Latar Belakang
Faktor terpenting dalam menurunkan angka kematian ibu dan bayi dimulai
pada masa kehamilan. Pada tahun 2000, satu dari dua puluh anak meninggal sebelum
mencapai usia lima tahun dan seorang ibu meninggal akibat proses melahirkan dari
setiap 325 kelahiran hidup.
Penelitian menunjukkan angka kematian maternal pada wanita berkulit hitam
lebih tinggi dari wanita berkulit putih. Hal ini disebabkan oleh lebih banyaknya stress,
nutrisi rendah, dan kurangnya supervisi medis diantara wanita berkulit hitam. Tenaga
medis harus meningkatkan usaha mereka untuk memberikan perawatan awal dan
berkelanjutan sepanjang masa kehamilan. Angka kematian ini dalam penelitian
terutama ditunjukkan sebanding dengan tingkat depresi akibat stress pada ibu hamil.
Terjadinya gejala depresi selama periode perinatal dapat mudah dikenali. Estimasi
prevalensi adalah 7,4% -20% antenatal dan sampai 19,2% pada tiga bulan pertama
setelah melahirkan. Depresi antenatal dikaitkan dengan gizi buruk, penyalahgunaan
alkohol dan substansi, pelayanan kesehatan yang buruk, kesehatan diri yang buruk,
dan bayi yang sakit. Depresi postnatal memiliki dampak berarti pada ibu dan
pasangannya, keluarga, interaksi ibu dengan bayi dan emosional jangka panjang dan
perkembangan kognitif bayi.
Kehamilan seharusnya menjadi saat-saat yang paling membahagiakan bagi
seorang Ibu. Namun terkadang, sebagai seorang calon Ibu (apalagi karena baru
pertama kali menghadapi kehamilan) ada saja rasa kekhawatiran yang berlebihan
sehubungan dengan semakin dekatnya proses kelahiran. Sekitar 10-20% wanita
berusaha untuk melawan gejala depresi dan seperempat sampai setengahnya terkena
depresi yang berat. Pada suatu studi terhadap 360 ibu hamil, maka 10% dari mereka
mengalami depresi saat kehamilan dan hanya 6,8% yang mengalami depresi pasca
kehamilan.
Bidan menganggap psikis ibu bukan merupakan sesuatu hal yang penting,
sehingga dalam memberikan tindakan maupun penatalaksanaan, bidan sering tidak
mempertimbangkan kenyamanan yang diharapkan ibu, termasuk masalah keluhan dan
ketidaknyamanan yang dialami ibu. Misalnya, dalam proses pertolongan persalinan
kala I, bidan cenderung mengabaikan keluhan dan ketidaknyamanan yang dirasakan
ibu (rasa nyeri, takut karena belum pernah bersalin dll) karena menganggap itu
merupakan hal biasa dan semua wanita juga mengalami itu sebelum bersalin. Padahal,
apabila diperhatikan lebih seksama, mendapatkan kenyamanan dan keamanan adalah
hak setiap wanita dalam menjalani proses persalinan. Apabila semua wanita tidak
mendapatkan penatalaksanaan yang baik terhadap ketidaknyamanan tersebut dan
bidan menganggap itu sebagai hal yang biasa saja. Maka bidan bisa dianggap sebagai
tenaga kesehatan yang gagal yang memberikan pelayanan.
2. Perencanaan
Nama program : Mother Comfort
Mother comfort adalah sebuah program yang membantu ibu untuk
mendapatkan pelayanan yang lebih baik dalam proses persalinan, sehingga ibu
menjalani proses persalinan dengan nyaman. Tidak dapat dipungkiri persalinan
merupakan tugas berat bagi seorang wanita. Diperlukan segenap tenaga dan pikiran
untuk melakukannya dengan selamat dan nyaman. Banyak ibu hamil yang
menganggap masa persalinan adalah kodrat wanita yang mudah untuk dilalui. Namun
ada pula yang menganggap persalinan sebagai masa yang menakutkan. Mudah atau
sulitnya masa persalinan ibu hamil tergantung dari beberapa faktor, misalnya
pengetahuan ibu dan dukungan dari berbagai pihak dapat menguatkan proses
persalinan ibu hamil. Dukungan bisa diberikan oleh anggota keluarga atau tenaga
kesehatan. Sehingga, bidan bisa menjadi pihak yang sangat berpengaruh dalam
membentuk pengalaman ibu dalam bersalin. Dengan adanya program ini, diharapkan
bisa mendorong tenaga kesehatan, terutama bidan dalam memberikan pelayanan yang
maksimal. Sebelum program dilaksanakan, pelaksana program melakukan survey
terlebih dahulu pada ibu bersalin di rumah Sakit Gambir untuk mengetahui focus
keluhan mengenai pengalaman persalinan yang dikeluhkan ibu pada bulan OktoberNovember 2013.
