PROPOSAL SKRIPSI
OLEH
ENDANG SERTOWATI
126401150021
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2012, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai
dengan usia enam tahundalam memasuki pendidikan lebih lanjutsebagai
pendidikan yang diselenggarakan sebelum pendidikan dasar, memiliki kelompok
sasaran anak usia 06 tahun yang sering disebut masa emas perkembangan. PAUD
adalah investasi yang sangat besar bagi keluarga dan bangsa. Pendidikan yang
diberikan pada usia dini sebaiknya disesuaikan dengan usia perkembangannya,
termasuk salah satunya Taman Kanak-Kanak atau disingkat dengan sebutan TK.
Masa
kanak-kanak
merupakan
fase
yang
fundamental
dalam
objek
mengkonstruksi
di
lingkungannya
pengetahuannya.
untuk
Masa
memperoleh
kanak-kanak
pengalaman
merupakan
dan
masa
anak yang berada pada taman kanak-kanak atau TK berada pada fase
praoperasional.
Penggunaan
media
pembelajaran
dibutuhkan
untuk
menunjang
Nugraha
(2005:
1)
mengemukakan
bahwa
pengembangan
memperoleh pengetahuan baru dari hasil interaksinya dengan berbagai benda yang
diobservasinya.
Sejalan dengan hal itu, Slamet Suyanto (2005: 83) mengemukakan bahwa
kegiatan pengenalan sains untuk anak TK lebih ditekankan pada proses daripada
produk. Proses sains dikenal dengan metode ilmiah, yang secara garis besar
meliputi: observasi, menemukan masalah, melakukan percobaan, menganalisis
data, dan mengambil kesimpulan.
Melalui pengenalan sains tersebut, anak diarahkan untuk mengkonstruksi
pengetahuannya tentang adanya peristiwa-peristiwa alam (proses sains) dan
memiliki dorongan untuk melakukan penyelidikan, serta memiliki sikap positif
terhadap sains. Untuk menarik minat anak dalam mempelajari sains, maka setiap
anak diperkenalkan dengan cara para ilmuwan bekerja untuk mendapatkan fakta,
konsep dan teorinya. Untuk itu, sains perlu diperkenalkan anak sejak dini sesuai
dengan tahap-tahap perkembangan anak.
Menurut Usman Samatowa (2006: 137) keterampilan proses sains
merupakan keterampilan intelektual yang dimiliki dan digunakan oleh para
ilmuwan dalam meneliti fenomena alam. Keterampilan proses sains yang
digunakan oleh para ilmuwan tersebut dapat dipelajari oleh siswa dalam bentuk
yang lebih sederhana sesuai dengan tahap perkembangan anak.
Sesuai dengan kemampuan anak TK, keterampilan proses sains
hendaknya dilatih melalui percobaan sederhana. Percobaan tersebut melatih anak
menghubungkan sebab dan akibat dari suatu perlakuan sehingga melatih anak
berpikir logis. Kegiatan pembelajaran sains dalam pengembangan pembelajaran
sains juga dilakukan dengan cara bermain untuk menciptakan suasana yang
penggunaan alat dan pengukuran, yaitu melatih anak untuk menggunakan alat
ukur dengan teliti dan cermat.
Uraian dan kutipan-kutipan tersebut merupakan keterampilan proses sains
yang idealnya distimulasikan pada anak. Namun, dalam kenyataannya peneliti
mendapatkan beberapa kesenjangan.
Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, guru masih menggunakan metode
ceramah dan diskusi dalam praktek pembelajaran sains yang membuat anak
banyak mendengar, duduk, dan diam, sehingga anak kurang diberikan kesempatan
untuk memperoleh pengalaman nyata. Padahal hakikat pembelajaran sains adalah
memberikan pengalaman yang menantang sehingga memfasilitasi rasa ingin tahu
anak dengan menyuguhkan pembelajaran yang variatif, menyenangkan, serta
untuk mengobservasi dan mengeksplorasi berbagai macam objek fisik, alam, atau
kejadian-kejadian yang ada di lingkungan anak.
