pjk2 Jantung Koroner
pjk2 Jantung Koroner
PENDAHULUAN
Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit jantung yang terutama disebabkan
karena penyempitan arteri koronaria akibat proses aterosklerosis atau spasme atau kombinasi
keduanya. PJK masih merupakan masalah kesehatan serius dikarenakan tingginya angka
prevalensi dan angka mortalitas secara global, karena mencakup negara maju maupun
berkembang.
Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya PJK. Namun secara epidemiologis PJK
yang berhubungan dengan kematian berkaitan erat dengan kebiasaan merokok, pola diet,
olahraga, dan keadaan sosial. Sedangkan yang dapat dibuktikan berpengaruh terhadap
terjadinya PJK antara lain : umur, kelamin, ras, geografis, keadaan sosial, kolestrol,
hipertensi, merokok, diabetes, obesitas, perilaku dan kebiasaan lainya, stress serta keturunan.
Dikarenakan tingginya prevalensi dan mortalitas serta banyaknya faktor yang
mempengaruhi insidens PJK maka pemahaman mengenai PJK adalah penting untuk seorang
praktisi medis untuk mengerti sehingga dapat memberikan terapi yang tepat kelak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem kardiovaskuler merupakan organ sirkulsi darah yang terdiri dari jantung, komponen
darah dan pembuluh darah yang berfungsi memberikan dan mengalirkan suplai oksigen dan
nutrisi keseluruh jaringan tubuh yang di perlukan dalam proses metabolisme tubuh. Sistem
kardivaskuler memerlukan banyak mekanisme yang bervariasi agar fungsi regulasinya dapat
merespons aktivitas tubuh, salah satunya adalah meningkatkan aktivitas suplai darah agar
aktivitas jaringan dapat terpenuhi. Pada keadaan berat, aliran darah tersebut, lebih banyak di
arahkan pada organ-organ vital seperti jantung dan otak yang berfungsi memlihara dan
mempertahankan sistem sirkulasi itu sendiri.
Sistem kardiovaskuler mulai berfungsi pada usia 3 minggu kehamilan. Dalam sistem
kardiovaskuler terdapat pembuluh darah terbesar yang di sebut Angioblast. Angioblast ini
timbul dari :
a. Mesoderm : splanknikus & chorionic
b. Merengkim : yolk sac dan tali pusat
c. Dan dapat juga menimbulkan pembuluh darah dan darah
Dalam awal perkembangannya yaitu pada minggu ketiga, tabung jantung mulai
berkembang di splanknikus yaitu antara bagian pericardial dan IEC dan atap katup uning
telur sekunder(kardiogenik area). Tabung jantung pasangkan membujur endotel berlapis
saluran. Tabung-tabung membentuk untuk menjadi jantung primordial. Jantung tubular
bergabung dalam pembuluh darah di dalam embrio yang menghubungkan tangkai, karian dan
yolk sac membentuk sistem kardivaskuler purba. Pada janin, proses peredaran darah melalui
plasenta.
2.3 Anatomi dan Fisiologi Kardiovaskuler
Umur: Pada usia lanjut, alat-alat dalam rongga toraks termasuk jantung agak turun
kebawah
b. Bentuk rongga dada: Perubahan bentuk tora yang menetap (TBC) menahun
batas jantung menurun sehingga pada asma toraks melebar dan membulat
c. Letak diafragma: Jika terjadi penekanan diafragma keatas akan mendorong
bagian bawah jantung ke atas
d. Perubahan posisi tubuh: proyeksi jantung normal di pengaruhi oleh posisi tubuh.
iii.
bilik
jantung
dimulai
dari
cincin
ventrikel).
a) Dalam / Endokardium
Dinding dalam atrium yang diliputi oleh membrane yang mengilat yang terdiri
dari jaringan endotel atau selaput lender endokardium kecuali aurikula dan bagian
depan sinus vena kava.
Bagian- bagian dari jantung:
a.
Basis kordis: bagian jantung sebelah atas yang berhubungan dengan pembuluh darah
besar dan dibnetuk oleh atrium sinistra dan sebagian oleh atrium dekstra.
b. Apeks kordis : bagian bawah jantung berbentuk puncak kerucut tumpul.
