PROPOSAL SKRIPSI
Oleh
ELISABETH N R
NIM. 112980047
A. JUDUL
KAJIAN TEKNIS ALAT BONGKAR, MUAT, DAN ANGKUT PADA
PENAMBAGAN BATUGAMPING DI PT.SEMEN KUPANG (PERSERO)
NUSA TENGGARA TIMUR
B. ALASAN PEMILIHAN JUDUL
Cadangan
C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah memperoleh data masukan guna mengetahui
kondisi kerja dan kondisi pengelolaan alat bongkar, muat dan angkut sehingga
dapat menilai kesediaan kerja alat mekanis guna tindakan peremajaan alat.
D. IDENTIFIKASI MASALAH
Permasalahan yang terjadi adalah kondisi alat mekanis yang tidak lagi
berproduksi dengan baik atau effisiensi kerjanya menjadi menurun. Hal ini
ditunjukkan dengan adanya kenyataan produksi yang tidak lagi mencapai target
yang diharapkan. Cara pendekatan masalah adalah dengan mengevaluasi
kemampuan kesediaan mekanis daripada alat bongkar,muat dan angkut atau
disebut dengan penataan manajemen alat. Penataan manajemen alat bertujuan
agar alat dapat berproduksi baik dengan jam rusak serendah mungkin dan biaya
operasi alat seminimal mungkin, meliputi penyediaan alat sesuai jumlah yang
dibutuhkan, penetuan jadwal kerja, perawatan, perbaikan, dan peremajaan alat.
E. PENYELESAIAN MASALAH
I. Pendekatan Dasar Teori
Langkah-langkah dalam pemilihan alat-alat mekanis adalah :
1. Analisa tempat kerja
Medan kerja sangat berpengaruh sekali, karena apabila medan kerja buruk akan
mengakibatkan peralatan mekanis sulit untuk dapat dioperasikan secara
optimal. Kondisi suatu medan kerja tercipta oleh keadaan alam dan jenis
material yang ada didalamnya seperti ketinggian tempat kerja serta sifat fisik
dari material itu sendiri. Sifat fisik material berpengaruh besar terhadap
pengoperasian alat-alat, terutama dalam menentukan jenis alat yang akan
digunakan dan taksiran kapasitas produksinya serta perhitungan volume
pekerjaan. Beberapa sifat fisik material yang perlu diperhatikan dalam
pemilihan peralatan adalah :
Volume bank
100 0 0
Volume loose
Volume compact
Sh 1
Volume loose
100 0 0
dimana :
V bank
V loose
V compact
4)
b. Jenis Material
Jenis material akan menentukan besarnya produksi alat dan cara
pengoperasiannya,
karena
hal
ini
berhubungan
dengan
factor
Tabel 1
Klasifikasi Material Menurut Bobot Isi dan Faktor Pengembangan
Macam Material
Tanah Liat Kering
Tanah Liat Basah
Tanah Biasa Kering
Tanah Biasa Basah
Tanah Biasa Bercampur
Pasir dan Kerikil
Kerikil Kering (Gravel)
Kerikil Basah (Gravel)
Andesit Hasil Peledakan
Lumpur
PasirKering
Pasir Basah
Bobot Isi
(Ton/BCM)
1,50
1,80 2
1,80
2,20
2,03
Faktor Pengembangan
(%)
0,85
0,82 0,80
0,85
0,85
0,9
2,10
2,40
2,71
1,40 1,90
1,40 2,10
2,10 2,40
0,89
0,88
0,63
0,83
0,89
0,88
c. Berat material
Berat adalah suatu sifat yang dimiliki oleh setiap material. Kemampuan
alat mekanis untuk melakukan pekerjaan seperti mendorong, mengangkat,
menarik, mengangkut dan lainnya sangat dipengaruhi oleh berat material
tersebut. Pada umumnya setiap alat berat mempunyai batasan kapasitas,
volume tertentu. Berat material akan berpengaruh terhadap volume yang
diangkat atau didorong dan biasanya dihitung dalam keadaan asli atau
lepas.
d. Kohesivitas material
Kohesivitas material adalah daya lekat atau kemampuan saling mengikat
diantara butir-butir material itu sendiri. Material dengan kohesivitas tinggi
akan mudah menggunung. Jadi apabila material ini berada pada suatu
tempat, akan munjung. Volume material yang menempati ruangan ini akan
ada kemungkinan bisa melebihi volume ruangan. Kohesivitas ini
berhubungan dengan daya dukung tanah, dimana semakin tinggi kohesivtas
semakin tinggi pula daya dukung tanah.
