Case Bedah Hadi
Case Bedah Hadi
LAPORAN KASUS
1.1
Identifikasi
Nama
Jenis Kelamin
Usia
Pekerjaan
Alamat
Status Perkawinan
MRS
No Reg/RM
1.2
Keluhan Utama
: Nyeri pinggang sebelah kanan dan kiri
Keluhan Tambahan
: (-)
Riwayat Perjalanan Penyakit
:
Pasien mengeluh nyeri pinggang sebelah kanan dan kiri. Nyeri pinggang
sebelah kanan terasa semakin berat sejak 3 hari yang lalu sebelum masuk rumah
sakit. Nyeri dirasakan hilang timbul dan tidak dipengaruhi aktivitas. Nyeri
dirasakan menjalar hingga ke perut bagian depan dan terkadang ke perut bagian
bawah sampai ke tungkai. BAK seperti biasa. Warna urin jernih, tidak terdapat
nyeri saat buang air kecil. Tidak terdapat demam, mual, muntah.
5 bulan SMRS pasien merasakan nyeri pinggang sebelah kanan dan kiri,
Nyeri pada pinggang dirasakan hilang timbul, nyeri pinggang sebelah kanan
dirasakan bertambah parah, nyeri dirasakan menjalar hingga ke perut bagian
depan dan terkadang ke perut bagian bawah sampai ke tungkai, nyeri saat BAK (-)
sering BAK (-), warna BAK biasa, keluar batu saat BAK (-), BAK berdarah (+) 1
bulan yang lalu terasa ada sisa saat BAK (-), demam disangkal, mual muntah (-),
riwayat trauma di daerah pinggang disangkal, riwayat sering mengangkat benda
berat disangkal. Pasien berobat rawat jalan 2 bulan di RSMH Palembang dan
sudah pernah dilakukan operasi ESWL pada pinggang sebelah kiri namun batu
pada ginjal kiri tidak pecah..
Riwayat Penyakit Dahulu
: Asma (+)
Riwayat Operasi
Riwayat Keluarga
Riwayat Alergi
1.3
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Kesadaran
Keadaan Umum
Tekanan Darah
Nadi
Frekuensi Nafas
Temperatur
Berat Badan
Tinggi Badan
Kepala
Leher
Thoraks
: Compos Mentis
: Baik
: 130/80 mmHg
: 76x/menit
: 18x/menit
: 36,60C
: 60 kg
: 165 cm
: Konjungtiva palpebra pucat (-/-), sclera ikterik (-/-)
: Pembesaran KGB (-), JVP 5-2 cmH2O
:
Cor
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
: Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
Hematologi
Hb 15,1 g/dl
Eritrosit 5,01x106mm3
Leukosit 8,7x103mm3
Hematokrit 44%
Platelet 270x103/L
Diff.Count 0/2/0/42/48/8
Faal Hemostasis
CT 12 menit
BT 3 menit
Kimia Klinik
Na 144 mEq/L
K 2,5 mEq/L
Ureum 26 mg/dl
Kreatinin 1,21 mg/dll
GDS 93 mg/dl
Urinalisis
Sedimen urine
Epitel +
Leukosit 3-5
Eritrosit 40-50
Silinder
Kristal
Bakteri
Mucus
Jamur
Radiologis
BNO-
IVP
tanda bendungan pada kaliks dan ureter, buli-buli baik, tidak ada
additional shadow.
Kesan
Hidronefrosis dextra grade II
Hidroureter dextra setinggi L-V (causa partial obstruksi pada ureter kanan
setinggi L-V)
Fungsi renal kiri normal
Batu pada pool bawah renal kiri
Gambar 3. BNO
di RSUP
Mohammad
Hoesin Palembang
(4 November
Kesan
Batu radioopak di setinggi vertebra L-II kanan kemungkinan di UPJ kanan
Terdapat batu di pole bawah berdiameter 1,5 cm, tidak ada pelebaran kalik
Kesan:
hidronefrosis dextra grade II disertai batu di pyelum ginjal kanan dan di pole
bawah ginjal kanan. Tampak batu diameter 1,5 cm di pole bawah ginjal kiri, tidak
ada hidronefrosis. Organ abdomen lainnya normal.
