Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Dengan pui syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang maha esa, atas segala karunia dan
rahmat yang telah dilimpahkannya, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan karya
ilmiah yang berjudul GATAU APAAAA ini.
Karya ilmiah ini dibuat untuk menambah wawasan kami maupun pembaca terhadap
perkembangan Filsafat pada masa Yunani kuno .
Penulis menyadari dalam penulisan karya ilmiah ini masih banyak terdapat kekurangan,
sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
kesempurnaan karya ilmiah ini.
Akhirnya, semoga karya ilmiah ini dapat memberikan hasil dan manfaat bagi penulis maupun
pihak yang memerlukan dan semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa mencurahkan dan
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita. Amien.

Daftar Isi
Kata Pengantar............................................................................................................1
BAB I Pendahuluan
A.
B.
C.
D.

Latar Belakang...................................................................................................3
Rumusan Masalah..............................................................................................3
Tujuan Penulisan Karya Tulis............................................................................3
Manfaat Penulisan Karya Tulis..........................................................................3

BAB II Pembahasan....................................................................................................4
BAB III Penutup
A. Kesimpulan.......................................................................................................15
B. Saran.................................................................................................................15
Daftar Pustaka............................................................................................................16

BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Di era abad 21 ini, di mana akses untuk mencari ilmu sudah sangat mudah dan
praktis, kita perlu mengetahui bahwa di balik ilmu-ilmu yang kita pelajari tersebut
terdapat peran para ilmuwan dan filsafat. Kita seringkali tidak menyadari bahwa
kontribusi yang diberikan para ilmuwan dan filsafat pada zaman dahulu ternyata
sangat berpengaruh terhadap kehidupan kita saat ini.
Misalnya saja; Archimedes, Aristoteles, Herodotus, dan lain sebagainya. Nama-nama
tersebut terdengar familiar, bukan? Jasa-jasa mereka bermanfaat bagi kita dalam
mempelajari ilmu pengetahuan, filsafat, maupun untuk kelangsungan hidup kita
sehari-hari.
Untuk mengenal mereka lebih dekat sehingga kita bisa lebih menghargai jasa-jasa
mereka, kami akan membahas salah satu dari mereka yang mungkin terdengar asing,
yakni Solon.
B. Rumusan Masalah
1) Siapakah Solon itu?
2) Bagaimana kisah hidupnya?
3) Apa saja pencapaian-pencapaian Solon?
C. Tujuan
1) Mengetahui siapakah Solon itu.
2) Mengetahui kisah hidup dan kontribusi Solon terhadap kehidupan manusia.
3) Mengetahui apa saja pencapaian-pencapaian yang dilakukan Solon selama masa
hidupnya.
D. Manfaat
1) Sebagai wawasan baru mengenai salah satu orang penting di dunia ini.
2) Sebagai pembelajaran terhadap kami agar lebih menghargai para ilmuwan,
filsafat, dan sejenisnya.

BAB II
Pembahasan

Solon adalah seorang negarawan Athena, anggota parlemen dan penyair. Dia
dikenang atas usahanya untuk undang-undang terhadap penurunan politik,
ekonomi dan moral di Athena kuno. Reformasinya yang gagal dalam jangka
pendek, namun dia sering dikreditkan dengan peletakan dasar bagi demokrasi di
Athena.
Solon adalah seorang negarawan Athena yang paling dihormati sepanjang sejarah
Yunani Kuno bahkan hingga sekarang. Ia mengakhiri kontrol monopoli kekuasaan
para aristokrat eksklusif pemerintah dengan menciptakan sistem kontrol baru dan
memperkenalkan kode hukum baru yang lebih manusiawi. Selain dikenal sebagai
seorang politisi Athena sekaligus anggota parlemen, Solon juga adalah seorang
penyair ternama. Dia dianggap sebagai anggota parlemen inovatif pertama yang
mengatur dan menciptakan wadah bagi pembentukan demokrasi dan sistem
pemerintahan yang membuat Athena kuat dan termasyur selama berabad-abad.
Meskipun reformasinya berlangsung hanya dalam waktu yang relatif singkat, ia
tetaplah merupakan peletak dasar perkembangan hukum, demokrasi, ekonomi,
budaya, dan militer kota Athena. Solon juga dikenal sebagai salah satu dari Seven
Wise Men of Greece.
Solon dilahirkan pada tahun 630 SM dan wafat pada tahun 560 SM. Berdasarkan
kisah klasik Yunani, disebutkan ayah Solon bernama Execestides, ia berasal dari
keluarga bangsawan yang terpandang. Kemungkinan keluarga Solon juga adalah
pedagang sukses karena dia digambarkan sebagai seorang yang kaya. Selama
Solon hidup, orang-orang Yunani belum mulai menulis sejarah atau biografi.
Barulah pada abad ke-5 SM, kehidupan dan karya-karyanya mulai disatukan, yaitu
berupa puisinya (sekitar 300 baris atau lebih yang dilestarikan melalui kutipankutipan lisan namun kemungkinan hanya sebagian kecil dari keseluruhan puisipuisinya), kode hukumnya, tradisi lisan, dan lain-lain-nya tentang Solon.
Meskipun beberapa rincian tertentu belum terbukti benar, namun keakuratan dari
sebagian besar cerita tentangnya dapat diandalkan.
4

