SMP karena masalah biaya. Pasien anak yang biasa biasa saja
3
PEMERIKSAAN MENTAL
Gambaran Umum
Penampilan
Pasien adalah perempuan 53 tahun dengan tinggi badan sekitar 155 cm dan berat
badan sekitar 45 kg. Pasien berambut hitam ikal, pendek, dan terlihat cukup rapih.
Kulit sawo matang. Pasien terlihat sesuai dengan usianya. Pada saat diwawancara
pasien menggunakan kaos panjang dengan celana panjang, tidak berdandan, namun
tampak merawat diri. Pasien tampak tenang, ekspresi wajah datar.
Tatapan mata pasien kosong saat wawancara.
Afek
: datar
Keserasian
: tidak serasi
Bicara
Volume
: menurun
Irama
: Monoton
Kelancaran : Tidak lancar
Kecepatan
: Lambat
Gangguan Persepsi
Halusinasi :
Auditorik: mendengar bisikan- bisikan untuk membunuh suami dan bunuh
diri
Visual: tidak ada
Taktil: Tidak ada
Olfaktorik: Tidak ada
Ilusi
: Tidak ada
Depersonalisasi: Tidak ada
Derealisasi
: Tidak ada
Pikiran
Produktivitas: Normal
Kontinuitas
Flight of ideas: Tidak ada
Blocking
: ada
Asosiasi longgar: Tidak ada
Inkoherensi: Tidak ada
Word salad: Tidak ada
Neologisme: Tidak ada
Sirkumstansial: Tidak ada
Tangensialitas: Tidak ada
Isi pikiran
Ide rekuren tentang bunuh diri dan pembunuhan (+)
Gangguan isi pikir
Waham
Waham sistematik : Tidak ada
Waham Bizzare: Tidak ada
Waham nihilistic :tidak ada
Waham paranoid : waham kejar dan waham rujukan
Waham Dikendalikan : tidak ada
Waham cemburu : pernah ada
Obsesi : tidak ada
Kompulsi : tidak ada
Fobia : tidak ada
Sensorium dan Kognitif
Kesadaran
: Compos mentis
Orientasi
Tempat
Orang : Baik (Pasien mengetahui bahwa pemeriksa adalah dokter muda, dan
mampu menyebut orang yang ditunjuk, seperti suster, serta pasien sekitarnya)
Daya ingat
Jangka panjang: Baik (Pasien mengingat nama bapak, ibu, serta saudaranya)
Segera : Baik
Konsentrasi
: terganggu
Visospasial
IV.
STATUS FISIK
1. Status Internis
Keadaan umum: Baik
Nadi : 86 x/menit
Suhu: Afebris
Tekanan darah: 120/70 mmHg
Tinggi badan: 155 cm
6
terbuka
2. Status Neurologis
- Gangguan rangsang meningeal : Negatif
- Mata
o Gerakan
: Baik ke segala arah
o Persepsi
: Tidak ada
o Bentuk pupil
: Bulat, isokor, letak sentral
o Rangsang cahaya
: Positif +/+
- Motorik
o Tonus
: Baik
o Turgor
: Kembali cepat
o Kekuatan
: Normal
o Koordinator
: Baik
V.
DIAGNOSIS
Aksis I
:
Berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna tersebut maka kasus ini digolongkan ke
dalam Gangguan Jiwa karena ditemukan adanya distress yang menyebabkan adanya
disfungsi dari kehidupan pasien. Gangguan kejiwaan ini di kelompokkan sebagai
Gangguan Mental dan Perilaku. Maka menurut PPDGJ 3, Gangguan Mental dan
Perilaku ini tidak dapat digolongkan menjadi gangguan mental organik karena tidak
ditemukan adanya kelainan dari fisik seperti kejang, riwayat trauma capitis. Pada pasien
ini juga tidak terdapat adanya riwayat penyalahgunaan Napza. Kasus ini dapat di
golongkan ke dalam Skizofrenia Paranoid (F20.0) sesuai dengan kriteria diagnosis
sebagai berikut:
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia (adanya waham dan halusinasi
Aksis II
: tidak ada
Aksis III
Aksis IV
TERAPI
Psikofarmaka
Clozapine 25 mg 2x1
Hexymer 2 mg jika perlu
Haloperidol 5 mg 3x1
Risperidone 2 mg 3x1
Rehecting luka
VII.
Psikoterapi
Motivasi pasien untuk banyak ibadah.
Menasehati pasien untuk lebih bersabar dalam mengendalikan emosi.
Terapi kerja.