Kenyataan yang terjadi pada umumnya di TK dalam pembelajaran sains
anak masih mengalami kesulitan dalam mengembangkan keterampilan proses
sains dikarenakan guru hanya menggunakan metode pemberian tugas. Anak hanya
belajar dengan mendengarkan penjelasan guru kemudian anak mengerjakan tugas
berupa lembar kerja anak. Pemberian tugas ini belum dapat dipahaminya karena
anak tidak mengalami pengalaman langsung dalam suatu proses percobaan. Untuk
mendapatkan pengalaman dalam proses percobaan diperlukan fasilitas dan metode
yang mendukung melalui kegiatan yang bisa mencakup proses tersebut. Misalnya:
melalui observasi, diskusi, eksperimen atau media yang relevan. Pembelajaran
sains di TK sebaiknya dilakukan dengan metode pembelajaran yang dapat
memberikan kesempatan kepada anak untuk aktif dalam mengeksplorasi berbagai
ide-ide mereka. Sebagai bagian dari mekanisme belajarnya, anak-anak perlu
mengembangkan
sendiri
berbagai
hipotesis
dan
secara
terus
menerus
(eksperimen).
Kegiatan
yang
sering
dilatih
yaitu
kegiatan
Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk meningkatkan
keterampilan proses sains melalui media specemen benda tak hidup pada anak
kelompok B di TK Bachrul Ulum Karangduren Pakisaji, Malang.
10
11
Untuk
menghindari
kemungkinan
meluasnya
penafsiran
terhadap
permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, maka perlu disampaikan
definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Media specemen benda tak hidup
Media sepecement benda tak hidup merupakan media pembelajaran yang
berupa pasir, batu, tanah liat, magnet. Media specemen benda tak hidup ini
dilengkapi dengan gambar-gambar dan tulisan sehingga terlihat penjelasan
dari
makna
tersebut.
Dalam
penelitian
ini,
anak
dilatih
untuk
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Media Pembelajaran
12
13
14
Berupa awetan kering,yaitu bahan yang dijadikan specimen ini yaitu berupa
awetan yang sudah dikeringkan terlebih dahulu.
1. Herbarium,yaitu tumbuhan hasil pengawetan yang sudah dikeringkan
terlebih dahulu.
2. Taksidermi
Taksidermi adalah hewan hasil pengawetan, biasanya golongan vertebrata
yang dapat dikuliti. Pada pembuatan taksidermi, hewan dikuliti, organorgan dalam dibuang, untuk selanjutnya dibentuk kembali seperti bentuk
aslinya.Hewan-hewan vertebrata yang sering dibuat taksidermi misalnya
berbagai jenis mamalia, kadal atau reptil, dsb. Taksidermi seringkali
dipergunakan sebagai bahan referensi untuk identifikasi hewan vertebrata,
juga menunjukkan berbagai macam ras yang dimiliki suatu spesies. Selain
itu, tentu saja taksidermi dapat dijadikan sebagai media pembelajaran
biologi.
3. Insektarium, adalah sampel jenis serangga hidup yang ada di alam,sampel
15
1.
Pembuatan Herbarium
Awetan kering tumbuhan disebut herbarium, alat dan bahan yang digunakan
yaitu:
karton/duplek
kertas Koran
sasak dari bambu/tripleks
sampel tanaman
alat tulis
16
pulau tempat mengambil, (m. alt) ketinggian tempat pengambilan dari permukaan
air laut, (loc) kabupaten tempat pengambilan, dan (annotatione) deskripsi
spesimen tersebut.
2.
Pembuatan taksidermi
17
a. Lepaskan semua kulit dan daging dari tulang secara hati-hati. Jangan sampai
persendian terputus. Upayakan sebersih mungkin, sampai daging yang
melekat pada rangka seminimal mungkin.
b. Rendam rangka katak dalam bubur kapur. Bubur kapur dapat dibuat dengan
melarutkan CaO ke dalam air, dengan menambahkan sedikit KOH.
c. Bila tulang telah bersih, cucilah bubur kapur dari rangka.
d. Keringkan rangka dan atur posisinya pada suatu landasan yang telah
disediakan terlebih dahulu.
e. Pernis rangka katak tersebut, sehingga tampak lebih menarik dan membuat
tulang-tulang menjadi lebih awet.
f. Beri label atau keterangan pada awetan yang sudah jadi tersebut.
3.
Pembuatan insektarium
Insectarium adalah sampel jenis serangga hidup yang ada di kebun binatang,
18
1.
