Anda di halaman 1dari 8

PENGETIAN PETANI

Definisi Petani menurut ahli :


Selo Soemardjan dalam Mubyarto (1987 :65), mengatakan bahwa yang dimaksud petani adalah
kuli ( kenceng/kendo ) yang berarti pemilik tanah dengan segala kewajiban dan bebannya. Petani
adalah seseorang yang mengendalikan secara efektif sebidang tanah yang dia sendiri sudah lama
terikat oleh ikatan-ikatan tradisi. Tanah dan dirinya adalah bagian dari satu hal, suatu kerangkan
hubungan yang telah berdiri lama (Robert Redfield, 1982 : 15). Disebutkan pula bahwa petani
adalah orang yang mengerjakan sebidang tanah, baik tananhnya sendiri, sebagai penyewa
maupun mengerjakan
tanah orang lain dengan imbalan bagi hasil.
Menurut Eric R Wolf (1985 : 19), petani bukan hanya sumber tenaga kerja dan barang melainkan
juga sebagi pelaku ekonomi ( economic agent ) dan kepala rumah tangga. Tanahnya adalah satu
unit ekonomi dan rumah tangga.
Dengan demikian maka unit petani pedesaan ( peasent unit ) bukan sekedar sebuah organisasi
produsi terdiri dari sekian banyak tangan yang siap untuk bekerja di ladang; ia juga merupakan
sebuah unit konsumsi yang terdiri dari sekian banyak mulut sesuai banyaknya pekerja.
Menurut Wikipedia Petani adalah seseorang yang bergerak di bidang pertanian , utamanya
dengan cara
melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan dan memelihara tanaman
(seperti padi , bunga , buah dan lain lain) , dengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman
tersebut untuk digunakan sendir ataupun menjualnya kepada orang lain. Mereka juga dapat
menyediakan bahan mentah bagi industri, seperti serealia untuk minuman beralkohol , buah
untuk jus , dan wol atau kapas untuk penenunan dan pembuatan pakaian .
Jenis-jenis Petani
Menurut Dawan Rahardjo (1986 : 23), kelas-kelas petani yang ada dalam masyarakat pedesan
ada beberapa tingkat, yaitu:

1) Tuan tanah, yaitu petani yang memiliki lahan pertanian lebih dari 5,0 ha. Sebagian dari
mereka mampu menggarap lahan dengan tenaga kerja keluarga atau dengan mempekerjakan
beberapa buruh tani. Sebagian pula menyewakan (menyewakan dengan system bagi hasil)
seluruhatau sebagian lahan itu kepada petani penggarap.
2) Petani kaya, yaitu petani yang memliki lahan antar 2,0 sampai 5 ha. Petani semacam ini ada
kalanya juga menyewakan kepada orang lain karena tidak mampu menggarap semua lahan yang
dimilikinya.
3) Petani sedang, yaitu petani yang memiliki lahan pertanian antara 0,5 ha sampai 2,0 ha.
4) Petani kecil, yaitu mereka yang memiliki lahan pertanian antara 0,25 ha sampai 0,5 ha
5) Petani gurem, yaitu petani yang hanya memiliki lahan pertanian antara 0,10 sampai 0,25 ha
6) Buruh tani, yaitu petani yang hanya memiliki lahan kurang dari 0,10 ha. Bahkan petani ini
juga dapat digolongkan pada mereka yang tidak mempunyai lahan sama sekali.
Menurut Sajogya dan Pudjiwati Sajogya(1990 : 160), masyarakat desa atau petani dibagi dua
kelompok, yaitu:
a) Buruh tani
Buruh tani merupakan golongan yang mempunyai posisi paling rendah, karena buruh tani tidak
memiliki lahan sama sekali. Mereka hanya bermodal tenaga untuk mendapatkan pekerjaan guna
memperoleh sesuatu demi kelangsungan hidupnya. Biasanya mereka hidup dalam keadaan yang
miskin. Buruh tani berada ditingkat terendah dalam lapisan masyarakat. Mereka tidak mungkin
jatuh lebih rendah lagi.
b) Petani bebas
Petani bebas ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu:
(1) Petani bebas kecil
Pada umumnya mereka mengerjakan tanah sendiri atau terkadang mengerjakan sawah dasar bagi
hasil. Mereka tidak melakukan pekerjaan untuk mencatri upah.

