Anda di halaman 1dari 28

PENGARUH BENTUK BULBOUS BOW TERHADAP HAMBATAN DAN ALIRAN FLUIDA PADA KAPAL UJI L

HI-072-1 DENGAN MENGGUNAKAN SIMULASI CFD Oleh Dosen Pembimbing : : Andi Cahyo Pr
asetyo Tri Nugroho 1. Eko Sasmito Hadi, ST, MT. 2. Parlindungan Manik, ST, MT
ABSTRAK
Hambatan kapal yang kecil merupakan suatu tujuan dalam perencanaan bentuk lambun
g (hull form) suatu kapal. Oleh karena itu banyak penelitian dilakukan untuk med
apatkan suatu desain hull form yang memiliki nilai hambatan kecil, salah satunya
adalah pemasangan bulbous bow. Tugas akhir ini mengkaji pengaruh bentuk bulbous
bow terhadap hambatan dan aliran fluida pada kapal uji LHI 072-1 dengan menggun
akan simulasi CFD. Dari hasil studi ini akan diketahui nilai hambatan kapal dari
berbagai variasi model hasil modifikasi sehingga didapatkan suatu model yang me
miliki nilai hambatan yang paling kecil. Berdasarkan hasil perhitungan dan anali
sa dengan menggunakan metode submerged pada model dengan penambahan panjang bulb
10%, lebar 5%,dan deadrise angle 150 memiliki nilai hambatan yang paling kecil.
Kata kunci:, Kapal Uji LHI 072-1, bulbous bow, hambatan, metode submerged, CFD.
ABSTRACT Small resistance vessel is a goal in ship hull form planning. Therefore
many studies done to earn a hull form design with a small resistance value, one
of which is instalation of bulbous bow. This final task studying the influence
of the bulbous bow toward resistance and fluid flow in the test vessel LHI072-1
using CFD simulation. From the result of this study will be known resistance val
ue of the ship from a variety of modification so that the model result obtained
a model that has the smallest value of resistance. Based on calculation and anal
ysis using submerged method in model with addition of bulb length 10%, 5% wide,
and deadrise angle 150 has the smallest resistance value. Key word : ship Test L
HI072-1, bulbous bow resistance, submerged method, CFD

1.
PENDAHULUAN
Hambatan kapal pada suatu kecepatan adalah gaya fluida yang bekerja pada kapal s
edemikian rupa sehingga melawan gerakan kapal tersebut. Hambatan tersebut sama d
engan komponen gaya fluida yang bekerja sejajar dengan sumbu gerakan kapal (Harv
ald, Sv.Aa 1992). Hambatan ini merupakan faktor penting yang berpengaruh saat pe
rancangan suatu kapal terutama penentuan bentuk lambung (hull form) dan untuk pe
rhitungan daya mesin induk kapal, yang kemudian berpengaruh terhadap biaya opera
sional kapal yang berhubungan dengan konsumsi bahan bakar. Telah banyak dilakuka
n penelitan untuk mendapatkan desain bentuk lambung (hull form) yang efektif dit
injau dari nilai hambatan. Salah satu desain yang sekarang ini banyak digunakan
pada kapal-kapal konvensional untuk mengurangi hambatan kapal adalah desain bulb
ous pada haluan kapal. Berbagai bentuk bulbous bow telah dikembangkan sesuai den
gan bentuk penampang bagian depan kapal yaitu bentuk V dan U. Para ahli perkapal
an (Taylor, Weinblum dan Wegley) menunjukkan dari teori maupun percobaan berbaga
i model, bahwa bulbous bow dapat mengurangi besarnya gelombang yang ditimbulkan
oleh haluan kapal. Efek hidrodinamis dari pemasangan bulbous bow berdasarkan pad
a perubahan distribusi aliran disekitar haluan, menginterfensi gelombang yang te
rjadi akibat lambung kapal sehingga mengurangi keseluruhan system gelombang (Fra
nsisco perez. Jose A suarez. Juan A Clemente 2006). Sebuah desain bulbous yang b
aik akan dapat menciptakan destructive wave yang dapat mengurangi keseluruhan si
stem gelombang, dan mengurangi wave-making resistance dari kapal, sehingga dapat
mengurangi hambatan yang ditimbulkan oleh lambung kapal. Dalam perkembangannya
berbagai bentuk dan seri bulbous bow dilakukan pengujian dan penelitian mengenai
karakterisriknya untuk mendapatkan bentuk yang terbaik. Metode yang sering dipa
kai adalah pengujian model dengan menggunakan tanki percobaan (towing tank) atau
perangkat lunak yang berbasis Computational Fluid dynamics. Kemudian metode CFD
terus dikembangkan mengingat metode CFD lebih murah, cepat, dan praktis dibandi
ngkan dengan percobaan tanki.
Sekarang ini telah banyak perangkat lunak yang berbasis CFD untuk kasus-kasus bi
dang perkapalan. Pada umumnya dihasilkan suatu plot warna pada daerah atau area
pemodelan, dimana plot tersebut menggambarkan parameter suatu pengukuran yang di
sediakan oleh perangkat lunak tersebut. Untuk mendapatkan hasil analisa yang ben
ar dengan dasar CFD dibutuhkan suatu dasar pemahaman mengenai fluida khususnya d
inamika fluida bagi penggunanya, tanpa dasar tersebut tidak akan didapat hasil y
ang valid sehingga tidak bisa dijadikan dasar dari analisa.
2.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bulbous Bow Penggunaan bulb pada haluan kapal akan menyebabkan pengurangan
tahanan kapal tergantung dari tipe bulb, block koefisien kapal dan kecepatan kap
al. Keuntungan-keuntungan dari penggunaan bulb haluan sudah diketahui sejak bebe
rapa tahun yang lalu. Ahli-ahli perkapalan seperti Taylor, Weinblum, Wigley dan
sebagainya telah menghasilkan teori maupun percobaan-percobaan model bahwa bulb
haluan dapat mengurangi besarnya gelombang yang ditimbulkan oleh haluan kapal. S
ehingga dengan perkataan lain kehilangan energi dalam pembentukan gelombang akan
diperkecil atau tahanan kapal akan diperkecil. Pada tahun 1962 profesor Inui me
nyimpulkan penggunaan Bulb yang besar untuk kapal-kapal dengan blok kaefisien ya
ng besar, berlawanan dengan pendapat sebelumnya, bahwa pengurangan tahanan gelom
bang yang disebabkan oleh bulb hanyalah berlaku untuk kapal-kapal dengan blok ko
efisien lebih kecil dari 0,7. Penemuan yang sangat mengesankan ini ialah pengura
ngan yang cukup besar dari tahanan oleh bulb pada kapal-kapal yang lambat untuk
harga v/ L antara 0,5 0,65. Kadang kadang pengurangan dari tenaga kuda dapat men
capai 20 25% dibandingakan dengan kapal-kapal tanpa bulb.

Bulb menyebabkan pengaruh yang baik pula untuk tahanan gesek disebabkan bentuk a
liran disekitar dan dibelakang bulb menjadi lebih baik. Pada tahun 1935 Wigley m
elakukan pehitungan-pehitungan pada profil gelombang dan menerbitkan teori dasar
dari bulb haluan (bulbous bow). Pada kecepatan rendah Wigley mendapatkan bahwa
tahanan total bertambah akibat tahanan gesekan dan tahanan bentuk tambahan dari
bulb.
bulb dapat didasarkan pada besarnya koefisien blok, yaitu: Bulb pada kapal kapal
dengan koefisien blok yang tinggi (cb > 0,8). Bulb pada kapa kapal dengan bentu
k ramping dan cepat. Bentuk bulb yang khusus. Pada tahun 1962 Universitas Michig
an telah melaksanakan serangkaian percobaan bulb dengan model kapal yang mempuny
ai Cb = 0,875 menunjukan suatu keuntungan terhadap EHP sebesar 4% pada full load
dan 15% pada keadaan ballast. Bulb untuk kapal dengan koefisien blok yang tingg
i ada beberapa macam diantaranya : Bulb Seri B (B1, B2, B3, B4)
Pada kecepatan tinggi pengurangan tahanan gelombang yang disebabkan oleh interfe
rensi antara sistem gelombang pada haluan dan sistem gelombang pada bulb, bila l
etak bulb tepat sekali, adalah lebih besar daripada tahanan 2.1.1. gesekan maupu
n tahanan bentuk dari bulb sehingga berakibat mengurangi tahanan totalnya. Wigle
y mengambil kesimpulan bahwa : a. Kecepatan kapal dengan bulb yang baik antara V
L
= 0,8 sampai
dengan 1,9. b. Letak dari bulb yang terbaik adalah bila pusat bulb terletak pada
haluan kapal jadi ada bagian bulb yang menonjol keluar dari haluan. c. Bulb seb
aiknya diletakkan sebawah mungkin dibuat sependek mungkin dan selebar mungkin di
sesuakan dengan bentuk kapal pada bagian tersebut. d. Bagian atas dari bulb dius
ahakan tidak dekat dengan permukaan air. Walaupun wigley menyatakan bahwa bulb y
ang baik dari / untuk kapal kapal cepat dengan
6,3 Lpp/200 14 Lpp/200
FP
Gambar 2.1. Bentuk bulb seri B dibandingkan dengan bentuk stem. Bulb seri ini me
mpunyai penonjolan dari FP sebesar : 6,3Lpp/200 14.Lpp/200. Luas section bulb p
ada FP dibandingkan luas midship section berfariasi antara 10,2%
7,8% Keuntung
an dari bulb tipe ini adalah : a. Pengurangan BHP pada kondisi muatan penuh sebe
sar 5% b. Pengurangan BHP pada kondisi 60% displasemen sebesar 20% c. Penguranga
n BHP pada kondisi 50% displasemen sebesar 25% 2.1.2. Bulb seri C (C1 sampai den
gan C6) Bulb seri ini adalah berbentuk silindris dengan ujungnya berbentuk spher
es atau bola seperti terlihat pada gambar 2.2. Bulb ini mempunyai luas penampang
8% dari luas midship.
V L
= 0,8 1,9, percobaan menunjukan bahwa
untuk kapal kapal lambat dengan V
L
< 0,8
bulb masih dirasakan keuntungannya dari segi tahanan kapal. Doust menyarankan ag
ar luas permukaan bulb tidak melebihi 5%, untuk mengurangi kerusakan karena slam
ming. Penyelidikan dari