e. Daya dukung tanah
Daya dukung tanah adalah kemampuan tanah untuk mendukung alat yang
berada diatasnya. Apabila suatu alat berada diatas tanah, maka alat tersebut
akan memberikan Ground Pressure, sedangkan perlawanan yang akan
diberikan tanah adalah Daya Dukung. Jika daya dukung relatif lebih
kecil maka alat tersebut akan terbenam. Daya dukung tanah dapat
dirumuskan sebagai berikut 7) :
q = c Nc + DNq + 1/2 BN
dimana :
q : daya dukung keseimbangan
B : lebar jejak ban luar alat
D : dalamnya jejak ban terhadap tanah
: berat isi tanah
c : kohesi
f.Kekuatan material
Material yang keras akan lebih sukar untuk dikoyak, digali atau dikupas
oleh alat mekanis. Hal ini akan menurunkan produktivitas alat. Material
yang umumnya keras adalah batu-batuan (beku, sedimen atau metamorf )
Karena perbedaan kekarasan dari material yang akan digali sangat
bervariasi, maka sering dilakukan penggolongan berdasarkan mudah
sukarnya digali. Berikut pada tabel 2 pengklasifikasian material
berdasarkan skala kekerasan dan kuat tekan material
Tabel 2
Klasifikasi Material Menurut Skala Kekerasan dan Kuat Tekan
Klasifikasi Material
Sangat Keras (Very hard digging)
Keras (Hard digging)
Agak Keras (Medium hard digging)
Lunak (Easy digging)
Skala Kekerasan
Mohs
+7
67
4,5 - 6
1 4,5
Kuat Tekan
(Mpa)
+ 200
120 -200
60 120
10 60
Lebar jalan angkut minimum yang dipakai sebagai jalur ganda atau
lebih menurut Asho Manual Rural High-Way pada jalan lurus
adalah :
L(m) = N . Wt + (N+ 1)(1/2 . Wt)
dimana :
L(m)
: jumlah jalur
W(t)
U Fa Fb
2
dimana :
W
Fa
Fb
W
sin
dimana :
R
KB x 60 xFK
LCM / jam
Ct
LK x KP x j x 60 x FK
LCM / jam
Ct
Q gr x Q bk
LCM / jam
Q gr Q bk
Alat muat
Qi
KM x 60 x FK
LCM / jam
Ct
KM x 60 x FK
LCM / jam
Ct
dimana :
Qi : kemampuan produksi ( m3/jam )
Qgab : produksi gabungan ( m3/jam )
Qgr : produksi alat garu /ripper ( m3/jam )
Qbk : produksi alat bongkar / bulldozer ( m3/jam )
Ct
KB : kapasitas bilah ( m3 )
= lebar x (tinggi)2 x faktor bilah
KM : kapasitas mangkuk ( m3 )
= lebar x (tinggi)2 x faktor mangkuk
FK : Faktor Koreksi
= Eff. Waktu x Eff. Kerja x Eff. Operator
LK : lebar permuka kerja (meter)
KP : kedalaman penetrasi gigi-gigi ripper (meter)
j
Pemeliharaan Mesin
Baik sekali
Baik sekali
Baik
Sedang
Buruk
Buruk sekali
Baik
0,83
0,76
0,72
0,63
0,52
Sedang
Buruk
Buruk sekali
0,76
0,71
0,65
0,57
0,47
0,70
0,65
0,60
0,52
0,42
0,63
0,60
0,54
0,45
0,32
0,81
0,75
0,69
0,61
0,50
Vp Wp
Kp
Tvp
atau N Kp
dimana :
Vp
: volume pekerjaan
Wp
: waktu penyelesaian
Tvp
Kp
10
11
W
x 100%
W R
dimana :
W : jumlah jam kerja alat, yaitu waktu dibebankan kepada seorang
operator suatu alat yang dalam kondisi dapat dioperasikan,
artinya tidak rusak. Waktu ini meliputi pula tiap waktu
hambatan yang ada, seperti waktu untuk pulang pergi ke
permuka kerja, waktu pelumasan dan pengisian bahan bakar,
dan waktu hambatan akibat cuaca.
R : jumlah jam perbaikan, yaitu waktu untuk perbaikan dan waktu
yang hilang karena saat perbaikan termasuk juga waktu untuk
penyediaan suku cadang serta waktu untuk perawatan
pencegahan.
b. Kesediaan Fisik ( Physical Availability, PA )
Merupakan catatan mengenai keadaan fisik dari alat yang dipergunakan
dalam beroperasi. Faktor ini meliputi adanya pengaruh dari segala waktu
akibat permasalahan yang ada. Persamaan dari keadaan fisik (PA), sebagai
berikut :
PA
W S
x 100%
W RS
dimana :
S : jumlah jam menunggu alat, yaitu jumlah jam suatu alat yang tidak
dapat dipergunakan padahal alat baik dan dalam keadaan siap
beroperasi.