19
20
21
6) Tanah Liat
b. Apersepsi dengan menentukan topik/tema yang akan diteliti, misal:
Tema : Air, Api, Udara
Sub Tema : Air- benda-benda yang tenggelam dan terapung di dalam air
c. Guru menjelaskan tentang tenggelam dan terapung
Tenggelam
Tenggelam adalah semua bagian benda tercelup di air dan benda menyentuh
dasar air ( Haryanto, 2002:118). Berdasarkan konsep Archimedes, benda
akan tenggelam jika massa jenis benda lebih besar dari massa jenis cairan.
Contoh benda-benda yang tenggelam: batu kerikil, plastisin, besi, kawat,
paku, baut, dan lain sebagainya.
Terapung
Terapung adalah ada bagian benda yang berada di dalam air dan ada bagian
benda yang muncul dipermukaan (Haryanto,2002:118) . Berdasarkan konsep
Archimedes, Benda akan terapung jika massa jenis benda itu lebih kecil dari
massa jenis cairan. Contoh benda-benda yang terapung: daun, plastik, gabus,
tutup gelas plastik, dan lain sebagainya.
d. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada anak-anak mengenai
pengetahuan dan pengalamannya mengenai tema tersebut
e. Ajak anak bernyanyi lagu-lagu yang membangkitkan semangat anak,
misal: tik-tik bunyi hujan, dan sebagainya yang berkenaan dengan
tema.
2. Kegiatan inti
a.
b.
c.
d.
22
f. Anak diminta untuk memprediksi benda apa sajakah yang terapung dan
benda apa sajakah yang tenggelam? apakah benda besar selalu tenggelam?
dan benda kecil selalu terapung?
g. Berikan kesempatan kepada anak untuk melakukan eksperimen dan
mengamati percobaan
h. Mintalah anak untuk mencari persamaan dan perbedaannya kemudian
mengelompokkan benda-benda yang diamati
i. Setelah selesai mempraktekkan percobaan tersebut guru lalu mengajak anak
mengkomunikasikan dan menyimpulkan hasil eksperimennya dengan lesan
atau menggambar.
BENDA-BENDA TERAPUNG DAN TENGGELAM DALAM AIR
(pensil, pasir, kunci, spons, uang logam, batu, sendok, gabus, stereofoam dll)
Keterangan :
BENDA-BENDA TENGGELAM
Yang tenggelam : uang logam, batu, pasir, kunci, dan lain sebagainya
BENDA-BENDA TERAPUNG
Yang terapung : pensil, spons, stereofoam, dan lain sebagainya
j. Anak-anak dapat mengelompokan benda sesuai dengan hasil kegiatan
eksperimen atau menggambar sesuai imajinasi anak yang sudah disiapkan
guru.
k. Setelah selesai kemudian anak menjelaskan atau mengkomunikasikan hasil
kegiatan percobaan secara lisan.
B. Keterampilan Proses Sains
1. Hakikat Sains
Menurut Surjani Wonorahardjo (2010: 11) dari sudut bahasa, sains atau
Science (Bahasa Inggris) berasal dari bahasa latin, yaitu dari kata Scientia yang
23
24
pengetahuan ilmiah). Dimensi ini disebut juga produk ilmiah atau produk. Sains
yang paling banyak diperbincangkan dan tentu saja sangat penting.
Dimensi kedua adalah the prosesses of doing science (proses melakukan
sains). Dimensi ini disebut juga proses ilmiah atau proses sains yang juga sangat
penting karena mempelajari kegiatan yang harus dimiliki dalam memecahkan
masalah dalam kehidupan sehari-hari serta membekali peserta didik dalam
keterampilan berbagai aspek kehidupan di masa yang akan datang.
Dimensi ketiga terfokus pada the characteristic attitudes and dispositions
of science (karakteristik sikap dan pandangan sains). Dimensi ini disebut juga
sikap ilmiah atau sikap sains yang sangat penting dalam penguasaan dua dimensi
yang lainnya.
Untuk lebih rincinya bahwa sains sebagai proses disebut juga keterampilan
proses. Sains (science process skills) atau disingkat saja dengan proses sains.
Proses sains adalah sejumlah keterampilan untuk mengkaji fenomena alam
dengan cara-cara tertentu untuk memperoleh ilmu dan pengembangan ilmu itu
selanjutnya. Penguasaan proses sains adalah perubahan dalam dimensi afektif dan
psikomotor yaitu sejauh mana siswa mengalami kemajuan dalam proses sains
yang antara lain meliputi kemampuan observasi, klasifikasi, kuantifikasi,
inferensi, komunikasi dan proses lainnya.