Untuk C1 letak titik pusat bola pada FP. Untuk C2 letak titik pusat bola pada 1%
Lpp didepan FP. Untuk C3 letak titik pusat bola pada 1,5%Lpp didepan FP. Untuk C
4 letak titik pusat bola pada 2%Lpp didepan FP. Untuk C5 letak titik pusat bola
pada 2,5%Lpp didepan FP. Untuk C6 letak titik pusat bola pada 3,5%Lpp didepan FP
.
ujung ujung ujung ujung ujung ujung
menggunakan bulb tipe R diperoleh keuntungan EHP dari kondisi sebagai berikut :
Kondisi full load memberikan keuntungan EHP sebesar 6%. Kondisi ballast (75%)dis
plasemen, memberikan keuntungan sebesar 12%. Kondisi balast (53%)displ memberika
n keuntungan sebesar 27%. 2.1.4. Bulb Maier Bulb tipe ini memberikan keuntungan
tenaga kuda pada kapal kapal dengan kondisi ballast daripada pada kondisi muatan
penuh. Bulb tipe ini dapat memberikan dua keuntungan dibandingkan dengan tipe t
ipe sebelumnya, yaitu :
C1
C6
Gambar 2.2. Bentuk bulbous bow tipe C1 sampai C6, penomeran didasarkan pada panj
ang bulb. Keuntungan dari bulb seri ini adalah : a. Pengurangan BHP pada kondisi
muatan penuh sebesar 10%. b. Pengurangan BHP pada kondisi 60% displasemen sebes
ar 15%. Bulb seri R (R1, R2, R3) Seri ini dibuat setelah seri B dan C untuk mend
apatkan keuntungan yang lebih besar untuk kapal dalam keadaan Full load. Bulb se
ri ini mempunyai bentuk dimana ujungnya agak dinaikan mendekati Lwl dan runcing.
Keuntungan dari bulb tipe ini adalah : a. Pengurangan BHP pada kondisi muatan p
enuh sebesar 11,5%. b. Pada kondisi 60% displasemen untuk R2 adalah kurang baik.
c. Pada kondisi 50% displasemen untuk tipe R2 adalah paling baik, walaupun seba
gian muncul dipermukaan air. Dr. Ing.M.L. Acedovo telah melakukan percobaan di s
panyol dengan
a. Mengurangi besarnya tahanan kapal atau tenaga kuda yang dibutuhkan oleh kapal
dalam ptoporsi yang sama untuk kondisi muatanpenuh maupun kondisi ballast. b Me
ngurangi bahaya shock dam getarn didaerah bulb pada keadaan ombak bessar atau pa
da saat terjadi slamming. Bentuk bulb maier ini mempunyai lebar bulb maksimal di
atas garis air muat untuk kondisi ballast.
2.1.3.
Sarat Penuh
waterline ballast condition
T
B max
Gambar 2.3. Bentuk Bulb Maier dilihat dari pandangan samping dan depan 2.2. Hamb
atan Kapal Kapal yang bergerak di media air dengan kecepatan tertentu, akan meng
alami gaya hambat (tahanan atau resistance) yang berlawanan dengan arah gerak ka
pal tersebut. Besarnya hambatan kapal sangat dipengaruhi oleh kecepatan gerak ka
pal (Vs), berat air yang dipindahkan oleh badan kapal yang tercelup dalam air (d
isplacement), dan bentuk badan kapal

(hull form). Kecepatan kapal sanagt dipengaruhi oleh sistem penggerak kapal (pro
pulsion system), sedangkan displacement dan hull form ditentukan oleh ukuran uta
ma kapal (main dimension), perbandingan antara ukuran utama (ratio), dan koefisi
an bentuk kapal (hull form coefficient). Pada umumnya, ukuran utama kapal dan pe
rbandingan antara ukuran tersebut, terdiri dari Loa (length overall), Lpp (lengt
h between perpendiculars), Lwl (length of waterline), B (beam or breadth molded
of ship), Bwl (breadth of waterline), T (draught moulded), D (depth moulded of s
hip hull), (displacement volume), L/B (length breadth ratio), B/T (breadth draug
ht ratio), dan B/D (breadth depth ratio). Sedangkan koefisien bentuk badan kapal
, antara lain Cb (block coefficient), Cm (midship area coefficient), Cw (water p
lan area coefficient), dan Cp (prismatic coefficient). (Fyson, 1985). Dalam mere
ncanakan kapal, faktor umum yang memegang peranan penting adalah hambatan yang a
kan dialami oleh kapal pada waktu bergerak. Suatu bentuk kapal dengan hambatan k
ecil atau sekecil mungkin adalah menjadi tujuan perencana kapal, sebab akan bera
rti pemakaian tenaga kuda akan menjadi hemat dengan begitu akan menghemat penggu
naan bahan bakar, berarti mesin penggerak lebih ringan sehingga menambah daya mu
at kapal tersebut. Hambatan total yang bekerja pada kapal dapat dibagi dalam emp
at komponen utama (PNA vol II), yaitu : a. Hambatan gesek (Frictional resistance
) : merupakan komponen hambatan yang terkait dengan energi yang dikeluarkan akib
at pengaruh viskositas fluida (akibat gesekan air terhadap badan kapal). Penyeba
b utama hambatan ini adalah viskositas, kecepatan kapal dan luas permukaan basah
. Rumus umum dari tahanan gesek kapal adalah [I.T.T.C 1957] : R = 1/2 .CF.S.V2 Di
mana : CF = koefisien gesek Tabel 2.1. nilai Cf bedasakan ITTC 1957
S = Luas pemukaan basah kapal (wetted suface aea) V kapal b. Hambatan gelomba
ng (Wave-making esistance): meupakan komponen hambatan yang tekait dengan ene
gi yang dikeluakan secaa teus-meneus oleh kapal pada gelombang yang tebent
uk pada pemukaan ai. Hambatan gelombang disebabkan oleh gelombang yang dihasil
kan oleh geak kapal. c. Eddy esistance : adalah komponen hambatan yang tekait
dengan enegi yang tebawa pegi oleh pusaan yang dihasilkan dai lambung dan
anggota badan. d. Hambatan udaa (Ai esistance) : adalah komponen hambatan yan
g disebabkan oleh udaa dan angin. Besanya hambatan dipengauhi oleh poyeksi l
uas penampang, bentuk kapal diatas gais ai, kecepatan dan aah angin. Nilainya
sekita 4 8 % dai hambatan total. = kecepatan geakan