PROGNOSIS
Quo ad vitam
Quo ad functionam
Quo ad sanactionam
: ad bonam.
: dubia ad bonam.
: dubia ad malam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Skizofrenia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan suatu
gangguan psikiatrik mayor yang ditandai dengan adanya perubahan pada persepsi,
pikiran, afek, dan perilaku seseorang. Kesadaran yang jernih dan kemampuan
intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun defisit kognitif tertentu dapat
berkembang kemudian (Sadock,dkk., 2003).
Gejala skizofrenia secara garis besar dapat di bagi dalam dua kelompok, yaitu
gejala positif dan gejala negatif.Gejala positif berupa isi pikiran tidak wajar
8
10
D. Patogenesis
1. Skizofrenia dan Dopamin
Semua jenis obat antipsikotik yang tersedia dapat mengurangi gejala
skizofrenia
dengan
menurunkan
neurotransmiter
dopaminergik.Turunnya
bagian
otak,
termasuk
didalamnya
hipokampus
dan
korteks
sinapsis,
respon
modulator
pada
kromosom
13
yang
12
dipengaruhi oleh faktor genetik ini dan dikaitkan dengan berbagai macam aspek
pada disfungsi kognitif termasuk ketidakmampuan dalam perasaan dan pengingat.
Sebagai tambahan untuk faktor genetik, komponen lingkungan dari patogenesis
pada skizofrenia, mempunyai resiko sebanyak 30%, termasuk kerusakan otak
ketika perinatal dan masa anak-anak dan stres psikososial selama masa kehidupan
seperti terpisah dari keluarga (Freedman, 2003).
E. Pedoman Diagnostik
Menurut PPDGJ-III
1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang jelas atau kurang tajam) :
a. Isi Pikiran
1) thought eco = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya
sama, namun kualitasnya berbeda.
2) thought insertion or withdrawl = isi pikiran yang asing dari luar
masukke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar
oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawl)
3) thought broadcasting = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain
atau umum mengetahuinya.
b. Waham
1) delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar
2) delusion of passivity = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah
terhadap suatu kekuatan dari luar
3) delusion of influence = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar
4) delusion perception = pengalaman inderawi yang tak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat.
c. halusinasi auditorik
1) Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku
pasien
2) Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai
suara yang berbicara)
3) Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
d. waham-waham menetap jenis lainnya yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, mislanya perihal keyakinan
agama atau politik tertentu atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia
biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca atau berkomunikasi dengan
makhluk asing dari dunia lain)
13
2. Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
a.Halusinasi yang menetap dari panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh
waham yang mengembang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan yang menetap atau
apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan terus
menerus.
b.Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah, posisi tubuh tertentu
(posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor
c.Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation)
yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan atau
neologisme.
d.Gejala gejala negatif seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan
response emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja
sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh
depresi atau medikasi neuroleptika.
3. Adanya gejala gejala khas tersebut di atas telah berlangsung selama kurun waktu
satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal)
4. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal behaviour),
bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, sikap larut dalam
diri sendiri, tidak berbuat sesuatu, dan penarikan diri secara sosial. (Maslim,
2002)
F. Klasifikasi
1. Skizofrenia Paranoid (F 20.0)
Pedoman Diagnostik
a. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.
b. Sebagai tambahan:
1) Halusinasi dan/atau waham harus menonjol
a) Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah,
atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit
(whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing)
b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau
lain-lain perasaan tubuh. Halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang
menonjol
c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan
(delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau
14
serta
sasaran
ditinggalkan,
sehingga
perilaku
penderita
memperlihatkan ciri khas, yaitu perilaku tanpa tujuan dan tanpa maksud.
Adanya suatu preokupasi yang dangkal dan bersifat dibuat-buat terhadap
agama, filsafat dan tema abstrak lainnya, makin mempersukar orang
memahami jalan pikiran pasien.
3. Skizofrenia Katatonik (F 20.2)
Pedoman Diagnostik
a. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.