Menurut Sarkim (Patta Bundu, 2006: 11) bahwa sains sebagai produk
berisi prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan teori-teori yang dapat menjelaskan dan
memahami alam dan berbagai fenomena yang terjadi di dalamnya. Oleh sebab itu
dikatakan pula bahwa sains merupakan suatu sistem yang dikembangkan oleh
manusia untuk mengetahui diri dan lingkungannya. Sains sebagai produk
keilmuan akan mencakup konsep-konsep, hukum-hukum, dan teori-teori yang
25
dikembangkan sebagai pemenuhan rasa ingin tahu manusia dan juga untuk
keperluan praktis manusia.
Iskandar (Patta Bundu, 2006: 11-12) mengemukakan bahwa sains sebagai
disiplin ilmu disebut produk sains karena isinya merupakan kumpulan hasil
kegiatan empirik dan analitik yang dilakukan para ilmuwan dalam bentuk faktafakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan teori-teori sains.
1) Fakta sains
Fakta adalah pertanyaan dan pernyataan tentang benda yang benar-benar ada
atau peristiwa-peristiwa yang betul-betul terjadi dan sudah dibuktikan secara
objektif.
2) Konsep sains
Konsep adalah suatu ide yang mempersatukan fakta-fakta sains yang saling
berhubungan. Konsep adalah kosa kata khusus yang dipelajari siswa. Siswa
diharapkan dapat menjelaskan konsep yang dipelajari, mengenai ilustrasi
konsep, kesamaan suatu konsep, dan mengetahui bahwa penggunaan konsep
itu benar atau salah.
3) Prinsip sains
Prinsip adalah generalisasi tentang hubungan diantara konsep-konsep sains.
4) Hukum sains
Hukum sains adalah prinsip-prinsip yang sudah diterima kebenarannya yang
meskipun sifatnya tentatif tetapi mempunyai daya uji yang kuat sehingga
dapat bertahan dalam waktu yang relatif lama.
5) Teori sains
Teori sains sering disebut juga teori ilmiah merupakan kerangka hubungan
yang lebih luas antara fakta, konsep, prinsip, dan hukum, sehingga merupakan
model, atau gambaran yang dibuat para ilmuwan untuk menjelaskan gejala
alam.
Selanjutnya, sikap sains atau sering disebut sebagai sikap ilmiah atau sikap
keilmuan. Dalam hal ini perlu dibedakan antara sikap sains (sikap ilmiah) dengan
26
sikap terhadap sains. Meskipun kedua konsep ini mempunyai hubungan tetapi
terdapat penekanan yang berbeda. Sikap terhadap sains adalah kecenderungan
pada rasa senang atau tidak senang terhadap sains.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan mengenai pengertian sains secara
substansial. Sains dapat dipandang baik sebagai suatu proses, maupun hasil atau
produk, serta sebagai sikap. Dengan kata lain sains dapat dipandang sebagai suatu
kesatuan dari proses, sikap, dan hasil.
Apabila kesimpulan tersebut dikaitkan dengan program pembelajaran sains,
maka ruang lingkup program pembelajaran sains yang akan dikembangkan
meliputi tiga substansi mendasar tersebut, yaitu pendidikan dan pembelajaran
sains berisi program yang menfasilitasi penguasaan proses sains, penguasaan
produk sains serta program yang menfasilitasi pengembangan sikap-sikap sains.
Dalam penelitian ini lebih fokus pada program pembelajaran sains yang
menfasilitasi penguasaan proses sains.
27
mengamati,
(b)
menggolongkan
atau
mengelompokkan,
(c)
28
Observing (mengamati)
Using space relationship (menggunakan hubungan ruang)
Using number (menggunakan angka)
Classifying (mengelompokkan)
Measuring (mengukur)
Communicating (mengkomunikasikan)
Predicting (meramalkan)
Inferring (menyimpulkan)
29
NO
KETERAMPILAN
PROSES
Mengamati
1
(observasi)
Tulisan / benda
1.5 mengurutkan berbagai peristiwa yang terjadi
secara simultan
1.6 memberikan (memberikan uraian) mengenai
suatu benda atau peristiwa
Mengklasifikasikan
(menggolongkan)
30
Meramalkan
(memprediksi)
Mengkomunikasikan
31
masalah
5.4 menentukan urutan langkah-langkah yang harus
ditempuh dalam suatu percobaan
5.5 ketelitian dalam penggunaan alat dan
pengukuran dalam suatu percobaan.