Untuk Selanjutnya eddy esistance dan Wave-making esistance dapat dikelompokkan


menjadi satu dan disebut sebagai hambatan sisa (esidual esistance). 2.2.1. Me
tode Penentuan Hambatan kapal Tahanan kapal dapat dipediksikan besanya dengan
bebeapa caa, yaitu melalui pehitungan secaa analitik (teoitis), pengujian m
odel fisik di tangki pecobaab (ekspeimen), atau dengan pensimulasian model kap
al di compute (numeic). Pehitungan secaa analitis membeikan bentuk pesamaa
n eksek (matematis), tetapi tidak sema fenomena dapat difomulasikan secaa mate
matis. Ekspeimen dapat membeikan hasil yang paktis dan beakuasi tinggi, tet
api memelukan biaya pembangunan fasilitas ekspeimen yang mahal. Sedangkan pens
imulasian model kapal di compute dapat membeikan hasil yang mendekati keadaan
sebenanya dengan waktu dan biaya yang jauh lebih kecil dibandingkan ekspeiment
, tetapi sulit dalam melakukan validasi (utama, 2008). Sejalan dengan pengembang
an teknologi, metode-metode yang digunakan untuk mempediksi hambatan kapal tela
h bekembang pesat dai waktu ke waktu. Salah satu caa yang biasa digunakan unt
uk mempediksi hambatan kapal adalah menggunakan analisa dimensional dai data e
mpiis. Pendekatan ini meupakan metode utama yang digunakan oleh semua aplikasi
penghasil kecepatan/tenaga pada kapal kecil. 1. Metode Towing Tank
Gamba 2.4 pealatan towing tank Keteangan gamba : Kereta tarik Dilengkapi ole
h alat yang disebut rotary encorder yang fungsinya adalah mencatat kecepatan ker
eta (model kapal) dan dihubungan ke komputer. Strain Gauge Alat ini berfungsi se
bagai pengukur besarnya gaya (Tahanan Model : RTm) yang bekerja pada model kapal
untuk kecepatan yang telah ditentukan Amplifier Amplifier berguna untuk menangk
ap sinyal serta memperbesar sinyal sehingga dapat dibaca. Amplifier yang digunak
an adalah amplifier Strain Gauge. ADC / DAC Interface Berfungsi untuk mengubah d
ata analog dari tranducer (strain gauge) menjadi data digital

2.3. Karakteristik Aliran Fluida 2.3.1. Definisi Fluida Fluida (fluid atau diken
al dengan istilah zalir) adalah zat (substance) yang berubah bentuk secara terus
menerus bila terkena tegangan geser (shear stress), betapapun kicilnya tegangan
geser itu. Gaya geser adalah komponen gaya yang menyinggung permukaan dan gaya
ini dibagi dengan luas permukaan tersebut adalah gaya geser rata rata pada permu
kaan itu. Tegangan geser pada suatu titik adalah nilai batas

perbandingan gaya geser terhadap luas dengan berkurangnya luas hingga menjadi ti
tik tersebut.
y U b b' c c' u t y a d X F
Gambar 2.5. Fluida yang ditempatkan pada dua pelat sejajar Dalam gambar .. suatu
zat ditempatkan diantara dua buah pelat sejajar dengan jarak antara yang kecil
dengan dan sedemikian luasnya sehingga keadaan pada tepi tepi pelat diabaikan. P
elat bawah terpasang tetap, dan suatu gaya F diterapkan pada pelat atas, yang me
ngerahkan tegangan geser F/A pada zat apapun yang terdapat diantara pelat pelat
itu. A adalah luas pelat atas. Bila gaya F menyebabkan pelat atas bergerak denga
n suatu kecepatan (bukan nol) yang stedi (ajeg), betapapun kecilnya F, maka kita
dapat menyimpulkan bahwa zat antara kedua pelat tersebut adalah suatu fluida. F
luida yang langsung bersentuhan dengan suatu batas benda padat mempunyai kecepat
an yang sama dengan batas itu; yakni, pada batas yang tidak tedapat gelinciran.
Hal ini adalah kenyataan eksperimental yang telah dikaji dalam percobaanpercobaa
n yang tidak tehitung jumlahnya dengan menggunakan berbagai jenis fluida dan bah
an pembatas. Fluida didalam luas abcd menglir ke posisi baru abcd dengan setiap pe
tikel fuida mengali sejaja tehadap pelat dan kecepatan u beubah secaa sea
gam dai nol pada pelat diam sampai u pada pelat atas. Pecobaan-pecobaan menun
jukkan bahwa, dengan besaan-besaan lainya dipetahankan konstan , F bebanding
luus dengan A seta dengan U dan bebanding tebalik dengan tebal t. dalam ben
tuk pesamaan :

Pebandingan U/t adalah kecepatan sudut gais ab, atau laju peubahan bentuk sud
ut fluida yaitu laju bekuangnya sudut bad. Kecepatan sudut tesebut juga ditul
is du/dy menyatakan peubahan kecepatan dibagi dengan jaak sepanjang mana peub
ahan tesebut tejadi. Namun du/dy adalah lebih umum, kaena belaku untuk situa
si-situasi dimana kecepatan sudut seta tegangan gese beubah dengan y. Gadien
kecepatan du/dy juga dapat dibayangkan sebagai laju sebuah lapisan yang begea
k elatif tehadap lapisan yang bedekatan. Dalam bentuk defeensial : (2.3.) Adala
ungan antaa tegangan gese dengan laju peubahan bentuk sudut untuk alian flui
da satu dimensi. Facto keseimbangan disebut viskositas fluida. Viskositas adala
h sifat fluida yang mendasai dibeikannya tahanan tehadap tahanan gese oleh f
luida tesebut. Viskositas pada definisi diatas disebut juga viskositas mutlak.
Hokum viskositas newton menyaankan bahwa untuk laju peubahan bentuk sudut flui
da yang tetentu maka tegangan gese bebanding luus dengan viskositas. Viskosi
tas gas meningkat dengan naiknya suhu tetapi viskostas caian bekuang dengan n
aiknya suhu. Pebedaan dalam kecendeungan tehadap suhu tesebut dapat diteang
kan dengan menyiamak penyebab-penyebab viskositas. Tahanan suatu fluida tehadap
tegangan gese tegantung pada kohesinya dan pada laju pepindahan momentum mol
ekulenya. Caian dengan molekul-molekul yang jauh lebih apat dai gas, mempuny
ai gaya-gaya Dimensi viskositas ditentukan dai hokum newton. Penyelesaian untuk
viskositas adalah :

..(2.1.) Disini adalah facto keseimbangan dan pengauh fluida yang besangkuta
dalamnya. Jika tegangan gese maka : (2.2.)
(2.4.) Dan pemasukan dimensi-dimensi F L-2T umtuk gaya, panajang, dan waktu,

Menunjukkan bahwa mempunyai dimensi FL2 T. dengan dimensi gaya yang dinyatakan d
alam dimensi massa dengan menggunakan hokum newton yang kedua tentang geakan, m
aka dimensi viskositas dapat dinyatakan sebagai Satuan viskositas SI, newton sek
o pe mete kuadat (N.s/m2) atau kilogam pe mete sekon (kg/ms) tidak mempuny
ai nama. Satuan Viskositas USC, (juga tanpa nama), adalah 1 lb.s/ft2 atau slug/f
t.s. satuan yang lazim dalam satuan cgs, yang dinamakan poise (P), adalah 1 dyn.
s/cm3 atau 1 g/cm.s. Viskositas kinematik merupaka perbadiga viskositas ter
hadap kerapata massa. (2.5.) Viskositas kiematik mucul dalam bayak peerapa, misa
ya dalam bilaga Reyolds yag tapa dimesi utuk geraka suatu beda melalui
fluida. Dimesi utuk viskositas kiematik adalah L-2T-1. Satua SI utuk visko
sitas kiematik adalah 1 m2/s, da satua USC-ya adalah 1 ft2/s. satua cgs-ya
diamaka stoke (St), adalah 1 cm2/s. Fluida ideal merupaka fluida dimaa dala
m pergerakaya tapa geseka serta tak mampu mampat. Asumsi fluida ideal sagat
membatu dalam aalisa terhadap situasi alira yag meyagkut fluida yag amat
meluas, seperti dalam hal geraka pesawat terbag atau kapal selam. Fluida tap
a geseka adalah tak viskos (o-viscous), da proses alira mampu balik (revers
ible). Lapisa fluida yag terdapat lagsug di sekitar suatu batas alira yata
serta kecepataya relative terhadap batas tersebut terpegaruh terhadap tegag
a geser viskos disebut lapisa batas (boudary layer). Lapisa batas ii dapat
lamiar atau turbulet, yag pada umumya tergatug pada pajagya, viskositas
, kecepata alira disekitarya da kekasara batas. Alira adiabatik adalah ali
ra fluida tapa terjadiya perpidaha pepidaha paas ke atas
dari fluida. Alira adiabatic tapa geseka disebut alira isetropic. Alira st
edi terjadi bila di titik maapu didalam fluida tidak berubah terhadap waktu. H
al ii , dega ruag dapat diyataka sebagai ( koardiat-koordiat x, y, z tit
ik tersebut) ditaha kosta. Demikia pula dalam alira stedi (ajeg), tidak ter
dapat perubaha kerapata tekanan p atau suhu T dengan waktu di titik manapun, j
adi :