Permukaan jantung (fascies kordis) yaitu:
a. Fascies sternokostalis: permukaan menghadap kedepan berbatasan dengan dinding
depan toraks, dibentuk oleh atrium dekstra, ventrikel dekstra dan sedikit ventrikel
sinistra.
b. Fascies dorsalis: permukaan jantung menghadap kebelakang berbentuk segiempat
berbatas dengan mediastinum
1. Atrium dekstra: Terdiri dari rongga utama dan aurikula di luar, bagian dalamnya
membentuk suatu rigi atau Krista terminalis.
a. Muara atrium kanan terdiri dari:
a) Vena cava superior
b) Vena cava inferior
c) Sinus koronarius
d) Osteum atrioventrikuler dekstra
b. Sisa fetal atrium kanan: fossa ovalis dan annulus ovalis
2. Ventrikel dekstra: berhubungan dengan atrium kanan melalui osteum atrioventrikel
dekstrum dan dengan traktus pulmonalis melalui osteum pulmonalis. Dinding ventrikel
kanan jauh lebih tebal dari atrium kanan terdiri dari:
a. Valvula triskuspidal
b. Valvula pulmonalis
3. Atrium sinistra: Terdiri dari rongga utama dan aurikula
4. Ventrikel sinistra: Berhubungan dengan atrium sinistra melalui osteum atrioventrikuler
sinistra dan dengan aorta melalui osteum aorta terdiri dari:
a. Valvula mitralis
b. Valvula semilunaris aorta
Peredaran darah jantung
Vena kava superior dan vena kava inferior mengalirkan darah ke atrium dekstra yang
datang dari seluruh tubuh. Arteri pulmonalis membawa darah dari ventrikel dekstra masuk ke
paru-paru(pulmo). Antara ventrikel sinistra dan arteri pulmonalis terdapat katup vlavula
semilunaris arteri pulmonalis. Vena pulmonalis membawa darah dari paru-paru masuk ke
atrium sinitra. Aorta (pembuluh darah terbesar) membawa darah dari ventrikel sinistra dan
aorta terdapat sebuah katup valvulasemilunaris aorta.
Peredaran darah jantung terdiri dari 3 yaitu:
1. Arteri koronaria kanan: berasal dari sinus anterior aorta berjalan kedepan antara
trunkus pulmonalis dan aurikula memberikan cabang-cabangke atrium dekstra dan
ventrikel kanan.
2. Arteri koronaria kiri: lebih besar dari arteri koronaria dekstra
3. Aliran vena jantung: sebagian darah dari dinding jantung mengalir ke atrium kanan
melalui sinus koronarius yang terletak dibagian belakang sulkus atrioventrikularis
merupakan lanjutan dari vena.
2.3.2 Fisiologi Jantung
Fungsi umum otot jantung yaitu:
6
1.
2.
3.
4.
Beban awal
Kontraktilitas
Beban akhir
Frekuensi jantung
Angina Pektoris Stabil (APS) : sindrom klinik yang ditandai dengan rasa tidak enak di
dada, rahang, bahu, punggung, ataupun lengan yang biasanya dicetuskan oleh kerja
fisik atau stres emosional dan keluhan ini dapat berkurang bila istirahat atau oleh obat
nitrogliserin.
Angina Prinzmetal : nyeri dada disebabkan oleh spasme arteri koronaria, sering
timbul pada waktu istirahat, tidak berkaitan dengan kegiatan jasmani dan kadangkadang siklik (pada waktu yang sama setiap harinya).
Sindrome Koroner Akut (SKA) : sindrom klinik yang mempunyai dasar patofisiologi
yang sama yaitu adanya erosi, fisur ataupun robeknya plak atheroma sehingga
menyebabkan trombosis intravaskular dengan menimbulkan ketidakseimbangan
pasokan dan kebutuhan oksigen miokard. Yang termasuk dalam SKA adalah :
o Angina pektoris tidak stabil (APTS, Unstable angina) : ditandai dengan nyeri
dada yang mendadak dan lebih berat, yang seranganya lebih lama (lebih dari
20 menit) dan lebih sering. Angina yang baru timbul (kurang dari satu bulan),
angina yang timbul dalam satu bulan setelah serangan infark juga digolongkan
dalam angina tak stabil.
9
o Infark miokard akut (IMA): nyeri angina pada infark jantung akut umumnya
lebih berat dan lebih lama (30 menit atau lebih) walau demikian infark jantung
dapat terjadi tanpa nyeri dada (20-25%). IMA nonQ MI (NSTEMI) dan
gelombang Q MI (STEMI).