(2) Tuan tanah besar


Di dalam usaha pertanian mereka hanya menjalankan fungsi sebagai pengelola, sehingga mereka
jarang sekali mengerjakan sendiri pekerjaan kasar. Masalah perolehan pinjaman mereka dapat
meminjam dengan melalui Dinas Pertanian.
Soerjono Soekanto yang dikaji olehMardiyati (2002 : 13) menemukan ciri-ciri kehidupan petani,
yaitu sebagai berikut :
1. Masih ada hubungan saling mengenal dan bergaul antar warga
2. Secara umum hidup dari hasil pertanian.
3. Berusaha mempertahankan tradisi yang sudah ada, sehingga orangtua pada umumnya
memegang pedoman yang sangat penting.
4. Tidak dijumpai adanya pembagian kerja berdasarkan keahlian, akan tetapi berdasarkan usia
dan jenis kelamin.
5. Kehidupan penduduk pedesaan sangat terikat oleh tanah, maka kepentingan pokoknya juga
sama sehingga akan terjalin hubungan kerja sama (gotong-royong).

STRUKTUR SOSIAL
Pengertian Struktur Sosial
Sebelum mengkaji lebih jauh tentang struktur sosial, alangkah baiknya kita pahami terlebih
dahulu pengertian dari struktur sosial. Bila dilihat dari asal katanya, asal kata struktur dari
bahasa Latin "structum" yang berarti menyusun, membangun sebuah gedung atau secara
umum dapat dimaknai sebagai kerangka.
Ada beberapa pendapat ahli tentang pengertian atau definisi dari struktur:
1. George Simmel mengatakan bahwa struktur sosial itu hanya sekedar sekumpulan individu
serta pola perilakunya namun masyarakat tidak independen dari individu yang membentuknya
2. Soerjono Soekanto mendefinisikan struktur sosial sebagai organisasi berkaitan dengan pilihan
dan keputusan dalam hubungan-hubungan sosial aktual.

4. E.R Lanch mengungkapkan konsep struktur sosial sebagai sebuah konsep tentang distribusi
kekuasaan di antara indi- vidu dan kelompok.
1.

Ciri-ciri Struktur Sosial

Secara umum, struktur sosial memiliki ciri-ciri sebagai berikut.


Bersifat Abstrak
Struktur sosial bersifat abstrak, artinya tidak dapat dilihat dan tidak dapat diraba.
b. Terdapat Dimensi Vertikal Dan Horizontal
pada dimensi vertikal adalah hierarki status sosial dengan segala peranannya sehingga
menjadi satu sistem yang tidak dapat dipisahkan dari struktur status yang tertinggi hingga
struktur yang terendah. Contohnya, dalam sebuah desa/kelurahan terdapat struktur
pemerintahan yang berisi kepala desa, carik, para kepala dusun, dan lain-lain hingga ketuaketua RW dan ketua RT. Sedangkan pada struktur sosial yang terjadi dalam struktur sosial
dimensi horizontal, seluruh masyarakat berdasarkan karakteristiknya terbagi-bagi dalam
kelompok sosial yang memiliki karakteristik sama. Misalnya suku bangsa, ras, agama,
serta gender.
c. Sebagai Landasan Sebuah Proses Sosial Suatu Bangsa
Cepat lambatnya proses sosil suatu masyarakat dipengaruhi oleh bagaimana bentuk struktur
sosialnya.
d. Merupakan Bagian dari Sistem Pengaturan Tata Kelakuan dan Pola Hubungan
Masayarakat
Struktur sosial yang dimiliki suatu masyarakat berfungsi untuk mengatur berbagai bentuk
hubungan antarindividu di dalam masyarakat tersebut.
e. Struktur Sosial Selalu Berkembang dan Dapat Berubah
Struktur sosial merupakan tahapan perubahan dan perkembangan masyarakat.
Tiga Bentuk Masyarakat Berdasarkan Ciri-ciri Struktur Sosial
Berikut adalah tiga bentuk masyarakat berdasarkan ciri-ciri struktur sosial dan budayanya seperti
yang dikemukakan oleh Selo Soemardjan.

