PEMBIMBING :
dr. H. Ahmad Nuri, Sp. A
dr. Gebyar Tri Baskoro, Sp. A
dr. Ramzy Syamlan, Sp.A
dr. Saraswati Dewi, Sp.A
Disusun oleh :
ENDIVIA RIZKI MAGHFIROH
102011101046
PENDAHULUAN
Gagal jantung terjadi saat jantung gagal menghantarkan cardiac output
yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan seluruh tubuh. Pada derajat
ringan gagal jantung, berbagai macam kompensasi dilakukan tubuh untuk
mempertahankan metabolisme tubuh tetap normal. Saat mekanisme ini tidak
efektif lagi, akan muncul manifestasi berat yang disebut dengan gagal jantung
(Kliegman et al., 2007). Menurut paradigma lama, gagal jantung merupakan
akibat dari berkurangnya kontraktilitas dan daya pompa sehingga diperlukan
inotropik untuk meningkatkan kontraktilitas dan diuretik serta vasodilator untuk
mengurangi beban ( un-load ). Sedangkan menurut paradigma baru, gagal jantung
dianggapa sebagai remodelling progresif akibat beban/penyakit yang mendasari
(Panggabean, 2009).
Syok kardiogenik adalah gangguan yang disebabkan oleh penurunan curah
jantung sistemik pada keadaan
Syok kardiogenik dapat ditandai dengan adanya cardiac output rendah dan
hipotensi sehingga perfusi jaringan tidak adekuat. Syok kardiogenik dapat terjadi
sebagai komplikasi dari :
1. Disfungsi jantung berat sebelum atau sesudah operasi jantung
2. Septikemia
3. Luka bakar berat
4. Anafilaksis
5. Kardiomyopati
6. Miokarditis
7. Infark miokard
Syok kardiogenik ditemui pada pasien Congenital Heart Disease,
miokarditis, kardiomiopati, atau pasien yang mengalami penolakan transplantasi
jantung (Kliegman, 2007).
Penyebab syok kardiogenik terbanyak adalah infark miokard akut. Kasus
ini terjadi pada 2,9% pasien angina pektoris tidak stabil (UAP) dan 2,1 % pasien
NSTEMI ( non ST elevasi infark miokard (Alwi dan Nasution, 2009).
2.1 Definisi
Gagal Jantung adalah sindroma klinis yang ditandai oleh sesak napas dan
fatik pada saat itirahat atau aktifitas yang disebabkan oleh kelainan anatomi atau
fungsi jantung (Panggabean, 2009). Gagal jantung terjadi saat jantung gagal
menghantarkan cardiac output yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan
seluruh tubuh. Pada derajat ringan gagal jantung, berbagai macam kompensasi
dilakukan tubuh untuk mempertahankan metabolisme tubuh tetap normal. Saat
mekanisme ini tidak efektif lagi, akan muncul manifestasi berat yang disebut
dengan gagal jantung (Kliegman et al., 2007).
remodelling
progresif
akibat
beban/penyakit
yang
mendasari
(Panggabean, 2009).
2.2 Epidemiologi
Dari penelitian NCBI
10,4% terjadi gagal jantung, 6,2 % penyakit jantung bawaan, 13,5% gangguan
konduksi danirama jantung, 59,5% panyakit jantung didapat, serta sisanya
menderita kardiomiopati. Gagal jantung juga terjadi pada 58,1% pada tahun
pertama kahidupan.
