FAKULTAS FILSAFAT UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2015
Indonesia adalah negara majemuk. Kemajemukan Indonesia dapat dilihat
dari banyaknya budaya, suku bangsa, kepercayaan/agama, makanan, tarian, bahasa yang semuanya merupakan aset bangsa yang harus dipertahankan. Kebudayaan tradisional Indonesia terus bertahan di tengah arus globalisasi yang pesat, salah satu contohnya adalah tradisi panjang jimat di karaton kasepuhan Cirebon. Tradisi merupakan adat kebiasaan yang diwariskan turun-temurun dari suatu generasi ke generasi selanjutnya. Tradisi panjang jimat erat hubungannya dengan sejarah nabi Muhammad SAW, terlihat pada tanggal dan bulan dilaksanakannya tradisi panjang jimat yaitu pada tanggal 12 rabiul Awwal yang tepat pada tanggal Nabi Muhammad SAW dilahrikan, walaupun pada masa Nabi Muhammad SAW tidak ada tradisi peringatan maulid, atau memperingati hari kelahiran nabi sendiri. Bahkan nabi Muhammad menggangap dirinya adalah seorang manusia biasa dan tidak mau dirinya dipertuhankan, cukuplah dihormati secara wajar saja, walaupun Nabi sendiri adalah seorang Rasul, namun masyarakat muslim hampir diseluruh dunia memperingati hari kelahiran Nabi tersebut. Tradisi panjang jimat merupakan suatu peringatan, penyambutan kelahiran nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad SAW dianggap sebagai cahaya dunia yang telah memberikan perubahan yang mendasar dalam kehidupan masyarakat. Adapun tujuan lain tradisi panjang jimat, yaitu sebagai pesan syiar islam, hal ini dapat dilihat dari arti panjang jimat, yakni panjang artinya sepanjang masa dan jimat artinya siji singdirumat (yang harus dijaga) yaitu berupa dua kalimat syahadat. Bagi masyarakat Cirebon dan sekitarnya, tradisi panjang jimat sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan mereka, meskipun secara lambat laun pengarul kultural karaton semakin pudar dengan perkembangan dan
perubahan yang terjadi di masyarakat, terlihat pada otoritas politik, karaton
kasepuhan sudah tidak mempunyai hak terhadap masyarakat. Puncak dari seluruh rangkaian acara tersebut adalah upacara pelal. Panjang jimat yang diselenggarakan langsung oleh kerabat karaton dan dipimpin oleh Sultan dan dihadiri para tamu undangan serta masyarakat dari berbagai macam kalangan. Pelal adalah asimilasi atau penyerapan dari kata fadhal (arab) yang berarti keutamaan atau afdhal artinya utama. Malam pelal bermakna suatu malam dimana Allah menurunkan keutamaan bagi bumi dan penghuninya, yaitu dengan kelahiran anak manusia yang nanti akan menjadi Nabi terakhir, yakni nabi Muhammad SAW. Pelaksanaan puncak tradisi panjang jimat dilangsungkan di Bangsal Panembahan dan Bangsal Prabayaksa, yang merupakan dua ruang utama karaton kasepuhan Cirebon. Bangsal Panembahan merupakan ruangan paling sakral di karaton, disinilah para ulama dan sesepuh karaton berdoa, sementara Bangsal Prabayaksa adalah tempat Sultan dan seluruh keluarga serta para tamu undangan mengikuti upacara. Dalam tradisi panjang jimat terdapat beberapa nilai-nilai luhur, yaitu ; nilai keagamaan (religius), nilai sejarah (historis), nilai gotong royong, tata krama dan sopan santun, silaturahmi, saling menghormati, rasa syukur dan nilai keindahan (estetika).