..(2.6.) Dalam alian tubulen, dikaenakan oleh geakan yang tidak teatu dai pat
l-patikel fluida, selalu tedapat fluktuasi-fluktuasi kecil yang tejadi diseti
ap titik. Definisi alian stedi haus dibuat umum (digenealisasikan) guna menam
pung fluktuasi-fluktuasi ini. Bila kecepatan ata-ata tempoal (tehadap waktu)
..(2.7.) Penggenealisasian yang sama belaku untuk keapatan, tekanan, suhu, dan seb
againya, bila besaan-besaan itu dimasukkan untuk v ke dalam umus diatas. Ali
an tak stedi bila kondisi di titik manapun beubah tehadap waktu . Ai yang dip
ompakan melalui suatu system yang tetap dengan laju konstan meupakan contoh ali
an stedi. Ai yang dipompakan melalui suatu system yang tetap dengan laju yang
meningkat meupakan contoh alian tak stedi (tak ajeg) Alian seagam tejadi bi
la disetiap titik vecto kecepatan adalah sama secaa identik (dalam besa dan a
ahnya) untuk setiap saat tetentu. Dalam bentuk pesamaan , dimana waktu ditaha
n konstan dan s aalah perpinahan alam arah manapun. Persamaan tersebut menyata
kan bahwa tiak terapat perubahan vector kecepatan alam arah manapun iseluruh
fluia paa saat manapun. Rotasi suatu partikel fuia paa suatu sumbu tertentu
, misalnya sumbu z, berefinisi kecepatan

suut rata-rata ua buah elemen garis kecil takhingga paa partikel tersebut yan
g tegak lurus satu sama lain serta terhaap sumbu yang telah itetapkan itu. Jik
a partikel-partikel fluia i alam suatu aerah mempunyai rotasi seputar suatu
sumbu, alirannya isebut aliran rotational atau aliran vortek. Jika fluia ial
am suatu aerah tiak mempunyai rotasi, alirannya inmakan aliran tak rotasional
. 2.3.2. Aliran Turbulen Dalam aliran ini partikel-partikel (massa molar yang ke
cil) fluia bergerak alam lintasan yang sangat tiak teratur, engan mengakibat
kan prtukaran momentum ari satu bagian fluia ke bagian lainnya engan cara yan
g agak menyerupai perpinahan momentum molecular tetapi alam skala yang lebih b
esar. Dalam situasi aliran seperti ini apat membangkitkan tegangan yang lebih b
esar iseluruh fluia an mengakibatkan lebih banyak ketiakmampubalikan (irreve
rsibilitas) atau kerugian. Untuk aliran turbulen kita apat menulis persamaan ya
ng bentuknya serupa engan hukum Newton tentang viskositas .(2.8.) Dalam banyak situ
liran alam praktek, viskositas maupun turbulensi berhubungan engan tegangan ge
ser .(2.9.) 2.3.3. Aliran Laminar Paa aliran ini partikel-partikel fluia bergerak se
panjang lintasan-lintasan yang halus serta lancar alam lamina-lamina, atau lapi
san-lapisan, engan satu lapisan meluncur secara mulus paa lapisan yang bersebe
lahan. 2.3.4. Lapisan Batas (bounary layer) Paa tahun 1904 Prantl mengembangk
an pengertian lapisan batas. Pengertian ini menjai penghubung yang penting anta
ra aliran fluiaieal engan aliran fluia nyata. Bagi fluia yang mempunyai vis
kositas yang relatif kecil, akibatakibat gesekan alam terasa hanya ialam suat
u aerah yang sempit isekitar batas fluia. Dari hipotesa ini, aliran iluar a
erahsempit iekat
batas paat tersebut apat ipanang sebagai aliran ieal atau aliran potensial.
Huunganhubungan ialam aerah lapisan batas apat ihitung ari perssamaan-per
samaan umum untuk fluia viskos, tetapi penggunaan persamaan momentum memungkink
an ikembangkannya persamaan-persamaan penekatan untuk pertumbuhan lapisan bata
s an hambatan. Gambaran tentang lapisan batas yaitu bila gerakan imulai iala
m fluia yang mempunyai viskositas yang sangat kecil, alirannya paa saatsaat pe
rtama pa hakekatnya tak rotasional. Karena fluia paa batas mempunyai kecepata
n nol relative terhaap batas, maka terapat graient keceptan yang curam ari b
atas ke aliran. Dalam fluia nyata graient kecepatan ini membangkitkan gaya ges
er iekat batas yang memperkecil aliran relative terhaap batas. Lapisan fluia
yang kecepatannya terpengaruh oleh tegangan geser batas tersebut isebut lapisa
n batas (bounary layer). Kecepatan ialam lapisan batas menekati kecepatan i
alam aliran utama secara asimtomik. Lapisan batas paa ujung hulu suatu bena y
ang mengikuti garis aliran serta alam keaaan tiak bergerak ialam aliran yan
g seianya seragam aalah amat tipis. Dengan bergeraknya lapisan ini sepanjang b
ena tersebut, aksi tegangan geser yang terus menerus cenerung memperlambat lle
bihbanyak partikel-partikel fluia, sehingga menyebabkan bertambah tebalnya lapi
san batas bersama jarak ari titik hulu tersebut. Fluia ialam lapian tersebu
t juga mengalami graient tekanan, yang itentukan ari aliran potensial yang me
mperbesar momentum bila tekanan meningkat alam arah ke hilir (graien tekanan y
ang tiak menguntungkan). Aliran iluar lapisan batas juga apat membawa momentu
m kealam lapisan. Untuk batas hulu yang licin , lapisan batas imulai engan la
pisan batas laminar engan partikel-partikel fluia yang bergerak alam lapisanlapisan licin. Dengan bertambahnya tebal lapisan batas laminar, lapisan batas me
njai tiak stabil an akhirnya berubah menjai lapisan batas turbulen engan pa
rtikel-partikel fluia yang bergerak alam lintasan-lintasan tak teratur, walaup
un kecepatan partikel-partikel tersebut

telah berkurang akibat aksi viskos paa batas. Bila lapisan batas telah menjai
turbulen, masih terapat lapisan yang sangat tipis langsung ekat engan batas y
ang mempunyai gerakan laminar, namanya lapisan bawah laminar. Telah isarankan b
erbagai efinisi tebal lapisan batas efinisi yang paling menasar menunjuk perp
inahan aliran utama yang sisebabkan oleh melambatnya partikel-partikel fluia 
ialam aerah batas. Tebal 1 ini, atau yang isebut tebal perpinahan inyatakan
oleh :
meninggalkan volume kenali paa permukaan atasnya. Persamaan untuk arah x aala
h :

(2.11) Persamaan ini akan iterapkan paa ikhwal aliran stei takmampumampat. Satuya gaya yang bekerja aalah isebabkan oleh hambatan atau tegangan geser paa pe
lat, karena tekanan seputar keliling volume kenali aalah konstan. Untuk lebar
pelat satuan tegak lurus terhaap kertas. Hambatan =

.(2..10) Dengan nilai y tempat u = U alam aliran yang tak terganggu. Dalam gamb
s y = 1 igambar seemikian rupa sehingga luas-luas yang iarsir sama besar. Jara
k ini seniri bukanlah jarak yang sangat terpengaruh oleh batas tetapi aalah ja
rak sebanyak mana aliran utama harus igeser menjauh ari batas. Memang aerah y
ang isebutkan terahulu sering iambil sebagai 31. Definisi yang lain, yang iny
atakan engan gambar 2.5 aalh jarak ke titik imana u/U = 0,99.

Suku pertama iruas kanan persamaan aalah fluks- keluar momentum x ari CD, an
suku yang keua aalah fluks-masuk momentum x melalui AB an CD, yang berasark
an kontinuitas harus tepat sama engan fluks keluar volume mulalui BC. Dengan me
nggabungkan integral-integral iapat : Hambatan = (2.12) Hambatan D(x) terhaap pela
alah alam arah yang berlawanan, sehingga D(x) = (2.13)
U
u U
= 0.99
1
(a)
(b)
Gambar lapisan batas
2.6
Definisi-efinisi
tebal

Hambatan terhaap pelat juga apat inyatakan sebagai integral tegangan geser se
panjang pelat akan iperoleh : D(x) = .(2.14) Dengan mempersamakan keua rumu
ian meniferensiasi terhaap x iapat :
2.3.5. Persamaan Momentum Yang Diterapkan Paa Lapisan Batas Dengan mengikuti me
toe Von Karman asas momentum apat iterapkan secara langsung paa lapisan bata
s alam aliran stei sepanjang pelat atar (rata). Kita memilih volume kenali y
ang melingkupi fluia iatas pelat, sebagaimana itunjukkan sejauh jarak h yang
seemikian besarnya sehingga kecepatan alam arah x tiak terganggu, meskipun te
rjai aliran yang

.(2.15) Yang merupakan persamaan momentum untuk aliran suatu imensi sepanjang pela
.