T:W+R+S
12
Adalah jumlah jam yang tersedia, yaitu jumlah seluruh jam jalan
atau jumlah jam kerja yang tersedia dimana alat dijadwalkan untuk
beroperasi.
Kesediaan fisik (PA) pada umumnya selalu lebih besar daripada kesediaan
mekanik (MA). Tingkat effesiensi dari sebuah alat mekanis baik, jika
angka kesediaan fisik (PA) mendekati angka kesediaan mekanik (MA)
c. Kesediaan Pemakaian ( Use of Availability )
Menunjukkan berapa persen waktu yang dipergunakan oleh suatu alat
untuk beroperasi pada saat alat tersebut dapat dipergunakan. Persamaan
dari kesediaan pemakaian (UA), sebagai berikut :
UA
W
x 100%
W S
untuk
bekerja
produktif.
Penggunaan
efektif
(EU)
W
x 100%
W RS
8. Manajemen Alat
Manajemen alat adalah suatu penataan yang bertujuan agar alat dapat
berproduksi baik dengan jam rusak serendah mungkin dan biaya operasi
alat seminimal mungkin. Manajeman alat meliputi penyediaan alat sesuai
jumlah yang dibutuhkan, penetuan jadwal kerja, perawatan, perbaikan, dan
peremajaan alat.
13
a). Perawatan
Perawatan adalah usaha untuk menjaga kemampuan alat yang
dilakukan pada saat alat masih dapat bekerja dengan baik.
Perawatan (maintenance) itu sendiri terbagi menjadi 3, yaitu 5) :
1.
Perawatan Terjadwal
Perawatan yang harus dilakukan berdasarkan jadwal yang
ditentukan . Ada dua sistem pengaturan jadwal perawatan terhadap
alat, yaitu :
-
Sistem Kalender
Dilakukan dengan interval mingguan, bulanan, ataupun
tahunan,. Metode ini tepat untuk operasi dengan jam operasi
alat rata-rata yang tetap dan kurang tepat diterpkan pada
kegiatan yang memiliki jam operasi alat yang tidak tetap.
2. Perawatan Koreksi
Perawatan yang bersifat memantau kondisi alat setiap kali alat
akan ataupun selesai digunakan. Perawatan koreksi merupakan
perawatan harian yang harus dilakukan bersama-sama antara
operator dengan ahli mesin. Perawatan ini bertujuan, agar apabila
ditentukan kelainan pada unit dapat segera dicegah sedini
14
b). Perbaikan
Perbaikan adalah penanganan yang dilakukan terhadap alat yang rusak
dan tidak dapat digunakan. Dimana kerusakan yang terjadi pada alat
bersifat mendadak dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya. Secara
garis besar, perbaikan dibagi atas dua yaitu :
-
Perbaikan ringan
pelaksanaan perbaikan terhadap masalah-masalah yang ringan
dan memrlukan waktu cepat untuk penganannya.
Perbaikan berat
Pelaksanaan perbaikan terhadap masalah-masalah berat yang
memerlukan waktu pengerjaan yang lama, penyediaan suku
15
16
F. JADWAL KEGIATAN
Waktu
No
Kegiatan
1 Studi Pustaka
Agustus
September
Oktober
November
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2 Pengamatan
3 Pengambilan Data
4 Pengolahan Data
5 Pembuatan Draft
G. RANCANGAN DAFTAR ISI
RINGKASAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
17
DAFTAR TABEL
Bab
I.
PENDAHULUAN
II.
TINJAUAN UMUM
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
III.
DASAR TEORI
V.
PEMBAHASAN
5.1
5.2
5.3
5.4
5.5
5.6
VI.
Target produksi
Analisis Tingkat Penggunaan Alat
Analisis Kesediaan Alat
Analisi Kesediaan Mekanik Alat
Jumlah Alat yang Diremajakan
Peremajaan Alat
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
18
H. DAFTAR PUSTAKA
1. Kenedy Bruce A. (1990), Surface Mining, SMNE, Lettleton, Colorado, 724-728,
746-747.
2. Prodjosumarto P.(1986), Tambang Terbuka, Jurusan Teknik
Fakultas Teknologi Mineral, ITB, Bandung,.
Pertambangan,
19