DEFINISI:
Bhs. Inggris (State), Bhs. Jerman (Staat)
Negara:
1. masyarakat atau wilayah yg merupakan satu kesatuan politik.
2. lembaga pusat yang menjamin kesatuan politis, yg menata dan dengan demikian menguasai
wilayah itu (Suseno, 1991: 170).
NEGARA merupakan hubungan sosial yang bersifat dominatif; merupakan separangkat institusi
dan norma-norma hukum yg menjalankan dan menegakkan dominasi itu (Surbakti, 1992:4).
DOMINASI MEMONOPOLI SARANA PAKSAAN FISIK (COERCION) DI DALAM WILAYAH TERTENTU.
SATU-SATUNYA LEMBAGA YANG MEMILIKI KEABSAHAN (LEGITIMASI) UNTUK MELAKUKAN TINDAKAN
KEKERASAN TERHADAP NEGARA (MAX WEBER).
ROGER H. SOLTAU
Negara adalah agen atau kewenangan yang mengatur atau mengendalikan persoalan-persoalan
bersama atas nama masyarakat.
HAROLD J. LASKI
Negara adalah suatu masyarakat yang diintegrasikan karena mempunyai wewenang yang
bersifat memaksa dan yang secara sah lebih berkuasa daripada individu atau kelompok
yang merupakan bagian dari masyarakat.
MAX WEBER
Negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik
secara sah dalam suatu wilayah.
ROBERT M. MacIver
Negara adalah asosiasi yang menyelenggarakan penertiban di dalam suatu masyarakat dalam
suatu wilayah dengan berdasarkan sistem hukum yang diselenggarakan oleh suatu
pemerintah untuk maksud tersebut diberi kekuasaan memaksa.
MIRIAM BUDIARDJO
Negara adalah suatu daerah teritorial yang rakyatnya diperintah oleh sejumlah pejabat dan
berhasil menuntut dari warga negaranya ketaatan pada peraturan perundang-undangannya
melalui kontrol monopolistis terhadap kekuasaan yang sah (Budiardjo, 2007:48-49)
Lawson (1991, dalam Budiman, 1996:84)
Negara sebuah konsep inklusif meliputi semua aspek pembuatan kebijakan dan pelaksaan sanksi
hukumnya.
Pemerintah sekadar agen yang melaksanakan kebijakan negara dalam sebuah masyarakat
politik
Negara bukan sekadar pemerintah, tapi mencakup sebuah pakta (perjanjian) dominasi dari satu
atau kelompok masyarakat untuk suatu tujuan tertentu.
Rejim orang atau sekelompok orang yang menguasai negara; berkaitan dengan prinsip-prinsip,
norma-norma, aturan-aturan, dan prosedur pengambilan keputusan yang dianut oleh penguasa
suatu negara (Lawson, 1991 dalam Budiman, 1996: 86-87)
Aparat Birokrasi agen pelaksana kebijakan yang telah diputuskan oleh negara.
Kebijakan keputusan-keputusan publik yang diambil oleh negara dan dilaksanakan oleh aparat
birokrasi
Sifat-sifat Negara
Memaksa memaksa dalam arti mempunyai kekuasaan untuk memakai kekerasan fisik secara
legal.
Monopoli monopoli untuk menetapkan tujuan bersama dari masyarakat
Mencakup semua semua peraturan berlaku untuk semua orang tanpa kekecualian (Budiardjo,
2007:50-51)
Unsur-unsur Negara
UNSUR POKOK
rakyat/penduduk
wilayah
pemerintahan berdaulat
Tujuan dan Fungsi Negara
FUNGSI MINIMUM:
Melaksanakan penertiban (law and order)
UNSUR TAMBAHAN
pengakuan negara lain
Charles E. Merriam (dalam Budiardjo, 2007:56) menyebutkan ada lima fungsi negara:
Keamanan ekstern
Ketertiban intern
Keadilan
Kesejahteraan umum
Kebebasan
Negara Bangsa
DISINTEGRASI NEGARA:
REPUBLIK JERMAN, SETELAH PERANG DUNIA II TERBAGI MENJADI JERMAN BARAT (REPUBLIK
FEDERAL JERMAN) DAN JERMAN TIMUR (REPUBLIK DEMOKRATIK JERMAN) -1990
UNI SOVIET MENJADI NEGARA-NEGARA MERDEKA SETELAH LAHIR DEKLARASI COMMONWEALTH OF
INDEPENDENT STATE (CIS)- 1992
REPUBLIK SOSIALIS FEDERAL YUGOSLAVIA (MENJADI KROASIA, BOSNIA-HERCEGOVINA, REP.
FEDERAL YOGUSLAVIA, MONTENEGRO) 1991-1992
REPUBLIK CEKOSLOVAKIA (REP. CEKO DAN SLOVAKIA)
Contoh Integrasi Negara-bangsa
JERMAN BARAT & JERMAN TIMUR = REPUBLIK FEDERAL JERMAN
Ilmu Negara
Ilmu Negara adalah ilmu yang mempelajari pengertian-pengertian pokok dan sendi pokok negara
pada umumnya. Kajiannya mencakup hal-hal yang sama atau serupa dalam negara-negara yang
ada atau pernah ada didunia ini, misalnya tentang terjadinya negara, lenyapnya negara, tujuan
dan fungsi negara, perkembangan negara, bentuk negara dan sebagainya. Ilmu Negara
menekankan hal-hal yang bersifat umum dengan menganggap negara sebagai genus (bentuk
umum) dan mengesampingkan sifat-sifat khusus dari negara-negara. Ilmu Negara tidak membahas
bagaimana pelaksanaan hal-hal umum tersebut dalam suatu negara tertentu. Maka Ilmu Negara
bernilai teoritis.
M. Solly Lubis, SH, dalam bukunya Ilmu Negara menyatakan bahwa Ilmu Negara adalah ilmu yang
mempelajari negara secara umum mengenai asal-usul, wujud, lenyapnya, perkembangan dan
jenis-jenisnya. Obyek ilmu negara bersifat abstrak dan umum, bahkan tidak terikat ruang, tempat,
waktu.
Ilmu Negara yang kita pelajari berfungsi untuk:
1.
menyelidiki pengertian pokok dan sendi-sendi pokok negara dan Hukum Tata Negara
2.
merupakan ilmu yang mendasari untuk belajar ilmu Hukum Tata Negara Positif (HTN hic et
nunc).
Dengan kata lain, seorang yang akan mempelajari Hukum Tata Negara harus terlebih dulu
memahami tentang Ilmu Negara, karena Ilmu Negara memberikan dasar-dasar teoritis Hukum Tata
Negara dan Hukum Tata Negara merupakan realisasi dari teori-teori Ilmu Negara.
Pengertian Ilmu Negara
Kelahiran ataupun keberadaan Ilmu Negara tidak dapat lepas dari jasa George Jellinek, yang
merupakan seorang pakar hukum dari Jerman yang kemudian dikenal sebagai bapak Ilmu Negara,
pada tahun 1882 George Jellinek telah menerbitkan buku dengan judul Allgemeine Staatslehre
(Ilmu Negara Umum), buku ini kemudian menjadi cikal bakal lahirnya Ilmu Negara. Istilah Ilmu
Negara dikenal dengan beberapa istilah, antara lain:
1.
di Belanda dikenal dengan istilah Staatsleer,
2.
di Jerman dikenal dengan istilah Staatslehre,
3.
di Perancis dikenal dengan istilah Theorie detat, sedangkan
4.
di Inggris dikenal dengan istilah Theory of State, The General Theory of State, Political
Science, atau Politics.
Dalam menyusun bukunya Allgeimeine Staaslehre George Jellinek menggunakan metode van
systematesering atau sering disebut dengan metode sistematika, dengan cara mengumpulkan
semua bahan tentang ilmu negara yang ada mulai zaman kebudayaan Yunani sampai pada
masanya sendiri (sesudah akhir abad ke-19 atau awal abad ke-20) dan bahan-bahan itu kemudian
disusunnya dalam suatu sistem.
Berkaitan dengan perbedaan ruang lingkup yang dikaji antara Ilmu Negara dengan Ilmu Lain yang
pembahasan sama, yaitu Negara, bahwa Hukum Tata Negara RI dan Ilmu Politik Kenegaraan
memandang objeknya, yaitu negara dari sifatnya yang konkret, artinya objeknya itu sudah terikat
pada tempat, keadaan dan waktu, jadi telah mempunyai objek yang pasti, misalnya negara
Republik Indonesia, negara Jepang, negara Inggris dan seterusnya. Dari negara dalam
pengertiannya yang konkret itu akan diselidiki atau dibicarakan lebih lanjut susunannya, alat-alat
perlengkapannya. Wewenang serta kewajiban dari alat-alat perlengkapan tersebut dan seterusnya.
Sedangkan Ilmu Negara memandang objek kajiannya berupa Negara, dari sifat atau pengertiannya
yang abstrak, artinya objeknya itu dalam keadaan terlepas dari tempat, keadaan dan waktu,
belum mempunyai ajektif tertentu, bersifat abstrak-umum-universal
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------ILMU NEGARA
1. Pegertian Ilmu Kenegaraan
Jika ditinjau dari segi istilah, maka istilah Ilmu Kenegaraan (Staatswetenschap/General Sate
Science) merupakan istilah yang tertua disamping Ilmu Negara (Staats Leer) dan Ilmu Politik
(Wetenschap der Politiek).
Pengertian istilah staatswetenschap bukanlah ilmu kenegaraan yang ditinjau dari sudut hukum
saja, tetapi juga dari sudut ekonomi sebagai akibat dari pengaruh merkantilisme.
Merkantilisme adalah politik ekonomi di Eropa Barat
yang menyamakan uang dengan
kekayaan, berusaha memperoleh emas, meningkatkan hasil produksi pabrik dan ekspor,
pembea-an impor dan memeras negara jajahan.
Aliran merkantilisme disebut juga ajaran neraca perdagangan karena berusaha untuk membuat
neraca perdagangan lebih aktif, artinya volume ekspor harus lebih besar dari impor sehingga
mendapatkan keuntungan.
2.
A.
1. Negara
Negara berasal dari bahasa latin, status atau statum yang berarti keadaan yang tegak dan
tetap atau sesuatu yang memiliki sifat-sifat yang tegak dan tetap.
Hasil Konvensi Montevideo Tahun 1993 menyatakan,bahwa : Negara sebagai pribadi hukum
internasional seharusnya memiliki kualifikasi sebagai berikut :
a. Penduduk yang menetap.
b. Wilayah tertentu
c. Suatu pemerintahan
d. Kemampuan untuk berhubungan dengan negara-negara lain.
Negara adalah suatu wilayah di permukaan bumi yang kekuasaannya, baik militer, politik,
ekonomi maupun sosial budayanya diatur oleh pemerintahan yang berada di wilayah tersebut.
Negara adalah pengorganisasian masyarakat yang berbeda dengan bentuk organisasi lain
terutama karena hak negara untuk mencabut nyawa seseorang.
Fenwick mengatakan bahwa negara adalah suatu masyarakat politik yang diorganisir
secara tetap, yang menduduki suatu daerah tertentu dan menikmati dalam batas-batas daerah
tertentu suatu kemerdekaan dari pengawasan negara lain, sehingga ia dapat bertindak sebagai
badan yang merdeka di muka dunia.
Jika ditinjau dari sudut pandang sosiologi, negara adalah kelompok politis persekutuan hidup
orang yang banyak jumlahnya dan terikat oleh perasaaan senasib dan seperjuangan.
Membicarakan negara berarti membicarakan masyarakat dan manusia.
Untuk dapat menjadi suatu negara maka ada beberapa syarat atau unsur yang harus dipenuhi,
yaitu :
a. Rakyat
Rakyat yaitu sejumlah orang yang menerima keberadaan organisasi ini.
Oppenheim Lauterpacht berpendapat bahwa rakyat adalah kumpulan manusia dari
kedua jenis kelamin yang hidup bersama merupakan suatu masyarakat, meskipun mereka
berasal dari keturunan yang berlainan, menganut kepercayaan yang berlainan, memiliki
warna kulit yang berlainan.
Selain itu, para ahli yang lain berpendapat bahwa ide atau cita-cita untuk bersatu
merupakan sesuatu hal yang sangat penting untuk dapat membentuk suatu bangsa yang
akan hidup dalam suatu negara. Oleh karena itu, rakyat yang mempunyai cita-cita untuk
bersatu merupakan unsur yang sangat penting bagi negara.
Dahulu orang berpendapat bahwa suatu bangsa hanya dapat dibentuk oleh suatu
masyarakat yang berasal dari satu keturunan, satu bahasa dan satu adat istiadat, namun
pendapat ini tidak dapat dipertahankan karena tidak terbukti kebenarannya. Misalnya :
bangsa Indonesia, Swiss, USA dll terdiri dari masyarakat yang memiliki adat istiadat dan
bahasa yang berbeda.
b.
c.
Kedaulatan adalah kekuasaan yang tertinggi, yaitu kekuasaan yang tidak berada di
bawah kekuasaan yang lain. Pemerintah yang berdaulat berarti :
1) Ke dalam, pemerintah tersebut ditaati oleh rakyatnya, dapat melaksanakan recthsorde
(ketertiban hukum) dalam negara sehingga kesejahteraan rakyat terjamin.