Kode Hukum tertulis pertama di Yunani bermula di kota Sparta pada tahun 800
SM yang dirancang oleh Lycurgus, sang peletak dasar hukum Sparta yang
terkenal. Hukum-hukum Sparta mengatur kehidupan warganya secara militer.
Melalui kepatuhan yang tinggi, orang-orang Sparta menjadi orang yang kuat,
disiplin, cakap, dan kuat berperang. Hukum mereka juga mengatur tentang
ketegasan, kebajikan individual, dan sosial. Athena saat itu belum memiliki
hukum tertulis, barulah saat Draco yang tiran berkuasa sebagai Archon/presiden
tahunan (621 SM), Athena memiliki kode hukum yang tertulis. Sebelum era
Darco, pemerintahan Athena dijalankan dengan sistem oligarki. Era sang tiran
Draco merupakan era kelam bagi warga Athena. Draco membuat undang-undang
yang mengacu pada hukuman yang sangat ekstrim dan sewenang-wenang bagi
sebagian besar warga Athena. Ketika seseorang bertanya Dracon mengapa ia
membuat hukum begitu ekstrim, dia menjawab: "Kita perlu hukuman mati untuk
mencegah kejahatan kecil, dan untuk yang lebih besar saya tidak bisa memikirkan
hukuman yang lebih besar". Masyarakat harus tunduk pada para aristokrat yang
memiliki tanah-tanah terbaik dan memonopoli pemerintah. Saat itu wagar Athena
dibagi-bagi dalam beberapa kelompok. Para petani miskin dengan mudah dibuat
ber-utang dan ketika mereka tidak mampu membayar maka mereka akan dijadikan
budak di tanah mereka sendiri, dan dalam kasus yang ekstrim, mereka dapat dijual
sebagai budak. Kelas menengah adalah petani yang cukup mampu, para pengrajin,
dan pedagang. Kelas ini sangat membenci diskriminasi yang mereka alami oleh
pemerintah. Peningkatan jumlah kelompok kriminal, kemerosotan ekonomi dan
politik telah memuncak dan hampir mencapai sebuah tahap yang dinamakan
revolusi rakyat. Disaat itulah Solon datang dengan menawarkan solusi, yaitu
bukan revolusi tapi reformasi.
Undang-undang Draconian tetap berlaku di Athena sampai direformasi oleh
Solon, yang kedatangannya sebagai reformator diatur dalam kesepakatan di
Cylon. Solon, yang terkenal bijaksana dan jujur dipanggil oleh para penguasa
oligarki (yang kembali memerintah).
Solon menjabat sebagai archon (kepala penguasa tahunan) pada tahun 594 SM,
sekitar 20 tahun kemudian ia pun diberi kekuasaan penuh sebagai refomator dan
legislator. Perhatian pertama-nya adalah meringankan penderitaan rakyat akibat
utang. Reformasi pertama Solon adalah melarang pemberian jaminan berupa
manusia, bahkan dengan persetujuan dari debitur, kreditur tidak bisa lagi secara
hukum memperbudak sang penjamin dan keluarganya. Mereka yang sudah
menjadi budak kemudian dibebaskan, dan mereka yang telah dijual kepada orang
asing kemudian dikembalikan ke Athena sebagai orang merdeka. Solon juga
memerintahkan agar semua utang (yang sebagian besar diberikan secara
sewenang-wenang) diputihkan, sehingga semua hipotik atas tanah bisa
dibebaskan. Menurut hukum Athena pada waktu itu, jika pinjaman tidak dilunasi
5