Patofisiologi
Lapisan endotel pembuluh darah koroner yang normal akan mengalami kerusakan oleh
adanya faktor resiko antara lain : faktor hemodinamik seperti hipertensi, zat-zat
vasokonstriktor, mediator (sitokin) dari sel darah, asal rokok, diet aterogenik, peningkatan
kadar gula darah, dan oksidasi dari LDL.
Diantara faktor-faktor resiko PJK, diabetes melitus hipertensi, hiperkolesterolemia, obesitas,
merokok dan kepribadian merupakan faktor penting yang harus diketahui.
Kerusakan ini menyebabkan sel endotel menghasilkan cell adhesion molecule seperti sitokin
(IL-1); TNF-alpha, kemokin (IL-8) dan growth factor, basic fibroblast growth factor. Sel
inflamasi seperti monosit dan t-Limfosit masuk ke permukaan endotel dan migrasi dari
endotelium ke sub endotel. Monosit kemudian berdiferensiasi menjadi makrofag dan
mengambil LDL teroksidasi yang bersifat lebih atherogenik dibanding LDL. Makrofag ini
kemudian membentuk sel busa.
LDL teroksidasi menyebabkan kematian sel endotel dan menghasilkan respons inflamasi.
Sebagai tambahan, terjadi respons dari angiotensin II yang menyebabkan gangguan
vasodilatasi dan mencetuskan efek protrombik dengan melibatkan platelet dan faktor
koagulasi.
Akibat kerusakan endotel terjadi respons protektif dan terbentuk lesi fibrofatty dan fibrous,
plak atherosklerosik, yang dipicu oleh inflamasi. Plak yang terjadi dapat menjadi tidak stabil
dan mengalami ruptur sehingga terjadi sindroma koroner akut (SKA)
1. Hipertensi
Merupakan salah satu faktor resiko utama penyebab terjadinya PJK. Penelitian
di berbagai tempat di indonesia (1978) prevalensi hipertensi untuk indonesia
berkisar 6-15% sedang di negara maju contohnya US 15-20%. Lebih kurang
60% penderita hipertensi tidak terdeteksi, 20% dapat diketahui tetapi tidak
diobati atau tidak terkontrol dengan baik.
Penyebab kematian akibat hipertensi di US adalah kegagalan jantung 45%,
miokard infark 35%, cerebrovaskular accident 15% dan gagal ginjal 5%.
Komplikasi yang terjadi pada hipertensi esensial biasanya akibat perubahan
struktur arteri dan arterial sistemik, terutama yang terjadi pada kasus-kasus
yang tidak diobati. Mula mula akan terjadi hipertrofi dari tunika media diikuti
dengan hialinisasi setempat dan penebalan fibrosis dari tunika intima dan
akhirnya akan terjadi penyempitan pembuluh darah. Tempat paling berbahaya
adalah bi;a mengenai miokardium, arteri dan arterial sistemik, arteri koroner
dan serebral serta pembuluh darah ginjal. Komplikasi terhadap jantung
hipertensi yang paling sering adalah kegagalan ventrikel kiri, PJK seperti
angina pektoris dan miokard infark, dari penelitian 50% penderita miokard
infark menderita hipertensi dan 75% kegagalan ventrikel kiri akibat hipertensi.
Perubahan hipertensi khususnya pada jantung disebabkan karena :
-
11
Kolesterol Total.
Kadar kolesterol total yang sebaiknya adalah ( 200 mg/dl, bila > 200 mg/dl
berarti resiko untuk terjadinya PJK meningkat .
Kadar kolestrol total
Normal
Agak tinggi
Tinggi
<200mg/dl
200-239mg/dl
>240mg/dl
- LDL Kolesterol.
LDL (Low Density Lipoprotein) kontrol merupakan jenis kolesterol yang
bersifat buruk atau merugikan (bad cholesterol) : karena kadar LDL yang
meninggi akan rnenyebabkan penebalan dinding pembuluh darah. Kadar LDL
kolesterol lebih tepat sebagai penunjuk untuk mengetahui resiko PJK dari pada
kolesterol total.
Kadar LDL Cholesterol
Normal
Agak tinggi
Tinggi
12
<130 mg/dl
130-159 mg/dl
>160mg/dl
- HDL Koleserol :
HDL (High Density Lipoprotein) kolesterol merupakan jenis kolesterol yang
bersifat baik atau menguntungkan (good cholesterol) : karena mengangkut
kolesterol dari pembuluh darah kembali ke hati untuk di buang sehingga
mencegah penebalan dinding pembuluh darah atau mencegah terjadinya proses
arterosklerosis.