2) Ke luar,
pemerintah negara tersebut mampu mempertahankan kemerdekaannya
terhadap serangan dari pihak lain.
3) Hal lain adalah apa yang disebut sebagai kedaulatan, yakni bahwa negara diakui oleh
warganya sebagai pemegang kekuasaan tertinggi atas diri mereka pada wilayah tempat
negara itu berada.
d.
pertemuan negara dengan rakyat adalah pelayanan publik, yakni pelayanan yang
diberikan negara pada rakyat. Terutama sesungguhnya adalah bagaimana negara
memberi pelayanan kepada rakyat secara keseluruhan, fungsi pelayanan paling dasar
adalah pemberian rasa aman. Negara menjalankan fungsi pelayanan keamanan bagi
seluruh rakyat bila semua rakyat merasa bahwa tidak ada ancaman dalam
kehidupannya. Dalam perkembangannya banyak negara memiliki kerajang layanan
yang berbeda bagi warganya.
Berbagai keputusan harus dilakukan untuk mengikat seluruh warga negara, atau
hukum, baik yang merupakan penjabaran atas hal-hal yang tidak jelas dalam
Konstitusi maupun untuk menyesuaikan terhadap perkembangan jaman atau
keinginan masyatakat, semua kebijakan ini tercantum dalam suatu Undang-Undang.
Pengambilan keputusan dalam proses pembentukan Undang Undang haruslah
dilakuakan secara demokratis, yakni menghormati hak tiap orang untuk terlibat dalam
pembuatan keputusan yang akan mengikat mereka itu. Seperti juga dalam organisasi
biasa, akan ada orang yang mengurusi kepentingan rakyat banyak. Dalam suatu
negara modern, orang-orang yang mengurusi kehidupan rakyat banyak ini dipilih
secara demokratis pula.
Negara terkecil di dunia adalah Vatikan dengan luas 0,04 km2 kemudian diikuti
oleh Monako seluas 1,95 km2, Nauru seluas 21 km2, Tuvalu seluas 26 km2 dan San
Marino seluas 61 km2.
2. Pengertian Negara Menurut Pendapat Para Ahli
a. George Jellinek : Negara adalah organisasi kekuasaan dari sekelompok manusia yang telah
berkediaman di wilayah tertentu.
b. Logemann : Negara adalah suatu organisasi kemasyarakatan yang dengan kekuasaannya
bertujuan untuk mengatur dan menyelenggarakan suatu masyarakat.
c. George Wilhelm Friedrich Hegel : Negara merupakan organisasi kesusilaan yang muncul
sebagai sintesis dari kemerdekaan individual dan kemerdekaan universal
d. Krannenburg : Negara adalah suatu organisasi yang timbul karena kehendak dari suatu
golongan atau bangsanya sendiri.
e. Roger F. Soltau : Negara adalah alat atau wewenang yang mengatur atau mengendalikan
persoalan bersama atas nama masyarakat.
f.
Prof. R. Djokosoetono : Negara adalah suatu organisasi manusia atau kumpulan manusia
yang berada di bawah suatu pemerintahan yang sama.
g. g.
Prof. Mr. Soenarko : Negara ialah organisasi manyarakat yang mempunyai daerah
tertentu, dimana kekuasaan negara berlaku sepenuhnya sebagai sebuah kedaulatan.
B.
C.
ilmu pengetahuan lainnya. Ilmu Negara merupakan salah satu cabang dari Ilmu Pengetahuan
Sosial seperti halnya Politik, Hukum, Kebudayaan dll. Semua Ilmu Pengetahuan pada akhirnya
akan berinduk pada ilmu pengetahuan induk (mater scientarium) yaitu filsafat. Oleh karena itu
Ilmu Negara juga tidak dapat berdiri sendiri dan harus bekerja sama dengan ilmu pengetahuan
lainnya.
Selain memiliki hubungan yang bersifat umum dengan ilmu pengetahuan lainnya, maka Ilmu
Negara juga memiliki hubungan yang bersifat khusus dengan ilmu pengetahuan sosial
tertentu yang memiliki obyek penelitian yang sama, yaitu negara. Dalam hal ini maka Ilmu
Negara memiliki hubungan yang khusus dengan Ilmu Politik, Ilmu Hukum Tata Negara, Ilmu
Perbandingan Hukum Tata Negara
1.
2.
3.
b.
4.
D.
terlebih dahulu memiliki pengetahuan secara umum tentang negara (Ilmu Negara).
Dengan demikian, Ilmu Negara dapat memberikan dasar-dasar teoritis untuk Hukum
Tata Negara positif dan Hukum Tata Negara merupakan penerapan di dalam kenyataan
bahan-bahan teoritis dari Ilmu Negara.
Jellinek
Berdasarkan sistematika Jellinek maka jelaslah hubungan antara HTN dengan ilmu
negara, yaitu keduanya merupakan bagian dari staatswissenschaft dalam arti luas.
2)
Besondere Staatslehre
Yaitu ilmu negara khusus yang membahas teori-teori tentang negara yang hanya
berlaku pada suatu negara tertentu.
c.
Praktische staatswissenschaft atau lebih dikenal dengan politiek
Yaitu ilmu pengetahuan mengenai negara yang menguraikan tentang tata cara
mempraktekkan teori-teori ilmu negara. Ilmu Politik
dalam sistematika Jellinek
mempunyai arti yang berbeda dengan Political Science yang dikenal di negara-negara
Anglo Saxon. Di negara-negara Anglo Saxon, ilmu politik merupakan ilmu pengetahuan
yang berdiri sendiri. Sedangkan di negara-negara Eropa Kontinental, ilmu politik tidak
berdiri sendiri tetapi berkaitan erat dengan staatswissenschaft. Pelaksanaan ilmu
politik merupakan hasil penyelidikan dari theoritical science. Negara-negara Eropa
Kontinental adalah negara-negara di daratan Eropa kecuali Inggris. Sedangkan negaranegara Anglo Saxon adalah Inggris dan daerah jajahannya.
Rechtswissenschaft
Yaitu ilmu pengetahuan mengenai negara yang titik berat pembahasannya terletak pada
segi yuridis/hukum dari suatu negara. Rechtwissenschaft terdiri dari Hukum Tata Negara,
Hukum Tata Usaha Negara/Hukum Administrasi Negara dan Hukum Antar Negara.
E.
Ilmu pengetahuan pada dasarnya merupakan hasil pemikiran manusia dan manusia mempunyai
kebebasan untuk menyatakan pemikirannya. Ilmu pengetahuan bersifat dinamis sesuai dengan
perkembangan masyarakat. Oleh karena itu ilmu pengetahuan dapat dikatakan sebagai lambang
utama dari kemajuan.
A.
Dengan turut serta secara langsung dalam pemerintahan berarti rakyat melakukan
pengawasan terhadap jalannya pemerintahan. Pada saat itu, yang disebut rakayt adalah
warga kota (citizen) yang merupakan sebagian kecil dari penduduk Athena.
Menurut Mac Iver, dalam bukunya The Web of Government, citizen adalah city dwellers yang
berada di daerah Athena. Sedangkan pengawasan rakyat dijalankan dengan musyawarah
rakyat (Yunani : ecleseia, Romawi : cometia).
Pada zaman Yunani Purba terdapat beberapa filsuf yang pemikirannya banyak mempengaruhi
kehidupan dan kebudayaan di dunia saat ini, diantaranya adalah :
1. Socarates ( 470 399 AD)
Kemenangan bangsa Yunani terhadap Persia meninggikan martabat dan menimbulkan
perasaan bangga pada diri bangsa Yunani. Disamping itu, bangsa Yunani mulai menikmati
kemakmuran yang dihasilkan dari perdagangan. Namun, para pejabat negara Yunani mulai
melupakan tugas mereka, bertindak sewenang-wenang, korupsi dan tindakan-tindakan
lainnya yang dirasakan oleh warga negaranya sebagai tindakan yang sangat tidak adil.
Pada saat itu banyak bermunculan filsuf dari luar negeri terutama dari Asia kecil yang
datang ke Yunani untuk menjual ilmunya. Mereka termasuk ke dalam golongan kaum
Sophis, dan aliran mereka disebut Sophisme. Sophis berasal dari kata sofia/sophia yang
artinya bijaksana/kebijaksanaan. Namun, tindakan kaum Sophis sangat tidak bijaksana
karena mereka menyebarkan dan menganjurkan paham mengenai hukum, keadilan serta
negara yang bersifat merusak masyarakat. Seperti yang dikatakan oleh Thrasymachus
bahwa keadilan merupakan keuntungan atau apa yang berguna daripada yang lebih kuat.
Dalam keadaan demikan, munculah Socrates dengan metode dialektis/tanya jawab (dialog)
yang mencoba mencari pengertian-pengertian tertentu, dasar hukum dan keadilan objektif
yang dapat diterapkan kepada setiap orang. Menurut Socrates, dalam hati kecil setiap
manusia terdapat hukum dan keadilan sejati sebab setiap manusia adalah bagian dari
nur/cahaya Tuhan. Walaupun seringkali tertutup oleh sifat-sifat buruk namun rasa hukum
dan keadilan sejati dalam hati kecil manusia tetap ada. Hal ini dapat dipahami sebab dalam
ajaran agama Islam dikatakan bahwa Allah meniupkan ruhnya kepada manusia, berarti
dalam diri manusia ada sebagian kecil ruh Allah. Dalam agama Katolikpun dikatakan bahwa
manusia adalah anak Allah dan mempunyai dimensi Ilahi. Oleh karena itu dalam diri setiap
manusia pasti ada unsur kebaikan.
Selanjutnya, Socrates berpendapat bahwa negara bukanlah organisasi yang dibuat untuk
kepentingan pribadi. Negara adalah suatu susunan yang objektif bersandarkan kepada sifat
hakikat manusia dan bertugas untuk melaksanakan hukum yang objektif yang memuat
keadilan bagi masyarakat umum. Oleh karena itu negara harus berdasarkan keadilan sejati
agar manusia mendapatkan ketenangan.
Namun, ajaran Socrates dianggap membahayakan negara dan Socrates dijatuhi hukuman
mati dengan diperintahkan untuk meminum racun.
2. Plato ( 429 347 AD)
Plato merupakan murid Socrates dan mendirikan sekolah mengenai ilmu filsafat yaitu
Academia. Berbeda dengan Socrates, Plato meninggalkan beberapa buku, termasuk buku
yang berisi tanya jawabnya dengan Socrates. Buku karangan Plato yang terpenting
adalah :
a. Politeia (The Republic) tentang Negara
b. Politicos ( The Stateman) tentang ahli Negara
Dalam Politikos dibedakan antara penguasa dengan ahli Negara. Ahli Negara yang
sejati harus menjalankan pendidikan ke arah kebijaksanaan, keadilan dan berpendirian
sesuai dengan Politeia.
c. Nomoi (The Law) mengenai undang-undang.
Buku karangan Plato lainnya adalah :
a. Gorgias mengenai kebahagiaan
b. Sophist mengenai hakikat pengetahuan
c. Phaedo mengenai keabadian jiwa
d. Phaedrus mengenai cinta kasih.
e. Protogoras mengenai hakikat kebajikan.
Plato meneruskan ajaran Socrates. Dalam ajaran tunggalnya, yaitu Politeia digambarkan
adanya suatu negara sempurna (ideale staat). Oleh karena itu ajaran Plato disebut
Idealisme. Menurut ajara Plato, dunia dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Dunia cita yang bersifat immateriil idea atau kenyataan sejati berada di alam cita
yang berada di luar dunia palsu. Dunia cita bersifat sempurna dan sejati
Dunia alam yang bersifat maeriil dunia fana yang bersifat palsu. sedangkan dunia
alam bersifat palsu dan tidak sempurna oleh karena itu apa yang ada di dunia alam
harus diusahakan mendekati bentuk yang sempurna yang ada dalam dunia cita.
Pandangan Plato bersifat normatief karena ia menghendaki bangunan di dunia alam
sama dengan dunia cita
Berkaitan dengan dunia cita, maka cita-cita mutlak dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu :
a. Logika atau cita kebenaran (idee der waarheid)
b. Estetika (asthetica) atau cita keindahan dan kesenian (idee der schoonheid)
c. Etika (ethica) atau cita kesusilaan
Menurut Plato, asal mula negara adalah karena banyaknya kebutuhan hidup dan keinginan
manusia dan manusia tidak mampu memenuhi seluruh kebutuhan dan keinginannya. Oleh
karena itu kemudian manusia bekerja sama dan mendapat pembagian tugas sesuai
kemampuannya untuk memenuhi kebutuhannya. Negara merupakan satu keluarga besar,
satu kesatuan,oleh karena itu negara harus dapat memelihara dirinya sendiri. Agar dapat
memelihara dirinya sendiri maka luas suatu negara harus diukur. Suatu negara tidak boleh
memiliki luas yang tidak diketahui.
Negara yang ada di dunia bersifat tidak sempurna karena hanya merupakan bayangan dari
negara yang sempurna (de ideale staat) yang ada dalam dunia cita. Dunia cita merupakan
bagian dari filsafat. Tujuan negara adalah untuk mempelajari, mengetahui dan mencapai
cita yang sebenarnya. Tujuan manusia dalam negara adalah mencapai good life
(kebahagiaan, sempurna),
Untuk mewujudkan negara yang sempurna ada beberapa syarat yang harus dipenuhi.