penyakit jantung bawaan sebesar 4,7% , 25% karena penyakit jantung bawaan,
serta sisanya karena penyakit jantung lain (Wiley, 2008)
2.3 Etiologi
Penyebab gagal jantung bervariasi sesuai dengan usia pasien, yakni :
FETAL
PREMATURE NEONATUS
Anemia berat
Supra Ventrikular takikardi
Complete heart block
miokarditis
Genetic cardiomyopathy
Fluid overload
Patent ductus arteriosus
Ventricular septal defect
Cor pulmonale (bronchopulmonary dysplasia
Hypertension
Myocarditis
Asphyxial cardiomyopathy
Arteriovenous malformation (vein of Galen, hepatic)
Left-sided obstructive lesions (coarctation of aorta,
hypoplastic left heart syndrome)
truncus arteriosus)
Myocarditis
Genetic cardiomyopathy
ventricular septal defect
Hemangioma
Anomalous left coronary artery
Genetic or metabolic cardiomyopathy
Acute hypertension (hemolytic-uremic syndrome)
Kawasaki disease
Rheumatic fever
Glomerulonephritis
(hipertensi akut)
Sickle cell anemia
Genetic or metabolic cardiomyopathy
TERM NEONATUS
INFANT-TODDLER
CHILD-ADOLESCENCE
2.4 Patofisiologi
Jantung dapat diibaratkan sebuah pompa dengan output proporsional sesuai
dengan volume pengisianya dan sesuaidengan resistensi yang menahan volume
tersebut. Jika volume yang masuk dalam ventrikel pada akhir diastolik meningkat
maka cardiac outputnya akan meningkat juga pada jantung yang sehat dengan
meningkatkan kontraktilitasnya (hukum Frank starling). Mekanisme ini terjadi
dengan adanya perganganserabut otot jantung, peningkatan tekanan dinding
jantung, dan peningkatan konsumsi oksigen otot jantung.
prematur kurang bisa mengkompensasi pirau kiri ke kanan dibanding bayi matur.
Transport oksigen sistemik dapat diketahui dengan mengalikan cardiac
output
pengisian
ventrrikel
oleh
atrium,
danterjadi
perubahankapasitas
untuk
asupan asi atau susu karena mengalami dyspnea saat menetek sehingga mudah
lelah dan berhenti minum. Selain itu juga ditemui fatigue.
Pada anak, tanda dan gejala gagal jantung mungkin akan mirip dengan orang
dewasa termasuk fatigue, intoleransi latihan, anoreksia, nyeri abdomen, dyspnea,
dan batuk. Kebanyakan keluhan adalah mengenai gangguan pernapasan dan
gangguan pada abdomen. Pada pemeriksaan penunjang dite,ukan kardiomegali,
peningkatan JVP serta hepatomegali. Ortopnea, rhonki basah, serta edema
anasarka kadang menyertai. Terdengar suara Gallop serta murmur.
Pada bayi sulit dikenali gejalanya. Penemuan yang mungkin ditemukan adalah
takipnea, kesulitan minum, berat badan yang rendah atau tidak ada peningkatan
berat badan, berkeringat berlebih, iritabilitas, tangis lemah, retraksi intercostal,
dan pernapasan cuping hidung. Kongesti paru dapat menyebabkan rhonki basah,
wheezing, bronkiolitis, dan pneumoniae. Atelektasis dapat terjadi karena adanya
penekanan lobus paru oleh jantung yang membesar. Biasanya hepatomegali
muncul dan kardiomegali. Peningkatan JVP, edema wajah, orbita, dan tungkai.
Klasifikasi gagal jantung menurut lokasi jantung yang mengalami gagal
jantung ada 2 yaitu, gagal jantung kanan dan gagal jantung kiri. Pada gagal
jantung kiri, dapat disebabkan oleh adanya gangguan kontraktilitas miokard
ventrikel kiri. Akibatnya terjadi penurunan cardiac output dan peningkatan end
systolic left ventricel volume. Sehingga jantung akan mengkompensasi dengan
meningkatkan kontraksi jantung dan frekuensi jantung agar kebutuhan jaringan
dapat tetap terpenuhi. Namun pada suatu titik puncak kemampuan jantung untuk
mengkompensasi, jantung gagal memenuhi kebutuhan jaringan karena payah
dalam bekerja keras. Sehingga terjadi peningkatan end systolic left ventricel
volume yang apabila dibiarkan dalam jangka waktu lama, suatu saat akan
mengakibatkan
peningkatan
tekanan
arteri
pulmonal
kemudian
lelah karena
perfusi jaringan berkurang. Selain itu, suara paru ter dengar rhonki akibat edema
paru.
