Odonto Log I
Odonto Log I
PENDAHULUAN
perdata.
ketepatannya yang tinggi sehingga nyaris menyamai ketepatan teknik sidik jari,
akan tetapi karena kenyataan bahwa gigi dan tulang adalah material biologis yang
paling tahan terhadap perubahan lingkungan dan terlindung. Gigi merupakan
sarana identifikasi yang dapat dipercaya apabila rekaman data dibuat secara baik
dan benar (Atmadja, 2004).
Dari latar belakang diatas rumusan masalah makalah ini adalah apakah
peran odontologi forensik dalam identifikasi korban.
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui ilmu odontologi forensik dasar.
2. Mengetahui peran dokter gigi dalam forensik.
3. Mengetahui perbedaan gigi sulung dan gigi permanen.
4. Mengetahui dasar-dasar penamaan gigi.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini adalah agar Mahasiswa Kedokteran Gigi
Institul Ilmu Kesehatan memahami tentang odontologi forensik.
1.5 Hipotesis
Odontologi forensik berperan dalam identifikasi dengan pembuatan data
post mortem dan data antemortem yang membantu penyidikan.
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
2.1 Forensik
Ilmu forensik diartikan sebagai penerapan dan pemanfaatan ilmu
pengetahuan tertentu untuk pengetahuan tertentu untuk kepentingan penegakan
hukum dan keadilan. Dalam penyidikan suatu kasus kejahatan, observasi terhadap
bukti fisik dan interpretasi dari hasil analisis (pengujian) barang bukti merupakan
utama dalam penyidikan tersebut (Made, 2012).
2.1.1
maupun mati, berdasarkan ciri khas yang terdapat pada orang tersebut. Identifikasi
juga diartikan sebagai suatu usaha untuk mengetahui identitas seseorang melalui
sejumlah ciri yang ada pada orang tak dikenal, sedemikian rupa sehingga dapat
ditentukan bahwa orang itu apakah sama dengan orang yang hilang yang
diperkirakan sebelumnya juga dikenal dengan ciri-ciri itu. Identifikasi forensik
merupakan usaha untuk mengetahui identitas seseorang yang ditujukan untuk
kepentingan forensik, yaitu kepentingan proses peradilan (Dr. Amri, 2000).
2.1.2
masih hidup atau yang sudah meninggal dunia adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi terhadap orang tak dikenal yang masih hidup
- Penampilan umum (general appearance) yaitu tinggi badan, berat
-
sebagainya.
Tugas melakukan identifikasi pada orang hidup tersebut menjadi
tugas pihak kepolisian. Dalam hal-hal tertentu dapat dimintakan
bantuan dokter, misalnya pada kasus pemalsuan identitas di bidang
identifikasi korban / barang bukti melalui data gigi nya baik itu data ante mortem
maupun post mortem untuk kepentingan peradilan (Djohansyah, 2006).
2.2.1 Ruang Lingkup Odontologi Forensik
Ruang lingkup odontologi forensik sangat luas meliputi semua bidang
keahlian kedokteran gigi. Menurut Djohansyah (2006) Batasan dari forensik
odontologi terdiri dari:
1. Identifikasi dari mayat yang tidak dikenal melalui gigi, rahang dan
kraniofasial.
2. Penentuan umur dari gigi.
3. Pemeriksaan jejas gigit (bite-mark).
4. Penentuan ras dari gigi.
5. Analisis dari trauma oro-fasial yang berhubungan dengan tindakan
kekerasan.
6. Dental jurisprudence berupa keterangan saksi ahli.
7. Peranan pemeriksaan DNA dari bahan gigi dalam identifikasi personal.
8. Peran dokter gigi forensik dalam kecelanaan massal.
2.3 Identifikasi Melalui Gigi Geligi
Menurut Sulistiyowati (2010) Identifikasi melalui gigi geligi dapat untuk
menentukan hal berikut:
a) Umur
Pada anak-anak perkiraan umur dapat dilihat dari jumlah gigi susu yang
tumbuh dan yang tanggal, dan pada dewasa pengamatan terhadap gigi orang
dewasa berdasarkan 6 hal, yaitu: keausan gigi (attrition), dentin sekunder ,
penurunan tepi gusi (gingival recession), penebalan cementum pada lapis luar
gigi, penyusutan akar, dan transparasi dentin.
b) Jenis Kelamin
Ukuran dan bentuk gigi juga digunakan untuk penentuan jenis kelamin.
Gigi geligi menunjukkan jenis kelamin berdasarkan kaninus mandibulanya.