maka kreditur bisa menjual debitur dan keluarganya sebagai budak agar
mendapatkan uang untuk melunasi utang. Kekejaman dan arogansi orang kaya
menyebabkan orang miskin membentuk kelompok-kelompok untuk bertahan dan
menyelamatkan diri juga menyelamatkan orang-orang yang telah dijadikan budak
karena besarnya riba. Solon menebus seluruh tanah yang disita dan membebaskan
semua warga yang diperbudak, namun dia menolak tetap memenuhi semua
tuntutan masyarakat miskin termasuk pendistribusian tanah. Sebaliknya, ia
berusaha meningkatkan kesejahteraan umum dan menyediakan pekerjaan
alternatif bagi mereka yang tidak mampu bertani, seperti, pedagang, pengrajin,
dan profesi lainnya. Namun Solon justru dikecewakan oleh teman-temannya.
Sesaat sebelum ia memberlakukan hukumnya (yang membebaskan semua jaminan
dan utang), dia sempat memberitahukan rencana itu kepada beberapa teman yang
paling terpercaya. Mereka-pun segera pergi dan meminjam uang untuk membeli
tanah lalu memberikan tanah yang dibeli sebagai jaminan untuk pembayaran
kembali pinjaman. Ketika hukum tentang jaminan utang diterbitkan, maka utang
mereka diputihkan dan mereka kemudian memiliki tanah mereka secara cumacuma dan leluasa. Hal ini sempat menurunkan popularitas dan reputasi Solon.
Meski begitu, orang-orang terpelajar di Athena tetap memandang Solon sebagai
seseorang yang adil yang tidak memihak pada orang kaya maupun miskin, dan
mereka meminta Solon untuk memimpin Athena. Orang kaya setuju dipimpin oleh
Solon karena Solon juga berasal dari kalangan bangsawan kaya, dan orang miskin
setuju karena dia jujur. Tugas Solon sangatlah berbahaya dan sulit karena
keserakahan dan arogansi yang masih bercokol di Athena. Untuk menenangkan
kedua belah pihak, Solon mengatakan: "Keadilan tidak melahirkan perselisihan."
Untuk orang miskin, "keadilan" berarti kekayaan yang sama, dan untuk orang
kaya, "keadilan" berarti menjaga apa yang mereka dimiliki.
Baik kaya maupun miskin mendapat semua yang mereka butuhkan berkat
reformasi Solon. Namun orang miskin terus menuntut redistribusi kekayaan orang
kaya kepada orang miskin, orang-orang miskin menjadi kesal karena Solon tidak
mau menggunakan kekuasaannya untuk merebut milik orang kaya. Orang kaya
juga marah karena uang mereka hilang akibat utang-utang yang telah diputihkan.
Baik orang kaya dan orang miskin mulai membenci Solon karena tidak mengikuti
keinginan mereka, bahkan mereka yang sebelumnya ramah kepadanya sekarang
menatapnya sebagai musuh. Tapi seiring waktu berjalan, keberhasilan
reformasinya mulai menunjukkan hasil. Empati pada Solon pun mulai muncul di
hati warga Athena. Ketika orang Atena melihat hasil yang baik dari pelepasan
utang, mereka menunjuk Solon untuk mereformasi hukum publik mereka.
Beberapa poin dari kode hukum tertulis pertama di Athena dari era Draco (621
SM), masih berlaku. Konstitusi politik baru yang dibuat Solon menghapuskan
monopoli eupatridae. Ia membuat sensus pendapatan tahunan, khususnya untuk
mengetahui jumlah produksi biji-bijian, minyak, anggur, produk-produk utama
6

lainnya. Dia juga membagi warga menjadi empat kelompok pendapatan,


selanjutnya hak istimewa politik diberikan atas dasar pembagian ini, tanpa
memperhatikan status kelahiran mereka.
Kontribusi besar Solon untuk kebaikan masa depan Athena adalah kode hukum
barunya. Solon membatalkan hukum Drakon yang ekstrim. Solon hanya
menerapkan hukuman mati pada kasus pembunuhan. Solon menghukum siapapun
yang menolak untuk mengambil peran dalam reformasi dengan menghilangkan
semua hak-hak sipil mereka. Undang-undang ini untuk memastikan warga Athena
akan menolak hal-hal buruk, dan juga agar mereka tidak sekedar bersembunyi
untuk menunggu sampai mereka bisa melihat pihak yang akan menang. Solon
bersedia untuk memungkinkan orang-orang kaya terus menjadi perwira-perwira
militer, tapi juga ia ingin memungkinkan warga miskin untuk berpartisipasi dalam
pemerintahan. Karena itu ia menggolongkan warga sesuai dengan 4 kelas
pendapatan. Kelas terendah (thetes) tidak memenuhi syarat untuk pemilihan
jabatan apapun, namun thetes diizinkan untuk datang ke pengadilan dan para juri
mereka dapat memutuskan kasus berdasarkan pendapat kaum thetes. Undangundang Solon ini dianggap tidak jelas dan ambigu karena pengadilan memiliki
kekuatan signifikan untuk menafsirkan, tetapi bagi masyarakat miskin, hal ini
merupakan sebuah kehormatan besar.
Solon juga memperhatikan sektor ekonomi. Tanpa sesuatu yang bisa dijual,
Athena tidak bisa makmur. Oleh karena itu produk kerajinan menjadi penting
untuk kemakmuran kota ini. Di Era Solon, ekspor produk selain minyak zaitun
dilarang (karena terlalu banyak biji-bijian diekspor sehingga membuat penduduk
Attica justru kekurangan makanan), peredaran uang diciptakan (yang didasarkan
dari mata uang Athena asli yang disesuaikan dengan jenis koin negara tetangga,
yang telah digunakan sampai sekarang), bobot dan ukuran baru diperkenalkan.
Kemiskinan, meskipun tidak sepenuhnya hilang, namun berhasil dikurangi oleh
Solon. Solon membuat undang-undang bahwa seorang anak tidak terikat untuk
membantu ayahnya kecuali jika sang ayah meminta sang anak untuk membuat
beberapa kerajinan. Solon juga membuat hukum bahwa setiap orang harus
melapor setiap tahun tentang bagaimana ia mencari nafkah, dan siapa pun yang
diketahui sebagai pengangguran akan dihukum. Hukum diumumkan oleh Solon
ditulis pada papan. Seorang warga ditunjuk sebagai petugas publik untuk
mengawasi papan pengumuman itu.
Solon juga membentuk mahkamah agung, yang anggotanya adalah mantan
Archons [presiden tahunan] Athena. Solon yang melihat setelah undang-undang
penghapusan utang dibuat, warga mulai menjadi susah diatur dan arogan, maka ia
juga membentuk dewan 100-400 dari masing-masing empat kelompok di Athena.
Ini adalah sebuah badan legislatif tambahan, yang kekuatannya terbatas pada
pertimbangan dan debat tentang kasus yang belum diserahkan kepada masyarakat
7