Perhitungan pertumbuhan lapisan batas, paa umumnya aalah rumit an memerlukan
penggarapan matematik lanjut. Ikhwal aliran sejajar yang laminar atau turbulen s
epanjang pelat atar apat ikerjakan secara penekatan engan mempergunakan met
oe-metoe momentum yagn tiak memberikan rincian tentang istribusi kecepatan.
Dapat itunjukan bahwa hasilnya sesuai secara berekatan engan hasil yang lebih
eksak yang iperoleh ari persamaan-persamaan iferensial umum bagi aliran visk
os. Untuk istribusi yang iasumsikan yang memenuhi syarat-syarat batas u = 0, y
= o an u = U, y = , tebal lapisan batas maupun tegangan geser paa batas apat
itentukan. Distribusi kecepatan iasumsikan mempunyai bentuk yang sama paa ti
ap nilai x,
Dengan mempersamakan keua rumus untuk kita memperoleh :
Dan pengaturan ulang menghasilkan :
Karena alam persamaan ini merupakan fungsi x saja. Integrasi menghasilkan
Jika untuk x = 0, maka konstanta integrasi aalah nol. Dengan menyelesaikan untu
k y/x kita akan menapat
Bila tiak iketahui. 2.3.6. Lapisan Batas Laminar Untuk lapisan batas laminar m
engasumsilkan bahwa : 0 y y yang memenuhi syarat-syarat batas. Persamaan 2.15 ap
at itulis ulang : Pratl
(2.17) Dengan Rx = Ux/v sebagai bilangan Reynol yang iasarkan paa jarak x ari
pan pelat. Persamaan untuk tebal lapisan batas alam aliran laminar ini menunjuk
kan bahwa meningkat sebaning engan akar pangkat ua jarak ari tepi epan. Den
gan memasukan harga kealam persamaan 2.17 kita menapatkan

an F = 1
(2.16) Dan

..(2.18) Tagangan geser berbaning terbalik engan akar pangkat ua x an sebanin
kecepatan yang ipangkatkan tiga per ua. Hambatan terhaap satu sisi pelat yang
mempinyai lebar satuan aalah : Hambatan =
aa batas 2.4 Software Computational Flui Dynamics Arti ari software ini aala
h suatu teknologi komputasi yang memungkinkan untuk mempelajari inamika ari be
na-bena atau zat-

zat yang mengalir. Dengan software apat mensimulasikan aliran aliran fluia, pe
rpinahan panas, reaksi kimia an interaksi fluia engan stuktur hanya engan p
ermoelan i computer. 2.4.1 Persamaan Dasar Dinamika CFD Paa asarnya semua je
nis CFD menggunakan persamaan asar (governing equation) inamika fluia yaitu p
ersamaan kontinuitas, momentum an energi. Persamaan-persamaan ini merupakan per
nyataan matematis untuk tiga prinsip asar fisika : 1. Hukum Kekekalan Massa (Th
e Conservation of Mass) 2. Hukum Keua Newton (Newtons Secon Law of Motion) 3. H
ukum kekekalan Energi Untuk menapatkan persamaan asar gerak fluia, filosofi b
erikut selalu iikuti : a. Memilih prinsip fisika asar ari hukum hukum fisika (
Hukum Kekekalan Massa, Hukum Keua Newton, Hukum Kekekalan Energi ). b. Menerap
kan prinsip-prinsip fisika i alam moel aliran. Dari penerapan, iuraikan pers
amaan matematis yang meliputi prinsip-prinsip fisika asar.
Metoologi pengerjaan tugas akhir ini secara garis besar ibagi menjai ua taha
p utama, yaitu analisa geometri an analisa software. Untuk analisa geometri ia
wali ari stui literatur yang iperoleh ari ata yang iapat ari referensi b
erupa buku sebagai acuan untuk konsep esain. Setelah tahap pertama selesai ila
njutkan ketahap keua yaitu analisa software, paa tahap ini iawali engan pemb
uatan moel kapal, an bila syaratnya suah memenuhi kemuian ilakukan tahap an
alisa engan software. 2.4.2 Teori Dinamika Fluia Aapun beberapa keuntungan ya
ng iperoleh engan menggunakan software antara lain : Meminimumkan waktu an bi
aya alam menesain suatu prouk, bila proses esain tersebut ilakukan engan u
ji eksperimen engan akurasi tinggi.
Memiliki kemampuan system stui yang apat mengenalikan percobaan yang sulit at
au tiak mungkin ilakukan melalui eksperimen. Memiliki kemampuan untuk stui i
bawah konisi berbahaya paa saat atau sesuah melewati titik kritis (termasuk s
tui keselamatan an scenario kecelakaan). Keakuratannya akan selalu ikontrol 
alam proses esain. Aplikasi ari software untuk penyelesaian masalah aliran pa
a kapal telah mengalami kemajuan cukup pesat paa akhir akhir ini. Bahkan paa s
aat ini teknik software merupakan bagian ari proses esain alam iagram spiral
perencanaan. Dengan software memungkinkan untuk mempreiksi fenomena aliran flu
ia yang jauh lebih kompleks engan berbagai tingkat akurasi. Dalam esain kerja
nya, problem yang aa perlu ieskripsikan kealam software engan menggambarkan
moel yang akan ianalisa, sifat sifat fluia yang aa isekitar moel an juga
penentuan konisi batasnya. Selanjutnya alam solver problem yang aa akan ihi
tung. Dari hasil perhitungan kemuian iapatkan hasil output ari running progr
am. Computational Flui Dynamics merupakan analisa sistem yang mencakup aliran f
luia, perpinahan panas, an fenomena yang terkait. Seperti reaksi kimia engan
menggunakan simulasi berbasis komputer (numeric). Teknik ini sangat berguna an
apat iaplikasikan paa biang inustri an non-inustri. Coe sofware terstru
ktur atas logaritma numeric, sehingga apat igunakan untuk menyelesaikan proble
m paa suatu aliran fluia.
Coe Computational Flui Dynamics isini teriri atas tiga element utama yakni :
a. Pre Processor b. Solver Manager c. Post Processor (Visualise)

Pre Processor (CFX Buil) Paa tahap awal pemrograman ini teriri ari input mas
alah aliran untuk sofware melalui interface kemuian mengubahnya menjai bentuk
yang sesuai engan format yang ikehenaki oleh bagian solver. Paa tahap ini pe
rlu ilakukan input permasalahan sesuai engan aturan paa software meliputi : a
. Membentuk geometri bena an aerah sekeliling bena sebagai omain komputasi
b. Membentuk Gri Generation atau membagi omain yang telah itentukan menjai b
agian yang lebih kecil (subomain) c. Penentuan fenomena fisika an kimia ari m
oel . Penentuan sifat-sifat fluia,seperti penefinisian harga ensitas, keken
talan, suhu fluia an lain-lain e. Penentuan konisi batas moel geometri, loka
si pembuatan konisi batas harus itentukan baik paa aerah isekeliling bena
maupun paa aliran yang iperhitungkan f. Penentuan besar kecilnya atau kekasara
n Gri (Mesh) Analisa masalah aliran yang berupa kecepatan, tekanan atau tempera
tur iefinisikan sebagai suatu aerah yang berupa simpul-simpul tiap cell. Juml
ah cell alam gri (mesh) menentukan akurasi penyelesaian sofware. Paa umumnya
semakin banyak cell semakin akurasi penyelesaianya. Daerah yang memiliki perubah
an bentuk yang sangat tajam,biasanya proses meshing ilakukan engan sangat halu
s, seang untuk aerah yang lain ilakukan agak kasar. Solver (Penyelesaian Perh
itungan) Solver apat ibeakan menjai tiga jenis, yaitu finite ifference, fin
ite element an finite volume. Secara umum metoe numerik solver tersebut terir
i ari langkah-langkah sebagai berikut :
a. Perkiraan variabel yang tiak iketahui engan menggunakan fungsi seerhana b
. Diskretisasi engan substitusi perkiraan-perkiraan tersebut engan persamaan p
ersamaan aliran yang berlaku an berbagai manipulasi matematika c. Penyelesaian
ari persamaan aljabar Metoe finite volume aalah pengembngan khusus ari formu
lasi finite ifference. Finite volume igunakan paa berbagai coe CFD komersil
seperti : PHOENICS, CFX, FLUENT, NUMECA, FLOW3D an STARCD. Bounary Conition I
nlet aalah input aliran fluia path konisi normal tanpa aanya fenomena yang t
erjai. Massa an Momentum Momentum yang terjai paa aliran fluia yang ipenga
ruhi oleh massa an kecepaan engan vector kecepatan U, V an W. arah yang iamb
il alam perlakuan terhaap bounary aalah arah normal terhaap omain. Kompone
n kecepatan aliran (Cartisien Velocity Vector) aalah engan resultant: U inlet
= U specj + V speci + W speck Tekanan Total tekanan Total, Ptot, untuk fluia i
efinisikan sebagai Ptot = P stat Kecepatan Laju Aliran Massa Batas laju aliran
massa, itentukan sepanjang arah komponen, imana influx massa ihitung mengguna
kan rumus : U = m/ dA
s
Bounday Condition Outlet Kecepatan outlet Komponen kecepatan outlet bounday ad
alah komponen catisian velocity U outlet = U speci + V specj + W speck Tekanan
outlet fluida