Masyarakat Sederhana
Ciri-ciri struktur sosial dan budaya pada masyarakat sederhana adalah sebagai berikut.
1)

Ikatan keluarga dan masyarakatnya sangat kuat.

2)

Organisasi sosial berdasarkan tradisi turun-temurun.

3)

Memiliki kepercayaan yang kuat terhadap kekuatan gaib.

4)

Hukum yang berlaku tidak tertulis.

5)

Sebagian besar produksi hanya untuk keperluan keluarga sendiri atau untuk pasaran dalam
skala kecil.

6)

Kegiatan ekonomi dan sosial dilakukan dengan gotong royong.

Masyarakat Madya
Ciri-ciri struktur sosial dan budaya pada masyarakat madya adalah sebagai berikut.
1) Ikatan keluarga masih kuat, tetapi hubungan dengan masyarakat setempat sudah mengendur.
2) Adat-istiadat masih dihormati, tetapi mulai terbuka dengan pengaruh dari luar.
3) Timbulnya rasionalitas dalam cara berpikir sehingga kepercayaan-kepercayaan pada
kekuatan-kekuatan gaib baru timbul apabila orang mulai kehabisan akal untuk menanggulangi
suatu masalah.
4) Timbulnya lembaga-lembaga pendidikan formal sampai tingkat lanjutnya.
5) Hukum tertulis mulai mendampingi hukum tidak tertulis.
6) Memberi kesempatan pada produksi pasar sehingga muncul diferensiasi dalam struktur
masyarakat.
Masyarakat Modern
Ciri-ciri struktur sosial dan budaya masyarakat modern adalah sebagai berikut.
1) Hubungan sosial didasarkan atas kepentingan pribadi.
2) Hubungan dengan masyarakat lainnya sudah terbuka dan saling mempengaruhi.
3) Kepercayaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi sangat kuat.
4) Terdapat stratifikasi sosial atas dasar keahlian.

5) Tingkat pendidikan formal tinggi.


6) Hukum yang berlaku adalah hukum tertulis.
7) Ekonomi hampir seluruhnya merupakan ekonomi pasar yang didasarkan atas penggunaan
uang dan alat pembayaran lain.
2. Sebab-Sebab Timbulnya Stratifikasi Sosial
Setiap masyarakat mempunyai sesuatu yang dihargai, bisa berupa kepandaian, kekayaan,
kekuasaan, profesi, keaslian keanggotaan masyarakat dan sebagainya. Selama manusia
membeda-bedakan penghargaan terhadap sesuatu yang dimiliki tersebut, pasti akan
menimbulkan lapisan-lapisan dalam masyarakat. Semakin banyak kepemilikan, kecakapan
masyarakat/seseorang terhadap sesuatu yang dihargai, semakin tinggi kedudukan atau
lapisannya. Sebaliknya bagi mereka yang hanya mempunyai sedikit atau bahkan tidak
memiliki sama sekali, maka mereka mempunyai kedudukan dan lapisan yang rendah.
Seseorang yang mempunyai tugas sebagai pejabat/ketua atau pemimpin pasti menempati
lapisan yang tinggi daripada sebagai anggota masyarakat yang tidak mempunyai tugas apaapa. Karena penghargaan terhadap jasa atau pengabdiannya seseorang bisa pula ditempatkan
pada posisi yang tinggi, misalnya pahlawan, pelopor, penemu, dan sebagainya. Dapat juga
karena keahlian dan ketrampilan seseorang dalam pekerjaan tertentu dia menduduki posisi
tinggi jika dibandingkan dengan pekerja yang tidak mempunyai ketrampilan apapun.
3.

Unsur-Unsur Struktur Sosial

Adapun unsur-unsur sosial yang pokok menurut soerjono soekanto adalah sebagai berikut :
a.
b.
c.
d.

Kelompok sosial
Kebudayaan
Lembaga Sosial\Stratifikasi Sosial
Kekuasaan dan Wewenang

Oleh sebab itu, struktur sosial sesungguhnya merupakan alat bagi masyarakat untuk
menyelenggarakan tata kehidupannya sehingga struktur sosial tersebut memiliki fungsi.
4.