Socrates mengemukakan dua buah syarat, kemudian Plato menambahkan satu syarat lagi.
Syarat-syarat tersebut adalah :
a. Negara harus dijalankan oleh pegawai yang terdidik khusus.
b. Pemerintahan harus dijalankan untuk kepentingan umum.
c. Rakyat harus mencapai kesempurnaan kesusilaan.
Selanjutnya, dalam bagian kedelapan dari Politeia, Plato menguraikan tentang bentuk
negara, dimana negara dapat dibedakan dalam lima macam, yaitu :
a. Aristokrasi (Aristocratie/aristocracy) Aristoi cerdik pandai/golongan ningrat dan
Archien/cratia memerintah. Jadi, aristokrasi adalah pemerintahan yang dipegang
oleh sejumlah cerdik pandai yang memerintah berdasarkan keadilan. Jika ternyata
kemudian golongan tersebut memerintah demi kepentingan golongannya sendiri
Aristokrasi adalah pemerintahan yang dipegang oleh sejumlah kecil cerdik pandai yang
memerintah berdasarkan keadilan.
b. Oligarhi (Oligarchie/oligarchy) oligos sedikit, kecil dan archien memerintah.
Apabila golongan kecil itu memerintah dan memperoleh kekayaan yang berlimpah
sehingga timbul hak-hak milik pribadi, maka lahirlah timokrasi.
c. Timokrasi (timocratie/timocraty) berasal dari kata plutos (kekayaan) dan criteria
(memerintah)
d. Demokrasi (democratie/democracy) berasal dari kata demos (rakyat) dan cratein
(memerintah). Jika rakyat salah dalam menggunakan hak dan kemerdekaannya maka
hal tersebut akan melahirkan apa yang disebut anarki (anarchie). Anarki berasal dari
kata a artinya tidak dan archien artinya memerintah. Jadi, tanpa ada pmerintahan maka
keadaan akan kacau balau (chaos). Keadaan ini memerlukan seorang pemimpin yang
dapat bertindak dengan keras dan tegas dan hal ini melahirkan tirani.
e. Tirani (tyranie/tyrany) yaitu suatu pemerintahan yang dipegang oleh seorang tiran
yang bertindak sewenang-wenang sehingga sangat jauh dari cita-cita tentang keadilan.
Menurut Plato, timbulnya masyarakat adalah karena saling membutuhkan, oleh karena itu
masyarakat saling bertukar jasa. Masyarakat adalah susunan manusia dimana setiap
anggota harus memberi dan menerima. Negara harus memperhatikan pertukaran timbal
balik tersebut dan harus berusaha sebaik-baiknya. Dalam sistem ini, manusia bertindak
sebagai penyelenggara berbagai macam tugas yang diperlukan dan harga mereka bagi
masyarakat tergantung dari nilai pekerjaan yang mereka lakukan. Yang terpenting bagi
setiap individu adalah suatu kedudukan yang memungkinkan mereka untuk berbuat
sesuatu.
Pertukaran jasa menimbulkan asas pembagian kerja dan pengkhususan tugas yaitu
diferensiasi kerja dan spesialisasi. Setiap orang memiliki bakat yang berbeda, oleh karena
itu pekerjaannya disesuaikan dengan bakat yang dimilikinya.
b.
Keadilan sosial menurut Plato adalah suatu prinsip dari suatu masyarakat yang terdiri dari
manusia yang berbeda-beda yang bersatu karena saling membutuhkan dimana setiap
orang harus melakukan pekerjaannya dan menerima apa yang menjadi haknya. Pembagian
kerja dan spesialisasi tugas di lapangan merupakan syarat bagi kerjasama dalam
masyarakat.
Berdasarkan pokok-pokok teorinya dapat diketahui dasar alasan Plato mengemukakan
negara utopia tentang asal usul negara. Berkaitan dengan asal mula negara maka dapat
ditarik garis paralel antara sifat negara dengan sifat manusia yang menimbulkan tiga
macam sifat yaitu kebenaran, keberanian dan kebutuhan. Hal ini pada akhirnya
menimbulkan tiga kelas dalam negara utopia (ideal-etis), yaitu :
a.
The Rulers (penguasa) yaitu golongan pegawai yang terdidik khusus yang
merupakan pemimpin negara yang mengusahakan tercapainya kesempurnaan. Para
penguasa disebut juga Philosopher King. Oleh karena itu menurut Plato, negara harus
dipimpin oleh orang yang bijaksana.
b.
The Guardians (pengawal negara)
c.
Rhetorica Dalam rhetorica, Aristoteles berpendapat bahwa tujuan hukum adalah
untuk mencapai keadilan. Hukum mempunyai tugas murni, yakni memberikan kepada
setiap orang apa yang menjadi haknya. Aristoteles sependapat dengan Plato mengenai
tujuan Negara. Dimana Negara bertujuan untuk :
a. Menyelenggarakan kepentingan warga Negara
b. Berusaha supaya warga Negara hidup baik dan bahagia (good life) didasarkan atas
keadilan. Keadilan itu memerintah dan harus ada dalam Negara.
Berkaitan dengan terjadinya Negara, menurut Aristoteles, manusia berbeda dengan hewan
sebab hewan dapat hidup sendiri sedangkan manusia sudah dikodratkan untuk hidup
dengan manusia lain. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia membutuhkan
manusia lain. Manusia merupakan Zoon Politicon.
Manusia dapat hidup berbahagia di dalam dan karena Negara. Oleh karena itu manusia
tidak dapat dipisahkan dari Negara karena merupakan bagian dari Negara atau masyarakat.
Dengan demikian, negaralah yang utama. Paham ini disebut
universalism
bukan
collectivism.
Oleh karena itu tujuan Negara adalah kesempurnaan warga yang berdasarkan atas
keadilan, keadilan memerintah dan harus menjelma di dalam Negara. Selain itu, hukum
berfungsi untuk memberi kepada manusia setiap apa yang menjadi haknya.
Artistoteles
berpendapat bahwa dalam setiap negara
yang baik, hukumlah yang
mempunyai kedaulatan tertinggi, bukan orang perorangan. Aristoteles menyukai penguasa
yang memerintah berdasarkan konstitusi dan memerintah dengan persetujuan
warganegaranya, bukan pemerintah diktatur.
Menurut Aristoteles, pemerintahan yang didasarkan konstitusi mengandung tiga unsur,
yaitu :
a. Pemerintahan untuk kepentingan umum, bukan untuk kepentingan perorangan atau
golongan saja.
b. Pemerintahan yang dijalankan menurut hukum, bukan sewenang-wenang.
c. Pemerintahan
yang mendapatkan persetujuan dari warga negaranya, bukan suatu
despotisme yang hanya dipaksakan.
Selanjutnya, menurut Aristoteles, berkaitan dengan bentuk Negara, terdapat 3 bentuk
dasar, yaitu :
a. Bentuk cita (ideal form) bentuk cita dapat terjadi jika pemerintahannya ditujukan
kepada kepentingan umum yang berdasarkan atas keadilan, dan keadilan tersebut
harus menjelma di dalam Negara.
Terdapat 3 macam bentuk Negara yang termasuk ke dalam bentuk cita yang didasarkan
pada ukuran kuantitatif, yaitu mengenai jumlah orang yang memerintah, yaitu :
1) Pemerintahan satu orang (one man rule) monarchi.
2) Pemerintahan beberapa/sedikit orang (a few man rule) aristokrasi.
3) Pemerintah orang banyak dengan tujuan untuk kepentingan umum (the many man
or the people rule) politeia, polity atau republic.
b. Bentuk pemerosotan (corruption or degenerate form) bentuk pemerosotan dapat
terjadi apabila pemerintahannya ditujukan kepada kepentingan pribadi dari pemegang
kekuasaan, timbulnya kesewenang-wenangan dan diabaikannya kepentingan umum dan
keadilan.
Bentuk Negara yang termasuk dalam bentuk pemerosotan juga ada 3 macam yang
didasarkan pada ukuran kualitatif yaitu berhubungan dengan tujuan yang hendak
dicapai, yaitu:
1) Bila kepentingannya didasarkan pada kepentingan satu orang secara sendiri untuk
kepentingan pribadi tirani/despotie
2)
Bila tujuannya didasarkan pada kepentingan segolongan orang atau beberapa
orang oligarchi, clique form atau plutocrasi (plutos : kekayaan, cratein/cratia :
memerintah pemerintahan dimana
pimpinan Negara
berada
di tangan
segolongan orang kaya).
3) Bila tujuannya didasarkan tidak untuk kepentingan rakyat seluruhnya tetapi nama
rakyat yang dipakai demokrasi.
c. Bentuk gabungan (mixed form) antara bentuk cita dengan bentuk pemerosotan
Dalam kenyataannya, bentuk Negara cita tidak pernah terlaksana, melainkan selalu
menjadi bentuk campuran. Oleh sebab itu dalam kenyataannya bentuk Negara dibedakan
menjadi dua, yaitu :
a. Bentuk Negara campuran (mixed form)
b.
a.
ZAMAN ROMAWI
1. Masa Kerajaan
Yaitu masa koningschap atau kerajaan. Bentuk negara adalah monarki dan dipimpin oleh
seorang raja.
2. Masa Republik
Republik atau republiek berasal dari kata res (kepentingan) dan publica (umum). Republik
adalah pemerintahan yang dijalankan untuk kepentingan umum.
3. Masa Prinsipat
Masa principat dimulai dari masa Caesar. Walaupun pada saat itu, raja-raja Romawi belum
mempunyai kewibawaan, namun pada hakekatnya mereka memerintah secara mutlak.
Kemutlakan ini didasarkan pada Caesarismus, yaitu adanya perwakilan yang menghisap,
dari pihak Caesar terhadap kedaulatan rakyat.
Kedaulatan rakyat saat itu disalahgunakan, dimana dalam lapangan ilmu negara digunakan
konstruksi Ulpianus yang menyatakan, bahwa : kedaulatan rakyat diberikan kepada
prinsep atau raja melalui suatu perjanjian yang termuat dalam undang-undang yang
disusun olehnya dan diatur dalam Lex Regia. Jadi, landasan hukumnya adalah perjanjian
yang terletak dalam lapangan hukum perdata. Setelah kekuasaan diberikan kepada
Prinsep maka rakyat pada kenyataannya tidak dapat meminta pertanggung jawaban atas
perbuatan prinsep.
Ahli hukum (doktoris iuris) yang terkenal pada saat itu adalah Gajus, Modestinus, Paulus,
Papinianus dan Ulpianus.
Dalam caesarismus dikenal semboyan yang berbunyi :
a. Solus publica suprema lex (kepentingan umum mengatasi undang-undang)
b. Princepes legibus solutus est (Rajalah yang menentukan kepentingan umum).
Pada dasarnya, pemerintahan untuk kepentingan umum tersebut dirumuskan dalam
undang-undang sehingga derajat kepentingan umum lebih tinggi dari undang-undang.
Namun, yang merumuskan kepentingan umum adalah raja. Otomatis, dalam merumuskan
kepentingan umum tersebut raja bertindak demi kepentingan pribadinya.
Dengan demikian,
princep dengan berkedok kedaulatan rakyat memerintah
demi
kepentingan umum, sebenarnya memerintah dengan sewenang-wenang.
Peraturan hukum Romawi pada abad ke-6 atas perintah Kaisar Justinianus (527-565)
dikodifikasi dan dinamakan Corpus Iuris Civilis yang terdiri atas 4 bagian :
a. Institutiones
Merupakan buku pelajaran atas lembaga-lembaga hukum Romawi dan berlaku sebagai
himpunan undang-undang.
b. Pandectae atau Digesta
Merupakan himpunan karangan yang memuat pendapat para ahli hukum Romawi. Jika
hakim ragu-ragu mengenai putusan atas suatu hal maka putusannya harus didasarkan
pada pandectae/digesta.
c. Codex
Merupakan kumpulan undang-undang yang dibuat dan ditetapkan oleh raja-raja
Romawi.
d. Novallae
Merupakan himpunan tambahan dan penjelasan keterangan bagi codex.
4. Masa Dominat
Dominat atau dominaat adalah masa dimana kaisar secara terang-terangan menjadi raja
mutlak, bertindak menyeleweng, menginjak-injak hukum dan kemanusiaan. Hal ini terlihat
dengan adanya manusia dibakar hidup-hidup, manusia diadu dengan manusia lain atau
dengan singa (gladiator) dan dijadikan tontonan umum, rakyat kelaparan sementara raja
dan pengikutnya berpesta pora.
C.
Lex Positivis
Yaitu hukum yang berlaku dan merupakan pelaksanaan dari hukum alam oleh manusia
berhubung dengan syarat khusus yang diperlukan oleh keadaan dunia.
Hukum positif terdiri dari hukum positif yang dibuat oleh Tuhan, seperti yang terdapat
dalam kitab suci dan hukum positif buatan manusia.