Tujuan :
Sasaran :
Semua ibu bersalin, baik yang bersalin normal atau dengan komplikasi, termasuk
persalinan dengan SC.
Semua tenaga kesehatan yang bekerja di kamar bersalin, baik bidan maupun
perawat
Sumber dana :
Indikator Keberhasilan :
SWOT
S
3. Pengorganisasian
Struktur Organisasi
(terlampir)
a. Direktur Rumah Sakit :
Mengawasi pelaksanaan program
b. Ketua Pelaksana :
Merumuskan kebijakan program
Merumuskan jobdesk setiap kepala bidang
Mengorganisir pelaksanaan program dan evaluator dari setiap jobdesk kepala
bidang
Bertanggungjawab melaporkan hasil program dan evaluasi kepada Direktur
Rumah Sakit
c. Bendahara Program :
Mengatur pengeluaran dan pemasukan dana program yang berasal dari
program
d. Sekretaris Program :
Membuat surat masuk dan keluar yang dibutuhkan dalam pelaksanaan
program
Melakukan pengawasan kinerja bidang administrasi program
Bertanggungjawab melaporkan secara tertulis administrasi program kepada
ketua pelaksana
e. Kepala Bidang Survey Program :
Membuat konsep pelaksanaan survey
Mengorganisir staf pelaksana survey dan melakukan pengawasan kinerja
survey
Bertanggungjawab melakukan pelaporan secara tertulis dan
pelaksana
Merumuskan kriteria pelaksana program pelatihan kepada tenaga kesehatan
Mengorganisisr pelaksanaan pelatihan kepada tenaga kesehatan pelaksana
program
Mengorganisir staf pelaksana program
Bertanggungjawab melaporkan dan membuat laporan tertulis hasil
program
Membuat rumusan Standart Operational Procedure (SOP) poin-poin evaluasi
program
Mengumpulkan dan membuat laporan tertulis hasil evaluasi pelaksanaan
program dan melaporkan hasil tersebut kepada ketua pelaksana
4. Pelaksanaan
Waktu : Bulan Januari Juni 2014
Tempat pelaksanaan kegiatan : Rumah Sakit GAMBIR Malang
Pengawas : Ketua Pelaksana Program
Rencana Kegiatan :
a. Melakukan pelatihan kepada semua staf pelaksana dengan materi terkait
penatalaksanaan ketidaknyamanan selama persalinan dan pentingnya dukungan
staf kesehatan terhadap proses persalinan pada bulan Desember 2013.
b. Menjalankan program mother comfort
1. Mengkaji Status Emosional Wanita
Dengan bertanya, tenaga kesehatan akan mendapat jawaban berupa
cerita tentang kebutuhan emosionalnya, tentang bagaimana ia mengalami
distres. Pengetahuan ini akan membantu staf pelaksana untuk memberikan
dukungan emosional yang sesuai.
-
ruangan wanita
c. Melakukan evaluasi tiap 6 bulan
d. Mengadakan pelatihan tenaga kesehatan pelaksana program tiap 1 (satu) tahun
sekali. Masing-masing staf mendapatkan pelatihan sebanyak 4 kali selama 1
bulan, pada hari sabtu dan minggu (staf mengikuti staf secara bergantian).
5. Analisis Masalah
Dalam program mother comfort ini muncul beberapa permasalahan selama
proses pelaksanaannya. Masalah tersebut antara lain:
a. Ibu tidak kooperatif
b. Terkendala dana dalam memenuhi fasilitas yang dibutuhkan
c. Pencatatan dan pelaporan tidak lengkap
6. Pemecahan Masalah
a. Ibu tidak kooperatif
-
a. Hasil Monev 6 bulan bulan pertama menunjukkan hasil yang baik dengan rincian
-
Keuangan :
Adanya peningkatan income dari 50% menjadi 80%
Tim controlling yang terbentuk dapat berjalan dengan baik namun ada
beberapa kendala karena kekurangan SDM sehingga bila program ini
dilanjutkan perlu ditambah SDM.
Beberapa staf pelaksana program banyak yang pensiun ataupun pindah kerja
sehingga perlu perekrutan dan pelatihan staf pelaksana program
e. Pelaporan oleh ketua pelaksana program kepada direktur rumah sakit setiap 2
bulan