Pada gagal jantung kanan, mekanisme kompensasi diakinatkan oleh adanya
volume preload ventrikel kanan yang meningkat yang diakibatkan oleh berbagai
macam faktor. Penumpukan cairan pada ventrikel kanan ini menyebabkan
kompensasi jantung untuk meningkatkan frekuensi jantung serta kualitas
kontraksi, namunpada suatu titik puncak, jantung kanan gagal untuk
mempertahankan suplai oksigen untuk jaringan, sehingga terjadi penumpukan
cairan pada ventrikel kanan, peningkatan tekanan atrium kanan yang berdampak
pada peningkatan vena kava. Peningkatan vena kava ini akan menyebabkan
akumulasi darah atau cairan intravaskuler pada bagian tubuh bawah sesuai hukum
gravitasi bumi misalnya tungkai bawah kanan dan kiri. Kemudian apabila kondisi
ini dibiarkan akan menyebabkan terjadinya transudasi cairan pada tungkai bawah
yang terlihat sebagai oedema tungkaibawah. Pasien akan mengalami takipnea
akibat turunya jumlah darah yang dipompakan jantng kanan ke paru paru agar
jumlah oksigen yang dibutuhkan dapat terkompensasi.
Derajat gagal jantung diklasifikasikan menjadi 4 sesuai derajat keparahanya,
yaitu :
DERAJAT I : Sesak tidak muncul pada saat istirahat atau kegiatan sehari
hari
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
2.7 Diagnosis
2.7.1 Anamnesis
a. Keluhan sesak napas terutama saat latihan atau aktifitas sehingga dapat
terjadi kesulitan makan/minum dan dalam jangka waktu panjang gagal
b.
c.
d.
e.
tumbuh
Sering berkeringat (peningkatan saraf simpatis)
Ortopnea, sesak mereda dengan posisi duduk atau tegak.
Kadang muncul mengi
Edema perifer atau pada bayi di kelopak mata
2.7.2 Pemeriksaan fisik
1. Tanda gangguan miokard :
a. Takikardi
b. Kardiomegali pada perkusi
c. Peningkatan tonus simpatis: berkeringat, gangguan pertumbuhan,
d. Gallop (derap) , murmur, atau bising jantung lain.
2. Tanda kongesti vena paru :
a. Takipnea
b. Dyspnea de effort
c. Ortopnea
d. Mengi atau Rhonki
e. Batuk
3. Tanda kongesti vena sistemik :
a. Hepatomegali : kenyal dan tumpul
b. Peningkatan vena jugularis
c. Edema perifer
d. Kelopak mata bengkak
2.7.3 Pemeriksaan penunjang
1. Fotothorax : terdapat kardiomegali
7.
kontraktilitas.
Darah rutin, immunoserologi,
Elektrolit
Analisis gas darah
Serum B-type natriuretic peptide (BNP), meningkat pada pasien
gagal jantung (respon terhadap peningkatan tekanan dinding
ventrikel)
2.8 Penatalaksanaan
2.8.1 Suportif
Penatalaksanaan pertama adalah menyembuhkan penyebab dasar gagal
jantung. Apabila disebabkan kelainan kongenital, bedah dan medikamentosa bisa
menjadi terapi pilihan. Namun untuk bayi dan anak, bedah harus menunggu
pasien sampai cukup umur agar dapat dibedah (grow big enough for surgery).
Penatalaksanaan umum adalah istirahat total dan pembatasan aktifitas sehari
hari. Posisi tidur adalah semiduduk dengan menggunakan beberapa bantal atau
pengganjal.
Diet untuk pasien gagal jantung meliputi diet tinggi kalori. Karena pada gagal
jantung intake kalori menurun sedangkan kebutuhan tetap tinggi atau semakin
meningkat. Pada bayi yang mengkonsumsi susu formula dapat dipilihsusu yang
tinggi kalori namun tidak melebihi 24 calories/oz karena mengakibatkan diare
osmotik. Diet rendah garam tidak dianjurka untuk bayi gagal jantung dengan
menggunakan susu rendah natrium, namun dapat mengkonsumsi ASI saja akan
jauh lebih baik.
Pada pasien gagal jantung, kondisiumum seringkali menurun, lemah, dan
lunglai serta apabila dengan kardiomegali, kadang terjadi gastroesofageal refluk,
sehingga pemasangan nasogastrik tube membantu pemberian makanan.
2.8.2 Medikamentosa
1. Digitalis
Digoxin adalah terapi gagal jantung baik pada anak maupun dewasa. Digoxin
adalah glikosida digitalis yang digunakan pada sebagian besar kasus gagal jantung
anak. Waktu paruhnya adalah 36 jam dan dapat diminum 1 sampai 2 kali sehari.