Kadar HDL Cholesterol
Normal
Agak tinggi
Tinggi
>45mg/dl
35-45mg/dl
<35mg/dl
Jadi makin rendah kadar HDL kolesterol, makin besar kemungkinan terjadinya
PJK. Kadar HDL kolesterol dapat dinaikkan dengan mengurangi berat badan,
menambah exercise dan berhenti merokok.
- Rasio Kolesterol Total : HDL Kolesterol
Rasio kolesterol total: HDL kolesterol sebaiknya (4.5 pada laki-laki dan 4.0
pada perempuan). makin tinggi rasio kolesterol total : HDL kolesterol makin
meningkat resiko PJK.
- kadar Trigliserida.
Trigliserid didalam yang terdiri dari 3 jenis lemak yaitu Lemak jenuh, Lemak
tidak tunggal dan Lemak jenuh ganda. Kadar triglisarid yang tinggi merupakan
faktor resiko untuk terjadinya PJK.
Kadar Trigliserid
Normal
Agak tinggi
Tinggi
Sangat tinggi
< 150 mg/dl
150 250 mg/dl
250-500 mg/dl
>500 mg/dl
Kadar trigliserid perlu diperiksa pada keadaan sbb : Bila kadar kolesterol total
> 200 mg/dl, PJK, ada keluarga yang menderita PJK < 55 tahun, ada riwayat
keluarga dengan kadar trigliserid yang tinggi, ada penyakit DM & pankreas.
3.
Merokok.
Pada saat ini merokok telah dimasukkan sebagai salah satu faktor resiko utama
PJK disamping hipertensi dan hiperkolesterolami. orang yang merokok > 20
batang perhari dapat mempengaruhi atau memperkuat efek dua faktor utama
resiko lainnya. Penelitian Framingham mendapatkan kematian mendadak
akibat PJK pada laki- laki perokok 10X lebih besar dari pada bukan perokok
dan pada perempuan perokok 4.5X lebih dari pada bukan perokok. Efek rokok
adalah Menyebabkan beban miokard bertambah karena rangsangan oleh
katekolamin dan menurunnya komsumsi 02 akibat
inhalasi CO atau dengan perkataan lain dapat menyebabkan Takikardi, vasokonstrisi
pembuluh darah, merubah permeabilitas dinding pembuluh darah dan merubah
5-10 % 4 Hb menjadi carboksi -Hb. Disamping itu dapat menurunkan HDL
kolesterol tetapi mekanismenya belum jelas . Makin banyak jumlah rokok
yang dihidap, kadar HDL kolesterol makin menurun. Perempuan yang
merokok penurunan kadar HDL kolesterolnya lebih besar dibandingkan laki
laki perokok. Merokok juga dapat meningkatkan tipe IV abnormal pada
13
Umur
Telah dibuktikan adanya hubungan antara umur dan kematian akibat PJK.
Sebagian besar kasus kematian terjadi pada laki-laki umur 35-44 tahun dan
meningkat dengan bertambahnya umur. Kadar kolesterol pada laki-laki dan
perempuan mulai meningkat umur 20 tahun. Pada laki-laki kolesterol
meningkat sampai umur 50 tahun. Pada perempuan sebelum menopause ( 45-0
tahun ) lebih rendah dari pada laki-laki dengan umur yang sama. Setelah
menopause kadar kolesterol perempuan meningkat menjadi lebih tinggi dari
pada laki-laki.
2.
Jenis kelamin.
Di Amerika Serikat gejala PJK sebelum umur 60 tahun didapatkan pada 1 dari
5 laki-laki dan 1 dari 17 perempuan . Ini berarti bahwa laki-laki mempunyai
resiko PJK 2-3 X lebih besar dari perempuan.
3.
Geografis.
Resiko PJK pada orang Jepang masih tetap merupakan salah satu yang paling
rendah di dunia. Akan tetapi ternyata resiko PJK yang meningkat padta orang
jepang yang melakukan imigrasi ke Hawai dan Califfornia . Hal ini
menunjukkan faktor lingkungan lebih besar pengaruhnya dari pada genetik.
4.
Ras
Perbedaan resiko PJK antara ras didapatkan sangat menyolok, walaupun
bercampur baur dengan faktor geografis, sosial dan ekonomi . Di Amerika
serikat perbedaan ras perbedaan antara ras caucasia dengan non caucasia ( tidak
termasuk Negro) didapatkan resiko PJK pada non caucasia kira-kira
separuhnya.
5.
Diet.