Mengenai konsepsinya tentang hukum alam, Thomas Aquino membagi asas-asas hukum
alam dalam dua jenis, yaitu :
a. Principia Prima (asas-asas umum)
Yaitu asas-asas yang dengan sendirinya dimiliki oleh manusia sejak kelahirannya,
berlaku mutlak dan tidak dapat berubah dimanapun dan dalam keadaan apapun. Oleh
karena itu manusia diperintahkan untuk berbuat baik dan dilarang melakukan
kejahatan, sebagaimana yang terdapat dalam 10 perinta Tuhan.
b. Principia Secundaria (asas-asas yang diturunkan dari asas-asas umum)
3. Dante Alighieri
Pada tahun 1313, Dante menerbitkan bukunya, De Monarchia, salah satu karya besarnya
dan merupakan satu-satunya peninggalan Dante yang merupakan karya kenegaraan.
Dalam bukunya, Dante memimpikan suatu kerajaan dunia yang melawan kerajaan Paus.
Kerajaan dunia tersebut yang akan menyelenggarakan perdamaian dunia. Tujuan negara
menurut Dante adalah
untuk menyelenggarakan perdamaian dunia
dengan cara
memberlakukan undang-undang yang sama bagi semua umat.
Secara umum banyak sarjana atau para ahli yang mempunyai pendapat sendiri tentang sifat
hakikat suatu negara berkaitan dengan pandangan hidup yang dianutnya. Diantaranya adalah :
1. Socrates
Menurut Socrates, setiap orang menginginkan kehidupan yang aman dan tentram. Oleh
karena itu kemudian mereka membentuk suatu kelompok dan tinggal di atas bukit. Socrates
menyebut kelompok tersebut sebagai polis dan ia berpendapat bahwa polis identik dengan
masyarakat dan masyrakat identik dengan negara.
2. Plato
Menurut Plato, negara adalah keiginan manusia untuk bekerja sama untuk memenuhi
kepentingan mereka.
Plato adalah peletak dasar ajaran idealisme
3. Aristoteles
Aristoteles adalah murid Plato. Buku yang ditulisnya diantaranya adalah Eticha yang berisi
ajaran tentang keadilan. Ajaran tentang negara ditulisnya dalam Politica.
Aristoteles mengembangkan ajaran realisme.
Menurut Aristoteles, negara adalah gabungan dari keluarga sehingga menjadi kelompok yang
besar. Kebahagiaan dalam negara akan tercapai jika kebahagiaan individu sudah tercipta.
Sebaliknya, bila manusia ingin bahagia maka ia harus bernegara karena manusia saling
membutuhkan dalam kepentingan hidupnya.
Selanjutnya, Aristoteles berpendapat bahwa negara adalah kesatuan manusia dan manusia
tidak dapat terlepas dari kesatuannya. Negara harus menyelenggarakan kemakmuran bagi
warganya, namun negara juga merupakan organisasi kekuasaan yang mempunyai kekuasaan
untuk mengatur agar tingkah laku manusia sesuai dengan tata tertib dalam masyarakat.
4. F. Oppenheimer
Negara merupakan suatu alat dari golongan yang kuat untuk melaksanakan suatu tertib
masyarakat.
5. Leon Duguit
Negara adalah kekuasaan orang-orang kuat yang memerintah orang lemah. Bahkan dalam
negara modern, kekuasaan orang kuat diperoleh dari faktor-faktor politik.
6. R. Krannenburg
Negara pada hakekatnya adalah suatu organisasi kekuasaan, diciptakan oleh sekelompok
manusia yang disebut bangsa. Jadi, menurut Krannenburg, yang harus ada lebih dahulu
adalah sekelompok manusia yang mempunyai kesadaran untuk mendirikan suatu organisasi
dengan tujuan untuk memelihara kepentingan kelompok tersebut. Jadi, yang terpenting
(primer) adalah kompok manusia, sedangkan yan sekunder adalah negara.
7. Logemann
Negara pada hakeketnya adalah suatu organisasi kekuasaan maka organisasi itu memiliki
kewibawaan. Artinya, negara dapat memaksakan kehendaknya
pada semua orang yang
ada dalam organisasi.
TEORI BERNEGARA REPUBLIK INDONESIA PENDEKATAN SOSIOLOGIS
Teori Sifat Hakikat Negara
dapat memberikan pemahaman mengenai suatu negara, apa
sebenarnya suatu negara. Jika dilihat dari sisi sosiologis maka negara dapat dipahami sebagai
anggota masyarakat atau zoon politicon. Negara merupakan wadah bagi suatu bangsa untuk
menggambarkan cita-cita kehidupan bangsanya.
Secara historis, peninjuan masalah sifat hakikat negara dapat dilihat dari perkembangan istilah
negara itu sendiri.
Berdasarkan perkembangan sejarah mengenai istilah negara, terdapat beberapa istilah
yang sering dijadikan padanan kata negara yang masing-masing memiliki karakter tersendiri,
antara lain :
1. Polis (city state)
2. Country (country state)
3. Civitas/civiteit
4. Land (mis : England, Deutschland)
Sejak bangsa-bangsa di Eropa sudah menetap dan tidak mengembara (nomaden) lagi, maka
bernegara umumnya diartikan memiliki atau menguasai sebidang tanah atau wilayah
tertentu.
Dengan kata lain, penguasaan atas tanah menumbuhkan kewenangan kenegaraan (teori
patrimonial) dimana struktur sosial yang dihasilkan disebut feodalisme atau landlordisme.
Negara dalam keadaan demikian disebut sebagai tanah (land). Hal ini tampak pada sebuta
England, Holland, Deutchland dll.
5. Rijk/reich
Pengertian tanah (land) berkembang lebih lanjut, yaitu bahwa tanah tersebut mendatangkan
kemakmuran atau kekayaan (reichrijk-dom), dimana negara diartikan sebagai rijk (Belanda)
atau reich (Jerman) artinya kekayaan sekelompok manusia (dinasti), misalnya Frankrijk,
Oostenrijk dll.
6. La stato, staat,state (nation-state)
Keadaan pra-liberal berakhir dengan tumbuhnya paham liberalisme yang dipelopori oleh
John Locke, Thomas Hobbes dan J.J. Rouseau.
Negara tidak lagi dipandang sebagai suatu tanah atau kekayaan (land atau reich) melainkan
sebagai suatu status hukum (staat state), suatu masyarakat hukum (legal society) sebagai
hasil dari perjanjian masyarakat (social contract).
Jadi, negara adalah hasil dari perjanjian masyarakat, dari individu-individu yang bebas,
sehingga hak asasi mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari Negara.
7. Kerajaan (monarchy)
8. Negara/nagara/negeri
9. Desha, desa,desh (mis : Bangladesh)
Negara dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Sanskerta (Jawa Kuno), yaitu Nagara. Secara
historis-geopolitik, keberadaan negara Inonesia bukanlah sebagai suatu bentuk negara kecil (city
state/polis) melainkan sebagai suatu archipelagic state (negara kepulauan) yang disebut sebagai
nusantara (rangkaian nusa)
Berdasarkan sejarah ketatanegaraan Indonesia dapat diketahui bahwa Indonesia pernah ditata
dalam bentuk kerajaan-kerajaan besar yang dikuasai oleh dinasti-dinasti (wangsa). Dua kerajaan
besar yang ada di Indonesia saat itu yang dapat disebut sebagai nagara adalah Sriwijaya dan
Majapahit, selain itu Mataram dan Demak juga dapat disebut sebagai negara. Istilah negara pada
masa itu menunjuk pada suatu pemerintahan yang berbentuk monarki atau kerajaan.
Kerajaan-kerajaan besar tersebut selain diarahkan sebagai civitas terena (duniawi) juga diarahkan
sebagai civitas dei (keagamaan). Para raja, ratu atau sultan umumnya berkuasa secara absolut.
Dalam keadaan demikian maka tidak seluruh hak asasi rakyat terjamin secara penuh karena
masih didominasi oleh kekuasaan absolut dari raja yang masing-masing memiliki karakter yang
berbeda, ada yang bijaksana dan ada pula yang tiran.
Berdasarkan sejarah tersebut dapat disimpulkan bahwa hakikat negara adalah suatu ikatan sosial
atau dalam status hidup bersama sebagai komunitas politik dimana hak-hak warga negaranya
mendapatkan jaminan dari penguasa.
Secara sosiologis, hakikat suatu negara dapat dilihat sebagai :
1. Ikatan suatu bangsa
Maksudnya adalah suatu komunitas sosiologis yang hidup bersama dalam suatu wilayah,
senasib sepenanggungan dalam menjalankan hidupnya.
2. Organisasi kewibawaan
Negara sebagai organisasi yang memiliki wibawa untuk memutuskan hal-hal yang penting
bagi kehidupan bersama. Kewibawaan ini ditunjukkan dengan adanya kepatuhan komunitas
untuk melaksanakan putusan bersama tersebut.
3. Organisasi jabatan (ambten organisatie)
Negara terbagi dalam jabatan-jabatan yang menjalankan fungsi-fungsi tertentu. Organisasi ini
muncul karena organisasi kewibawaan
mengasumsikan adanya jabatan-jabatan untuk
menjalankan fungsi-fungsi tersebut secara bersama.
4. Organisasi kekuasaan (dwang organisatie)
Negara merupakan alat untuk menjalankan kekuasaan dalam arti luas. Kekuasaan ini dapat
memaksakan kehendak orang yang berkuasa. Oleh sebab itu banyak orang yang ingin
menjadi pejabat negara untuk memperoleh kekuasaan.
1.
legitimasi yang penuh. Pemerintahan negara dan alat-alat perlengkapannya sebagai instrumen
penataan masyarakat yang memegang kekuasaan politik utama harus memiliki pembenaran atau
pendasaran yang sah (legitimasi) atas kekuasaan yang dijalankan agar ia dapat melaksanakan
fungsinya secara efektif.
1.
2.
BAB IV
TEORI PEMBENARAN HUKUM NEGARA
(Die Lehren von der Rechtsfertigung des Staates)
Teori pembenaran hukum dari negara atau teori penghalang tindakan penguasa (Rechtvaardiging
theorieen) membahas tentang dasar-dasar yang dijadikan alasan sehingga tindakan penguasa
negara dapat dibenarkan.
Keberadaan negara (existence) dapat dibenarkan berdasarkan sumber-sumber kekuasaan, antara
lain :
1. Kewenangan langsung atau tidak langsung dari Tuhan yang diterapkan dalam bentuk
konstitutif dan kepercayaan yang diformalkan dalam ketentuan negara (Teori Teokrasi).
2. Kekuatan jasmani dan rohani serta materi (finansial) yang diefektifkan sebagai alat berkuasa.
Dalam bentuk yang modern seperti kekuatan militer yang represif, kharisma para rohaniawan
yang berpolitik atau dalam bentuk money politics (Teori Kekuatan).
3. Adanya perjanjian, baik perjanjian perdata maupun publik serta adanya pandangan dari
perspektif hukum kekeluargaan dan hukum benda (Teori Yuridis).
Secara rasional,
suatu pemerintahan tidak mungkin lagi menyandarkan wewenang dan
kekuasaannya atas dasar kekuatan fisik angkatan perang (militer) yang represif, mitos-mitos
feodalistik maupun teokratik. Hal-hal yang bersifat irrasional dan dipaksakan semakin lama
semakin ditinggalkan sejalan dengan perkembangan pemikiran filsafat dan politik serta teknologi.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa tanpa ada legitimasi yang rasional maka suatu negara tidak
mungkin akan berjalan secara efektif.
Legitimasi atas suatu negara memegang peranan yang penting karena walaupun memiliki
kekuasaan namun suatu pemerintahan negara tidak mungkin berjalan efektif tanpa adanya
Menurut teori evolusi Charles Darwin, bahwa kehidupan di alam semesta merupakan
suatu perjuangan untuk mempertahankan hidup, yang kuat akan menindas yang lemah.
Oleh karena itu semua orang berusaha untuk kuat dan unggul.
Semua imperium ditegakkan berdasarkan kekuasaan ini, misalnya Napoleon, Hitler,
Mussolini dan Stalin.
Leon Duguit
Pihak yang dapat memaksakan kehendaknya adalah pihak yang kuat (lesplus forts).
Kekuatan tersebut mengandung
beberapa faktor, misalnya keistimewaan fisik,
intelegensia, ekonomi dan agama.
Paul Laband, George Jellineck, von Jhering
Mereka berpendapat bahwa suatu kenyataan yang wajar harus diterima bahwa kekuasaan
dan kedaulatan sepenuhnya ada di tangan negara dan pemerintahan.
Franz Oppenheimer
Dalam bukunya, Der Staat, ia berpendapat bahwa negara adalah suatu susunan
masyarakat yang oleh golongan yang menang dipaksakan kepada golongan yang
ditaklukan dengan maksud untuk mengatur kekuasaan golongan yang satu atas
golongan yang lain dan melindungi terhadap ancaman pihak lain. Tujuan dari semuanya
adalah pemerasan ekonomi dari golongan yang menang terhadap yang kalah.
3.
Pactum Uniones
perjanjian untuk membentuk
(kolektivitas) antara individu-individu.
suatu kesatuan
4.
Pembenaran dari sudut yuridis (hukum) terlihat dari adanya dasar hukum yang jelas atas
keberadaan suatu negara.
Dasar hukum dari keberadaan negara Repubik Indonesia adalah proklamasi kemerdekaan.
Jika dilihat dari Teori Kontrak maka proklamasi merupakan Unilateral Contract yang mendapat
pengakuan dari dunia internasional. Karena sudah mendapat pengkuan dari dunia
internasional maka negara Republik Indonesia merupakan subjek hukum internasional yang
memiliki hak dan kewajiban tertentu sebagai anggota masyarakat hukum internasional.