Diabsorbsi baik pada GIT dan sediaan elixir lebih baik absorbsinya daripada
tablet. Efek muncul pada 30 menit pertama dan bertahan 2 sampai 6 jam pada
pemberian oral. Pada pemberian intravena efek dapat dilihat pada 15-30 menit
bertahan 1-3 jam.
Digitalisasi dilakukan dengan dosis total pada pemberian pertama dan
lagi pemberian ke-2 dan ke-3 dengan interval 12 jam antar pemberian. Maintenen
digitalis dimulai dari 12 jam setelah digitalisasi total dan dosis maintenen dosis
total. Jika pemberian inisial berupa intravena, maintenen boleh oral. Dosis harian
anak >5 tahun adalah 0,2-0,5 mg/24 jam. Jika pasien tidak terlalu parah, beri
dogoksin oral sesiua dosis digitalisasi dalam 24 jam.
2. Diuretik
Diuretik adalah agen yang meninhibisi reabsorbsi air dan natrium oleh ginjal
yang pada akhirnya penurunan volume darah di sirkulasi, cairan paru, dan tekanan
pengisian ventrikel. Diuretik merupakan obat yang paling sering digunakan
bersama digitalis pada kasus gagal jantung.
Furosemide adalah diuretik yang paling sering dugunakan pada gagal jantung.
Furosemide menginhibisi reabsorbsi Na dan Cl pada tubulus distal ginjal dan
lengkung Henle. Pasien yang membutuhkan diuresis yang cepat harus melalui I.V
atau I.M. dengan dosis inisial 1- 2 mg/kg. Untuk terapi furosemid berkelanjutan
diberikan dosis 1-4 mg/kg/24jam diberikan 1 4 kali sehari. Selama terapi harus
selalu cek elektrolit karena berpotensi ekskersi Na berlebih.
Spironolakton adalah inhibitor aldosterone dan meningkatkan retensi Na. Obat
ini diberikan oral 2-3mb/kgBB/24 jam dibagi 2 3 dosis. Biasanya diberikan
kombinasi spironolakton dengan klorotiazid.
Chlorotiazid biasanya digunakan pada anak dengan gagal jantung ringan.
Kurang poten dibandingkan dengan furosemide. Dosis biasa adalah 20-40
mg.kgBB/ 24 jam dibagi 2 dosis. Jikaobat ini digunakan single drug maka boleh
menggunakan suplemen Na.
3. Obat Penurun Afterload dan ACE Inhibitor
Obat ini bekerja menurunkan afterload ventrikel dengan cara menurunkan
resistensi vaskular, meningkatkan kontraksi jantung.Obat penurun afterload yang
digunakan adalah nitroprussid intravena. Wktu paruhnya pendek sehingga dapat
dititrsi pada pasien kritis. Dapat menyebabkan hipotensi sehingga harus
monitoring tensi terus. Kontra indikasi pada pasien post hipotensi. Obat lain yang
dapat digunakan adalah phosphodiesterase.
ACE-I yang digunakan adalah captopril oral yang berefek dilatasi arteri
dengan menghambat produksi angiotensin II. Efek sampingnya adalah
venodilatasi penurunan preload. Obat ini juga dapat mengontrol retensi garam dan
air. Dosis oral 0,3-6 mg/kg/24 jam dibagi menjadi 2-3 dosis sehari. Efek
sampingnya adalah hipotensi dan pusing. Enalapril adalah ACE-I yang bersifat
long acting, diminum 1 sampai 2 kali sehari.