yang
dilakukan
dengan
membandingkan,
mencari
dasar
32
identifikasi
para
pengembang
pembelajaran,
khususnya
NO
Keterampilan Proses
Mengamati
a. Melihat
b. Meraba
a. Mencari persamaan dan mencari
Mengklasifikasi
perbedaan
b. Menggolongkan / Mengelompokkan
Meramalkan / memprediksi
a. Menentukan obyek
b. Merumuskan pernyataan penelitian
a. Berdiskusi
Mengkomunikasikan
33
mengelompokkan/
mengklasifikasi,
memprediksi
dan
untuk
34
secara nyata.
Pemikirannya akan lahir hal-hal yang bersifat orisinil. Anak akan mengenal
lebih baik objek atau lingkungan yang dipelajarinya. Dengan pengalaman
langsung intelektual anak akan menjadi terlatih secara simultan dan terus
menerus serta berpikir kritis.
e. Nilai sains bagi pengembangan kemampuan aktualisasi dan kesiapan anak
dalam mengisi kehidupannya. Kegiatan sains dapat membantu penyiapan
anak sebagai investasi dan sumber daya manusia masa depan yang cerah
Akumulasi dampak pembelajaran sains dapat meningkatkan kemampuan
aktualisasi dalam kehidupan yang lebih luas.
f. Nilai sains bagi perkembangan religius anak. Pembelajaran sains dapat
meningkatkan kesadaran religius dan apresiasi yang semakin tinggi tentang
keberadaan Sang Maha Pencipta serta untuh menumbuhkan rasa bersyukur
dan memuliakan Tuhan.
B. Anak TK Kelompok B
35
36
37
bersifat temporer atau sementara, dan senantiasa dialami oleh setiap anak
dalam proses perkembangannya.
b. Relasi sosial yang primitif
Relasi sosial yang primitif merupakan akibat dari sifat egosentris yang naif.
Ciri ini ditandai oleh kehidupan anak yang belum dapat membedakan antara
kondisi dirinya dengan kondisi orang lain atau anak lain di luar dirinya. Relasi
sosial anak dengan lingkungannya masih sangat longgar, hal ini disebabkan
karena anak belum dapat menghayati kedudukan diri sendiri dalam
lingkungannya.
c. Kesatuan jasmani dan rohani yang hampir tidak terpisahkan
Dunia lahiriah dan batiniah anak belum dapat dipisahkan, anak belum dapat
membedakan keduanya. Isi lahiriah dan batiniah masih merupakan kesatuan
yang utuh. Penghayatan terhadap sesuatu dikeluarkan atau diekspresikan
secara bebas, spontan, dan jujur baik dalam mimik, tingkah laku maupun
bahasanya.
d. Sikap hidup yang fisiognomis
Anak bersifat fisiognomis terhadap dunianya, artinya secara langsung anak
memberikan atribut/sifat lahiriah atau sifat konkrit, nyata terhadap apa yang
dihayatinya. Kondisi ini disebabkan karena pemahaman anak terhadap apa
yang dihadapinya masih bersifat menyatu (totaliter) antara jasmani dan rohani.
Anak belum dapat membedakan benda hidup dan benda mati.
Dari berbagai sifat dan karakteristik anak usia dini sebagai guru sebaiknya
memahami dari masing sifat, ciri khas, maupun karakteristiknya tersebut.
Mempersiapkan segala hal, baik dalam menjawab pertanyaan anak maupun
memberikan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristiknya tersebut.
3. Kemampuan sains anak TK Kelompok B
Untuk mengetahui konsep matematika, sains, ilmu lainnya serta cara
mengerjakannya, guru TK perlu memahami cara berpikir anak TK.
38
39
berbagai cara yang diketahui anak (misalnya, menurut warna, bentuk, ukuran); (3)
menyebutkan perbedaan dua buah benda; (4) mencoba dan menceritakan apa yang
terjadi, jika: warna dicampur, biji ditanam, balon ditiup lalu dilepas, benda-benda
dimasukkan ke air, bendabenda dijatuhkan, dan lain-lain.
