Pendahuluan
Indonesia merupakan negara ketiga
terbesar di dunia yang penduduknya gemar
mengkonsumsi rokok, setelah China dan
India (Anonimous, 2009). Asap rokok
mengandung banyak partikel yang
berbahaya bagi tubuh, terutama bagi
perokok aktif maupun perokok pasif.
Hewan peliharaan termasuk yang beresiko
menjadi perokok pasif akibat paparan asap
rokok dari pemiliknya. Setiap batang rokok
yang dihisap melepaskan sekitar 5 x 109
partikel. Partikelpartikel yang dilepaskan
antara lain berupa gas seperti karbon
monoksida, karbon dioksida, amoniak,
hidrokarbon, tar, nikotin, benzapyrene,
fenol dan kadmium (Tandra, 2003).
Menurut
Oktavianis
(2011),
komponen asap rokok yang paling
berbahaya ada tiga yaitu nikotin, tar dan
karbon monoksida (CO). Nikotin akan
merangsang hormon adrenalin sehingga
menyebabkan naiknya kerja jantung. Tar
menyebabkan peningkatan terjadinya
resiko
kanker,
sedangkan
karbon
monoksida
menyebabkan
kurangnya
supply oksigen bagi tubuh. Karbon
monoksida (CO) merupakan sekelompok
senyawa yang memiliki elektron yang tidak
berpasangan atau disebut sebagai radikal
bebas. Elektron yang tidak berpasangan
akan mengganggu keseimbangan sel sel
dalam tubuh, karena dapat mengganggu
proses oksidasi lemak, protein, serta asam
nukleat (DNA) dalam tubuh (Sjamsul,
2008). Radikal bebas yang berlebihan akan
menyebabkan terganggunya kestabilan
metabolisme
di
dalam
tubuh.
Terganggunya kestabilan tubuh akan
merangsang terjadinya aktivasi sistem
pertahanan termasuk TNF- sebagai sistem
pertahanan umum. Tumor nekrosis faktor
alfa (TNF-) dalam jumlah sedikit akan
menginduksi leukosit dan endotel untuk
menginisiasi terjadinya inflamasi akut,
namun pada jumlah yang tinggi (radikal
bebas berlebihan), radikal bebas kronis
akan menyebabkan terjadinya penyakit
gagal jantung.
Analisa Data
Analisa data yang digunakan secara
kualitatif untuk gambaran histopatologi
jantung yang dianalisis serta disajikan
secara deskriptif dan
data kuantitatif
dianalisis dengan one-way ANOVA
kemudian apabila signifikan dilanjutkan uji
Tukey (Beda Nyata Jujur) dengan = 0,05.
dan
Pengamatan
Tumor
Necrosis
Factor Alpha (TNF-) dalam jaringan otot
jantung akan tampak dengan warna coklat.
Warna coklat menunjukkan adanya reaksi
inflamasi di sel otot jantung. Keberadaan
TNF- pada otot jantung diamati
menggunakan metode imunohistokimia
(IHK), dianalisis secara kualitatif dengan
3
Kontrol
Terpapar asap rokok
Dosis terapi 0,9 mg/ekor/hari
Dosis terapi 2,7 mg/ekor/hari
Dosis terapi 5,4 mg/ekor/hari
Rata rata
Ekspresi
TNF-
0,32 0,08
4,19 0,19
2,91 0,48
2,03 0,26
1,04 0,12
30
52
75
Keterangan : Angka dengan superscript (notasi) berbeda menunjukkan perbedaan p<0,05. Kontrol :
tanpa perlakuan, terpapar : hanya dipapar asap rokok, Terapi 1 : 0,9 mg/ekor/hari, Terapi
2 : 2,7 mg/ekor/hari dan Terapi 3 : 5,4 mg/ekor/hari. Kenaikan dibandingkan dengan
kontrol dan penurunan dibandingkan dengan kelompok terpapar.
Gambar 1 Ekspresi Tumor Nekrosis Faktor Alfa (TNF-) pada Organ Jantung Tikus ( )yang
Dipapari Asap Rokok dengan Pewarnaan Imunohistokimia (Perbesaran 400x).
Keterangan : A : Kontrol, B : Terpapar Asap Rokok, C : Terapi 1 (0,9 mg/ekor/hari), D: Terapi 2 (2,7
mg/ekor/hari) dan E : Terapi 3 (5,4 mg/ekor/hari).
Keterangan : A : Kontrol, B : Terpapar Asap Rokok, C : Terapi 1 (0,9 mg/ekor), D : Terapi 2 (2,7
mg/ekor), dan E : Terapi 3 (5,4 mg/ekor)
Histopatologi
Jantung
dengan
Pewarnaan Hematoxilin Eosin (HE)
Histopatologi jantung merupakan
salah satu parameter keberhasilan suatu
terapi. Secara normal, sel otot jantung
memiliki inti oval di tengah, sitoplasma
bercabang (anastomose). Dalam keadaan
inflamasi, sel otot jantung akan mengalami
perubahan sel dan abnormalitas struktur
akibat gangguan radikal bebas. Radikal
bebas akan mengganggu kestabilan sel pada
otot jantung dengan merusak membran
lipid bilayer, protein maupun susunan basa
DNA. Kerusakan kerusakan pada otot
jantung akan merubah bentuk sitoplasma
akibat rupturnya membran lipid bilayer,
dan terjadinya nekrosis akibat stimulasi dari
TNF-.
Gambaran histopatologi jantung
dengan pewarnaan HE (Gambar 2) pada
kelompok tikus kontrol (Gambar 2 A)
terlihat gambaran inti sel berwarna ungu
gelap dan sitoplasma berwarna merah
muda. Kerusakan sel terjadi pada tikus
terpapar asap rokok (Gambar 2 B),
pemaparan asap rokok akan menyebabkan
6
Saran
1. Perlu
dilakukan
karakterisasi
senyawa bioaktif pada anggur Vitis
vinifera
yang
menyebabkan
perubahan yang lebih signifikan.
2. Perlu diteliti
lebih spesifik
mengenai adaptasi sel yang terjadi
pada kelompok terapi.
Ucapan Terimakasih
Terimakasih
kepada
staf
Laboratorium Biokimia dan Laboratorium
Fisiologi
Hewan
Fakultas
MIPA,
Universitas Brawijaya atas dukungan,
bantuan, dan kerjasama yang luar biasa
untuk penyelesaian penelitian ini.
Daftar Pustaka
Djohan,
George.
Immunology.
Tehran
University Science : Iran.
Robinson,