Fenoldopam adalah dopamine DA1 receptor agonist dan digunakan pada dosis
yang sangat rendah (0.03 mcg/kg/min) untuk meningkatkan aliran darah renal dan
meningkatkan produksi urin. Dapat menyebabkan hipotensi, sehingga harus
berhati hati dan dimonitoring tekanan darahnya.
b. Dobutamine
Dobutamin adalah derivat dari dopamin, yang menjadi terapi pasien cardiac
output rendah. Obat ini menyebabkan efek inotropik langsung dengan
menurunkan resistensivaskular perifer. Dobutamin dapat digunakan sebagai
lanjutan dari dopamin untuk mencegah efek vasokonstiksi pada dosis tinggi
dopamin. Dobutamin lebih kurang menyebabkan gangguan irama jantung
dibanding isoproterenol. Dosis sehari hari adalah 220 g/kg/min.
c. Isoproterenol
Isoproterenol adalah -adrenergic agonist murni yang menyebabkan efek
kronotropik pada jantung. Baik digunakan untuk pasien dengan frekuensi jantung
yang rendah. Untuk anak yang mendapat terapi ini harus selalu dimonitor tekanan
darah dan frekuensi jantungnya serta waspada terjadi aritmia.
d. Epinephrine
Epinephrine bersifat campuran sebagai - dan -adrenergik reseptor agonis
yang selalu diterima pasien syok kardiogenik dan tekanan darah arteri rendah.
Walaupun dapat meningkatkan tekanan darah dengan efektif, namun juga bisa
meningkatkan resistensi vaskular sertameningkatkan afterload (berlawanan
dengan kemampuan kerja jantung
5. Phosphodiesterase Inhibitors.
Milrinone sangat bergunauntuk pasien denga cardiac output rendah yang
bersifat refrakter setelah terapidengan obat lain serta baikuntuk pasien post
operasi
jantung
terbuka.
Milrinon
bekerja
dengan
cara
menghambat
DOSIS
DIGOXIN
DIGITALISASI
Inisial : dosis
Lanjut : dosis x 2
selang 12 jam
PREMATUR : 20 g/kg
BAYI CUKUB BULAN 1 BLN : 2030 g/kg
Infant or child: 2540 g/kg
Adolescent or adult: 0.51 mg dosis terbagi
DOGOXIN
MAINTENANCE
IV:0.010.1 mg/kg/dosis
PO:0.0050.1 mg/kg/hari, dibagi 3-4 kali selang 6-8
jam
SPIRONOLACTONE
IV:0.0010.03 g/kg/min
(ALDACTONE)
NESIRITIDE
(B-TYPE
NATRIURETIC
PEPTIDE)
ADRENERGIC AGONISTS (ALL IV)
DOBUTAMINE
220 g/kg/min
DOPAMINE
230 g/kg/min
ISOPROTERENOL
0.010.5 g/kg/min
EPINEPHRINE
0.11.0 g/kg/min
NOREPINEPHRINE
0.12.0 g/kg/min
310 g/kg/min
MILRINONE
0.251.0 g/kg/min
AFTERLOAD-R+EDUCING AGENTS
CAPTOPRIL
(CAPOTEN), ALL PO
mg/kg/hari)
Children: 0.12 mg/kg/hari q812h (adult dosis is
6.2525 mg/dosis)
ENALAPRIL
(VASOTEC), ALL PO
NITROGLYCERIN
IV:0.255 g/kg/min
NITROPRUSSIDE
IV:0.58 g/kg/min
HYDRALAZINE
(APRESOLINE)
(NIPRIDE)
PRAZOSIN
CARVEDILOL
(COREG)
METOPROLOL
0.51
(LOPRESSOR,
TOPROL-XL)
dosis 12 mg/kg/hari
PO( extended ) (Toprol-X)dosis inisial 25 mg/hari ,
dosis maksimal adalah 200 mg/hari
2.9 Komplikasi
Gagal jantung dapat menyebabkan syok kardiogenik apabila terlambat
ditangani atau tidak ditangani secara adekuat. Syok kardiogenik yang terjadi lama
akan beresiko terjadi multisystem organ failure dan kematian.
2.10 Prognosis
Prognosis gagal jantung bergantung pada penyakit dasar,lama penyakit,
beratnya penyakit dan gagal jantung yang dialami serta pengobatan yang tepat dan
cepat. Kematian yang disebabkan oleh gagal jantung didasari penyakit jantung
bawaan sebesar 4,7% , 25% karena penyakit jantung bawaan, serta sisanya karena
penyakit jantung lain
SYOK KARDIOGENIK
1.1.
DEFINISI
Syok kardiogenik dapat ditandai dengan adanya cardiac output rendah dan
hipotensi sehingga perfusi jaringan tidak adekuat.
1.2.