untuk diputuskan. Tidak ada yang pernah diperiksa oleh empat ratus orang. Peran
Mahkamah Agung dan dewan 400 dapat meredam gejolak di masyarakat. Athena
pada waktu itu memiliki tiga faksi: fraksi orang-orang di bukit-bukit (yang
mendukung demokrasi), fraksi orang-orang dari dataran (yang mendukung
oligarki), dan orang-orang dari pantai (yang mendukung yang sistem campuran
dan berusaha mencegah salah satu dari dua fraksi lain berkuasa). Semua warga
negara berhak untuk menghadiri Majelis Umum (Ecclesia), yang menjadi badan
yang berdaulat dan berhak mengeluarkan undang-undang, juga pembuat
keputusan, memilih pejabat, dan mendengar banding dari keputusan yang paling
penting dari pengadilan. Juga, beberapa dari mereka secara bergantian dapat
menjadi anggota Heliea (pengadilan yang bisa memanggil pejabat tinggi ke
persidangan bila diperlukan). Kelompok ter-miskin merupakan pengecualiannya.
Pos-pos pemerintahan yang lebih tinggi disediakan bagi warga dari dua kelompok
berpenghasilan teratas. Dengan demikian, dasar-dasar demokrasi di masa depan
diletakkan. Tapi elemen konservatif yang bernama Dewan lama Bukit Ares
(Areopagus) masih tetap kuat, dan masyarakat sendiri untuk waktu yang lama
lebih suka mempercayakan posisi yang paling penting kepada anggota keluarga
aristokrat tua. Solon juga mencoba untuk mereformasi moral orang Athena. Dia
menghapuskan beberapa undang-undang yang menyebutkan hanya laki-laki yang
berhak untuk memiliki properti dalam jumlah besar. Juga, ia memberikan setiap
warga negara hak untuk mengambil tindakan hukum atas nama warga lain dan
mewajibkan setiap orang untuk mengambil bagian dalam perang.
Salah satu alasan pemberlakuan kebijakan wajib militer, selain untuk melindungi
Athena, juga karena adanya perselisihan panjang antara orang Athena dan orang
Megarians untuk memperebutkan pulau Salamis. Orang-orang Athena yang bosan
pada perang kemudian mengesahkan undang-undang yang mengatakan bahwa
siapa pun yang menganjurkan invasi ke pulau Salamis akan mati. Solon melihat
bahwa sebagian besar pemuda ingin menyelesaikan peperangan tetapi mereka
takut adanya karena undang-undang. Jadi Solon pura-pura gila! Sebuah rumor
menyebar bahwa Solon telah membuat beberapa puisi gila dan sekarang benarbenar kehilangan akal-sehatnya. Lalu suatu hari ia muncul di pasar dan berdiri di
tempat pembicara. Semua orang Athena berkumpul untuk mendengar Solon, yang
telah dianggap gila, berbicara. Masih dengan pura-pura gila, Solon menyanyikan
sebuah lagu dari lebih dari seratus ayat tentang Salamis. Puisi itu diucapkan
dengan hati-hati oleh Solon untuk membuat orang-orang memaafkannya karena
melanggar undang-undang tentang larangan penyerbuan pulau Salamis. Tak lama
kemudian, undang-undang itu dicabut, dan orang Athena dituntut perang dengan
semangat yang lebih besar daripada sebelumnya. Solon, yang telah pulih dari
kegilaannya, terpilih menjadi pemimpin warga Athena untuk merebut Salamis.
Salamis saat itu telah diduduki oleh pasukan Megarians. Solon mengirim matamata disana untuk memberitahu pasukan Megarians ada kesempatan besar untuk
menculik wanita paling mulia di Athena, yang sedang merayakan festival di kuil
8