1.6 Prognosis
- Quo ad vitam
- Quo ad fungsionam
:dubia ad bonam
:dubia ad bonam
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1
Anatomi
Ginjal
Gambar 2.1 Ginjal, parenkim dan pelvis ginjal terpapar (Netter, 2003 hal. 334)
Ginjal terselubungi oleh suatu lapis jaringan fibrosa yang disebut
hilum yang tampak halus akan tetapi kuat. Lapisan ini menyelubungi
ginjal dengan sangat ketat, tetapi dapat terbuka dengan mudah. Di bawah
lapisan tersebut maka dapat terlihat ginjal dengan permukaannya yang
halus dan berwarna merah tua. Di tengah-tengah ginjal terdapat rongga
yang disebut sinus; rongga tersebut juga terlapisi oleh hilum (Gray, 1995).
Segala benda seperti pembuluh darah dan duktus ekskretorik akan
memasuki ginjal melalui fisura tersebut. Duktus ekskretorik ginjal, ureter
setelah masuk ke dalam ginjal akan melebar seperti sebuah kerucut,
struktur ini dinamakan pelvis. Pelvis akan bercabang menjadi dua atau tiga
percabangan yang akan memisah lagi yang disebut dengan calices atau
korteks
membentuk
proximal
convoluted
tubule.
Dalam
10
11
b. Adanya
refleks
saraf
(disebut
refleks
mikturisi)
yang
akan
mengosongkan kandung kemih. Pusat saraf miksi berada pada otak dan
spinal cord (tulang belakang). Sebagian besar pengosongan diluar
kendali tetapi pengontrolan dapat dipelajari latih. Sistem saraf
simpatis : impuls menghambat vesika urinaria dan gerak spinchter
interna, sehingga otot detrusor relax dan spinchter interna konstriksi.
Sistem saraf parasimpatis : impuls menyebabkan otot detrusor
berkontriksi,
sebaliknya
spinchter
relaksasi
terjadi
mikturisi
(Roehrborn, 2009).
2.3
2.3.1
Batu Ginjal
Definisi
Batu perkemihan dapat timbul dari berbagai tingkat dari system
perkemihan (ginjal, ureter, kandung kemih). tetapi yang paling sering
ditemukan adalah di dalam ginjal (Barbara, 1996).
Batu ginjal atau nefrolitiasis adalah suatu keadaan dimana terdapat
satu atau lebih batu di dalam pelvis atau calyces ginjal. Nefrolitiasis adalah
adanya timbunan zat padat yang membatu pada ginjal, mengandung
komponen kristal, dan matriks organik (Soeparman, 2001).
2.3.2
12
3. Jenis kelamin
Jumlah pasien laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan
pasien perempuan.
Beberapa faktor ekstrinsik diantaranya adalah:
1.
Geografi
Pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian batu saluran kemih
yang lebih tinggi daripada daerah lain sehingga dikenal sebagi daerah
stone belt (sabuk batu), sedangkan daerah Bantu di Afrika Selatan
hampir tidak dijumpai penyakit batu sauran kemih.
2.
3.
Asupan air
Kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium pada air
yang dikonsumsi, dapat meningkatkan insiden batu saluran kemih.
4.
Diet
Diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya
penyakit batu saluran kemih.
5.
Pekerjaan
Penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak
duduk atau kurang aktivitas atau sedentary life. (Purnomo, 2007).
2.3.3
Epidemiologi
Penelitian epidemiologik memberikan kesan seakan-akan penyakit
batu mempunyai hubungan dengan tingkat kesejahteraan masyarakat dan
berubah
sesuai
dengan
perkembangan
kehidupan
suatu
bangsa.
13
Batu kalsium
Kalsium adalah jenis batu yang paling banyak menyebabkan BSK
yaitu sekitar 70%-80% dari seluruh kasus BSK. Batu ini kadangkadang di jumpai dalam bentuk murni atau juga bisa dalam bentuk
campuran, misalnya dengan batu kalsium oksalat, batu kalsium
fosfat atau campuran dari kedua unsur tersebut. Terbentuknya batu
tersebut diperkirakan terkait dengan kadar kalsium yang tinggi di
dalam urine atau darah dan akibat dari dehidrasi. Batu kalsium
terdiri dari dua tipe yang berbeda, yaitu:
b.
Serratia,
Enterobakter,
Pseudomonas,
dan
Batu Sistin
Batu Sistin terjadi pada saat kehamilan, disebabkan karena
gangguan ginjal. Merupakan batu yang paling jarang dijumpai
dengan frekuensi kejadian 1-2%. Reabsorbsi asam amino, sistin,
arginin, lysin dan ornithine berkurang, pembentukan batu terjadi
saat bayi. Disebabkan faktor keturunan dan pH urine yang asam.