Keberadaan konstitusi negara
yaitu UUD 1945 menegaskan dasar yuridis eksistensi
ketatanegaraan sebagai komunitas politik yang mandiri, tidak berada di bawah kedaulatan
negara lain dan mampu mempertahankan kemerdekaan secara politis dan sosiologis. Selain
itu, keberadaan unsur-unsur negara menjadi dasar legitimasi de jure bagi Republik Indonesia.
c. Legitimasi Etis-Filosofis
Dasar keabsahan negara secara etis dapat dilihat dari pendapat Wolf dan Hegel, yaitu bahwa
pembentukan negara merupakan keharusan moral yang tertinggi untuk mewujudkan cita-cita
tertinggi dari manusia dalam suatu lingkungan politik yang bernama negara.
Legitimasi etis (moral) mempersoalkan keabsahan wewenang kekuasaan politik dari segi
norma moral, bukan dari kekuatan politik riil yang ada dalam masyarakat, bukan pula atas
dasar ketentuan hukum (legalitas) tertentu.
Legitimasi etis-filosofis merupakan penyempurnaan akhir dari kemauan dan kemampuan
pihak penguasa. Walaupun suatu pemerintahan memiliki banyak legitimasi sebagai dasar
kekuasaannya, namun tanpa adanya legitimasi etis yang berpihak pada kepentingan
kepentingan kemanusiaan maka pemerintahan tersebut pasti akan dijatuhkan, baik melalui
pemberontakan sosial, demonstrasi people power, revolusi, reformasi (evolusi) atau
pergantian melalui mekanisme konstitusional.
Tindakan berkuasa dari negara dibenarkan karena negara merupakan cita-cita manusia yang
membentuknya.
Dalam konteks negara Republik Indonesia, keberadaan negara dimaksudkan untuk
merealisasikan tujuan etis secara kolektif.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa suatu pemeritahan negara seharusnya berdiri tergak di atas
legitimasi yang kokoh, di atas seluruh legitimasi. Tidak hanya bersifat teologis, sosiologis
(mendapat pengkuan masyarakat) dan yuridis (berlaku sebagai hukum positif dalam format yuridis
ketatanegaraan tertentu) namun juga etisfilosofis.
Suatu legitimasi dapat mengalami krisis bila orang atau lembaga yang memiliki legitimasi tersebut
tidak memiliki kecakapan (skill) yang cukup untuk mengelola negara secara keseluruhan. Oleh
karena itu legitimasi harus pula diikuti oleh capability dan capacity untuk mengimplementasikan
program yang langsung menyentuh rakyat karena pada dasarnya rakyatlah pemegang legitimasi
yang tertinggi. Keamanan dan kesejahteraan rakyat merupakan ukuran utama untuk menilai
kemampuan legitimasi pemerintahan suatu negara.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa kekuasaan yang sah (legitimated) tidak selalu berbanding lurus
dengan kecakapan pemerintahannya. Pemerintah yang sah (legitimated government) tidak selalu
cakap dalam mengelola negara.
Keberadaan negara dibenarkan sebagai perpanjangan tangan dari kekuasaan Tuhan yang
memerintahkan hambanya agar hidup teratur dalam mengabdi kepada-Nya. Bernegara
merupakan manifestasi pengabdian hamba terhadap Khaliqnya. Pandangan ini umumnya disebut
teokratis. Namun sebenarnya lebih tepat teosentris (berorientasi kepada Tuhan) sebagai wujud
bangsa yang religius.
Bangsa Indonesia mengakui keberadaan negaranya sebagai rahmat Tuhan Yang Maha Esa
(Pembukaan UUD 1945 : Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa...)
Bangsa Indonesia menyadari bahwa Tuhan telah memberikan rahmat dan berkahnya bagi bangsa
Indonesia, dan hal ini merupakan wujud legitimasi teologis.
BAB V
TEORI TERJADINYA NEGARA
Suatu negara tidak terjadi begitu saja tetapi melalui suatu proses dengan dipenuhinya satu unsur
kepada unsur lainnya sehingga pada akhirnya seluruh unsur terpenuhi. Dengan dipenuhinya
seluruh unsur tersebut maka kapasitas negara sebagai entitas politik tidak diragukan lagi sebagai
subjek hukum (legal entity). Dalam hukum internasional disebut sebagai subjek hukum
internasional yang berkapasitas penuh dalam kedaulatannya.
Proses terjadinya negara dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu :
1. Terjadinya Negara Secara Primer (Primair Staatswording)
Teori terjadinya negara secara primer adalah teori yang membahas tentang terjadinya negara
yang tidak dihubungkan dengan negara yang telah ada sebelumnya.
Menurut teori ini, perkembangan negara secara primer melalui 4 phase, yaitu :
a. Phase Genootshap (Genossenschaft)
Fase ini merupakan pengelompokkan dari orang-orang yang menggabungkan dirinya
untuk kepentingan bersama dan disadarkan pada persamaan. Mereka menyadari bahwa
mereka mempunyai kepentingan yang sama. Kepemimpinan dipilih secara Primus Inter
Pares (yang terkemuka diantara yang sama). Pada fase ini yang terpenting adalah unsur
bangsa.
b.
Phase Reich (Rijk)
Pada fase ini, kelompok orang yang telah menggabungkan diri tersebut telah sadar akan
hak milik atas tanah sehingga kemudian muncul tuan-tuan tanah yang berkuasa atas
tanah dan orang-orang yang menyewa tanah. Hal ini menimbulkan sistem feodalisme
.Pada fase ini yang terpenting adalah unsur wilayah.
c.
Phase Staat
Pada fase ini masyarakat telah sadar dari tidak memiliki negara menjadi memiliki negara.
Pada fase ini yang terpenting adalah bahwa ketiga unsur dari negara (bangsa, wilayah
dan pemerintahan yang berdaulat) telah terpenuhi.
d.
Phase nation state
Pada fase ini rakyat memegang kekuasaan yang tertinggi. Fase ini dapat dibagi dua
lagi,yaitu :
1) Phase democratsiche Natie
Democratische Natie terbentuk atas dasar kesadaran demokrasi nasional, kesadaran
akan adanya kedaulatan di tangan rakyat.
2) Phase Dictatuur (dictum)
Ada 2 pendapat mengenai fase dictatuur, yaitu :
a) Menurut pendapat para sarjana Jerman,
bentuk diktator merupakan
perkembangan lebih lanjut dari democtatische natie.
b) b)
Menurut pendapat sarjana lainnya, dictatuur merupakan penyelewengan
dari democratische natie.
2.
2.
Suatu negara yang sudah ada menjadi lenyap karena faktor alam. Alam menyebabkan wilayah
suatu negara menjadi hilang lenyap. Misalnya : negara Atlantis.
Hilangnya negara karena faktor alam antara lain disebabkan karena :
a. Gunung meletus
b. Pulau yang terendam air laut.
Hilangnya negara karena faktor sosial.
Maksudnya adalah bahwa hilangnya atau lenyapnya suatu negara yang semula ada dan diakui
oleh negara lain tetapi hilang karena factor social. Factor social tersebut diantaranya adalah :
a.
Penaklukan
b. Revolusi (kudeta yang berhasil)
c. Perjanjian
d. Penggabungan.
Teori terjadinya negara, baik terjadinya Negara secara primer maupun sekunder berhubungan erat
dengan syarat keberadaan sebuah negara. Syarat adanya entitas hegara harus memenuhi
unsur-unsur primer dan sekunder.
1. Unsur primer, meliputi :
a.
Penduduk (rakyat)
b.
Wilayah
c.
Pemerintahan
Unsur-unsur primer ini harus dipenuhi untuk eksistensi negara. Tanpa adanya unsur primer
maka tidak mungkin ada negara.
2. Unsur sekunder
Unsur sekunder adalah pengakuan. Unsur ini merupakan unsur tambahan yang akan
menguatkan keberadaan suatu negara dalam masyarakat hukum internasional. Negara yang
baru muncul dalam komunitas hukum internasional memerlukan pengakuan dari negara lain
atas eksistensinya sebagai suatu negara.
Walaupun merupakan unsur tambahan namun pengakuan juga akan menentukan secara
signifikan kelanjutan hidup suatu negara. Seperti halnya manusia, negara juga tidak akan
bisa hidup tanpa adanya hubungan dengan manusia atau negara lain. Hal ini diperlukan untuk
memenuhi keperluan hidupnya, bertukar kebudayaan dan teknologi etc.
Negara mengatasi pertikaian yang mungkin muncul melalui mufakat lintas agama, ras dan antar
golongan. Negara melarang kegiatan yang bertentangan nilai-nilai ketuhanan. Hal ini merupakan
konsekuensi logis dari negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa.
2.
Mencapai kemanusiaan univesalitas yang melindungi segenap bangsa dan melaksanakan
ketertiban dunia
Negara harus mewujudkan kehidupan yang manusiawi, adil dan beradab yang berkorelasi positif
dengan upaya perlindungan hak asasi manusia.
Tujuan ini menjadi tugas inti dari negara, yaitu melindungi nilai-nilai kemanusiaan (tidak hanya
bagi warga negaranya tetapi juga bagi seluruh umat manusia).
Kemanusiaan harus didasarkan pada nilai-nilai kemanusiaan yang universal. Kemanusiaan juga
harus didasarkan pada pembentukan masyarakat yang beradab (civilized society) sebagaimana
yang dikonstruksikan dalam masyarakat madani (civil society)
3. Mencapai kesatuan bangsa dan mencerdaskan kehidupan bangsa
Mencapai kesatuan sebagai suatu nation state yang komprehensif. Kesatuan komunitas yang
sadar dalam lokalitas dan globalitas kemanusiaan. Nasionalisme yang rasional dan humanisme
yang religius. Pemerintah dibentuk untuk menyadari cita-cita tersebut sehingga rakyat cerdas
dan memahami hidupnya dan dapat menjalani hidupnya dengan baik.
4. Mencapai kerakyatan hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan
Mencapai kerakyatan dimaksudkan sebagai kolektivitas yang melaksanakan aspirasi rakyat dengn
tuntutan hikmah kebijaksanaan. Konkretnya melalui lembaga permusyawaratan (MPR) dan
lembaga perwakilan (DPR dan DPD).
Demokrasi Indonesia berkaitan secara menyeluruh dengan sila-sila lainnya dalam Pancasila.
5. Mencapai keadilan sosial (memajukan kesejahteraan umum)
Mencapai keadilan sosial merupakan tugas negara untuk memberikan kemakmuran ekonomi dan
kesejahteraan spiritual bagi seluruh rakyat Indonesia.
Tujuan ekonomi negara dikonstruksikan dalam penataan keadilan sosial. Kemakmuran material
harus dicapai melalui penataan keadilan. Keadilan harus lebih diutamakan daripada keadilan.
Keadilan tanpa kemakmuran lebib berarti daripada sebaliknya. Negara harus menjadi alat untuk
mencapai keadilan. Keadilan akan menyelamatkan seluruh warga negara.
BAB VII
TEORI TIPE-TIPE NEGARA
b)
Jumlah penduduk yang masih sedikit, dan dari jumlah yang sedikit tersebut hanya warga
polis saja yang berhak ikut demokrasi, para pedagang dari luar polis dan budak belian tidak
mempunyai hak untuk ikut melaksanakan demokrasi.
c. Tipe Negara Romawi
Tipe negara Romawi adalah Imperium. Yunani sendiri kemudian menjadi negara jajahan Romawi.
Ciri tipe negara Romawi Kuno adalah :
1) Primus inter pares (yang terkemuka diantara yang sama)
2) Adanya raja-raja yang absolut (Caesar)
Pemerintahan di Romawi dipegang oleh Caesar yang menerima seluruh kekuasaan dari rakyat
(Caesarismus). Pemerintahan Caesar adalah mutlak atau absolut.
3) Adanya kodifikasi hukum.
Undang-undang di Romawi dinamakan Lex Regia.
d. Tipe Negara Abad Pertengahan
Ciri khas tipe negara pada abad pertengahan adalah :
1.
Teokratis
2.
Feodalisme
3.
Dualisme dalam bernegara, yaitu dualisme (pertentangan)
antara:
a)
Penguasa dengan rakyat.
b)
Pemilik dan penyewa tanah (yang menyebabkan timbulnya feodalisme).
c)
Negarawan dan gerejawan (yang menimbulkan sekularisme).
Akibat adanya dualisme ini timbul keinginan dari rakyat untuk membatasi hak dan kewajiban raja
dan rakyat. Hal ini dikemukakan oleh aliran monarchomachen (golongan anti raja yang mutlak).
Perjanjian yang mereka sepakati diletakkan dalam leges fundamentalis yang berlaku sebagai
undang-undang.
e. Tipe Negara Modern
Ciri-ciri negara modern adalah :
1.
Berlakunya asas demokrasi
Kedaulatan ada di tangan rakyat dan demokrasi menggunakan sistem dan lembaga perwakilan.
2.
Dianutnya paham negara hukum
3.
Susunan negaranya adalah kesatuan.
Di dalam satu negara hanya ada satu pemerintahan,yaitu pemerintahan pusat yang mempunyai
wewenang tertinggi.
2)
Semua penduduk dalam hubungan kemasyarakatan harus tunduk pada peraturan hukum
yang berlaku.