Venus. Sebenarnya cerita bahwa para wabita bangsawan sedang merayakan


sebuah festifal di kuil Venus adalah benar, tapi pasukan Megarians tidak
menyadari bahwa Solon sudah tahu mereka akan datang. Ketika ia melihat layar
kapal pasukan Megarians yang datang dari arah Salamis, Solon lalu menggantikan
para wanita bangsawan di festifal itu dengan laki-laki yang mengenakan pakaian
wanita. Pasukan Megarians tidak bisa membedakan dari kejauhan. Mereka-pun
mendarat dan melabuhkan kapal mereka, lalu melompat ke air dalam keinginan
mereka untuk mendapatkan wanita. Semua pasukan Megarians yang dating ke
Athena tewas, kemudian pasukan Athena berlayar ke Salamis dengan
menggunakan kapal Megarians dan merebut pulau Salamis dari pasukan Megarian
yang tersisa, yang terkejut melihat kedatangan pasukan Athena. Athena pun
memenangkan pertempuran merebut pulau Salamis.
Dikisahkan bahwa suatu hari, salah satu dari Tujuh Orang Bijak yang bernama
Anacharsis (yang merupakan salah satu dari golongan orang majus) datang
mengunjungi Solon di Athena. Ketika Anacharsis melihat demokrasi di Athena, ia
mengatakan bahwa hal itu adalah hal yang aneh karena di Athena orang bijak
berbicara dan memutuskan hal-hal bodoh. Solon mengagumi pria ini dan dia
menyambut Anacharsis sebagai tamunya untuk waktu yang lama. Solon
menunjukkan Anacharsis beberapa undang-undang yang ia susun untuk Athena.
Anacharsis menertawakan Solon karena ia tidak bisa membayangkan
ketidakjujuran dan keserakahan orang Athena mampu dikendalikan oleh hukum
tertulis. Undang-undang tersebut, menurut Anacharsis, seperti sarang laba-laba
yang menangkap orang yang lemah dan miskin tetapi orang kaya dapat merobek
dan melaluinya. Ketika Solon pergi mengunjungi salah satu dari Tujuh Orang
Bijak lainnya yaitu Thales dari Miletus, Solon bertanya mengapa Thales tidak
menikah dan memiliki anak. Thales memberikan jawaban dengan cara yang tidak
biasa yaitu dengan menyewa seorang aktor, yang beberapa hari kemudian berpurapura baru saja tiba dari Athena. Solon menanyakan kabar terbaru pada aktor ini,
dan aktor itu menjawab seperti yang telah diinstruksikan oleh Thales. Dia
mengatakan bahwa tidak ada yang penting yang terjadi, kecuali ada pemakaman
seorang pria muda yang meninggal saat sang ayah sedang pergi. "Kasihan," kata
Solon, " Tapi siapa namanya?" makin lama Solon makin khawatir, sampai
akhirnya Solon menjawab pertanyaannya dengan menyebut namanya sendiri. "Itu
orang itu!" kata sang aktor, dan wajah Solon-pun sedih sementara Thales
mengawasi tanpa ekspresi. Setelah beberapa saat, Thales datang dan berkata
kepada Solon: "Kau bertanya mengapa aku tidak menikah dan punya anak... Nah
sekarang kau mengetahui alasannya. Terlalu sulit bahkan untuk ditanggung olehmu yang memiliki semangat dan berani. Tapi jangan khawatir, itu semua bukan
apa-apa kecuali kebohongan." Solon memahami maksud Thales. Thales ingin
menunjukkan bahwa kurangnya pertimbangan dan keberanian dalam membuat
keputusan-keputusan yang baik karena kita takut kehilangan orang-orang terdekat
seperti keluarga. Bahkan kebajikan kita, yaitu milik kita yang paling berharga,
dapat hilang karena sakit penyakit. Jiwa kita memiliki kecenderungan bawaan
9

yaitu kasih sayang, dan ketika kasih sayang itu tidak bisa memperbaiki sang anak
yang juga berusaha melakukan hal-hal lainnya, maka kesedihan yang datang
selalu sama.
Ketika Solon menuntaskan reformasi-nya, ia meninggalkan Athena untuk berlayar
keliling dunia. Sebelum ia pergi, ia memaksa orang Athena menandatangani
kontrak bahwa mereka akan menjaga reformasi itu selama setidaknya 10 tahun
sebelum mereka membuat perubahan dalam sistem politik. Dengan cara ini Solon
ingin mencegah ketidakstabilan politik sampai kota menjasi kuat dan pulih dari
masalah politiknya. Namun, hanya empat tahun setelah Solon telah pergi,
Pesistratus, yang memanfaatkan pertengkaran antar fraksi, mengambil alih
kekuasaan di Athena dan menjadikan dirinya dan keluarganya sebagai tiran.
Selama perjalanannya di seluruh dunia, Solon bertemu orang-orang baru dan
peradaban baru. Hal ini membuatnya menjadi semakin bijaksana.
Dalam kunjungannya ke Lydia, Solon bertemu dengan Raja Croesus. Penduduk
lokal di Lydia memuji sang raja dan menganggap bahwa ia adalah pria paling
bahagia di bumi. Namun Solon menjawab bahwa tidak ada orang bahagia sebelum
dia meninggal, yang berarti bahwa keberuntungan dapat berubah tiba-tiba, dan hal
mungkin berubah dari satu hari ke hari lain (beberapa tahun kemudian, Raja
Croesus kehilangan kerajaannya karena serbuan Persia). Raja Croesus, yang pada
saat itu adalah orang terkaya di dunia, mengundang Solon untuk datang dan
mengunjunginya di istananya. Solon tiba, dan setelah memasuki istana ia melihat
seorang pria berpakaian mewah dan disertai oleh rombongan budak dan tentara,
sehingga Solon menganggap bahwa orang ini pastilah Raja Croesus. Tapi ternyata
dia hanya seorang pejabat kecil di pengadilan kerajaan. Solon kemudian
melanjutkan langkahnya memasuki istana, ia melihat beberapa pejabat lain yang
berpakaian sangat mewah. Akhirnya Solon dipersilahkan masuk ke ruangan raja
dan didalam ruangan itu raja Croesus telah menunggu dengan mengenakan
pakaian yang sangat indah dan perhiasan yang sangat mewah.
Solon tidak silau dengan kemewahan itu. Raja Croesus yang mengetahui hal ini
kemudian memerintahkan agar rumah-rumah tempat pemnyimpanan hartanya
dibuka agar Solon bisa melihat banyaknya pakaian yang indah yang Raja Croesus
miliki miliki, juga banyaknya emas, perak, dan permata milik sang Raja. Solon
tetap berlaku sopan saat memandang semua itu. Sang raja pun datang kembali
menemui Solon dan berkata, "Ya Solon," kata Croesus, "pernahkah kamu melihat
orang yang lebih beruntung dari aku, Raja Croesus ini?" Tanya sang Raja dengan
bangganya. Solon menjawab:.. "Ya, aku pernah, dia adalah Tellus, warga Athena.
Dia adalah pria jujur yang mendidik anak-anaknya dengan baik dan
mempersiapkan anak-anaknya dengan baik untuk mengabdi pada Athena. Dia