Identifikasi jenis kelamin melalui gigi geligi ,antara pria dan wanita dapat
dibuat tabel sebagai berikut:
Gigi-Geligi
Outline bentuk gigi
Lapisan email dan dentin
Bentuk lengkung gigi
Ukuran cervico incicial
Wanita
Relatif lebih kecil
Relatif lebih tipis
Cenderung oval
Pria
Relatif lebih besar
Relatif lebih tebal
Tapered
Lebih kecil
Lebih besar
Lebih bulat
Lebih persegi
bawah
Outline incisive pertama
atas
Lengkung gigi
rambut, tulang, kuku, air liur, dan sperma/cairan vagina. Selain pada gigi,
golongan darah juga dapat diketahui dari saliva. Identifikasi golongan darah
korban melalui air liur atau saliva haruslah dibuat sediaan ulas pada TKP
maupun pada korban yang masih terdapat air liur baik masih basah maupun
sudah kering. Identifikasi golongan darah ini haruslah di Cross Check atau
pemeriksaan silang dengan keluarga yang sedarah semenda yaitu saudara
kandung, ayah dan ibu.Identifikasi ini disebut pula sebagai Pembuktian dari
tracing air liur atau Salivary Trace Evidence.
d) Ras
Setiap kelompok ras (Mongoloid, Caucasoid, Negroid) memiliki cirri-ciri
fisik yang berbeda, termasuk pada struktur tulang tengkorak dan gigigeliginya. Sebagian besar penduduk Indonesia adalah kelompok ras
mongoloid.
e) Kebiasaan
Identifikasi umur melalui gigi berdasarkan kebiasaan menggigit bendabenda keras baik pada gigi seri maupun gigi premolar ataupun gigi-gigi lain
yang mempunyai interdigitasi gigi atas dengan gigi bawah.
Identifikasi ini antara lain (Julianti, dkk., 2008):
f) Ciri Khusus
Jika pada korban dapat ditemukan ciri-ciri yang khas/spesifik, maka
penentuan identitas korban akan lebih mudah lagi. Beberapa cirri khas ini
antara lain misalnya: adanya gigi palsu terbungkus emas pada gigi depan,
ompong pada gigi depan, susunan gigi yang tidak teratur, gigi yang terlalu
maju dan rahang baeah yang terlalu lebih ke depan dari pada rahang atas.
2.4 Bitemark
Bite mark adalahk bekas yang ditinggalkan pada korban berupa suatu jejak
sampai suatu kehilangan oleh suatu susunan gigi geligi (gambar, letak, bentuk
ujung, susunan gigi geligi).
Klasifikasi bitemark adalah sebagai berikut :
1. Kelas I , Pola gigitan terdapat jarak dari gigi insisive dan kaninus.
2. Kelas II, Pola gigitan kelas II seperti pola gigitan kelas I tetapi terlihat
pola gigitan cusp buccalis dan palatalis maupun cusp buccalis dan cusp
lingualis tetapi derajata pola gigitannya sedikit.
3. Kelas III, Pola gigitan kelas III derajat luka lebih parah dari kelas II
yaitu permukaan gigit insisive telah menyatu akan tetapi dalamnya luka
gigitan mempunyai derajat lebih parah dari pola gigitan kelas II.
4. Kelas IV, Pola gigitan kelas IV terdapat luka pada kulit dan otot di bawah
kulit yang sedikit terlepas atau rupture sehingga terlihat pola gigitan
irreguler.
5. Kelas V, Pola gigitan kelas V terlihat luka yang menyatu pola gigitan
insisive, kaninus, dan premolar baik pada rahang atas maupun bawah.
2.5 Keuntungan Gigi Sebagai Objek Pemeriksaan
Menurut Lukman (2012) keuntungan gigi dijadikan sebagai objek
pemeriksaan pada identifikasi jenazah adalah sebagai berikut :
a) Gigi-geligi
merupakan
rangkaian
lengkungan
secara
anatomis,
antropologis dan morfologis mempunyai letak yang terlindung dari otototot bibir dan pipi sehingga apabila trauma mengenai otot-otot tersebut
terlebih dahulu.
b) Gigi-geligi sukar untuk membusuk kecuali gigi tersebut sudah mengalami
nekrotik atau gangren, biarpun dikubur, umumnya organ-organ tubuh lain
bahkan tulang telah hancur tetapi gigi tidak (masih utuh).
c) Gigi-geligi di dunia ini tidak ada yang sama karena menurut SIMS dan
Furnes bahwa gigi manusia kemungkinan sama adalah 1:1000000000.
d) Gigi-geligi mempunyai ciri-ciri yang khusus apabila ciri-ciri gigi tersebut
rusak atau berubah maka sesuai dengan pekerjaan dan kebiasaan
menggunakan gigi bahkan setiap ras mempunyai ciri yang berbeda.
e) Gigi-geligi tahan asam keras, terbukti pada peristiwa Haigh yang dibunuh
dan direndam di dalam drum berisi asam pekat, jaringan ikatnya hancur
sedangkan giginya masih utuh.