15
b. Satu atau lebih dari perilaku berikut ini harus mendomaninasi gambaran
klinisnya:
1) Stupor (amat berkurangnya dalam reaktivitas terhadap lingkungan dan
dalam gerakan serta aktivitas spontan) atau mutisme (tidak berbicara)
2) Gaduh gelisah (tampak jelas aktivitas motorik yang bertujuan, yang tidak
dipengaruhi oleh stimuli eksternal)
3) Menampilkan posisi tubuh tertentu (secara sukarela mengambil dan
mempertahankan posisi tubuh tertentu yang tidak wajar atau aneh)
4) Negativisme (tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif terhadap
semua perintah atau upaya untuk menggerakkan, atau pergerakkan ke
arah berlawanan)
5) Rigiditas (mempertahankan posisi tubuh yang kaku untuk melawan upaya
menggerakkan diri)
6) Flexibilitas cerea (mempertahankan anggora gerak dan tubuh dalam
posisi yang dapat dibentuk dari luar)
7) Gejala-gejala lain seperti komen, automatism (kepatuhan secara
otomatis terhadap perintah), dan pengulangan kata-kata serta kalimatkalimat
c. Pada pasien yang tidak komunikatif dengan manifestasi perilaku dari
gangguan katatonik, diagnosis skizofrenia mungkin harus ditunda sampai
diperoleh bukti yang memadai tentang adanya gejala-gejala lain. Penting
untuk diperhatikan bahwa gejala-gejala katatonik bukan petunjuk diagnostik
untuk skizofrenia. Gejala katatonik dapat dicetuskan oleh penyakit otak,
gangguan metabolik, atau alkohol dan obat-obatan, serta dapat juga terjadi
pada gangguan afektif
4. Skizofrenia Tak Terinci (Undifferentiated) (F 20.3)
Pedoman Diagnostik
a. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia.
b. Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid, hebefrenik,
atau katatonik
c. Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca
skizofrenia
5. Depresi Pasca-skizofrenia (F 20.4)
Pedoman Diagnostik
a. Diagnosis harus ditegakkan hanya kalau:
1) Pasien telah menderita skizofrenia (yang memenuhi kriteria umum
skizofrenia) selama 12 bulan terakhir ini
16
obat
antipsikotik
konvensional,
seperti
haloperidol
lama, sangat penting untuk menghindari dan mengatur efek samping yang
timbul. Mungkin
masalah
terbesar
dan tersering
bagi
penderita
yang
penderita harus bergerak (berjalan) setiap waktu, dan akhirnya mereka tidak
dapat beristirahat.
Efek samping lain yang dapat timbul adalah tremor pada tangan dan kaki.
Kadang-kadang dokter dapat memberikan obat antikolinergik (biasanya
benztropine) bersamaan dengan obat antipsikotik untuk mencegah atau mengobati
efek samping ini.
Efek samping lain yang dapat timbul adalah tardive dyskinesia dimana
terjadi pergerakan mulut yang tidak dapat dikontrol, protruding tongue, dan
facial grimace. Kemungkinan terjadinya efek samping ini dapat dikurangi
dengan menggunakan dosis efektif terendah dari obat antipsikotik. Apabila
penderita yang menggunakan antipsikotik konvensional mengalami tardive
dyskinesia,
dokter
biasanya
akan
mengganti
antipsikotik
konvensional
hadiah
ekonomi
dan
latihan
demikian,
frekuensi
perilaku
maladaptif
atau
dalam
keluarga
lama dan
kecepatannya.
Seringkali,
anggota
skizofrenia
untuk melakukan
19
aktivitas
teratur
terlalu
cepat.
Rencana yang
tentang
terlalu optimistik
sifat
skizofreniadan
tersebut
berasal dari
ketidaktahuan
penyakitnya.
Ahli terapi harus membantu keluarga dan pasien mengerti skizofrenia
tanpa menjadi terlalu mengecilkan hati(Sadock,dkk., 2003).
c. Terapi kelompok
Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada
rencana, masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok mungkin
terorientasi secara perilaku, terorientasi secara psikodinamika atau tilikan,
atau suportif. Terapi kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial,
meningkatkan rasa persatuan, dan meningkatkan tes realitas bagi pasien
skizofrenia. Kelompok yang memimpin dengan cara suportif, bukannya dalam
cara interpretatif, tampaknya paling membantu bagi pasien skizofrenia(Sadock
dkk, 2003).
d. Psikoterapi individual
Hubungan antara dokter dan pasien adalah berbeda dari yang
ditemukan di dalam pengobatan pasien non-psikotik. Menegakkan hubungan
seringkali
menolak
sulit
dilakukan;
pasien
sikap
diri
atau
membunuh,
prilaku
yang
karena
tujuan
gagasan
21
DAFTAR PUSTAKA
APA Clinical Guidelines. American Psychiatric Association. 2004. Practice Guidelines for the
treatment of patients with schizophrenia.
Brannon
GE,
MD.
2012.
Schizoaffective
http://emedicine.medscape.com/article/294763-overview#aw2aab6b2b5aa
Disorder.
Diakses
22
23