10

terus hidup hingga memperoleh cucu, lalu ia meninggal dengan mulia, yaitu saat
berjuang untuk negaranya." Jawab Solon.
Jawaban Solon membuat Raja Croesus marah, namun Solon menenangkan dia
dengan menambahkan: "Oh raja perkasa dari Lidya, para dewa telah memberi
kita, orang-orang Yunani, hanya hal-hal kecil, dan kebijaksanaan kita hanya halhal kecil, bukan suatu hal penting yang setaraf pentingnya dengan Anda. Kami
mempertimbangkan bagaimana kehidupan seseorang begitu banyak tergantung
pada kesempatan, dan bagaimana bencana bisa datang kepada kita yang membuat
kita benar-benar terkejut, jadi kami tidak menganggap siapa pun untuk menjadi
sukses sampai ia meninggal dengan baik, dan nasib baiknya utuh sampai akhir.
Jika tidak, jika kita mengatakan bahwa seorang pria itu sukses, namun ada begitu
banyak yang masih bisa terjadi padanya, kita akan seperti tentara merayakan
kemenangan sebelum pertempuran berakhir." Kata-kata itu dapat diterima oleh
raja sehingga raja megijinkan Solon keluar istana dan selamatlah nyawanya.
Kebetulan Solon bertemu Aesop, penulis dongeng terkenal, yang juga telah
diundang ke istana Croesus. Aesop mengatakan: "Apakah seharusnya kita tidak
datang ke orang-orang yang perkasa, atau haruskah kita mencoba untuk
menyenangkan mereka." Tapi Solon menjawab: " Apakah seharusnya kita tidak
datang ke orang-orang yang perkasa, atau haruskah kita memberitahu mereka
kebenaran."
Tidak lama setelah kejadian itu, Raja Croesus dikalahkan oleh Raja Cyrus dari
Persia. Croesus kehilangan kerajaannya dan dipenjarakan. Ia diikat di tiang, dan
akan segera dibakar hidup-hidup sebagai hiburan bagi Cyrus. Saat itu, Croesus
berteriak Solon nama tiga kali. Cyrus kemudian menghentikan proses hukuman
mati itu dan bertanya pada Croesus, apakah Solon ini adalah manusia atau salah
satu dewa. Croesus menjawab: "Dia adalah salah satu dari orang-orang bijak dari
Yunani, yang saya diundang ke istana saya. Bukannya aku belajar darinya, saya
malahan begitu marah padanya saat ia mungkin menganjurkan hal-hal baik pada
saya saat itu. Kehilangan semua hal itu sekarang lebih menyakitkan daripada
kehilangan kenikmatan yang menyenangkan. Kekayaan saya sesungguhnya
hanyalah berupa kata-kata dan pendapat saya semata, dan sekarang saya dibawa
untuk dibakar di tiang. Solon melihat saya dalam sebuah kemewahan yang bodoh
dan meramalkan penderitaan saya sekarang. Dia memperingatkan saya bahwa
saya harus mempertimbangkan akhir hidup saya, dan tidak membanggakan sebuah
tanah yang menjerumuskan, karena tidak ada manusia yang bahagia sampai ia
meninggal dengan baik". Cyrus menilai ajaran Solon adalah suatu hal yang baik
dan sangat penting. Dia pun membebaskan dan mengangkat Croesus sebagai salah
satu penasihatnya yang paling dihormati di istananya.
Sementara Solon pergi mengelilingi dunia, tiga faksi (Hill, Plain, dan Shore)
mulai bertengkar lagi. Meskipun mereka terus memelihara kode hukum Solon,
namun masing-masing dari mereka hanya menerapkan beberapa perubahan yang
11