Didapatkan hubungan antara kolesterol darah dengan jumlah lemak di dalam
susunan makanan sehari-hari ( diet ). Makanan orang Amerika rata-rata
mengandung lemak dan kolesterol yang tinggi sehingga kadar kolesterol
cendrung tinggi. Sedangkan orang Jepang umumnya berupa nasi dan sayursayuran dan ikan sehingga orang jepang rata-rata kadar kolesterol rendah dan
didapatkan resiko PJK yang lebih rendah dari pada Amerika.
Beberapa peetunjuk diet untuk menurunkan kolesterol :
Makanan harus mengandung rendah lemak terutama kadar lemak jenuh tinggi.
Mengganti susunan makanan dengan yang mengandung lemak tak jenuh.
Makanan harus mengandung rendah kolesterol.
Memilih makanan yang tinggi karbohidrat atau banyak tepung dan Berserat
Makanan mengandung sedikit kalori bila berat badan akan diturunkan padta
14
Obesitas.
Obesitas adalah kelebihan jumlah lemak tubuh > 19 % pada lakilaki dan > 21
% pada perempuan . Obesitas sering didapatkan bersama-sama dengan
hipertensi, DM, dan hipertrigliseridemi. Obesitas juga dapat meningkatkan
kadar kolesterol dan LDL kolesterol . Resiko PJK akan jelas meningkat bila BB
mulai melebihi 20 % dari BB ideal. penderita yang gemuk dengan kadar
kolesterol yang tinggi dapat menurunkan kolesterolnya dengan mengurangi
berat badan melalui diet ataupun menambah exercise.
7.
Diabetes.
Intoleransi terhadap glukosa sejak dulu telah diketahui sebagai predisposisi
penyakit pembuluh darah. Penelitian menunjukkan laki-laki yang menderita
DM resiko PJK 50 % lebih tinggi daripada orang normal, sedangkan pada
perempuaan resikonya menjadi 2x lipat.
8.
Exercise.
Exercise dapat meningkatkan kadar HDL kolesterol dan memperbaiki kolaterol
koroner sehingga resiko PJK dapat dikurangi. Exercise bermanfaat karena :
Memperbaiki fungsi paru dan pemberian 02 ke miokard
Menurunkan BB sehingga lemak tubuh yang berlebihan berkurang bersama-sama
dengan menurunkan LDL kolesterol.
Membantu menurunkan tekanan darah
Meningkatkan kesegaran jasmani.
9.
15
Diagnosis
16
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan Fisik
3. Laboratorium
4. Foto dada
5. Pemeriksaan jantung non invasive
EKG istirahat
Ekokardiografi istirahat
Arteriografi koroner
Setiap pasien dengan nyeri dada perlu dilakukan anamnesis yang teliti, penentuan faktor
risiko, pemeriksaan jasmani dan EKG. Pada pasien dengan gejala angina pektoris ringan,
cukup dilakukan pemeriksaan non-invasif. Bila pasien dengan keluhan yang berat dan
17
Pengobatan dengan statin digunakan untuk mengurangi resiko baik pada prevensi primer
maupun sekunder. Berbagai studi telah membuktikan bahwa statin dapat menurunkan
komplikasi sebesar 39%, ASCOTT-LLA atorvastatin untuk prevensi primer PJK pada pascahipertensi.
Statin selain sebagai penurun kolesterol juga mempunyai mekanisme lain (pleiotropic effect)
yang dapat berperan sebagai anti inflamasi, anti trombolitik dll. Pemberian atorvastatin 40mg
satu minggu sebelum PCI dapat mengurangi kerusakan miokard akibat tindakan.
Target penurunan LDL kolesterol adalah <100mg/dl pada pasien risiko tinggi, dm, penderita
PJK dianjurkan menurunkan LDL kolesterol <70mg/dl.
*ACE-Inhibitor/ARB
Peranan ACE-I sebagai kardioproteksi untuk prevensi sekunder pada pasien dengan PJK, bila
intoleransi terhadap ACE-I dapat diganti dengan ARB.
*Nitrat pada umumnya disarankan, karena nitrat memiliki efek venodilator sehingga preload
miokard dan volume akhir bilik kiri dapat menurun sehingga dengan demikian konsumsi
oksigen miokard juga akan menurun. Nitrat juga melebarkan pembuluh darah normal dan
yang mengalami aterosklerotik. Menaikan aliran darah kolateral dan menghambat agregasi
trombosit. Bila serangan angina tidak respons dengan nitrat jangka pendek, maka harus
diwaspadai adanya infark miokard. Efek samping obat adalah sakit kepala dan flushing.