Selain karena urine yang sangat jenuh, pembentukan batu dapat
juga terjadi pada individu yang memiliki riwayat batu sebelumnya
atau pada individu yang statis karena imobilitas. Memerlukan
15
pengobatan
seumur
hidup,
diet
mungkin
menyebabkan
Penegakan Diagnosis
Anamnesis
Anamnesa harus dilakukan secara menyeluruh. Keluhan nyeri
harus dikejar mengenai onset kejadian, karakteristik nyeri, penyebaran
nyeri, aktivitas yang dapat membuat bertambahnya nyeri ataupun
berkurangnya nyeri. Keluhan yang disampaikan pasien tergantung pada
posisi, letak, ukuran batu. Keluhan paling sering adalah nyeri pinggang.
Nyeri bisa kolik atau bukan kolik. riwayat muntah, gross hematuria, dan
riwayat nyeri yang sama sebelumnya. Penderita dengan riwayat batu
sebelumnya sering mempunyai tipe nyeri yang sama.
Pemeriksaan Fisik
Terlihat tanda gagal ginjal dan retensi urin, jika disertai infeksi
didapatkan demam dan menggigil.
16
Pemeriksaan Penunjang
Radiologi
Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan pada kasus batu ginjal
adalah adalah foto polos abdomen, USG abdomen, CT-scan. Dari
pemeriksaan radiologi dapat menentukan jenis batu, letak batu,
ukuran, dan keadaan anatomi traktus urinarius. Secara radiologi, batu
dapat berupa radio-opak dan radio-lusen.
a. Foto Polos Abdomen
Foto
polos
abdomen
ini
bertujuan
untuk
melihat
17
Hidronefrosis
18
Pemeriksaan Laboratorium
a. Urine analisis, volume urine, berat jenis urine, protein, reduksi,
Patofisiologi
Nefrolitiasis merupakan kristalisasi dari mineral dan matriks
seperti pus darah, jaringan yang tidak vital dan tumor. Komposisi dari batu
ginjal bervariasi, kira-kira tiga perempat dari batu adalah kalsium, fosfat,
asam urin dan cistien.peningkatan konsentrasi larutan akibat dari intake
yang rendah dan juga peningkatan bahan-bahan organic akibat infeksi
saluran kemih atau urin ststis sehingga membuat tempat untuk
pembentukan batu. Ditambah dengan adanya infeksi meningkatkan
kebasaan urin oleh produksi ammonium yang berakibat presipitasi kalsium
dan magnesium pospat (Long. 1996 : 323)
Proses pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh beberapa faktor
yang kemudian dijadikan dalam beberapa teori ;
1.
Teori supersaturasi
Tingkat kejenuhan kompone-komponen pembentuk batu ginjal
mendukung terjadinya kristalisasi. Kristal yang banyak menetap
menyebabkan terjadinya agresi kristal kemudian timbul menjadi
batu.
2.
Teori matriks
Matriks merupakan mukoprotein yang terdiri dari 65% protein,
10% heksose, 3-5 heksosamin dan 10% air. Adapun matriks
menyebabkan penempelan kristal-kristal sehingga menjadi batu.
3.
20
Teori epistaxi
Merupakan pembentukan baru oleh beberapa zat secra- bersamasama, salauh satu batu merupakan inti dari batu yang merupakan
pembentuk pada lapisan luarnya. Contohnya ekskresi asam urayt
yanga berlebihan dalam urin akan mendukung pembentukan batu
kalsium dengan bahan urat sebagai inti pengendapan kalsium.
5.
Teori kombinasi
Batu terbentuk karena kombinasi dari berbagai macam teori di atas.
2.3.6 Pencegahan
Pencegahan yang dilakukan adalah berdasarkan kandungan unsur yang
menyusun batu saluran kemih yang diperoleh dari analisis batu. Pada umumnya
pencegahan itu berupa: (1) Menghindari dehidrasi dengan minum cukup dan
diusahakan produksi urin sebanyak 2-3 liter per hari, (2) Diet untuk mengurangi
kadar zat komponen pembentuk batu, (3) Aktivitas harian yang cukup, dan (4)
Pemberian medikamentosa
Pemberian Medikamentosa
Jenis
Faktor
Batu
Timbulnya Batu
Kalsium Hiperkalsiuri absorbtif Natrium selulosa fosfat
Thiazide
Orthofosfat
Mekanisme
Kerja
Obat
Mengikat Ca dalam
usus (absorbsi)
Reabsorpsi Ca di
Hiperkalsiuri renal
Thiazide
tubulus
sintesa vitamin D
urine inhibitor
Reabsorpsi Ca di
Hiperkalsiuri resorptif
Paratiroidektomi
tubulus
Reabsorpsi
Potasium sitrat
Magnesium sitrat
Allopurinol
dari tulang
pH sitrat
mg Urine
urat
Hipositraturi
Hipomagnesiuri
Hiperurikosuri
Ca
21
Hiperoksaluria
MAP
Urat
Infeksi
Dehidrasi
(pH urine )
Hiperurikosuri
Potassium alkali
Allopurinol
Pyridoxin
Kalsium suplemen
Antibiotika
AHA
(amino
pH
urat
Eradikasi infeksi
Urease inhibitor
hydroxamic acid)
Hidrasi cukup
pH
Potassium Alkali (Nat urat
Bik)
Allopurinol
2.3.7 Penatalaksanaan
Indikasi untuk melakukan tindakan/terapi pada batu saluran kemih
adalah jika batu telah menimbulkan obstruksi, infeksi, atau harus diambil
karena sesuatu indikasi social.