mungkin memberikan keuntungan pada mereka. Solon sudah terlalu tua untuk
berperan aktif ketika ia kembali di Athena, tetapi ia bertemu secara pribadi dengan
para pemimpin dan mencoba untuk menenangkan konflik partisan.
Pada saat itu, muncul-lah Pisistratus, yang memimpin para penduduk miskin, yang
tampaknya yang paling matang dari para pemimpin lain. Pisistratus adalah
pembicara ulung dan penip yang sangat licin. Dia menipu orang miskin dan
bahkan Solon, sampai-sampai saat itu Solon berkata, Hanya apabial cacing
ambisi (ambisi jahat) bisa dipetik dari kepala Pisistratus barulah tercipta kondisi
warga yang lebih baik.
Suatu hari, Pisistratus mengoleskan darah pada tubuhnya dan dia muncul secara
dramatis di pasar. Dia mengatakan kepada orang-orang bahwa musuh-musuh
mereka, para orang kaya, telah melakukan ini padanya karena dia adalah teman
dari orang miskin. Salah satu pengikutnya kemudian membuat gerakan untuk
menunjuk lima puluh orang pengawal untuk melindungi sang martir pembela
rakyat. Solon mengetahui trik ini, tapi kelompok orang miskin telah bertekad
untuk membela Pisistratus, dan orang-orang kaya takut untuk melawannya.
Tidak ada yang mempertanyakan Pisistratus mengapa saat ia mengumpulkan lebih
dari lima puluh orang bersenjata di sekelilingnya. Tidak ada yang memperhatikan
apa yang akan Pisistratus lakukan sampai suatu hari ia merebut benteng kota dan
menjadikan dirinya menjadi seorang tiran (561 SM). Orang-orang kaya
menyelamatkan nyawa mereka dengan melarikan diri dari Athena.
Tapi warga Athena tidak melakukan apa pun, dan Solon tetap tinggal di rumahnya dan menulis puisi-puisi yang menyedihkan. Teman-temannya
memperingatkan dia untuk keluar dari Athena, atau setidaknya tidak mengkiritik
Pisistratus melalui pidato secara terbuka. Mereka bertanya mengapa dia berpikir
bahwa dia aman untuk mengkiritik Pisistratus dan dengan berani melawan sang
tiran, namun Solon menjawab: "Usia saya." Pisistratus, bagaimanapun, selalu
menghormati Solon, dan terus-menerus berkonsultasi padanya. Dia memelihara
sebagian besar undang-undang Solon, dan bahkan mentaatinya. Solon pun sudah
lemah dan tua, dan tidak ada orang bersedia untuk berdiri membelanya, tapi dia
tetap pergi ke pasar dan memarahi orang Athena karena terlalu takut Pisistratus
dan kelompoknya dan meminta warga Athena merebut kembali kebebasan
mereka. Solon berteriak pada warga Athena melalui pidatonya. Solon mengatakan
kepada warga Athena bahwa mereka memang cerdas sebagai individu, tapi secara
kolektif mereka membuat satu kebodohan besar. Solon kemudian pergi
meninggalkan Athena. Orang-orang Athena tetap menghormatinya dengan
berkatabahwa ia lebih bijaksana daripada orang-orang bijak yang lain, mereka
juga menganggapnya sebagai orang yang lebih berani daripada mereka yang
mengerti apa yang sedang terjadi tapi tidak berani berbicara dan menentang
kedatangan seorang tiran.
12