f) Gigi-geligi tahan panas, apabila terbakar sampai dengan suhu 400 0C gigi
tidak akan hancur, kecuali dikremasi karena suhunya diatas 10000C. Gigi
menjadi abu sekitar suhu lebih dari 6490C. Apabila gigi tersebut ditambal
menggunakan amalgam maka bila terbakar akan menjadi abu sekitar suhu
lebih dari 8710C, sedangkan bila gigi tersebut memakai mahkota logam
atau inlay alloy emas maka bila terbakar akan menjadi abu sekitar suhu
871-10930C.
g) Gigi-geligi dan tulang rahang secara roentgenografis, biarpun terdapat
pecahan-pecahan rahang pada roentgenogramnya dapat diinterpretasi
kadang-kadang terdapat anomali dari gigi dan komposisi tulang rahang
yang khas.
h) Apabila korban telah dilakukan pencabutan gigi umumnya ia memakai
gigi palsu dengan berbagai macam model gigi palsu dan gigi palsu tersebut
dapat ditelusuri atau diidentifikasi. Gigi palsu akrilik akan terbakar
menjadi abu pada suhu 5380C-6490C. Bridge dari porselen akan menjadi
abu pada suhu 10930C.
i) Gigi-geligi merupakan sarana terakhir dalam identifikasi apabila saranasarana lain atau organ lain tidak ditemukan.
2. Cara Zsigmondy
4. Cara Applegate
5. Cara Amerika
6. Cara Haderup
BAB III
CONCEPTUAL MAPPING
NBDJRUPKGIO
ouNeasid
kAnsitmRlgeo
etiamu.n
Syarat drg
melakukan
Odontologi
t
l
ekramnhifg
trekgaiF
s
i
t
r
aluniMko
rdanhue
ntk
t
e
ismkMrbdto
lPaiGDo
milsn
aius
r
l
i
Hukum
Odontolog
i forensik
BAB V
PEMBAHASAN
Ilmu Forensik dikatagorikan ke dalam ilmu pengetahuan alam dan
dibangun berdasarkan metode ilmu alam. Dalam padangan ilmu alam sesuatu
sesuatu dianggap ilmiah jika didasarkan pada fakta atau pengalaman (empirisme),
kebenaran ilmiah harus dapat dibuktikan oleh setiap orang melalui indranya
(positivesme), analisis dan hasilnya mampu dituangkan secara masuk akal, baik
deduktif maupun induktif dalam struktur bahasa tertentu yang mempunyai makna
(logika) dan hasilnya dapat dikomunikasikan ke masyarakatluas dengan tidak
mudah atau tanpa tergoyahkan (kritik ilmu). Ilmu kedokteran gigi forensik
memiliki nama lain yaitu forensic dentistry dan odontology forensic. Forensik
odontologi adalah suatu cabang ilmu kedokteran gigi yang mempelajari cara
penanganan dan pemeriksaan benda bukti gigi serta cara evaluasi dan presentasi
temuan gigi tersebut untuk kepentingan peradilan.
Pencatatan data postmortem menurut formulis DEPKES berwarna merah
dengan catatan victim identification pada mayat. fotografi kemudian proses
pembukaan rahang untuk memperoleh data gigi dan rongga mulut, lalu dilakukan
pencetakan rahang atas dan rahang bawah. Bila terjadi kaku mayat maka lidah
yang kaku tersebut diikat dan ditarik ke atas sehingga lengkung rahang bebas
untuk dilakukan pencetakan. Studi model rahang korban juga merupakan barang
bukti.
Dilakukan pencatatan gigi pada formulir odontogram sedangkan kelainankelainan di rongga mulut dicatat pada kolom tertentu. Catatan ini adalah lampiran
dari visum et repertum korban. Lalu dilakukan pemeriksaan sementara dengan
formulir baku mutu nasional dan internasional, lalu dituliskan surat rujukan untuk
pemeriksaan laboratorium dengan formulir baku mutu nasional pula. Setelah
diperoleh hasil laboratorium maka dilakukan pencatatan ke dalam formulir
lengkap baru dapat dibuatkan suatu berita acara sesuai KUHAP demi proses
peradilan. Visum yang lengkap ini sangat penting dengan lampiran-lampirannya
serta barang buktu dapat diteruskan ke jaksa penuntut kemudian ke sidang acara
hukum pidana.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Forensik odontologi adalah suatu cabang ilmu kedokteran gigi yang
mempelajari cara penanganan dan pemeriksaan benda bukti gigi serta cara
evaluasi dan
identifikasi korban / barang bukti melalui data gigi nya baik itu data ante mortem
maupun post mortem untuk kepentingan peradilan.
Identifikasi pada gigi geligi dapat digunakan untuk menentukan umur, jenis
kelamin, golongan
DAFTAR PUSTAKA