Anda di halaman 1dari 3

TRADISI PANJANG JIMAT KARATON KASEPUHAN CIREBON

Oleh ;
Imam Abdul H

11/316310/FI/03588

Dosen Pengampu ;
Dr., Hj. Widyastini., M.Hum.

FAKULTAS FILSAFAT
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015

Indonesia adalah negara majemuk. Kemajemukan Indonesia dapat dilihat


dari banyaknya budaya, suku bangsa, kepercayaan/agama, makanan, tarian,
bahasa yang semuanya merupakan aset bangsa yang harus dipertahankan.
Kebudayaan tradisional Indonesia terus bertahan di tengah arus globalisasi yang
pesat, salah satu contohnya adalah tradisi panjang jimat di karaton kasepuhan
Cirebon. Tradisi merupakan adat kebiasaan yang diwariskan turun-temurun dari
suatu generasi ke generasi selanjutnya.
Tradisi panjang jimat erat hubungannya dengan sejarah nabi Muhammad
SAW, terlihat pada tanggal dan bulan dilaksanakannya tradisi panjang jimat yaitu
pada tanggal 12 rabiul Awwal yang tepat pada tanggal Nabi Muhammad SAW
dilahrikan, walaupun pada masa Nabi Muhammad SAW tidak ada tradisi
peringatan maulid, atau memperingati hari kelahiran nabi sendiri. Bahkan nabi
Muhammad menggangap dirinya adalah seorang manusia biasa dan tidak mau
dirinya dipertuhankan, cukuplah dihormati secara wajar saja, walaupun Nabi
sendiri adalah seorang Rasul, namun masyarakat muslim hampir diseluruh dunia
memperingati hari kelahiran Nabi tersebut.
Tradisi panjang jimat merupakan suatu peringatan, penyambutan kelahiran
nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad SAW dianggap sebagai cahaya dunia
yang telah memberikan perubahan yang mendasar dalam kehidupan masyarakat.
Adapun tujuan lain tradisi panjang jimat, yaitu sebagai pesan syiar islam,
hal ini dapat dilihat dari arti panjang jimat, yakni panjang artinya sepanjang masa
dan jimat artinya siji singdirumat (yang harus dijaga) yaitu berupa dua kalimat
syahadat.
Bagi masyarakat Cirebon dan sekitarnya, tradisi panjang jimat sudah
menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan mereka, meskipun secara
lambat laun pengarul kultural karaton semakin pudar dengan perkembangan dan

perubahan yang terjadi di masyarakat, terlihat pada otoritas politik, karaton


kasepuhan sudah tidak mempunyai hak terhadap masyarakat.
Puncak dari seluruh rangkaian acara tersebut adalah upacara pelal.
Panjang jimat yang diselenggarakan langsung oleh kerabat karaton dan dipimpin
oleh Sultan dan dihadiri para tamu undangan serta masyarakat dari berbagai
macam kalangan.
Pelal adalah asimilasi atau penyerapan dari kata fadhal (arab) yang berarti
keutamaan atau afdhal artinya utama. Malam pelal bermakna suatu malam dimana
Allah menurunkan keutamaan bagi bumi dan penghuninya, yaitu dengan kelahiran
anak manusia yang nanti akan menjadi Nabi terakhir, yakni nabi Muhammad
SAW.
Pelaksanaan puncak tradisi panjang jimat dilangsungkan di Bangsal
Panembahan dan Bangsal Prabayaksa, yang merupakan dua ruang utama karaton
kasepuhan Cirebon. Bangsal Panembahan merupakan ruangan paling sakral di
karaton, disinilah para ulama dan sesepuh karaton berdoa, sementara Bangsal
Prabayaksa adalah tempat Sultan dan seluruh keluarga serta para tamu undangan
mengikuti upacara.
Dalam tradisi panjang jimat terdapat beberapa nilai-nilai luhur, yaitu ;
nilai keagamaan (religius), nilai sejarah (historis), nilai gotong royong, tata krama
dan sopan santun, silaturahmi, saling menghormati, rasa syukur dan nilai
keindahan (estetika).

Anda mungkin juga menyukai