*Beta-blocker juga merupakan obat standar. Beta blocker menghambat efek katekolamin
pada sirkulasi dan reseptor B-1 yang dapat menyebabkan penurunan konsumsi oksigen
miokard. Pemberian dilakukan dengan target denyut jantung 50-60x permenit. Kontraindikasi
terpenting adalah riwayat asma bronkial serta disfungsi bilik kiri akut.
*Antagonis kalsium mempunyai efek vasodilatasi. Antagonis kalsium dapat mengurangi
keluhan pasien yang telah mendapat nitrat atau betablocker. Selain itu berguna pada pasien
yang mempunyai kontraindikasi penggunaan betablocker. Antagonis kalsium tidak
disarankan bila terdapat penurunan fungsi bilik kiri atau gangguan konduksi atrioventrikel.
Rekomendasi pengobatan untuk memperbaiki prognosis pasien dengan angina stabil menurut
ESC 2006 Sbb:
1. Pemberian aspirin 75mg perhari pada semua pasien tanpa kontraindikasi yang spesifik
(cth. Perdarahan lambung yang aktif, alergi aspirin atau riwayat intoleransi)
2. Pengobatan statin untuk semua pasien dengan PJK
3. Pemberian ACE-I pada pasien dengan indikasi pemberian ACE-I, seperti hipertensi,
disfungsi ventrikel kiri, riwayat miokard infark dengan disfungsi ventrikel kiri, atau
diabetes.
4. Pemberian beta-blocker secara oral pada pasien gagal jantung atau yang pernah
mendapat infark miokard.
Revaskularisasi miokard
19
Ada dua cara revaskularisasi yang baik pada PJK stabil yang disebabkan aterosklerotik yaitu
tindakan revaskularisasi pembedahan, bedah pintas koroner (CABG) dan tindakan intervensi
perkutan (PCI). Tujuan revaskularisasi adalah meningkatkan survival ataupun mencegah
infark atau menghilangkan gejala. Tindakan yang dipilih tergantung dari keluhan dan resiko
pasien.
Indikasi untuk Revaskularisasi
Pencegahan
Pada pasien PJK pencegahan terbagi atas pencegahan primer dan sekunder. Pada pencegahan
primer yang diupayakan adalah memperbaiki faktor risiko dan gaya hidup. Sedangkan pada
pencegahan sekunder diutamakan pada meminimalisasi faktor-faktor pencetus yang sudah
diketahui dan memperbaikinya agar tidak menimbulkan kerusakan lebih lanjut.
Prognosis
Ad Vitam
: Malam
Ad Fungsionam
: Malam
Ad Sanctionam
: Malam
BAB III
PENUTUP
20
Faktor faktor resiko PJK seperti diabetes melitus, hipertensi, hiperkolesterolnemi, obesitas,
merokok, dll dapat menyebabkan lapisan endotel pembuluh darah koroner yang normal akan
mengalami kerusakan sehingga terbentuknya plak pada pembuluh darah koroker dan
menyebabkan aliran menjadi berkurang/iskemi miokard dan terjadi PJK. Bila plak
aterosklerotik mengalami ruptur dapat menyebabkan SKA.
Walau cara diagnosis PJK bermacam-macam, setiap dokter harus menyadari kemampuan dan
keterbatasan masing-masing cara tersebut. Untuk membuat suatu diagnosis yang menyeluruh,
tidaklah selalu seorang penderita harus menjalani semua pemeriksaan tersebut. Seorang
penderita dengan uji latihan jasani mungkin merupakan pemeriksaan yang sudah mencukupi
tetapi pada penderita lain mungkin diperlukan arteriografi koroner tanpa harus menajalani uji
latihan jasmani sebelumnya.
Pengobatan PJK terbagi atas 2 yakni farmakologis dan non farmakologis (intervensi
kardiologi/pembedahan) disamping itu tetap diperlukan modifikasi gaya hidup dan mengatasi
faktor risiko/penyebab agar progresi penyakit dapat dihambat. Tindakan PCI ataupun CABG
dikerjakan sesuai dengan indikasi yang tepat.
Pencegahan PJK penting sekali terutama dengan orang orang risiko tinggi atau pencegahan
sekunder serta edukasi agar progress penyakit tidak berlanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Coopers K.H. : controlling Cholesterol, Bantam Books, New York .1988
21
22