Tekanan outlet fluida adalah tekanan static inlet ditambah peubahan tekanan yan
g tejadi P = P stat + 1/2 U2
tot
Bounday Condition Wall Tekanan Statis ata-ata Walk Relativ Static Pesue ada
lah Pav = PdA A PdA Mass Flow Rate Out Distibusi massa di daeah wall ditentuka
n oleh alian beat massa Heat Tansfe Pepindahan panas di tentukan adiabatic
pada Wall bounday kapal kaena pengauh enegi panas yang begitu kecil tehadap
nilai lift sehingga. Q =0
wall
Post Pocesso Step ini akan ditampilkan hasil pehitungan yang telah dilakukan
pada tahap sebelumya, hasil pehitungan dapat dilihat beupa data numeik dan da
ta visualise alian fluida pada model. Data numeic yang diambil adalah data nil
ai vaiable sifat fluida, data sifat fluida yang dapat di ambil adalah sebagai b
eikut: a) Densiti b) Kekentalan densiti c) Eddy Viscosity d) Koefisien pepinda
han panas e) Nilai dai mach f) Tekanan g) Tekanan Gadient h) Shea Stain ate
i) Specific Capacity Heat Tansfe Rate j) Entalpi statis k) Suhu l) Temal Con
ductivity m) Total entalpi n) Total suhu o) Total tekanan p) Tubulen enegi kin
etik q) Kecepatan ) Wall Heat flux s) Gaya sesek t) Yplus
u) Koodinat Data numeic yang dapat di tampilkan oleh post pocesso adalah seb
agai beikut: Data expot Quantitativ Calculation Dan data visualisasi model yan
g bisa ditampilkan oleh post pocesso adalah sebagai beikut: Gamba geometi m
odel Gamba suface sifat fluida Animasi alian fluida Tampilan vecto kecepatan
Geakan otasi, tanslasi dan penyekalaan Aah alian fluida Hadcopy output Da
lam poses set-up dan unning simulasi ada tahapan identifikasi dan fomulasi pe
masalahan alian dengan petimbangan fenomena fisika dan kimia. Pemahaman yang
cukup baik dipelukan dalam menyelesaikan algoitma penyelesaian numeik. Ada 3
konsep matematika yang digunakan dalam menentukan behasil atau tidaknya alogai
tma (AEA Technology, 1996) yaitu : 1. Konvegensi, yaitu popety metode numeik
untuk menghasilkan penyelesaian eksakta sebagai gid spacing, ukuan contol vo
lume atau ukuan elemen dikuangi mendekati nol. Konvegensi biasanya sulit untu
k didapatkan secaa teoitis. Untuk kondisi lapangan kesamaan Lax yang menyataka
n bahwa untuk pemasalahan linea memelukan konvegensi. 2. Konsistensi, yaitu
uutan numeik untuk menghasilkan system pesamaan aljaba yang dapat dipelihat
kan sama (equivalen) dengan pesamaan pengendali sebagai jaak gid mendekati no
l. 3. Stabilitas, yaitu penggunaan facto kesalahan sebagai indikasi metode nume
ik. Jika sebuah teknik tidak stabil dalam setiap kesalahan pembuatan path data
awal maka dapat menyebabkan tejadinya osilasi atau devegensi. CFD membeikan h
asil fisik yang ealistik dengan akuasi yang baik path simulasi dengan gid yan
g behingga. Ada tiga sifat

pehitungan finite volume, yaitu consevativeness, Boundedness, dan Tanspotive


ness. Ketiganya didesain menjadi bagian behingga yang dapat menunjukkan kebeha
silan simulasi CFD. Disamping itu ketiganya umumnya digunakan sebagai altenativ
e untuk konsep matematika yang akuat. Skema numeik memiliki sifat consevative
ness yang dapat mempetahankan kekekalan sifat-sifat fluida secaa global untuk
seluuh domain penyelesaian. Pendekatan volume hingga dapat menjamin tetap bela
ngsungnya kekentalan popety fluida CFD untuk tiap contol volume. Poses alia
n tedii dan dua, yaitu konveksi dan difusi. Keduanya dapat dihitung pengauh a
ahnya dengan bagian finite volume, yaitu tanspotiveness. Sedangkan boundednes
s dapat mempetahankan kestabilan suatu metode numeic.
Konvegensi menunjukkan eo apabila selama poses liteasi gafik yang tejadi
naik tuun dan cendeung data, tidak mengalami penuunan.
Gafik 2.2 Convegensi dan poses iteasi yang telalu cepat Konvegensi menunju
kkan pematue apabila liteasi behenti sebelum waktu yang telah ditentukan.
Poses Validasi (AEA Technology, 1996) Poses pehitungan dengan pendekatan CFD
dilakukan dengan bebeapa tahap validasi, yaitu: 1. Convegence Pada tahap ini p
oses iteasi pehitungan akan selalu dikontol dengan pesamaan pengendali. Jik
a hasil pehitungan belum sesuai dengan tingkat kesalahan yang ditentukan, maka
komputasi akan teus bejalan. Beikut adalah bebeapa gafik RMS yang menunjuka
n Convegensi poses iteasi.
Gafik 2.3 Convegensi yang nomal. Konvegensi yang nomal tejadi apabila pada
gafik, liteasi yang tejadi cendeung tuun dan behenti setelah waktu yang d
itentukan. 2. Gid Independence Besamya jumlah cell yang kita gunakan dalam peh
itungan akan menentukan keakuatan hasil yang didapat kaena jumlah cell juga da
pat mempengauhi peubahan bentuk geometi pada saat dilakukan defineite. Tetapi
tidak selamanya dengan jumlah cell yang banyak akan menambah keakuatan hasil p
ehitungan. Dengan demikian pengguna dituntut untuk dapat menentukan jumlah cell
yang optimum, aga waktu dan memoi kompute yang tepakai tidak telalu besa.
Gafik 2.1 Convegensi dan poses iteasi eo,

3. PENGOLAHAN DATA & ANALISA 3.1. Penggambaan Badan Kapal Oleh kaena kapal yan
g diteliti memiliki data lines plan maka tidak dipelukan pengukuan badan kapal
, sehingga model kapal langsung dapat digamba dengan paket pogam maxuf . Lan
gkah petama adalah pembuatan penanda (make) dengan koodinat katesian (x,y,z
) sesuai dengan data tabel offset pada gamba lines plan kapal, hal ini dilakuka
n untuk mempemudah pembuatan contol poin dan koeksi bentuk hull fom kapal se
suai dengan data aslinya. Hasil pemodelan di maxuf ditunjukkan pada gamba 4.1
Gamba 4.2 menunjukkan gamba lines plan tiga dimensi kapal, beupa potongan tia
p station, dai kuva station inilah kemudian dihubungkan sehingga membentuk seb
uah suface yang solid sepeti telihat pada gamba 4.3.
Gamba 4.3. Hasil penggambaan badan kapal dengan ANSYS ICEM CFD 3.2 Pehitungan
Dan Analisis Badan Kapal Pada Kondisi Aktual 3.2.1 Pehitungan Hidostatik Kapa
l Kondisi Aktual Setelah poses penggambaan kapal selesai maka dilakukan analis
a hidostatik kapal pada kondisi aktual untuk mempeoleh model kapal yang valid
bedasakan data yang dipeoleh dai Laboatoium Hiodinamika Indonesia. Hasil
analisa hidostatik dapal ditunjukkan pada tabel 4.5 Tabel 4.1. Hasil pehitunga
n hidostatik kapal kondisi aktual
Gamba 4.1. Hasil penggambaan badan kapal di maxuf Untuk dapat dimodelkan deng
an menggunakan ANSYS ICEM CFD maka gamba yang dihasilkan oleh Maxuf pelu di-e
xpot telebih dahulu menjadi file beextension DXF, beupa lines plan-nya saja.
Lines plan inilah yang nantinya di-impot oleh ANSYS ICEM CFD untuk diolah lebi
h lanjut menjadi sebuah badan kapal
Gamba 4.2. Impot ANSYS ICEM CFD dai maxuf (file dxf)