Fungsi Struktur Sosial ada 3 yaitu :

1.

Fungsi identitas, yaitu sebagai penegas identitas yang dimiliki suatu kelompok

2.

Fungsi kontrol yaitu untuk mengontrol individu yang berada dalam struktur sosial
tertentu

3.

Fungsi pembelajaran, yaitu dengan adanya struktur sosial individu dapat belajar
melalui interaksi yang terjadi di dalamnya

PELAPISAN SOSIAL
Pelapisan sosial atau stratifikasi sosial (social stratification) adalah pembedaan atau
pengelompokan para anggota masyarakat secara vertikal (bertingkat).
Stratifikasi sosial menurut Pitirim A. Sorokin adalah perbedaan penduduk / masyarakat ke dalam
lapisan-lapisan kelas secara bertingkat (hirarkis).
Pitirim A. Sorokin dalam karangannya yang berjudul Social Stratification mengatakan bahwa
sistem lapisan dalam masyarakat itu merupakan ciri yang tetap dan umum dalam masyarakat
yang hidup teratur.
Stratifikasi sosial menurut Drs. Robert M.Z. Lawang adalah penggolongan orang-orang yang
termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis menurut dimensi
kekuasaan, privilese dan prestise.
statifikasi sosial menurut Max Weber adalah stratifikasi sosial sebagai penggolongan orangorang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis
menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise.
Dasar-dasar pembentukan pelapisan sosial
Ukuran atau kriteria yang menonjol atau dominan sebagai dasar pembentukan pelapisan sosial
adalah sebagai berikut.
Ukuran kekayaan
Kekayaan (materi atau kebendaan) dapat dijadikan ukuran penempatan anggota masyarakat ke
dalam lapisan-lapisan sosial yang ada, barang siapa memiliki kekayaan paling banyak mana ia
akan termasuk lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial, demikian pula sebaliknya, yang
tidak mempunyai kekayaan akan digolongkan ke dalam lapisan yang rendah. Kekayaan

tersebut dapat dilihat antara lain pada bentuk tempat tinggal, benda-benda tersier yang
dimilikinya,

cara

berpakaiannya,

maupun

kebiasaannya

dalam

berbelanja,serta

kemampuannya dalam berbagi kepada sesama


Ukuran kekuasaan dan wewenang
Seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang paling besar akan menempati lapisan
teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam masyarakat yang bersangkutan. Ukuran
kekuasaan sering tidak lepas dari ukuran kekayaan, sebab orang yang kaya dalam masyarakat
biasanya dapat menguasai orang-orang lain yang tidak kaya, atau sebaliknya, kekuasaan dan
wewenang dapat mendatangkan kekayaan.
Ukuran kehormatan
Ukuran kehormatan dapat terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan. Orang-orang
yang disegani atau dihormati akan menempati lapisan atas dari sistem pelapisan sosial
masyarakatnya. Ukuran kehormatan ini sangat terasa pada masyarakat tradisional, biasanya
mereka sangat menghormati orang-orang yang banyak jasanya kepadamasyarakat, para orang
tua ataupun orang-orang yang berprilaku dan berbudi luhur.
Ukuran ilmu pengetahuan
Ukuran ilmu pengetahuan sering dipakai oleh anggota-anggota masyarakat yang menghargai
ilmu pengetahuan. Seseorang yang paling menguasai ilmu pengetahuan akan menempati
lapisan tinggi dalam sistem pelapisan sosial masyarakat yang bersangkutan. Penguasaan ilmu
pengetahuan ini biasanya terdapat dalam gelar-gelar akademik (kesarjanaan), atau profesi
yang disandang oleh seseorang, misalnya dokter, insinyur, doktorandus, doktor ataupun gelar
profesional seperti profesor. Namun sering timbul akibat-akibat negatif dari kondisi ini jika
gelar-gelar yang disandang tersebut lebih dinilai tinggi daripada ilmu yang dikuasainya,
sehingga banyak orang yang berusaha dengan cara-cara yang tidak benar untuk memperoleh
gelar kesarjanaan, misalnya dengan membeli skripsi, menyuap, ijazah palsu dan seterusnya.

Anda mungkin juga menyukai