Slamet Suyanto (2005: 93) mengemukakan topik dari beberapa kegiatan
pengenalan sains untuk anak usia 5-6 tahun (TK). Pembelajaran topik-topik sains
hendaknya lebih bersifat memberikan pengalaman tangan pertama (firsthand
experience) kepada anak, bukan mempelajari konsep sains yang abstrak,
diantaranya: (1) mengenal gerak, (2) mengenal benda cair, (3) mengenal
timbangan (neraca), (4) bermain gelembung sabun, (5) mengenal benda-benda
lenting, (6) bermain dengan udara, (7) melakukan percobaan sederhana, dan lain
sebagainya.
Menurut Rita Eka (2005: 33) ciri khas tahapan perkembangan kognitif praoperasional adalah cara berpikir prakonseptual dan intuitif, yaitu:
Cara berpikir prakonseptual adalah cara berpikir transduktif, artinya
menarik kesimpulan yang bersifat khusus. Selama tahap ini, anak mulai
membentuk konsep yang masih belum sempurna. Mereka mulai
mengklasifikasikan benda-benda dalam golongan tertentu berdasarkan prinsip
kesamaan, tetapi mereka masih banyak membuat kesalahan karena konsep mereka
itu.
Piaget dalam Ahmad Susanto (2011: 50) menyatakan bahwa usia 5-6 tahun
ini merupakan pra-operasional konkret. Pada tahap ini anak dapat memanipulasi
objek simbol, termasuk kata-kata yang merupakan karakterisitik penting dalam
tahapan ini. Hal ini dinyatakan dalam peniruan yang tertunda dalam imajinasi
pura-pura dalam bermain.
Sedangkan menurut Rusdinal, dkk (2005: 16-17) ciri-ciri anak usia 5-7
tahun adalah sebagai berikut:
40
a. kebanyakan anak usia ini masih berada pada tahap berpikir praoperasional
dan cocok belajar melalui pengalaman konkret dengan orientasi tujuan
sesaat;
b. mereka gandrung menyebut nama-nama benda, mendefinisikan kata-kata,
dan mempelajari benda-benda yang berada di lingkungan dunianya sebagai
anak-anak;
c. mereka belajar melalui bahasa lisan dan pada tahap ini bahasanya tengah
berkembang dengan pesat;dan
d. pada tahap ini anak-anak sebagai pembelajar memerlukan struktur kegiatan
yang jelas dan instruksi spesifik.
Lebih spesifiknya pada usia lima tahun, anak usia TK menurut Bredekamp
dan Copple (M Ramli, 2005: 196) yaitu: (1) suka mempraktikkan kemampuan
intelektual; (2) memahami beberapa kata-kata ukuran dan kuantitas, seperti:
separuh-semua; besar-kecil; lebih banyak-lebih sedikit; tertinggi-terpendek; (3)
mulai melihat hubungan antara kapasitas wadah yang berbeda-beda bentuk; (4)
dapat menyalin huruf-huruf besar nama tertentu (5) dapat memisahkan benda
berdasarkan ukuran, warna, bentuk, dan lain-lainnya.
Sebagai hasil pertimbangan dari beberapa keterbatasan pendekatan Piaget
untuk perkembangan kognitif, satu pendekatan telah disebut sebagai social
contruktivism karena menekankan peran aktif anak dalam membangun
pengertiannya sendiri. Dockett dan Perry (Rita Eka, 2005: 33) berpendapat
pendekatan ini menegaskan bahwa individu-individu, melalui interaksinya dengan
obyek dan orang-orang dalam dunianya, mengembangkan sederetan pengertian
dan pengetahuan personal. Lebih lanjut, pendekatan ini menegaskan peran aktif
anak dalam merasakan dan memahami pengalaman-pengalaman.