Jika dilihat dari segi ilmu politik, Franz Magnis Suseno mengambil 4 ciri negara hukum yaitu :
1) Kekuasaan dijalankan sesuai dengan hukum positif yang berlaku.
2) Kegiatan negara berada di bawah kontrol kekuasaan kehakiman yang efektif.
3) Berdasarkan sebuah UUD yang menjamin HAM.
4) Menurut pembagian kekuasaan.
Salah satu asas penting dalam negara hukum adalah asas legalitas. Substansi dari asas legalitas
adalah menghendaki agar setiap tindakan badan/pejabat administrasi harus berdasarkan undangundang.
Tanpa dasar undang-undang maka badan/pejabat administrasi
tiak berwenang
melakukan suatu tindakan yang dapat mempengaruhi atau mengubah keadaan hukum warga
negaranya.
Asas legalitas berkaitan erat dengan dua gagasan, yaitu :
1)
Gagasan demokrasi
Gagasan demokrasi menuntut agar setiap bentuk undang-undang dan berbagai keputusan
mendapat persetujuan dari wakil rakyat.
2)
Gagasan negara hukum.
Gagasan negara hukum menuntut agar penyelenggaraan kenegaraan dan pemerintahan harus
didasarkan pada undang-undang dan memberikan jaminan terhadap hak-hak dasar rakyat yang
tertuang dalam undang-undang.
Menurut Sjachran Basah, asas legalitas berarti upaya mewujudkan paham kedaulatan hukum dan
paham kedaulatan rakyat yang berdasarkan prinsip-prinsip monodualistis yang sifat hakikatnya
konstitutif.
Menurut Indroharto, penerapan asas legalitas akan menunjang berlakunya kepastian hukum dan
berlakunya persamaan perlakuan.
Ada tiga bentuk tipe negara hukum :
1) Tipe Negara Hukum Liberal
Tipe negara ini menghendaki agar negara berstatus pasif, artinya adalah bahwa warga negara
harus tunduk pada peraturan-peraturan negara. Penguasa dalam bertindak harus sesuai dengan
hukum. Kaum liberal menghendaki agar antara penguasa dan rakyat harus ada persetujuan
dalam bentuk hukum.
2) Tipe Negara Formil
Yaitu negara
hukum yang mendapat pengesahan dari rakyat. Segala tindakan penguasa
memerlukan suatu bentuk hukum tertentu, harus berdasarkan undang-undang. Negara hukum
formil disebut pula sebagai negara demokratis yang berlandaskan negara hukum.
Menurut Stahl, negara hukum formil harus memenuhi empat unsur,yaitu :
a) Harus ada jaminan terhadap hak asasi manusia
b) Adanya pemisahan kekuasaan
c) Pemerintahan didasarkan pada undang-undang
d) Harus ada peradilan administrasi.
3) Tipe Negara Hukum Materiil
Negara hukum materiil merupakan perkembangan lebih lanjut dari negara hukum formil. Jika pada
negara hukum formil tindakan penguasa harus berdasarkan undang-undang (asas legalitas) maka
dalam negara hukum materiil untuk kepentingan warga negara dalam hal keadaan yang mendesak
maka penguasa dibenarkan bertindak menyimpang dari undang-undang (asas opportunitas).
c. Tipe Negara Kemakmuran
Pada tipe negara kemakmuran,negara mengabdi sepenuhnya kepada masyarakat. Dalam negara
kemakmuran, negara merupakan satu-satunya alat untuk menyelenggarakan kemakmuran rakyat.
Negara aktif menyelenggarakan kemakmuram untuk kepentingan seluruh rakyat dan negara.
Jadi, pada tipe negara ini maka tugas negara semata-mata adalah menyelenggarakan
kemakmuran untuk rakyat semaksimal mungkin.
TIPE NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
Dalam sejarah teori ketatanegaraan tersebut kita dapat menemukan tipe negara modern
yaitu adanya demokrasi perwakilan dan merupakan bangunan negara hukum yang demokratis.
Bentuk negara hukum yang demokratis (democratische-rechstaat/welfare state) menjadi cita-cita
seluruh negara modern saat ini.
Berdasarkan karakteristik tipe negara tersebut maka kita dapat menyimpulkan bahwa
Negara Republik Indonesia dapat dikategorikan sebagai negara modern. Konstitusi negara
Republik Indonesia yang telah diamandemen dalam Pasal 1 ayat (1,2 dan 3) telah dengan jelas
menyebutkan karakteristik cita-cita negara modern tersebut, yaitu :
Pasal 1 UUD 1945
(1) Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik
(2) Kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut undang-undang Dasar.
(3) Negara Indonesia adalah negara hukum.
Selain itu, alasan bahwa Indonesia dapat dikategorikan sebagai negara modern
adalah sebagai berikut :
1.
Negara RI tidak memiliki ciri-ciri seperti yang terdapat dalam tipe negara
Timur Kuno, Yunani Kuno, Romawi Kuno dll yang berciri teokrasi, absolut, negara kota dengan
demokrasi langsung, kerajaan yang absolut atau feodalistis.
2.
Konstitusi negara RI baik sebelum maupun setelah amandemen telah
mencanangkan adanya demokrasi perwakilan dan berupaya menciptakan bangunan negara
hukum yang demokratis.
Pemilihan presiden secara langsung dalam sistem pemilu di Indonesia tidak berarti bahwa kita
melaksanakan demokrasi secara langsung. Wujud demokrasi langsung yang sesungguhnya adalah
dengan sistem referendum dimana rakyat terlibat secara langsung dan merupakan subjek yang
langsung memutuskan berbagai kebijakan.
Dalam sistem pemilu di Indonesia, rakyat memilih presiden secara langsung namun presiden yang
nanti terpilihlah yang bertindak sebagai eksekutif yang akan memutuskan kebijaksanaan yang
akan dijalankan dalam pemerintahan. Oleh karena itu lebih tepat jika Indonesia menjalankan
demokrasi perwakilan atau menjalankan republik.
3.
Negara RI mensyaratkan rakyat untuk pada hukum dan nilai-nilai Ketuhanan
yang dianutnya. Hal ini memunculkan konsep bahwa negara kita berciri negara nomokratis yaitu
nomokratis Pancasila. Nomokratis nomoi (hukum) dan kratein (pemerintahan atau kekuasaan).
Penegasan Indonesia sebagai negara hukum terdapat dalam Pasal 1 ayat (3)
UUD 1945
Amandement yaitu Negara Indonesia adalah negara hukum. Konsekuensi dari negara hukum
adalah bahwa seluruh sikap, kebijakan, perilaku alat negara dan penduduk harus berdasar dan
sesuai hukum. Dalam negara hukum, hukumlah yang memegang komando tertinggi dalam
penyelenggaraan negara.
Dengan demikiran dapat disimpulkan bahwa dalam teori tipe-tipe utama negara
yang berkembang dalam sejarah kita dapat mengetahui bahwa negara RI dikonstruksikan untuk
menjadi negara modern, yaitu negara hukum yang demokratis dan merupakan nomokrasi
Pancasila.
BAB VIII
TEORI BENTUK NEGARA DAN BENTUK PEMERINTAHAN
A.
BENTUK NEGARA
Bentuk negara menyatakan susunan atau organisasi negara secara keseluruhan,
mengenai struktur negara yang meliputi segenap umsur-unsurnya, yaitu daerah, bangsa dan
pemerintahan. Bentuk negara melukiskan dasar negara, susunan dan tata tertib suatu negara
berhubungan dengan organ tertinggi di negara itu itu dan kedudukan masing-masing organ dalam
kekuasaan negara. Teori bentuk negara bermaksud membahas sistem penjelmaan politis dari
unsur-unsur negara.
1.
Monarchie
Monarchie (Kerajaan, Kesultanan, Kekaisaran) ialah negara yang dikepalai oleh seorang raja,
bersifat turun temurun dan menjabat untuk seumur hidup. Selain raja, kepala negara monarki
dapat berupa Kaisar (Kaisar Jepang dan China sebelum dijajah Inggris), Syah (Syah Iran) dan
Sultan (Sultan Brunei).
Bentuk negara monarki dapat dibedakan dalam tiga macam, yaitu :
a. Monarki Mutlak (Absolut)
Yaitu seluruh kekuasaan negara berada di tangan raja dimana raja mempunyai kekuasaan
dan wewenang mutlak dan tidak terbatas. Misalnya :
1)
Prancis di bawah Louis XIV dan XVI
2)
Spanyol di bawah Raja Philip II
3)
Rusia di bawah Tsar Nicholas
b.
c.
2.
Kepala negara dalam Autoritaren Fuhrerstaat diangkat atas dasar pikiran bahwa yang
dapat berkuasa disebut ger Gedanken der staatsautoritat.
Jadi dalam Autoritaren Fuhrerstaat, dasar ukurannya adalah ketidaksamaan. Namun,
asas ketidaksamaannya berbeda dengan monarki. Asas ketidaksamaan dalam monarki
bertitik tolak pada keturunan atau dinasti. Sedangkan pada Autoritaren Fuhrerstaat,
ketidaksamaannya bertitik tolak pada pikiran yang dapat menguasai negara.
5.
Aristoteles
Aristoteles membedakan bentuk negara berdasarkan ukuran kuantitas untuk bentuk ideal dan
ukuran kualitas untuk bentuk pemerosotan.
Menurut Aristoteles, bentuk negara dibedakan dalam :
a. Monarki
Apabila yang memerintah satu orang untuk orang banyak maka bentuk negaranya adalah
monarki, jika merosot dimana ia memerintah berdasarkan kepentingan sendiri maka
bentuknya adalah diktatur atau tirani.
b. Aristokrasi
Bila negara diperintah oleh beberapa orang untuk kepentingan orang banyak maka
bentuk negara tersebut adalah aristokrasi. Pemerosotan dari bentuk aristokrasi adalah
jika beberapa orang memerintah untuk kepentingan golongan sendiri maka bentuk
negara menjadi oligarkhi, sedangkan jika untuk kepentingan orang kaya maka dinamakan
plutokrasi.
Aristokrasi adalah negara yang pimpinan tertingginya dipegang oleh beberapa orang,
biasanya dari golongan feodal, golongan yang berkuasa.
Golongan orang yang memegang kekuasaan dapat dibedakan berdasaran :
1)
Kelahiran (kebangsawanan)
2)
Umur
3)
Hak milik atas tanah
4)
Kekayaan
5)
Kerajinan
6)
Pendidikan
7)
Fungsi militer dll.
c. Politiea
Jika yang memerintah seluruh orang dan demi kepentingan seluruh orang pula maka
bentuk negaranya adalah politiea. Jika merosot menjadi perwakilan maka bentuk
negaranya dinamakan demokrasi.
6.
Polybios
Menurut Polybios, demokrasi merupakan bentuk ideal sedangkan bentuk pemerosotannya
adalah ochlocratie atau mobocratie.
Demokrasi berasal dari kata demos (rakyat) dan kratein (kekuasaan).
Demokrasi adalah suatu negara dengan pemerintahan yang tertinggi terletak di tangan rakyat
dan setiap gerak langkah negara ditentukan oleh rakyat.
Syarat-syarat demokrasi antara lain adalah :
Macam-macam bentuk demokasi adalah :
a. Demokrasi Langsung
Yaitu negara demokrasi dimana semua warga negara ikut secara langsung memilih serta
ikut memikirkan jalannya pemerintahan.
Misalnya : Yunani Kuno, New England.
b. Demokrasi Perwakilan
Yaitu suatu negara demokrasi dimana tidak semua warga negaranya diikutsertakan
secara langsung dalam pemerintahan tetapi mereka memilih wakil-wakil mereka yang
duduk dalam badan-badan perwakilan (parlemen).
Misalnya : USA dengan parlemennya, Indonesia dengan DPR-nya.
7.
C.F. Strong
Ia mengemukakan adanya 5 kriteria untuk melihat bentuk negara, yaitu :
Republik
Republik berasal dari bahasa latin, respublica yang artinya kepentingan umum.
Negara republik adalah negara dengan pemerintahan rakyat yang dikepalai oleh Presiden
sebagai kepala negara yang dipilih dari dan oleh rakyat untuk masa jabatan tertentu (Di AS,
presiden menjabat selama 4 tahun dan di Indonesia selama 5 tahun).
Negara yang berbentuk republik contohnya adalah Republik Indonesia, Republik Filipina,
Republik Rakyat China.
Macam-macam bentuk republik :
a. Republik dengan sistem pemerintahan secara langsung (system referendum) Yunani
Kuno dan Romawi Kuno.
b. Republik dengan sistem pemerintahan perwakilan rakyat (system parlementer)
a.
b.
c.
d.
e.
B.
BENTUK PEMERINTAHAN
Teori mengenai bentuk pemerintahan meninjau bentuk negara secara yuridis. Bermaksud
untuk mengungkapkan sistem yang menentukan hubungan antara alat-alat perlengkapan negara
dalam menentukan kebijakan negara. Hal ini dapat ditemui dalam konstitusi negara.