ETIOLOGI
miokard akut. Kasus ini terjadi pada 2,9% pasien angina pektoris tidak stabil
(UAP) dan 2,1 % pasien NSTEMI ( non ST elevasi infark miokard (Alwi dan
Nasution, 2009).
1.3.
PATOFISIOLOGI
Pada kasus gagal jantung, jantung tidak dapat menyampaikan darah ke organ
seluruh tubuh sesuai kebutuhan, sehingga perfusi jaringan menurun. Kurangnya
perfusi inilah yang dinamakan syok. Apabila sebab utamanya berasal dari organ
jantung, maka disebut syok kardiogenik. Mekanisme kompensasi tubuh untuk
mempertahankan perfusi ke organ vital akan meyebabkan syok terkompensasi.
Apabila saat terjadi syokterkompensasi ini tidak segera ditangani dan dirawat,
maka akan menyebabkan syok dekompensasi yang berakibat kerusakan jaringan
hingga disfungsi organ multisistem bahkan kematian.
Pada awal fase syok, mekanisme kompensasi fisiologis multipel bekerja
dengan mempertahankan tekanan darah dan berusaha memenuhi perfusi jaringan.
Respon ini meliputi peningkatan frekuensi jantung, stroke volume, dan tonus otot
halus pembuluh darah melalui perubahan neurohormonal yaitu pengaktifan nervus
simpatis dan respon hormonal lain untuk memenuhi perfusi ke organ vital seperti,
otak, jantung, dan ginjal.
Frekuensi napas bertambah cepat agar meningkatkan ekspirasi CO2 sehingga
CO2 yang prodiksinya meningkat dapat dikeluarkan serta mencegah terjadi
asidosis metabolik. Meningkatnya ekskresi ion H+ ginjal dan retensi HCO- adalah
utuk menyeimbangkan pH. Untuk mempertahankan volume vaskular, respon
difasilitasi oleh renin angiotensin - aldosterone dan atrial natriuretic factor ,
kortisol, dan sintesis katekolamin,serta sekresi antidiuretik hormon. Disela
mekanisme ini, cairan intravaskula bocor menuju ke interstisial ekstraselular
karena jejas sel endotel vaskular dan kehilangan kerekatan antar sel.
disfungsi hepar, luka bakar yang parah) maka dapat terjadi kebocoran plasma
yang lebih banyak, yang berakibat penurunan volume intravaskular yang
mengeksaserbasi syok, memperberat edema, dan berpotensial memperburuk status
pernapasan.
1.4.
DIAGNOSIS BANDING
Syok hypovolemik
Syok septik
Syok distributif
Syok obstruktif
Dengue syok syndrome
Syok hemoragik
1.5.
DIAGNOSIS
Tabel 3.1 Tanda penurunan perfusi jaringan
SISTEM ORGAN
PERFUSI
PERFUSI
PERFUSI
SSP
Gelisah, apatis
RESPIRASI
Ventilasi
Ventilasi
METABOLISME
Asidosis
metabolik
terkompensasi
Asidosis metabolik
tidak terkompensasi
GIT
motilitas usus
Ileus
GINJAL
Urine
OLIGOURI
(<0,5mL/kg/hari)
Oligo/anuria
KULIT
CRT
Akral dingin
CARDIOVASA
HEART
RATE
HEART RATE
HEART RATE,
Tekanan darah, nadi
tidak teraba
1.6.
PENATALKSANAAN
Tabel 3.1. Tabel penatalaksanaan syok kardiogenik
TARGET STROKE VOLUME
Preload
PARAMETER
Contractility
Afterload
BP, peripheral
perfusion, SVR
MANIFESTASI CO
ABNORMAL
CO
CO
BP
BP
or BP
TREATMENT
Meningkatkan
-Adrenergic
volume (crystalloid, agonists,
colloid, blood)
phosphodiesterase
inhibitors
Afterloadreducing agents:
nitroprusside,
ACE inhibitors
a. Tatalaksana Cardiovascular
Obat obat jantung bertujuan untuk meningkatkan cardiac output.