Adapun tingkat pencapaian perkembangan kognitif anak usia 5-6 tahun
adalah sebagai berikut (PERMENDIKNAS, 2009):
Tabel 3. Tingkat Pencapaian Perkembangan Kognitif Anak Usia 5-6 Tahun
No
a)
Lingkup Perkembangan
Pengetahuan umum dan
41
4.
b)
lambang bilangan
danh uruf
42
kanak-kanak
merupakan
masa
bermain,
maka
segala
proses
43
44
BAB III
METODE PENELITIAN
penelitian
yang
digunakan
yaitu
Penelitian
Tindakan
45
46
47
pembelajaran dan pada saat tindakan kelas yang berupa peningkatan kemampuan
ketrampilan proses sains melalui media sepecement benda tak hidup. Analisa data
yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif kuantitatif
dengan persentase. Perhitungan dalam analisis data menghasilkan persentase
pencapaian yang selanjutnya diinterperstasikan dengan kalimat. Menurut Anas
Sudjiono (1986: 43) rumus yang digunakan untuk mencari persentase adalah
sebagai berikut:
4. F Keterangan :
5. P = X 100 % P : Angka Persentase
6. N F: Frekuensi yang sedang dicari persentasenya
7. N: Jumlah responden (anak)
8. Dari hasil perhitungan yang telah diperoleh selanjutnya diinterperstasikan
ke dalam 4 tingkatan. Menurut Suharsimi Arikunto (1992:207) kriteria
interpretasinya adalah sebagai berikut:
9. 1. Kriteria baik, yaitu apabila nilai yang diperoleh anak antara 76% - 100%
10. 2. Kriteria cukup, yaitu apabila nilai yang diperoleh anak antara 56 % 75%
11. 3. Kriteria kurang baik, yaitu apabila nilai yang diperoleh anak antara
40%- 55%
12. 4. Kriteria tidak baik, yaitu apabila nilai yang diperoleh anak antara 0% 40%
3.7 Pengecekan Keabsahan Data
48
C. Desain Penelitian
Model penelitian digunakan untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang
penelitian yang akan dilaksanakan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
metode penelitian tindakan kelas (Action Research) dan menunjuk pada proses
pelaksanaan yang dikemukakan Kemmis dan McTaggart. Kemmis dan Mc
Taggart (Sujati, 2000:23) mengembangkan modelnya berdasarkan konsep yang
dikembangkan Lewin, dengan disertai beberapa perubahan. Dalam perencanaan
Kemmis dan McTaggart menggunakan siklus sistem spiral, yang masing-masing
siklus terdiri dari empat komponen, yaitu: rencana, tindakan, observasi dan
refleksi. Masing-masing komponen dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Rencana
Rencana tindakan apa yang akan dilakukan peneliti untuk memperbaiki,
peningkatan proses dan hasil belajar di kelas.
2. Tindakan
Apa yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya memperbaiki dan meningkatkan
kondisi pembelajaran yang ada sehingga kondisi yang diharapkan dapat tercapai.
3. Observasi
Peneliti mengamati hasil atau dampak dari tindakannya.
4. Refleksi
Peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas dampak dari tindakannya
dengan menggunakan beberapa kriteria. Berdasarkan hasil refleksi tersebut
peneliti melakukan modifikasi terhadap rencana tindakan berikutnya.
Kegiatan dalam tindakan divisualisasikan pada gambar di bawah ini:
Keterangan gambar:
1. Perencanaan
49
2. Pelaksanaan tindakan
3. Pengamatan/ observasi
4. Refleksi
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan tindakan
3. Pengamatan/ observasi
4. Refleksi
Secara rinci langkah langkah dalam setiap siklus dijabarkan sebagai berikut:
1. Perencanaan
Perencanaan dilakukan dengan mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan dalam
melaksanakan pembelajaran membaca permulaan, yaitu:
a. Menyusun RKH yang kemudian dikonsultasikan dengan guru kelas kelompok
B TK Bachrul Ulum. RKH ini digunakan guru sebagai acuan dalam
penyampaian pembelajaran yang akan dilaksanakan.
b. Mempersiapkan media pembelajaran yang akan digunakan waktu penelitian
c. Menyiapkan peralatan dan bahan yang digunakan dalam penelitian.
d. Menyusun dan mempersiapkan model pembelajaran eksperiment melalui
media sepecement benda tak hidup. Selanjutnya, untuk mengetahui sejauh
mana peningkatan ketrampilan proses sains yang dilakukan dengan media
tersebut.
e. Menyiapkan lembar observasi pelaksanaan pembelajaran untuk setiap
pertemuan yang digunakan untuk mengetahui ketrampilan proses sains
melalui media sepecement benda tak hidup.
f. Menyusun dan mempersiapkan buku gambar, krayon. dan kertas yang akan
diisi oleh anak.
g. Mempersiapkan kamera untuk mendokumentasikan aktivitas anak pada saat
proses pembelajaran berlangsung.
