Nenek moyang terdahulu sudah memamfaatkan tanaman untuk mengobati berbagai penyakit. Tanaman gadung (Dioscorea hispida) di Indonesia dikenal dengan beberapa nama daerah seperti sekapa, bitule, bati atau kasimun (Anonymous, 2009). Tanaman gadung ini dapat dijumpai di beberapa wilayah di Indonesia (Kay, 1973 dalam Putranto, 2002). Namun, pemanfaatan umbi gadung masih terbatas pada pengolahan tradisional menjadi keripik dan makanan pengganti beras, sagu dan jagung. Keterbatasan tersebut disebabkan gadung dapat menyebabkan keracunan. Senyawa racun pada gadung berupa senyawa glukosida sianogenik.Senyawa ini dapat terpecah menjadi asam sianida apabila terhidrolisis oleh enzim atau berada pada pH asam. Pada sistem pencernaan yang bersuasana asam senyawa ini akan melepas HCN yang bisa meracuni tubuh (Anonimous, 2004). Oleh karena itu detoksifikasi harus difokuskan pada pengurangan senyawa kompleks tersebut. Menurut Damardjati dkk. (1993), pengelompokkan kadar sianida adalah < 50 ppm tidak beracun, 50-80 ppm agak beracun, 80-100 ppm beracun dan > 100 ppm sangat beracun. Menurut Kordylas (1991) dalam Putranto (2002), untuk menghilangkan racun sianida dapat dilakukan dengan pencucian atau perendaman. Cara lain adalah proses fermentasi. Menurut Suliantari dan Rahayu (1990), kadar sianida selama fermentasi akan turun. Proses fermentasi ini diharapkan akan 1
mempercepat pemecahan prekusor sianida sehingga terbentuk HCN yang lebih
mudah diuapkan pada proses pengeringan. Menurut Suryani dan Wesniati (2000), HCN mempunyai sifat fisik mudah larut dalam air dan mempunyai titik didih 29C. Masarakat belum dapat memamfaatkan dengan maksimal khasiat lain dari umbi gadung Hal ini disebabkan oleh kandungan racun yang berupa senyawa glikosida sianogenik, alkaloid dioscorin dan dehydrodioscorin, dan senyawa pahit yang terdiri dari saponin dan sapogenin (Webster et al., 1984). Akan tetapi, saat ini dioscorin, saponin dan turunannya sapogenin telah mendapat perhatian khusus karena merupakan senyawa yang berpotensi sebagai obat (Sautour et al., 2007). Kandungan dari umbi gadung belum banyak dimamfaatkan sebagai obat, kebanyakan masarakat memamfaatkan sebagai bahan makanan dan olahan menjadi cemilan karena kandungan karbohidrat yang tinggi. Pada penelitian akan dilakukan skrining fitokimia umbi gadung dan melakukan uji aktifitas antibakteri dan jamur dari ekstrak umbi gadung terhadap bakteri. 1.2 Rumusan masalah Apakah zat yang terdapat pada umbi gadung (Dioscorea hispida) berupa senyawa glikosida sianogenik, alkaloid dioscorin dan dehydrodioscorin, dan senyawa pahit yang terdiri dari saponin dan sapogenin (Webster et al., 1984). Dapat dimamfaatkan sebagai anti bakteri dan jamur 1.3 Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh zat saponin dan sapogenin (Webster et al., 1984). Dapat dimamfaatkan sebagai anti bakteri dan jamur.
1.4 Manfaat penelitian
Penelitian ini di harapkan dapat memberikan informasi kepada seluruh masarakat serta memberikaan data ilmiah tentang kegunaan dari Tanaman gadung (Dioscorea hispida) dan juga salah satu pengobatan alamiah secara tradisional untuk anti bakteri dan jamur.