Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar belakang


Nenek moyang terdahulu sudah memamfaatkan tanaman untuk mengobati
berbagai penyakit. Tanaman gadung (Dioscorea hispida) di Indonesia dikenal
dengan beberapa nama daerah seperti sekapa, bitule, bati atau kasimun
(Anonymous, 2009). Tanaman gadung ini dapat dijumpai di beberapa wilayah di
Indonesia (Kay, 1973 dalam Putranto, 2002).
Namun, pemanfaatan umbi gadung masih terbatas pada pengolahan
tradisional menjadi keripik dan makanan pengganti beras, sagu dan jagung.
Keterbatasan tersebut disebabkan gadung dapat menyebabkan keracunan.
Senyawa racun pada gadung berupa senyawa glukosida sianogenik.Senyawa ini
dapat terpecah menjadi asam sianida apabila terhidrolisis oleh enzim atau berada
pada pH asam.
Pada sistem pencernaan yang bersuasana asam senyawa ini akan melepas
HCN yang bisa meracuni tubuh (Anonimous, 2004). Oleh karena itu detoksifikasi
harus difokuskan pada pengurangan senyawa kompleks tersebut. Menurut
Damardjati dkk. (1993), pengelompokkan kadar sianida adalah < 50 ppm tidak
beracun, 50-80 ppm agak beracun, 80-100 ppm beracun dan > 100 ppm sangat
beracun. Menurut Kordylas (1991) dalam Putranto (2002), untuk menghilangkan
racun sianida dapat dilakukan dengan pencucian atau perendaman. Cara lain
adalah proses fermentasi. Menurut Suliantari dan Rahayu (1990), kadar sianida
selama fermentasi akan turun. Proses fermentasi ini diharapkan akan
1

mempercepat pemecahan prekusor sianida sehingga terbentuk HCN yang lebih


mudah diuapkan pada proses pengeringan. Menurut Suryani dan Wesniati (2000),
HCN mempunyai sifat fisik mudah larut dalam air dan mempunyai titik didih
29C.
Masarakat belum dapat memamfaatkan dengan maksimal khasiat lain dari
umbi gadung Hal ini disebabkan oleh kandungan racun yang berupa senyawa
glikosida sianogenik, alkaloid dioscorin dan dehydrodioscorin, dan senyawa pahit
yang terdiri dari saponin dan sapogenin (Webster et al., 1984). Akan tetapi, saat
ini dioscorin, saponin dan turunannya sapogenin telah mendapat perhatian khusus
karena merupakan senyawa yang berpotensi sebagai obat (Sautour et al., 2007).
Kandungan dari umbi gadung belum banyak dimamfaatkan sebagai obat,
kebanyakan masarakat memamfaatkan sebagai bahan makanan dan olahan
menjadi cemilan karena kandungan karbohidrat yang tinggi. Pada penelitian akan
dilakukan skrining fitokimia umbi gadung dan melakukan uji aktifitas antibakteri
dan jamur dari ekstrak umbi gadung terhadap bakteri.
1.2 Rumusan masalah
Apakah zat yang terdapat pada umbi gadung (Dioscorea hispida) berupa
senyawa glikosida sianogenik, alkaloid dioscorin dan dehydrodioscorin, dan
senyawa pahit yang terdiri dari saponin dan sapogenin (Webster et al., 1984).
Dapat dimamfaatkan sebagai anti bakteri dan jamur
1.3 Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh zat saponin dan sapogenin
(Webster et al., 1984). Dapat dimamfaatkan sebagai anti bakteri dan jamur.

1.4 Manfaat penelitian


Penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi kepada seluruh
masarakat serta memberikaan data ilmiah tentang kegunaan dari Tanaman gadung
(Dioscorea hispida) dan juga salah satu pengobatan alamiah secara tradisional
untuk anti bakteri dan jamur.

Anda mungkin juga menyukai