2. Pelaksanaan tindakan
50
kemampuan
perkembangan
anak
dengan
menggunakan
media
sepecement benda tak hidup yang telah dipersiapkan dalam perencanaan. Guru
yang melaksanakan pembelajaran adalah guru kelas kelompok B. Selama
pembelajaran berlangsung, guru akan mengajar berdasarkan RKH yang telah
disusun. Sementara peneliti melakukan pengamatan terhadap peningkatan
ketrampilan proses sains selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Tindakan
yang dilakukan bersifat fleksibel dan terbuka terhadap perubahan-perubahan dan
sesuai dengan apa yang terjadi dilapangan.
a. Kegiatan awal
Pada tahap awal pelaksanaan kegiatan pembelajaran didahului dengan
berdoa bersama yang dipimpin oleh salah satu anak didik yang mendapat
giliran. Kemudian guru mengajak anak untuk bernyanyi dan bertepuk
tangan. Sebelum kegiatan inti dimulai guru mengkomunikasikan tujuan
pembelajaran hari itu, dengan terlebih dahulu menyampaikan apersepsi
yang berkaitan dengan materi yang akan dilaksanakan, sehingga anak
nantinya dapat terlibat dalam pembelajaran bermakna.
b. Kegiatan inti
Pada tahap ini guru menyampaikan materi pembelajaran secara jelas sesuai
dengan RKH yang telah dibuat.
c. Kegiatan akhir
Pada kegiatan penutup, guru mengajak anak untuk melakukan diskusi dan
mengevaluasi mengenai kegiatan satu hari yang telah dilalui di sekolah.
3. Pengamatan/observasi
Observasi yang dilakukan dalam siklus ini adalah dengan observasi langsung yang
dilakukan oleh peneliti. Observasi dilaksanakan selama proses pembelajaran
berlangsung dengan panduan observasi yang telah dibuat. Pada tahap ini
51
hasil pengamatan
yang
dilakukan
Kriteria
Anak mampu
mengamati
Skor
Anak kurang
Deskripsi
Jika anak mampu:
a. mengidentifikasi ciri-ciri
benda/peristiwa
b. mengidentifikasi perbedaan serta
persamaan berbagai benda/peristiwa
Jika anak hanya mampu:
a. mengidentifikasi ciri-ciri
benda/peristiwa saja, atau
b. mengidentifikasi perbedaan serta
persamaan berbagai benda/peristiwa
saja
Jika anak tidak mampu:
52
mampu
mengamati
a. mengidentifikasi ciri-ciri
benda/peristiwa
b. mengidentifikasi perbedaan serta
persamaan berbagai benda/peristiwa
Kriteria
Skor
Anak mampu
mengklasifikasi
Anak kurang
mampu
mengklasifikasi
Deskripsi
Jika anak mampu mengelompokkan
benda berdasarkan ciri-ciri khususnya
dengan mandiri
Jika anak mampu mengelompokkan
benda berdasarkan ciri-ciri khususnya
dengan bantuan guru/teman
Jika anak tidak mampu
mengelompokkan benda berdasarkan
ciri-ciri khususnya
Kriteria
Anak mampu
meramalkan
Skor
Deskripsi
Jika anak mampu:
a. membuat dugaan berdasarkan pola/
hubungan
b. memperkirakan peristiwa yang akan
terjadi
Jika anak hanya mampu:
a. membuat dugaan berdasarkan pola/
hubungan saja, atau
b. memperkirakan peristiwa yang akan
terjadi saja
53
3
Kriteria
Anak mampu
mengkomunikasikan
hasil percobaan
Skor
Deskripsi
Jika anak mampu :
a. menyampaikan hasil kegiatan sains
secara lisan dengan jelas.
b. menyusun gambar / menggambar
sesuai dengan hasil percobaan sains
secara runtut/sistematis
Jika anak hanya mampu:
a. menyampaikan hasil kegiatan sains
secara lisan dengan jelas,saja atau
b. menyusun gambar / menggambar
sesuai dengan hasil percobaan sains
secara runtut/sistematis saja.
Jika anak tidak mampu:
a. menyampaikan hasil kegiatan sains
secara lisan, dan mampu
b. menyusun gambar / menggambar
sesuai dengan hasil percobaan sains
secara runtut/sistematis.