Setelah dibandingkan ataa tabel 4.5 dengan data dai LHI dapat dikatakan bahwa
model sudah mendekati kondisi sebenaya (VALID). 4.2.2.2 Pehitungan Hambatan Ka
pal Kondisi Aktual Untuk poses pehitungan hambatan kapal menggunakan Hullspeed
, dengan input kecepatan kapal (Vs) = 6 14 knot tanpa menghitung daya mesin indu
k (main engine) maka besanya hambatan total RT untuk bebeapa metode ditunjukka
n pada table 4.2. Tabel 4.2. Hasil pehitungan hambatan kapal di Hullspeed kondi
si aktual
Penambahan panjang bulbous - P1 = penambahan panjang bulbous 10% - P2 = penambah
an panjang bulbous 20% - P3 = penambahan panjang bulbous 30% 2 Penambahan leba
bulbous - L1 = penambahan leba bulbous 5% - L2 = penambahan leba bulbous 10% L3 = penambahan leba bulbous 15% 3 Penambahan sudut kenaikan bulbous (deadise
angle). - S1 = penambahan sudut 50 - S2 = penambahan sudut 100 - S3 = penambaha
n sudut 150 Dai masing masing vaiasi diatas di kombinasikan sehingga menghasil
kan 27 kondisi modifikasi, kemudian semua model dianalisa hambatannya di hullspe
ed dengan menggunakan metode Van ootmeesen. Hasi analisa di fokuskan pada kece
patan dinas kapal yaitu 12,5 knot dan hasilnya ditunjukkan pada tabel 4.2. Table
4.3. Hasil unning hambatan kapal di hullspeed pada kecepaan dinas 12,5 knot
1
Dai hasil unning di hullspeed pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa metode yang pal
ing mendekati adalah metode Van Ootmeesen sehingga untuk selanjutnya yang menj
adi acuan pehitungan hambatan untuk kondisi modifikasi adalah metode Van Ootme
esen. 3.3. Pehitungan Kondisi Modifikasi Hambatan Kapal
NO
Speed 12.5 knot KONDISI P1,L1,S1 KONDISI P1,L2,S1 KONDISI P1,L3,S1 KONDISI P2,L1
,S1 KONDISI P2,L2,S1 KONDISI P2,L3,S1 KONDISI P3,L1,S1 KONDISI P3,L2,S1 KONDISI
P3,L3,S1 KONDISI P1,L1,S2
RESUME Van Ootmeesen NO Resistance (kN) 70.37 70.45 70.52 71.06 71.13 71.21 70
.97 71.03 71.09 70.28 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Speed 12.5 knot KONDISI P2,L3,S2 KONDISI P3,L1,S2 KONDISI P3,L2,S2 KONDISI P3,L3
,S2 KONDISI P1,L1,S3 KONDISI P1,L2,S3 KONDISI P1,L3,S3 KONDISI P2,L1,S3 KONDISI
P2,L2,S3 KONDISI P2,L3,S3
Van Ootmeesen Resistance (kN) 71.18 71.05 71.12 71.18 70.27 70.3 70.35 70.99 7
1.05 71.1
1 2 3 4 5
Adapun modifikasi yang dilakukan adalah memvaiasikan ukuan bulbous bow yaitu p
enambahan panjang, penambahan leba, dan penambahan sudut kenaikan (deadise ang
le). Vaiasinya dalah sebagai beikut:
6 7 8 9 10

11 12 13 14
KONDISI P1,L2,S2 KONDISI P1,L3,S2 KONDISI P2,L1,S2 KONDISI P2,L2,S2
70.36 70.42 71.05 71.12
25 26 27 28
KONDISI P3,L1,S3 KONDISI P3,L2,S3 KONDISI P3,L3,S3. KONDISI AKTUAL
70.94 70.98 71.05 70,84
Tabel 4.2 menunjukkan nilai hambatan kapal dai bebagai vaiasi ukuan bulbous
dimana nilai hambatan yang paling kecil tejadi pada model P1L1S3 dengan nilai h
ambatan sebesa 70.27 kN, sehingga model ini nantinya yang akan dianalisa lebih
lanjut di ANSYS selain kondisi aktual. 3.4. Pehitungan Hambatan Kapal Dan Kaak
teistik Alian Fluida Secaa Numeik Pehitungan hambatan kapal dan kaakteist
ik alian fluida secaa numeik dilakukan melalui pemodelan dan simulasi badan k
apal (bae hull) dengan menggunakan softwae ANSYS ICEM CFD dan ANSYS CFX. ANSYS
ICEM CFD digunakan untuk melakukan tahapan pembuatan bentuk geometi dai model
(model building) secaa 3 dimensi dan membuat batasan system yang akan ditinjau
(bounday). Model dibagi menjadi bebeapa bagian (pat) dan selanjutnya menentu
kan volume mana yang akan dianalisa dengan mendefinisikan suatu body. Tahap bei
kutnya adalah pembagian model kedalam gid kecil (poses meshing) Hasil meshing
kemudian disimpan dalam fomat file*.cfx5 sehingga dapat diimpot oleh ANSYS CFX
. Selanjutnya model dibei pelakuan dengan memasukan sifat-sifat (popeties) d
ai bounday dan fluida yang mengali, seta sifat benda (kapal) yang beada dal
am bounday (tahap pe-pocesso). Ada dua metode yang dapat digunakan untuk men
definisikan fenomena
alian fluida pada badan kapal (bae hull) dalam tahap pe-pocesso, yaitu fee
suface method dan submeged method. Pada fee suface method system dianalisa
tedii dai dua jenis fluida yang begeak yaitu fluida cai (ai laut) dan flu
ida gas (udaa) sehingga akan timbul hambatan dai udaa dan ai laut. Sedangkan
pada submeged method, kapal kapal dianggap sebagai benda yang tenggelam seluu
hnya, sehingga bagian yang dianalisa adalah bagian kapal yang tecelup kedalam ai
 (kondisi saat penuh), Kaena pada tugas akhi ini fokus analisa pada bagian b
ulbous bow maka metode yang dipakai dalam tugas akhi ini adalah submeged metho
d.
Gamba 4.4. Model dan bounday building untuk Submeged-method Gamba 4.8 menunj
ukkan model kapal yang sudah di potong pada saat penuh, kemudian dibuat kondisi
batas (bounday condition) dengan ukuan bounday yakni : panjang 95m, leba 60
m dan tinggi 13.7 m. Bagian atas kapal haus tebuka kaena dalam metode subme
ged hanya ada satu daeah tetutup (mempunyai volume) bagian ini yang nantinya d
idefinisikan sebagai body.

Gamba 4.6 menunjukkan tahap pepocesso di ANSYS CFX, dimana model dan bounda
y telah dibagi menjadi enam bagian (pat), yaitu :
Gamba 4.5. Model dan bounday meshing untuk Submeged-method Gamba 4.9 menunju
kkan model dan bounday setelah poses meshing dengan menggunakan tipe volume me
sh dengan bentuk element beupa tetaheda. Untuk ukuan mesh dai model dan bou
nday adalah sebagai beikut
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Bawah (Bottom) Kapal (Hull ) Masuk ( Inlet ) Kelua (Outlet) Sisi kii dan kanan
(Side) Atas (Top )
Sedangkan input popeties untuk domain physics dan bounday physics ditunjukkan
pada table 4.3. Tabel 4.4. Input pe-pocesso
1. Bottom : 1.5 2. Hull :0.25 3. Inlet : 1.5 4. Outlet : 1.5 5. Side : 1.5 6. To
p : 1.5 Semakin kecil ukuan meshing maka analisa akan semakin teliti, tetapi p
oses komputasi akan semakin beat dan membutuhkan waktu yang lama.
Tahap beikutnya adalah pepocesso, pada tahap inilah mulai melakukan input p
opeties dai domain (fluida) dan popeties dai bounday.
Tahap beikutya adalah tahap flow solve untuk me-unning data yang di-input pad
a tahap pe-pocesso. Output dai tahap flow solve kemudian ditampilkan dalam
tahap post-pocesso. Pada tahap postpocesso inilah tampilan atau visualisasi
fenomena alian fluida dapat dianalisa. Gamba 4.6. Tahap pe-pocesso di ANSYS
CFX.

3.5. Analisa hambatan kapal di ANSYS CFX Untuk analisa hambatan di ANSYS CFX mod
el yang dianalisa adalah pada kondisi aktual dan kondisi P1L1S3 dengan vaiasi k
ecepatan antaa7 knot sampai 12,5 knot. Hasil unning ditunjukkan pada tabel 4.5
. Tabel 4.5 Hasil analisa hambatan kapal di ANSYS Speed (knot)
7 8 9 10 11 12.5
hambatan kaena pengauh dai bentuk bulbous . Untuk validasi data simulasi maka
pelu adanya studi kompaasi dengan metoda lain. Dalam hal ini yang menjadi pem
banding adalah hasil pehitungan di hullspeed dengan metode Van ootmeesen dan
hasil dai pengujian towing tank. Hasilnya ditunjukkan pada table 4.6. Tabel 4.6
. Pebandingan nilai hambatan kapal dengan bebeapa metode
Kecepatan (knot) CFD (kN) Aktual 7 8 9 10 11 18.01 25.88 34.62 44.27 54.83 72.38
P1L1S3 17.89 25.69 34.35 43.91 54.37 71.75 Van ootmeesen (kN) Aktual 17.11 23
.22 29.78 37.54 48.7 70.84 P1L1S3 16.81 22.81 29.3 36.83 47.68 70.27 Towing tank
(kN) Aktual 15.8 21.2 28.2 37.3 47.8 73.5
Kodisi aktual (kN)
18.01 25.88 34.62 44.27 54.83 72.38
Kondisi P1L1S3 (kN)
17.89 25.69 34.35 43.91 54.37 71.75
Tabel 4.4
dai pada
ot, yakni
not yakni

menunjukkan bahwa kondisi P1L1S3 mempunyai nilai hambatan lebih kecil


kondisi aktual dengan selisih tetinggi tejadi pada kecepatan 12.5 kn
sebesa 0.63 kN, sedangkan selisih tekecil tejadi pada kecepatan 7 k
sebesa 0.12 kN.