DRUG
EFFECT(S)
Dopamine
Meningkatkan
kontraksi (sesuai
dosis)
Meningkatkan
renal blood flow
(dosis rendah dan
sedang)
Disritmia pada
dosis tinggi
Diberikan pada vena
sentral
Vasokonstriksi
(dosis tinggi)
Epinephrine
Meningkatkan HR 0.053.0
dan mengutakan
g/kg/min
kontraksi
DRUG
EFFECT(S)
Vasokonstriktor
potensial
Meningktakan konsumsi
O2 pada jantung
Resiko tinggi disritmia
Dobutamine
Meningkatkan
kontraksi jantung
120 g/kg/min
Sedikit efek
terhadap HR
Norepinephrine Vasokonstriktor
kuat
Milrinone
Vasokonstriksi lemah
(dosis tinggi)
Resistensi vaskular
sistemik tinggi
Peningkatan konsumsi
O2 dan potensial terjadi
disritmia
0.52.0
g/kg/min
Menyebabkan Hipertensi
tiba tiba
Dapat digunakan
untuk takikardi
Meningktakan konsumsi
O2 pada jantung
Phosphodiesterase
inhibitorslows cyclic
adenosine
monophosphate
breakdown
0.54.0
g/kg/min
Efek CEPAT
Penggunaan jangka
panjang toksisitas
sianida
1.020
g/kg/min
Rapid CEPAT
Resiko peningkatan TIK
Prostaglandin Vasodilator
E1
0.010.2
g/kg/min
Mempertahankan PDA
pada PJB
Efek HIPOTENSI
Resiko apnea
KELAINAN
Acute
respiratory
distress
syndrome
(ARDS)
TUJUAN
Cegah/rawat :hipoksi and
asidosis respiratori
TERAPI
Oksigen
Respiratory
Mencegah Barotrauma
muscle fatigue
Intubasi
endotracheal lebih
awal and ventilasi
mekanik
PEEP
Permissive
hypercapnia
High-frequency
ventilation
ECMO
Renal
Prere
nal
failur
e
Renal
failur
e
Cegah/tangani
:hypovolemia,
hypervolemia,
hyperkalemia, metabolic
acidosis,
hyper-/hyponatremia,
and hypertension
Menstabilkan jumlah
urin dan tensi sesuai usia
Resusitasi
cairan
Monitorin
g serum
dan
elektrolit
Dosis
rendah
Dopamin
Furosemid
e (Lasix)
SISTEM
KELAINAN
TUJUAN
TERAPI
Dialysis,
ultrafiltrati
on,
hemofiltrat
ion
Vitamin K
Fresh frozen
plasma
Platelets
Thrombosis
Cegah/tangani clotting
Heparinisasi
Activated protein
C
GIT
Stress ulcers
Nasogastric tube
Pemberian diet
enteral awal
Adrenal
insufficiency
primary atau
secondary to
chronic
steroid
therapy
Steroid
Asidosis
metabolik
Tatalaksana
hipotensi (cairan),
Fungsi jantung
turun
(cairan+inotropik)
Normalize pH
Meningkatkan
Ileus
Translokasi
bakteri
Endocrine
Metabolic
SISTEM
KELAINAN
TUJUAN
TERAPI
ekskresi asam dari
urun
DOSIS RENDAH
(0.52 mEq/kg)
sodium
bicarbonate JIKA
PASIEN TIDAK
ADA RESPON
dan pH < 7.1 and
ventilation (CO2
elimination) is
adequate
1.7.
KOMPLIKASI
Komplikasi dari syok kardiogenik adalah kematian. Selain itu jika syok
berkepanjangan, akan menyebabkan gejala sisa atau sekuel berupa kecacatan
akibat perfusi yang rendah terlalu lama sehingga terjadi hipoksi jaringan lalu
mengakibatkan kerusakan jaringan.
1.8.
PROGNOSIS
Prognosis dari syok kardiogenik ditentukan dengan lama syok, tindakan yang
doberikan tepat waktu atau tidak, serta ada atau tidaknya komplikasi organ lain.
DAFTAR PUSTAKA
Atlas, steven, MD. THE RENIN-ANGIOTENSIN ALDOSTERONE
SYSTEM:
PATHOPHYSIOLOGICAL
ROLE
AND
PHARMACOLOGIC
Tata
Laksana
Ilmu
Kesehatan
Ilmu
Penyakit
Dalam
Ed.
Jilid