BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Negara Republik Indonesia dikenal memiliki berbagai macam mineral
dalam jumlah besar, salah satunya adalah logam timah. Indonesia termasuk
negara yang terletak pada jalur timah terkaya di dunia yang disebut south
east asia tin belt (Jalur Timah Asia Tenggara). Daerah yang dilalui oleh jalur
tersebut adalah Pulau Karimun - Kundur, Singkep, Bangka, Belitung dan
perairan disekitar wilayah tersebut. Salah satu perusahaan yang bergerak
dalam kegiatan penambangan bijih timah di Indonesia adalah PT. Timah
(Persero) Tbk.
Secara history pengusahaan pertambangan timah di Indonesia
dibedakan dalam dua masa pengelolaan. Yang pertama sebelum tahun 1960
dikenal dengan masa pengelolaan Belanda, dimana Bangka, Belitung dan
Singkep merupakan badan usaha yang terpisah dan berdiri sendiri. Bangka
dikelola oleh badan usaha milik Pemerintah Belanda sedangkan Belitung dan
Singkep oleh perusahaan swasta Belanda. Status kepemilikan usaha ini
memberikan ciri manajemen dan organisasi yang berbeda satu dengan yang
lain. Ciri perbedaan itu diwujudkan dalam perilaku organisasi dalam arti luas,
baik struktur maupun budaya kerjanya.
Masa yang kedua adalah masa pengelolaan Negara Republik
Indonesia. Status berdiri sendiri dari ketiga wilayah tersebut masih terus
PT.
terakhir ini penambangan bijih timah lebih banyak dilakukan pada off shore
mining dibandingkan dengan onshore mining, hal ini disebabkan karena
jumlah cadangan bijih timah pada daerah laut cukup ekonomis ditambang.
Oleh karena itu, PT. Timah (Persero) Tbk telah menitikberatkan operasi
penambangan bijih timah pada off shore mining.
Pengambilan bijih timah dari dasar laut dapat dilakukan dengan
menggunakan Kapal Keruk maupun Kapal Isap Produksi, dimana perbedaan
penambangan dua kapal ini terletak pada metode pengambilan bijih timah dari
dasar laut. Pada Kapal Keruk pengambilan mineral menggunakan bucket
(mangkok) raksasa, sedangkan pengambilan bahan galian pada Kapal Isap
Produksi menggunakan cutter dan pipa hisap yang akan menghisap pasir
timah dari dasar lautan.
Metode penambangan dengan menggunakan Kapal Keruk telah ada
sejak zaman pemerintahan Belanda sedangkan Kapal Isap Produksi
merupakan metode penambangan yang baru yang diaplikasikan oleh PT.
Timah (Persero) Tbk. Perkembangan dari pengoperasian Kapal Keruk menjadi
Kapal Isap Produksi disebabkan karena adanya perbandingan keekonomisan.
Pengoperasian Kapal Keruk memerlukan biaya operasional yang tinggi. Biaya
operasional tersebut merupakan jumlah pemakaian BBM yang besar karena
peralatan
Kapal
Keruk
banyak
dan
jumlah
tenaga
kerja
untuk
sehingga BBM yang digunakan dan tenaga kerja yang dibutuhkan lebih
sedikit.
Kapal Isap Produksi ini direncanakan akan menggantikan tempat
Kapal Keruk yang telah puluhan tahun menjadi bagian dari penambangan
timah lepas pantai. Seperti halnya Kapal Keruk, Kapal Isap Produksi juga
dapat dikatakan seperti pabrik terapung, karena selain alat penggalian juga
dilengkapi dengan mesin - mesin unit pencucian. Dengan memperhatikan
besarnya peranan Kapal Isap Produksi disektor industri pertambangan timah
dewasa ini, maka perencanaan, kerja dan evaluasi pada Kapal Isap Produksi
perlu dilaksanakan dengan baik dan terukur.
1.2.