Tirani Pisistratus dan anak-anaknya berlangsung dari 561-510 SM. Kleisthenes


memimpin sekelompok bangsawan Athena yang diasingkan untuk memberontak
melawan tirani dinasti Pisistratus. Mereka dibantu oleh tentara dari Sparta yang
bersedia menolong orang Athena membebaskan diri dari tiran mereka.
Solon wafat di Siprus, lama setelah tirani Pisistratus mengambil alih kekuasaan di
Athena. Setelah kematiannya, Solon tetap dikenang sebagai orang bijak dengan
ide-ide inovatif. Beberapa dekade kemudian, seorang negarawan Athena yaitu
Pericles mendirikan demokrasi Athena yang terkenal yang mengacu pada kode
hukum Solon dan reformasi yang dilakukan oleh Solon. Hingga saat ini Solon
dianggap sebagai pendiri sistem pemerintahan demokrasi yang kita kenal
sekarang.
Dasar-dasar hukum yang dibuat oleh Solon juga kode-kode hukumnya, menjadi
dasar hukum Athena selama berabad-abad, yang dikemudian hari di adopsi oleh
hukum Romawi yang kemudian menjadi cetak biru hukum modern sekarang ini.
Dari semua perjalanan Solon mengelilingi dunia, kunjungannya ke Mesir lah yang
paling terkenal, meskipun hanya diceritakan secara singkat, bahkan jauh lebih
singkat dari cerita-cerita kunjungannya ke negeri lain yang berhasil dibukukan
berabad-abad kemudian.
Dalam perjalanan di Mesir, seperti yang Plato kisahkan melalui Criteas dan
Timaeus-nya, Solon bertemu dengan seorang imam,yang menceritakan kepada
Solon, kisah tentang sebuah negeri makmur yang hilang ditelan banjir dalam satu
hari satu malam karena murka dewa. Negeri inilah yang sekarang dikenal sebagai
Atlantis yang hilang. Konon Imam itu bernama Sonchis. Sonchis yang hidup
sekitar tahun 594 SM (menurut Plutarch) adalah adalah seorang pendeta Mesir
(yang disebutkan dalam tulisan-tulisan Yunani yang berkaitan dengan kisah
Atlantis) dan berasal dari kota Sais, sehingga dia dikenal dengan nama Sonchis
dari Sais (Yunani Kuno: ) namun eksistensi dalam sejarah masih
dalam perdebatan.
Dialog yang ditulis Plato dalam Timaeus (ditulis sekitar 360 SM) juga fragmennya dalam Critias, menceritakan bagaimana negarawan dari Athena, yaitu Solon
melakukan perjalanan ke Mesir, disana dia singgah ke kota Sais, dan kemudian
menemui para imam yang melayani dewi Neith. Seorang imam tua mengatakan
kepadanya bahwa 9.000 tahun lalu (terhitung mundur saat Solon mengunjungi
Sais), Athena telah berperang melawan kekuatan besar dari Atlantis, suatu negeri
yang kemudian hancur karena bencana. Saat itu, pasukan telah menguasai Mesir,
lalu mereka kemudian menyerbu tanah Yunani. Pasukan Yunani yang dipimpin
oleh orang-orang Athena berhasil memenangkan perang dan menghalau pasukan
Atlantis dari Yunani, sehingga pasukan Atlantis bukan saja mundur dari Yunani
13

melainkan juga meninggalkan Mesir. Sebagai ucapan terima kasih pada orang
Athena, sang imam mewariskan kisah Atlantis yang telah lama disimpan kepada
Solon. Dialog Plato tidak menyebutkan nama sang imam, tapi Plutarch (46-120
M), dalam biografi Solon yang ditulis olehnya, menyebutkan imam tua itu
bernama Sonchis. Plutarch memberikan penjelasan yang lebih rinci tentang Solon
saat dia mengunjungi Mesir dan menerima nasihat dari pendeta Mesir (dalam
bukunya On Isis dan Osiris). Dikatakan bahwa Thales, Eudoxus, Solon,
Pythagoras, (ada yang mengatakan Lycurgus juga) dan Plato, mengunjungi Mesir
(tidak bersama-sama, mereka mengunjungi Mesir pada waktu yang berbeda) dan
berbincang dengan para imam disana. Eudoxus menemui Chonupheus dari
Memphis, Solon menemui Sonchis dari Sais, dan Pythagoras menemui Oenuphis
dari Heliopolis. Solon mempelajari catatan kuno disimpan oleh orang Mesir, lalu
kemudian dia-lah yang pertama meneruskan kisah Atlantis pada orang-orang
Yunani. Plato (427-347 SM), yang masih merupakan kerabat dari Solon, mewarisi
tugas untuk meneruskan kisah Atlantis. Menurut Plato, 9000 tahun sebelum
kunjungan Solon ke Mesir, ada sebuah peradaban besar di sebuah pulau di
Samudra Atlantik yang punah akibat banjir besar dan gempa bumi. Sayangnya,
Plato tidak menyelesaikan ceritanya, dan apa yang ditulis Solon telah hilang.
The Seven Sages of Greece atau disebut juga The Seven Wise Men adalah gelar
yang diberikan oleh tradisi Yunani kuno untuk 7 orang yang dikenal sebagai
filosof, negarawan, dan pembuat hukum karena terkenal akan kebijaksanaannya.
Nama-nama dari seven wise men ini ditulis pada dinding kuil di Delphi untuk
menghormati Apollo. Masing masing seven sages merepresentasikan sebuah
aspek dari kebijaksanaan diringkas secara aphorisme

Solon termasuk salah satunya. Ia berkata, Jagalah semuanya dengan


kesederhanaan Solon adalah pembuat undang undang dan pembuat perubahan
dari Athena. Dia membuat hukum yang berbentuk demokrasi Athenian.

BAB IV
Penutup
A. Simpulan
B. Saran

14

Daftar Pustaka
1.
2.
3.
4.

http://danish56.blogspot.com/2012/01/15-tokoh-yunani-yang-paling.html
http://deleigeven.blogspot.com/2014/10/solon-sang-bijak-dari-athena.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Solon
http://www.kaskus.co.id/thread/51bd8f611bcb17591d000007/para-filsuf-yunani-kuno/

15

Anda mungkin juga menyukai