Sistem pemerintahan merupakan gabungan dari dua istilah, yaitu :
1. Sistem
Menurut Carl J. Friedrich, sistem adalah suatu keseluruhan terdiri dari beberapa bagian yang
mempunyai hubungan fungsional baik diantara bagian-bagian maupun hubungan fungsional
terhadap keseluruhannya. Sehingga hubungan tersebut menimbulkan suatu ketergantungan
antara bagian-bagian. Akibatnya,
jika salah satu bagian tidak bekerja dengan baik akan
mempengaruhi keseluruhannya.
2. Pemerintahan
Pemerintahan adalah segala urusan yang dilakukan oleh negara dalam menyelenggarakan
kesejahteraan rakyatnya dan kepentingan negara sendiri.
Oleh karena itu jika kita membicarakan tentang sistem pemerintahan pada dasarnya adalah
membicarakan bagaimana pembagian kekuasaan serta hubungan antara lembaga-lembaga
negara menjalankan kekuasaan-kekuasaan negara itu,
dalam rangka menyelenggarakan
kepentingan rakyat.
Pada dasarnya sistem pemerintahan dapat dibedakan dalam :
3. Sistem Parlementer
Sistem parlementer merupakan sistem pemerintahan dimana hubungan antara eksekutif dan
legislative (badan perwakilan) mempunyai hubungan yang erat. Hal ini disebabkan karena
adanya pertanggungjawaban para menteri kepada parlemen. Setiap kabinet yang dibentuk
harus mendapat dukungan kepercayaan dengan suara terbanyak dari parlemen. Dengan
demikian kebijakan parlemen atau kabinet tidak boleh menyimpang dari apa yang
dikehendaki oleh parlemen.
Ciri-ciri umum dari sistem pemerintahan parlementer adalah :
d. Kabinet yang dipimpin oleh Perdana Menteri dibentuk oleh atau atas dasar kekuatan dan
atau kekuasaan-kekuasaan yang menguasai parlemen.
e. Para kabinet mungkin seluruhnya atau para anggota kabinet mungkin seluruh anggota
parlemen, atau tidak seluruhnya dan mungkin pula seluruhnya bukan anggota parlemen.
f.
Kabinet dengan ketuanya (eksekutif) bertanggung jawab kepada parlemen.
g. Kepala negara dengan saran PM dapat membubarkan kabinet.
h. Kekuasaan kehakiman secara prinsipil tidak digantungkan kepada lembaga eksekutif dan
legislatif.
4.
Sistem Presidensiil
Adalah suatu pemerintahan dimana kedudukan eksekutif tidak bertanggung jawab kepada
badan perwakilan rakyat. Dengan kata lain kekuasaan eksekutif berada di luar pengawasan
parlemen.
Ciri-ciri pemerintahan presidensiil :
d. Presiden adalah kepala eksekutif yang memimpin kabinetnya yang semuanya diangkat
olehnya dan bertanggung jawab kepadanya. Ia sekaligus merupakan kepala negra
(lambang negara) dengan masa jabatan yang telah ditentukan dengan pasti oleh UUD.
e. Presiden tidak dipilih oleh badan legislatif tetapi dipilih oleh sejumlah pemilih. Oleh karena
itu ia bukan bagian dari badan legislatif seperti dalam sistem pemerintahan parlementer.
f.
Presiden tidak bertanggung jawab kepada badan legislatif dan tidak dapat dijatuhkan oleh
badan legislatif. Sebaliknya, Presiden tidak dapat membubarkan legislatif.
g. Komparasi Sistem Pemerintahan Parlementer dengan Sistem Pemerintahan Presidensiil
Perbedaan diantara dua sistem pemerintahan tersebut disebabkan karena perbedaan latar
belakang sejarah politik masing-masing negara.
Secara umum perbedaan diantara dua sistem pemerintahan tersebut adalah :
Sistem Pemerintahan
Sistem Pemerintahan
Parlementer
Presidensiil
1. Latar Belakang Timbulnya
1. Latar Belakang Timbulnya
Timbul dari bentuk negara monarki yang Timbul dari keinginan untuk melepaskan diri
kemudian
mendapat
pengaruh
dari dominasi kekuasaan raja dengan mengikuti
pertanggungjawaban
menteri.
Raja ajaran Montesquieu dengan ajaran Trias
berfungsi sebagai faktor stabilisasi jika Politika.
5.
Sistem Quasi
Sistem pemerintahan quasi merupakan bentuk variasi dari sistem pemerintahan presidensiil
dan parlementer. Dalam sistem ini dikenal dua macam quasi, yaitu :
a. Quasi Presidensiil
Presiden merupakan kepala pemerintahan dengan dibantu oleh kabinet (ciri presidensiil)
tetapi dia bertanggung jawab kepada lembaga dimana dia bertanggung jawab sehingga
lembaga ini (legislatif) dapat menjatuhkan presiden/eksekutif (ciri sistem parlementer).
Misalnya : sistem pemerintahan Republik Indonesia.
b. Quasi Parlementer
6.
Sistem Referendum
Referendum adalah suatu kegiatan politik yang dilakukan oleh rakyat untuk memberikan
keputusan setuju atau tidak setuju terhadap kebijaksanaan yang ditempuh oleh parlemen
atau setuju atau tidak setuju terhadap kebijaksanaan yang dimintakan persetujuan kepada
rakyat.
Sistem referendum merupakan bentuk variasi dari sistem quasi (quasi presidensiil) dan
sistem presidensiil murni. Tugas pembuat undang-undang berada di bawah pengawasan
rakyat yang mempunyai hak pilih. Pengawasan itu dilakukan dalam bentuk referendum.Dalam
sistem ini pertentangan antara eksekutif dan legislatif jarang terjadi.
Berkaitan dengan pengawasan rakyat dalam bentuk referendum maka dikenal tiga macam
sistem referendum, yaitu :
a. Referendum Obligator
Jika persetujuan dari rakyat mutlak harus diberikan dalam suatu pembuatan peraturan
perundang-undangan yang akan mengikat rakyat seluruhnya. Misalnya : persetujuan
yang dibuat oleh rakyat dalam pembuatan UUD.
b. Referendum Fakultatif
Sekelompok masyarakat berhak untuk meminta disahkannya suatu undang-undang
(melalui referendum) yang telah dibuat oleh parlemen setelah diumumkan. Hal ini
biasanya dilakukan terhadap undang-undang biasa.
c. Referendum consultatif
Yaitu referendum untuk soal-soal tertentu yang teknisnya rakyat tidak tahu.
Keuntungan dari sistem referendum adalah bahwa dalam setiap masalah negara, rakyat
ikut serta menanggulanginya dan kedudukan pemerintah stabil sehingga pemerintah
akan memperoleh pengalaman yang baik dalam menyelenggarakan kepentingan rakyat.
Kelamahan dari sistem referendum adalah bahwa rakyat tidak mampu menyelesaikan
setiap masalah yang timbul karena untuk mengatasi suatu persoalan diperlukan
pengetahuan yang luas dari rakyat. Selain itu, sistem ini tidak dapat dilaksanakan jika
banyak terdapat perbedaan faham antara rakyat dan eksekutif yang menyangkut
kebijaksanaan politik.
Contoh sistem pemerintahan referendum adalah Swiss.
1.
C.
Berdasarkan kedua sistem ini diharapkan dapat tercapai mekanisme hubungan tugas dan hukum
antara lembaga-lembaga negara yang dapat menjamin terlaksananya sistem itu sendiri.
3) Kekuasaan negara yang tertinggi berada di tangan MPR
Kedaulatan rakyat dipegang oleh MPR sebagai penjelmaan seluruh rakyat Indonesia.
Sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi, MPR mempunyai tugas dan wewenang, yaitu :
a) Menetapkan UUD dan GBHN.
b) Memilih dan mengangkat Presiden dan Wapres.
Majelis mengangkat dan melantik Kepala Negara dan Wakil Kepala Negara, oleh karena itu Kepala
Negara dan Wakil Kepala Negara harus tunduk dan bertanggung jawab kepada MPR.
4) Presiden adalah penyelenggaran pemerintahan negara yang tertinggi di bawah Majelis.
Presiden adalah penyelenggara pemerintahan tertinggi di bawah MPR. Dalam menjalankan
pemerintahan, kekuasaan dan tanggung jawab ada pada Presiden (concentration of power and
responsibility upon the President).
5) Presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR
Presiden harus bekerja sama dengan DPR tetapi Presiden tidak bertanggun jawab kepada
DPR,artinya kedudukan Presiden tidak tergantung dari DPR.
Presiden harus mendapat persetujuan dari DPR untuk membentuk UU serta menetapkan APBN.
Presiden tidak dapat membubarkan DPR dan DPRpun tidak dapat menjatuhkan presiden.
6) Menteri Negara adalah pembantu Presiden, Menteri Negara tidak bertanggung jawab kepada
DPR.
Kedudukan menteri tidak tergantung pada DPR tetapi pada Presiden.
Pengangkatan dan
pemberhentian menteri merupakan wewenang sepenuhnya Presiden (Pasal 17 ayat 2).
Menteri bertanggung jawab kepada Presiden.
Dengan petunjuk dan persetujuan Presiden, menteri-menterilah yang sebenarnya menjalankan
pemerintahan di bidangnya masing-masing.
7) Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas
Kepala negara bukanlah dikatator karena ia harus mempertanggungjawabkan tindakannya kepada
MPR.
Sistem Pemerintahan Pasca-Amandemen UUD 1945
a. Perubahan Pertama UUD 1945
Perubahan terhadap UUD 1945 terjadi setelah timbulnya tuntutan reformasi, yang diantaranya
berkaitan dengan reformasi konstitusi (constitutional reform)
Sebelum terjadinya amandemen terhadap UUD 1945, kedudukan dan kekuasaan presiden sangat
dominan. Hal ini terlihat dalam kurun waktu demokrasi terpimpin 1959-1967 dimana MPR (S)
yang merupakan lembaga tertinggi dikendalikan oleh presiden. Sedangkan dalam kurun waktu
1967-1998, DPR yang berdasarkan UUD 1945 mempunyai hak inisiatif (mengajukan usul RUU)
tidak dapat melakukan haknya karena semua RUU berasal dari pemerintah.
Oleh karena itu, amandemen terhadap UUD 1945 dilakukan dengan tujuan untuk :
1) Mengurangi/mengendalikan kekuasaan presiden.
2) Mengembalikan hak legislasi kepada DPR, sedangkan presiden berhak untuk mengajukan RUU
kepada DPR.
b. Perubahan Kedua UUD 1945
Perubahan kedua terhadap UUD 1945 dilakukan pada substansi yang meliputi pemerintahan
daerah, wilayah negara, warganegara dan penduduk, hak asasi manusia, pertahanan dan
keamanan negara, bendera, bahasa, lambang negara dan lagu kebangsaan, serta DPR, khususnya
tentang keanggotaan, fungsi, hak maupun tentang tata cara pengisiannya. Berkaitan dengan
pengisian keanggotaan DPR, maka semua anggota DPR dipilih secara langsung oleh rakyat.
c. Perubahan Ketiga UUD 1945
Perubahan ketiga dilakukan menurut teori konstitusi, terhadap susunan ketatanegaraan yang
bersifat mendasar. Dari perubahan terhadap UUD 1945 terlihat bahwa sistem pemerintahan yang
dianut
adalah
sistem
pemerintahan
pr
esidensiil.
Ciri-ciri sistem pemerintahan presidensiil terlihat pada :
1) Prosedur pemilihan presiden dan wakil presiden
2)
Pertanggung jawaban presiden dan wakil presiden atas kinerja kerjanya sebagai lembaga
eksekutif.
d. Perubahan Keempat UUD 1945
Ada sembilan item pasal substansial pada perubahan keempat UUD 1945, antara lain :
1) Keanggotaan MPR
a.
b.
c.
d.
Berkaitan dengan keanggotaan MPR dinyatakan bahwa MPR terdiri atas anggota DPR dan DPD
yang dipilih melalui pemilu. Hal ini berarti tidak ada satupun anggota MPR yang keberadaannya
diangkat sebagaimana yang terjadi sebelum amandemen, dimana anggota MPR yang berasal dari
unsur utusan daerah dan ABRI melalui proses pengangkatan, bukan pemilihan.
2) Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden tahap kedua
3) Kemungkinan Presiden dan Wakil Presiden berhalangan tetap.
4) Kewenangan Presiden
Kewenangan Presiden sebagai kepala pemerintahan dan kepala negara mengalami perubahan
mendasar dimana setiap kebijakan Presiden harus mendapat persetujuan atau sepengetahuan
DPR.
Perubahan keempat ini membatasi kewenangan Presiden yang sebelumnya.
5) Keuangan negara dan bank sentral
6) Pendidikan dan kebudayaan
7) Perekonomian nasional dan kesejahteraan sosial
8) Aturan tambahan dan aturan peralihan
9) Kedudukan penjelasan UUD 1945.
Berdasarkan ketentuan-ketentuan yang terjadi pada perubahan terhadap UUD 1945,
langsung atau tidak langsung mempengaruhi sistem pemerintahan, diantaranya pada :
Konsep Negara Hukum
UUD 1945 pasca amandemen mempertegas deklarasi negara hukum, dari yang semula hanya ada
dalam Penjelasan, menjadi bagian dari Batang Tubuh UUD 1945.
Implementasi ketegasan konsep negara hukum Indonesia adalah sistem pemilihan umum secara
langsung oleh rakyat sehingga mereka bebas dalam menentukan sikap dan pendapatnya.