12.5

e is n e(k ) s ta c N
80 70 60 50 40 30 20 10 0 6 7 8 9 10 11 12 13 speed (knot)
Tabel 4.6 menunjukkan analisa CFD dengan metode submeged menghasilkan nilai ham
batan yang lebih besa dibandingkan dengan metode yang lain, kecuali pada kecepa
tan 12.5 knot. Analisa CFD mempunyai nilai yang lebih kecil dai hasil pengujian
towing tank.
80 70 60 50 40 30 20 10 0 6 7 8 9 10 11 12 13 speed (knot) aktual van ootmeese
n P1L1S3 van ootmeesen towing tank P1L1S3 CFD aktual CFD

esistance (kN)
aktual P1L1S3
Gafik4.1. Hasil analisa hambatan kapal di ANSYS Hasil pehitungan menunjukkan b
ahwa kondisi modifikasi memiliki nilai hambatan lebih kecil dai pada kondisi ak
tual, Dapat dikatakan bahwa setelah dilakukan modifikasi tejadi penuunan
Gafik 4.2. Hasil pehitungan hambatan dengan bebeapa metode Gafik 4.2 menunju
kkan bahwa pada kecepatan kapal 7 knot semua metode menunjukkan nilai yang hampi
 sama walaupun metode submeged menunjukkan

nilai lebih besa. Namun setelah diatas kecepatan 8 knot metode submeged menunj
ukkan pebedaan yang cukup besa, sedangkan metode van oomesen cedeung beimp
it dengan metode towing tank . Hal ini beubah setelah kecepatan 12 knot semua m
etode kembali menunjukkan nilai yang hampi sama. Adanya pebedaan hasil pehitu
ngan antaa hasil towing tank dengan hasil analisa menggunakan softwae baik Hul
lspeed maupun ANSYS disebabkan kaena bebeapa fakto antaa lain: Pebedaan dim
ensi saat pemodelan kapal (hull fom) maupun saat poses meshing. Adanya kemungk
inan peatan towing tank yang pelu di kalibasi ulang.
Gamba 4.7. salah satu hasil post-pocessing untuk steam line
3.6. Analisa alian fluida di ANSYS CFX Analisa yang dilakukan menggunakan satu
aah alian yaitu dai aah depan (inlet). Hal ini disebabkan pegeakan kapal d
iasumsikan dalam aah hoizontal, yaitu seaah sumbu x. Sedangakan alian beupa
alian ekstenal menggunakan vaiasi vecto kecepatan (velocity) aah sumbu x,
dengan kedalaman peaian dan panjang peaian dibuat kondisi batas (bounday co
ndition). Hasil dai unning simulasi model pada postpocesso untuk kondisi P1L
1S3 ditunjukkan pada bebeapa gamba beikut ini:
Gamba 4.8. Salah satu hasil post-pocessing untuk velocity
Gamba 4.9. Salah satu hasil post-pocessing untuk pessue

4.
Gamba 4.10. Salah satu hasil pocessing untuk pessue hull
postGamba 4.7. Menunjukan steamline dai alian fluida yang melewati badan kapal.
Telihat bahwa di daeah bulbous alian fluida cedeung mengikuti bentuk dai bu
lbous. Di daeah ini tidak telihat adanya tubulensi Gamba 4.8. Menunjukkan ko
ntu velocity alian fluida dengan daeah analisa (plan) 2 mete keaah sumbu Z.
Telihat bahwa di daeah sekita bulbous tejadi peubahan distibusi kecepatan
fluida (velocity) akibat bentuk tonjolan dai bulbous, dengan kecepatan alian
fluida di depan bulb sekita 5,37 m/s dan dibelakang bulb kecepatan alian sekit
a 6,35 m/s. Gamba 4.9. Menunjukkan kontu pessue fluida dengan daeah analis
a (plan) 2 mete keaah sumbu Z. Telihat bahwa tejadi pemusatan tekanan (pessu
e) fluida di daeah sekita ujung bulb, dengan tekanan sekita 13.000 Pa. Hal i
ni juga telihat pada gamba 4.10 dimana tejadi pemusatan tekanan yang diteima
badan kapal (hull) di daeah ujung bulb dengan tekanan sekita 17.000 Pa. 5.
KESIMPULAN Dai analisa yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1. Besa n
ilai hambatan kapal dai bebagai vaiasi model dapat dilihat pada lampian II.
Dengan nilai hambatan paling kecil pada kecepatan 12.5 knot sebesa 70.28 kN pad
a kondisi P1L1S3 selisih 0.57 kN dengan kondisi aktual, atau tejadi penuunan h
ambatan sebesa 0.8%. 2. Desain bulbous bow kapal LHI 072-1 yang memiliki nilai
hambatan paling paling kecil dengan nilai hambatan pada kecepatan 12.5 knot sebe
sa 70.28 kN di Hullspeed, sedangkan di ANSYS 71.75 kN adalah pada model P1L1S3
yaitu model dengan penambahan panjang bulb 10%, penambahan leba bulb 5% dan sud
ut kenaikan (deadise angle) 150. 3. Hasil modifikasi menunjukkan penuunan hamb
atan dibandingkan hasil pengujian towing tank pada kecepatan 12.5 knot sebesa 3
.22 kN (4.38%) di Hullspeed dan 1.75 kN (2.38%) di ANSYS. SARAN Adapun saan da
i penulis untuk penelitian lebih lanjut antaa lain: 1. Jumlah gid (node) pada
saat pemodelan dapat dipebanyak untuk mendapatkan hasil simulasi yang lebih aku
at atau mendekati kondisi sebenanya. Kaena semakin banyak gid maka analisa a
kan semakin teliti. 2. Pelu adanya kontuksi tambahan dibagian bulbous menginga
t besanya tekanan yang diteima pada bagian tesebut. 3. Kaena dalam penelitia
n ini hanya meubah ukuan bulbous bow maka

untuk penelitian beikutnya dapat melakukan vaiasi tipe dai bubous sehingga da
pat mengetahui kaakteistik dai masing-masing tipe. 6. DAFTAR PUSTAKA
Kelautan, Suabaya.
Univesitas
Hang
Tuah,
Victo L. Steete. E. Benjamin Wylie. 1985. Fluid Mechanics, Eighth Edition. Mc
Gaw-Hill, Inc. England. Yusuke Tahaa. Emilio Fotunato Campana Fedeick Sten
, 2007. Computational fluid dynamics-based multiobjective optimization of a suf
ace combatant using a global optimization method, Atikel Depatment of Maine S
ystem Engineeing, Osaka Pefectue Univesity.Japan
Fansisco peez. Jose A suaez. Juan A Clemente 2006. Geometic Modelling of Bul
b Bows with the use of non-unifom ational B-spline suface. Aticle Naval Ach
itectue Schol of Madid (ETSIN), Univesidad Politecnica de Madid (UPM). Madi
d, Spain. Havald, Sv.Aa. (1992), Tahanan dan Populsi Kapal, Ailangga Univesi
ty Pess, Suabaya. Lewis, Edwad V, 1988. Pinciples of Naval Achitectue Volu
me II: Resistance, Populsion and Fibation. The Society of Naval Achitects and
Maine Enginees, New Jesey. Rahadjo, Oktavian. 2008. Pengauh Bentuk Buitan
dan Penempatan Sistem Penggeak Tehadap kineja Kapal Ikan Tadisional. MT. Te
sis Institut Teknologi Sepuluh Nopembe. Suabaya. Robet W. Alan T. McDonald. I
ntoduction to fluid mechanic. School of Mechanical Engineeing. Pudue Univesi
ty. New Yok. Supiyadi, Bambang. 2004. Analisis Kaakteistik Alian di Sekelil
ing Bulbous Bow Dengan Teknik CFD. Tugas Akhi Institut Teknologi Sepuluh Nopemb
e. Suabaya. Utama, I.K.P. (2005) Inteaksi Kemudi Badan-Kapal: Pengauh Koefisi
en Blok dan Sudut Masuk Haluan/Buitan Kapal, Neptunus Vol.11 no.2, Majalah Ilmi
ah

Anda mungkin juga menyukai