Obstruksi karena batu saluran kemih yang telah menimbulkan
hidroureter atau hidronefrosis dan batu yang sudah menyebabkan infeksi
saluran kemih, harus segera dikeluarkan.
Batu dapat dikeluarkan dengan cara medikamentosa, dipecahkan
dengan ESWL, melalui tindakan endourologi, bedah laparoskopi. Atau
pembedahan terbuka .
Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang ukuranya kurang
dari 5 mm, karena diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang
diberikan bertujuan untuk mengurangi nyeri, memperlancar aliran urine
dengan pemberian diabetikum, dan minum banyak supaya dapat
mendorong batu keluar dari saluran kemih.
ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)
Alat ESWL ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter
proksimal,atau batu buli-buli tanpa melalui tindakan invasif dan tanpa
pembiusan. Batu dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah
dikeluarkan melalui saluran kemih.
22
Endourologi
Tindakan Endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk
mengeluarkan batu saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan
kemudian mengeluarkanya dari saluran kemih melalui alat yang
dimasukkan langsung ke dalam saluran kemih. Beberapa tindakan
endourologi itu adalah :
1.
PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy)
Usaha mengeluarkan batu yang berada di dalam saluran ginjal
dengan cara memasukan alat endoskopi ke sistem kalises melalui insisi
pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu
menjadi fragmen-fragmen kecil.
2.
Litotripsi
Memecah batu buli-buli atau uretra dengan memasukkan alat pemecah
batu (litotriptor) ke dalam buli-buli. Pecahan batu dikeluarkan dengan
evakuator Ellik.
3.
Ureteroskopi atau uretero-renoskopi
Memasukkan alat ureteroskopi per-uretram guna melihat keadaan ureter
atau sistem pielokaliks ginjal. Dengan memakai energi tertentu , batu yang
berada di dalam ureter maupun sistem pelvikalises dapat dipecah melalui
tuntutan ureteroskopi/ureterorenoskopi ini.
4.
Ekstraksi Dormia
Mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya melalui alat keranjang
Dormia.
2.3.8 Prognosis
Prognosis tergantung pada besar batu, letak batu, adanya infeksi,
dan adanya obstruksi. (Purnomo, 2007)
23
2.4 Hidronefrosis
2.4.1 Definisi
Hidronefrosis adalah pembengkakan ginjal yang terjadi sebagai akibat
akumulasi urin di saluran kemih bagian atas. Hal ini biasanya disebabkan
adanya penyumbatan di suatu tempat di sepanjang saluran kemih.
2.4.2
Grading
25
dilakukan
BNO
IVP. Didapatkan
hasil
berupa
gambaran
26
Gray, Henry. 1995. Gray's Anatomy: The Anatomical Basis of Medicine and
Surgery. Churchill Livingstone : London
Kelly, Christopher R., dan Jaime Landman. 2003. The Netter Collection of
Medical Illustrations - Urinary System. Elsevier : London
Malueka, RG. 2011. Hidronefrosis dalam Radiologi Diagnostik. Cetakan Ketiga.
Yogyakarta:Pustaka Cendekia Press.
Sjahriar, Rasad. 2009. Radiologi Diagnostik. Edisi kedua. Cetakan keempat.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Purnomo, Basuki B. 2007. Batu Ginjal dan Ureter dalam Dasar-Dasar Urologi.
Yogyakarta: Sagung Seto.
Sudoyo, AW. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Batu kandung kemih. Jilid I.
Edisi IV. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Long, Barbara C. 1996. Pendekatan Medikal Bedah 3, Suatu pendekatan proses
keperawatan. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan
Padjajaran.
27