Menurut Oemar Seno Adji, pemilu yang bebas merupakan hal yang sangat fundamental bagi
negara hukum karena melalui pemilu langsung, akuntabilitas anggota parlemen semakin tinggi.
Kedudukan Presiden
Sebelum amandemen UUD 1945, kedudukan dan kekuasaan Presiden sangat dominan, terutama
dalam praktek penyelenggaraan negara. Dengan amandemen UUD 1945 maka kekuasaan
Presiden dikurangi dengan mengembalikan kekuasaan legislatif kepada DPR. Selain itu, periodisasi
lembaga kepresidenan dibatasi secara tegas, dimana seseorang hanya dapat dipilih sebagai
Presiden maksimal untuk dua kali periode jabatan.
Sistem Pemerintahan
UUD 1945 pasca amandemen menetapkan dengan jelas mengenai sistem presidensiil dalam
sistem pemerintahan.
Menurut Sri Soemantri, ciri-ciri sistem presidensiil dalam UUD 1945 pasca amandemen antara lain
adalah :
1) Presiden dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan secara langsung oleh rakyat.
2) Presiden tidak lagi bertanggung jawab kepada MPR karena lembaga ini tidak lagi bertindak
sebagai pelaksana kedaulatan rakyat.
Kedudukan MPR dan DPR
Melalui amandemen UUD 1945, MPR tidak lagi berkedudukan sebagai lembaga tertinggi negara
dan pemegang kedaulatan rakyat yang tertinggi.
Hal ini berimplikasi pada kewenangan MPR yang dulu memiliki kedudukan strategis, melalui
amandemen maka kewenangannya menjadi :
1) Mengubah dan menetapkan UUD
2) Melantik Presiden dan atau Wakil Presiden
3)
Memberhentikan Presiden dan atau Wakil Presiden dalam masa jabatannya menurut UUD
1945.
D.
SUSUNAN NEGARA
Susunan negara menyatakan struktur organisasi dan fungsi pemerintahan dengan tidak
menyinggung struktur daerah maupun bangsa.
Susunan negara juga menyangkut bentuk negara yang ditinjau dari segi susunannya
yaitu berupa :
1. Negara kesatuan yaitu negara yang bersusunan tunggal.
2. Negara Federasi yaitu negara yang bersusunan jamak.
a.
Negara Kesatuan
Negara kesatuan disebut juga uniterisme atau eenheistaat, yaitu suatu negara yang merdeka dan
berdaulat dimana di seluruh negara yang berkuasa hanyalah satu pemerintah yaitu pemerintah
pusat. Pemerintah pusatlah yang mengatur seluruh daerah. Jadi tidak terdiri dari beberapa negara
yang berstatus negara bagian (deelstaat) atau negara dalam negara.
Dengan demikian dalam negara kesatuan hanya ada satu pemerintah, yaitu pemerintah pusat
yang mempunyai kekuasaan serta wewenang tertinggi dalam bidang pemerintahan negara,
menetapkan kebijakan-kebijakan pemerintah dan melaksanakan pemerintahan negara baik di
pusat maupun di daerah serta di dalam atau di luar negeri.
Negara kesatuan mewujudkan kebulatan tunggal, kesatuan (unity) dan monosentris (berpusat
pada satu).
Macam-macam negara kesatuan :
a. Negara kesatuan dengan sistem sentralisasi
Dalam negara kesatuan dengan sistem sentralisasi maka semua urusan diurus oleh pemerintah
pusat. Pemerintah daerah tidak mempunyai hak untuk mengatur daerahnya, pemerintah daerah
hanya melaksanakan apa yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat.
Contoh : Jerman di bawah Hitler.
b. Negara kesatuan dengan sistem desentralisasi
Dalam negara kesatuan dengan sistem desentralisasi maka kepada daerah diberi kesempatan
dan kekuasaan untuk mengatur rumah tangganya sendiri. (otonomi daerah).
Contoh : Republik Indonesia.
2. Negara Federasi
Federasi berasal dari kata feodus yang berari perjanjian atau persetujuan.
Dalam negara federasi atau negara serikat (bondstaat/bundesstaat) merupakan dua atau lebih
kesatuan politik yang sudah atau belum berstatus negara berjanji untuk bersatu dalam suatu
ikatan politik, dimana ikatan tersebut akan mewakili mereka secara keseluruhan. Jadi merupakan
suatu negara bagian yang masing-masing tidak berdaulat, karena yang berdaulat adalah
persatuan dari negara-negara tersebut yaitu negara serikat (pemerintah federal).
Jadi, awalnya masing-masing negara bagian tersebut merupakan negara yang merdeka, berdaulat
serta berdiri sendiri. Dengan menggabungkan dalam suatu negara serikat maka negara yang
tadinya berdiri sendiri, sekarang menjadi negara bagian dan melepaskan sebagian kekuasaan
yang dimilikinya dan menyerahkannya kepada negara serikat.
Kekuasaan yang diserahkan disebutkan satu demi satu sehingga hanya kekuasaan yang
disebutkan saja yang diserahkan kepada negara serikat (delegated powers). Umumnya, kekuaaan
yang diserahkan adalah hal-hal yang berhubungan dengan luar negeri, pertahanan negara,
keuangan dan pos.
Dengan demikian kekuasaan yang diberikan bersifat terbatas karena kekuasaan yang asli tetap
ada pada negara bagian.
Anggota-anggota federasi tidak berdaulat dalam arti yang sesungguhnya karena federasilah yang
berdaulat. Anggota suatu federasi disebut negara bagian (deelstaat, state, anton, lander).
Bentuk negara federasi tidak dikenal pada zaman kuno maupun abad pertengahan, namun baru
dikenal sekitar tahun 1787 ketika pembentuk konstitusi Amerika Serikat memilih federasi sebagai
bentuk pemerintahan mereka.
Menurut C.F. Strong, dalam bukunya Modern Political Institution diperlukan dua syarat untuk
mewujudkan suatu negara federasi, yaitu :
a.
Harus ada perasaan nasional (a sense of nationality) diantara anggota-anggota kesatuankesatuan politik yang hendak berfederasi.
b.
Harus ada keinginan dari anggota-anggota kesatuan politik akan persatuan (union).
Selain itu, negara federasi memiliki tiga ciri khas, yaitu :
a. Adanya supremasi konstitusi federasi.
b. Adanya pembagian kekuasaan (distribution of power) antara negara bagian dengan negara
federal.
c.
Adanya suatu kekuasaan tertinggi yang bertugas menyelesaikan sengketa yang mungkin
timbul antara negara bagian dengan negara federal.
E. APLIKASI DI INDONESIA
Pembukaan UUD 1945 menyatakan bahwa : ....maka disusunlah kemerdekaan
kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-undang Dasar Negara Indonesia yang terbentuk
dalam susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan
kepada.....
Pasal 1 ayat (1) UUD 1945 : Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik.
BAB IX
TEORI KEDAULATAN
Teori kedaulatan (Souvereiniteit) pertama kali dikemukakan oleh Jean Bodin. Kedaulatan
adalah kekuasaan tertinggi untuk menentukan hukum dalam negara. Sifat-sifat kedaulatan adalah
tunggal, asli dan tidak terbagi.
Setiap masyarakat dalam suatu negara mengakui adanya kekuasaan yang paling tinggi
dalam hidup mereka kekuasaan tertinggi inilah yang mendominasi hidup mereka, menjadi alasan
yang menguasai hidup mereka. Demikian pula dengan suatu negara yang merupakan
pencerminan rakyat mengakui adanya kekuasaan yang tertinggi. Kekuasaan adalah kemampuan
seseorang atau golongan untuk dapat merubah sikap dari kebiasaan orang lain.
Pada intinya, hanya ada tiga hal yang dianggap berdaulat dalam suatu masyarakat atau
negara, yaitu :
1. Tuhan
Tuhan dikatakan memiliki kekuasaan tertinggi atau berdaulat karena Tuhanlah yang menciptakan
segala sesuatu dan berkuasa atas segala sesuatu.
2. Raja
Raja dikatakan berdaulat karena secara konkret dapat memerintah dan mengatur rayat yang
hidup dalam naungan kekuasaannya secara bijaksana. Namun seringkali kekuasaan raja yang
absolut menyebabkan tirani dan menindas rakyat sehingga timbul pemikiran bahwa raja tidak
pantas berdaulat, rakyatlah yang harus berdaulat atas dirinya sendiri.
3. Rakyat
Rakyat diletakkan sebagai pemegang kekuasaan tertinggi (berdaulat) untuk menghindari
penindasan dari raja yang absolut dan orang yang mengatasnamakan agama.
Pada
masa renaissance atau aufklarung
(abad pencerahan), para pendeta yang
mengatasnamakan agama Kristen dan kaum Monarch di Eropa berebut kekuasaan untuk
menguasai kehidupan rakyat. Keduanya berusaha meyakinkan rakyat sebagai wakil Tuhan di muka
bumi (cari : teori Dua Pedang).
Pemikiran bahwa rakyatlah yang berdaulat menimbulkan ide kedaulatan rakyat dan
pemerintahan dari rakyat dan oleh rakyat melalui parlemen (demokrasi perwakilan). Pelaksanaan
teori kedaulatan rakyat berikutnya melahirkan teori kedaulatan hukum. Sedangkan pelaksana teori
kedaulatan raja dalam suasana kedaulatan rakyat memunculkan teori kedaulatan negara.
Pada awalnya, dalam Ilmu Negara umum terdapat lima teori kedaulatan namun pada
perkembangan terakhir kaum pluralis memunculkan teori kedaulatan plural yang meletakkan
kedaulatan secara fungsional kepada beberapa hal/instansi.
Teori kedaulatan yang dikenal saat ini adalah :
1. Teori Kedaulatan Tuhan melahirkan sifat Teosentris = Teokrasi.
2. Teori Kedaultan Raja melahirkan sifat Monarkis.
3. Teori Kedaulatan Rakyat melahirkan sifat Demokratis
4. Teori Kedaulatan Negara melahirkan sifat Fascistis/Otoritarian.
5. Teori Kedaulatan Hukum melahirkan sifat Nomokratis (rechstaat dan rule of law).
6. Teori Kedaulatan Pluralis melahirkan sifat Pragmatis-Pluralis.
A.
generale akan jatuh bersamaan dengan jatuhnya volonte de corps. Jika pemerintahan hanya
dipegang oleh satu orang yang mempunyai kehendak sendiri (volonte particuliere) maka volonte
generale akan jatuh bersamaan dengan jatuhnya volonte particuliere. Oleh karena itu
pemerintahan harus dipegang oleh rakyat, rakyat mempunyai perwakilan dalam pemerintahan
agar volonte generale dapat terwujud.
Kedaulatan rakyat menurut Rousseau pada prinsipnya adalah cara untuk memecahkan
masalah berdasarkan sistem tertentu yang memenuhi kehendak umum. Kehendak umum bersifat
abstrak (hanya khayalan) dan kedaulatan adalah kehendak umum.
Teori kedaulatan rakyat diikuti oleh Immanuel Kant yang mengatakan bahwa tujuan
negara adalah untuk menegakkan hukum dan menjamin kebebasan
warga negaranya.
Kebebasan disini adalah kebebasan dalam batas perundang-undangan dan yang berhak membuat
undang-undang adalah rakyat. Oleh karena itu undang-undang merupakan penjelmaan kemauan
rakyat sehingga yang memiliki kekuasaan tertinggi atau berdaulat adalah rakyat.
F.
berada pada
lembaga-lembaga yang dibentuk UUD.
Hal inilah yang menimbulkan teori
kedaulatan pluralis dimana kekuasaan tertinggi diletakkan menurut fungsi kelembagaan masingmasing, mekanisme hubungan tata kerja antar lembaga dapat berjalan dengan demokratis.
Sebagian pakar termasuk Ismail Sunny berpendapat bahwa selain menganut kedaulatan
rakyat, negara Republik Indonesia menganut teori kedaulatan Tuhan dan kedaulatan Hukum
sekaligus.
Pernyataan bahwa negara Republik Indonesia menganut teori kedaulatan Tuhan
didasarkan pada Pembukaan UUD 1945 (Atas berkat rahmat Allah). Selain itu, Pasal 29 UUD 1945
menyebutkan bahwa Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal ini menunjukkan
bahwa seluruh sendi kehidupan negara harus mengacu pada nilai-nilai Ketuhanan. Pilihan norma
dan keputusan politik tidak boleh menyimpang dari nilai ketuhanan (ajaran agama) yang diakui
oleh seluruh bangsa Indonesia. Pancasila sebagai dasar negara mendudukkan sila Ketuhanan Yang
Maha Esa sebagai sila pertama. Sedangkan pernyataan bahwa Indonesia menganut teori
kedaulatan hukum terdapat dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 amandemen ketiga yang
menyatakan bahwa Indonesia adalah negara hukum (rechstaat) dan bukan negara atas kekuasaan
belaka (machstaat).
Kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa Negara Republik Indonesia menganut teori
kedaulatan Tuhan, kedaulatan rakyat dan kedaulatan hukum sekaligus. Dalam operasionalisasi
kedaulatan, negara Republik Indonesia menganut teori kedaulatan pluralis karena masing-masing
lembaga berdaulat atas fungsinya yang telah diberikan oleh konstitusi. Dikatakan pluralis karena
tidak ada lagi lembaga tunggal yang memegang kedaulatan.